SKRIPSI
Oleh
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
i
KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI
BALI PADA BERBAGAI LOKASI OTOT YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
ii
PERNYATAAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : L1A112128
Jurusan : Peternakan
Menyetujui,
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. La Ode Arsad Sani, S.Pt, M.Sc.
NIP. 19690212 199403 1 003 NIP. 19731231 199903 1 005
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul : Karakteristik Fisik dan Organoleptik Daging Sapi Bali pada Berbagai
Lokasi Otot yang Berbeda
NIM : L1A112128
Jurusan : Peternakan
telah diujikan didepan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-saran
saat ujian.
Tim Penguji :
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
tahun 2009. pendidikan SMA Negeri 1 Wolasi di selesaikan pada tahun 2012.
vi
ABSTRAK
Nela Febriani Ranti (L1A1 12 128): Karakteristik Fisik dan Organoleptik Daging
Sapi Bali pada Berbagai Lokasi Otot yang Berbeda. Dibimbing oleh Harapin Hafid,
sebagai Pembimbing I dan Rahman, sebagai Pembimbing II.
Daging merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang digemari oleh
seluruh lapisan masyarakat karena rasanya yang lezat dan mengandung nilai gizi
yang tinggi. Daging pada lokasi otot yang berbeda pada dasarnya memiliki perbedaan
dalam hal aktivitas dan fungsinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik fisik dan organoleptik daging sapi bali pada berbagai lokasi otot yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan daging sapi pada lokasi otot yang berbeda yaitu
otot longissimus dorsi (LD), biceps femoris (BF), pectoralis profundus (PP), dan otot
gastrocnemius. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengap (RAL) dengan
4 perlakuan dan 5 ulangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa secara statistik,
karakteristik fisik daging sapi segar pada otot yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05) dari segi pH, susut masak dan warna daging. Sedangkan
karakteristik organoleptik daging sapi pada otot yang berbeda menunjukan perbedaan
yang nyata (P<0,05) pada cita rasa dan keempukan, namun tidak menunjukan
perbedaan yang nyata (P>0,05) pada aroma, tekstur, dan kesan jus daging.
Disimpulkan bahwa lokasi otot yang berbeda secara umum memiliki karakteristik
fisik dan organoleptik yang berbeda
vii
ABSTRACT
Nela Febriani Ranti (L1A1 12 128): physical characteristics and organoleptic of bali
cattle meat on several different muscle locations by Harapin Hafid, as Supervisor I
and Rahman, as Supervisor II.
Meat is one of adore food because of its delicious taste and high nutrient.
Meat on different muscle locations has different activities and functions. The aim of
this research was to understand physical characteristics and organoleptic of Bali cattle
meat from different muscle locatios. This study used beef cattle meat from different
muscle locations were longissimus dorsi (LD) muscle, biceps femoris (BF), pectoral
profundus (PP), and gastrocnemius muscle. This research used Completely
Randomized Designs (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Results showed
that statistically characteristics of fresh beef on different muscle was significantly
different (P<0.05) on pH, cooking lost, and meat color. Whereas organoleptic
characteristics of meat on different muscles were significantly different (P<0.05) on
taste and tenderness, but it were not significantly different (P>0.05) on aroma,
texture, and juicy of meat. It could be concluded that different muscle locations
generally has different physical characteristics and organoleptic.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah dan Tuhan Yesus Kristus atas
berkat, rahmat dan limpahan karunia-Nya serta waktu, kesehatan, dan kekuatan yang
judul Karakteristik Fisik dan Organoleptik Daging Sapi Bali pada Berbagai
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan kerjasama dari berbagai pihak
dan berkat dari Allah sehinggah kendala yang dihadapi dapat diatasi. Untuk itu
ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
H. Harapin Hafid., M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Rahman., S.Pt.,M.T selaku
pembimbing II yang telah sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan
kedua orangtua tersayang Ayahanda Yohanis Ranti dan Ibunda Yulike atas segala
kasih sayang, perhatian, materi, doa, dan dukungannya yang tiada terhingga yang
selama ini menjadi bekal dan dorongan bagi penulis dalam menempu pendidikan
sampai saat ini. Semoga Allah selalu melimpahkan berkat-Nya kepada kedua
orangtua penulis
ix
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.Si selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan
3. Bapak La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan
4. Bapak La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc, Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si, Ibu
Fitrianingsih, S.Pt., M.Sc, Prof. Dr. Ir. H. Harapin Hafid., M.Si, Rahman., S.Pt,
M.T. selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji, memberikan saran dan
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Peternakan yang tidak dapat disebut satu persatu
yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bernilai bermanfaat
bagi penulis serta seluruh staf yang telah melayani dengan baik dan selama
Boby Shaputra Ranti dan iparku Irwan Buyung, SP, Lukman, SE,.M.Si, Serta
kemenakanku tersayang Muh. Fitra Annaba, Luna Putri Anisa, Aad Pratama dan
x
7. Sahabat-sahabat penulis Muh. Ikbal, Muh. Nafar, Danang Prasetyo, Harpan
Muanmar Bakal, Yundi Putra Meronda, Resky Putra, S.Pt. Lisa Meliana, Satiana.
penulis Sumran Aswindo, Wahyuni Syuhada, S.Pt, Mely Pratiwi, S.Pt, Sri
Novianti, S.Pt, Hikmah Wati, S.Pt, La Ode Gatra, S.Pt, La Atri S.Pt, Muh. Andhi
Ahmadi, Elfia, S.Pt, Vivin Wahyuni, S.Pt, Sri Yuniati, Sariati, Fatmawati Kasim,
Herdiana Siampa, S.Pt, Serta teman-teman yang tidak sempat tertulis terimakasih
9. Kepada semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
Allah memberikan imbalan pahalah yang setimpal terhadap amal baik dan
pengabdian yang dilakuan dalam upaya mencerdaskan umat manusia. Akhir kata
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan taklupa
penulis berdoa somoga semua pihak yang terlibat secara lamngsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini dapat beroleh berkat dari Allah. Amin.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 3
xii
C. Prosedur Penelitian ............................................................................. 15
D. Peubah yang Diamati .......................................................................... 17
E. Rancangan Penelitian dan Analisis Data ........................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
4.1 Rataan pH Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda ............. 21
4.2 Rataan Susut Masak Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang
Berbeda (%) .......................................................................................... 23
4.3 Skor Warna Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda .......... 24
4.4. Skor Aroma Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda .......... 26
4.5. Skor Tekstur Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda ......... 28
4.6. Skor Cita Rasa Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda ...... 29
4.7 Skor Keempukan Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda .. 30
4.8 Skor Kesan Jus Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda ..... 32
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
4. Analisis Sidik Ragam Skor Warna Daging Sapi Bali Pada Berbagai
7. Analisis Sidik Ragam Cita Rasa Daging Sapi Bali Pada Berbagai
9. Analisis Sidik Ragam Kesan Jus Daging Sapi Bali Pada Berbagai
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang digemari oleh
seluruh lapisan masyarakat karena rasanya yang lezat dan mengandung nilai gizi
yang tinggi. Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat
mendefinisikan daging sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
Kualitas fisik daging antara lain pH ,dayaikat air, susut masak dan tekstur.
Kualitas fisik daging dipengaruhi oleh proses sebelum dan setelah pemotongan.
genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan
aditif(hormon, antibiotik, dan mineral) dan keadaan stres. Faktor setelah pemotongan
penyimpanan, macam otot daging dan lokasi pada otot daging (Soeparno, 2005).
daging. Biasanya konsumen akan lebih mudah memilih daging melalui penampilan
2
secara fisik yang meliputi warna, tekstur, kecerahan, kebasahan serta intensitas flavor
daging segar. Menurut Soeparno (2009) penampilan daging banyak dipengaruhi oleh
setelah pemotongan.
Ciri suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan fungsinya, karena
fungsinya maka jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot.Jaringan ikat ini
bahwa, perbedaan kadar protein daging dapat disebabkan oleh adanya perbedaan
struktur dan tingkat aktifitas otot. Dengan adanya perbedaan macam otot menunjukan
adanya perbedaan distribusi nitrogen sehingga tingkat aktivitas otot yang berbeda
karakteristik fisik dan oganoleptik daging sapi bali pada berbagai lokasi otot yang
berbeda.
B. Rumusan Masalah
organoleptik daging sapi bali pada berbagai lokasi otot yang berbeda?.
3
organoleptik daging sapi bali pada berbagai lokasi otot yang berbeda.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang
karakteristik fisik dan organoleptik daging sapi bali pada berbagai lokasi otot yang
berbeda.
4
Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga
sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa
domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi Bali (Guntoro, 2002).
Ciri khas sapi Bali adalah postur tubuh kecil, memiliki garis hitam pada
punggung yang sering disebut garis belut (sangat jelas pada pedet), bulu berwarna
coklat kekuningan (merah bata), pada jantan dewasa bulu akan berubah menjadi
coklat kehitaman, berwarna putih pada bagian tepi daun telinga bagian dalam, kaki
bagian bawah, bagian belakang pelvis dan bibir bawah (Feati, 2011).
Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari
gizinya lengkap, sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi (Soeparno,
2005).
Defenisi daging terbatas pada beberapa 3.000 spesies mamalia yang dikenal,
sering pula diperluas dengan memasukkan organ-organ seperti hati dan ginjal, otot
dan jaringan lain yang dapat dimakan atau dikonsumsi. Variasi yang sangat banyak
yang mengatakan bahwa variabilitas dalam beberapa serat daging, mungkin secara
5
urat daging sebagai aspek pascamati (post mortem) secara perlahan disadari (Lawrie,
2003).
gizi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging teradapat pula kandungan asam
amino esensial yang lengkap dan seimbang. Dari tingkat kealotan daging merupakan
karkas, daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas
berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya (Astawan, 2007).
Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang tinggi nilai gizinya
di bandingkan dengan protein nabati, karena pada daging terdapat asam-asam amino
yang lengkap dan seimbang, disamping adanya lemak, mineral dan vitamin yang
dibutuhkan tubuh serta mempunyai daya cerna yang tinggi dan mudah diserap. Dari
Beberapa karakteristik kualitas daging yang penting dalam pengujian yakni pH, daya
ikat air, warna dan keempukan. Dijelaskan pula bahwa faktor kualitas daging yang
dimakan meliputi warna, keempukan, tekstur, flavor (cita rasa), aroma (bau), dan
kesan jus daging (juiciness) (Soeparno, 2009). Disamping itu susut masak cooking
lost ikut menentukan kualitas daging. Zat-zat yang terdapat dalam daging yaitu
protein 19-22%, lemak 2,5%, karbohidrat 1,2%, air 75% dan 1,5% substansi non
kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
Komposisi daging sapi segar menurut tiga penelitian disjikan pada Tabel 1
berikut :
Daging Sapi
Komposisi (dalam 100g daging)
A B C
Air (%) 66 70 75
Protein (%) 8.8 19 3.5
Lemak (%) 14 5 3.5
Ca (mg) 11 - -
P (mg) 170 - -
Fe (mg) 2.8 - -
Energi (Kal/100g) 207 - -
Sumber: Depkes (1992) , Anonim (2009) , dan Lawrie (1995)C
A B
Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah
antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan
termasuk bahan adittif (hormon, antibiotik dan mineral). Faktor setelah pemotongan
yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi
listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan termasuk enzim
metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi otot daging
(Abustam, 2009)
7
Distribusi kolagen pada otot skeletal tidak merata tergantung dari tingkat
aktifitas otot. Jumlah dan kekuatan silang jaringan ikat otot serta kadar kolagen makin
banyak dan meningkat seiring dengan meningkatnya umur sapi dan aktifitas otot.
yang tinggi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh struktur jaringan ikat, kekuatan
ikatan silang, tekstur otot dan ukuran serabut otot. Ditambahkan oleh Hultin dalam
Soeparno (2009) menyatakan bahwa, jumlah serat kolagen pada daging sangat
epitel, jaringan syaraf yang fungsih utamanya sebagai penggerak. Lebih lanjut
(Lawrie, 2003) menemukan bahwa, perbedaan kadar protein daging dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan struktur dan tingkat aktifitas otot. Dengan adanya perbedaan
aktivitas otot yang berbeda dapat menghasilkan kadar protein daging yang berbeda
pula.
Keempukan daging bervariasi sesuai dengan jenis otot atau lemak daging
pada karkas. Contoh, Daging sapi jenis has dalam (tenderloin) atau daging
Longissimus dorsi lebih empuk dibanding daging paha (Biceps femoris) karena
adanya perbedaan jaringan ikat pada jenis daging tersebut. Has dalam memiliki
jaringan ikat yang lebih sedikit dibandingkan daging Biceps femoris. Jumlah jaringan
ikat berkaitan dengan fungsi otot pada ternak hidup. Biceps femoris terutama
itu, has dalam hanya mendukung fungsi ternak sehingga jaringan iktanya lebih sedikit
(Anonim, 2006).
Otot Longissimus dorsi (LD) merupakan otot disekitar bagian tulang belakang
(kurang lebih diantara bahu dan tulang panggul).Daerah ini adalah bagian yang paling
lunak, karena otot-otot dibagian ini jarang dipakai untuk beraktivitas.LD memanjang
posterior dari daerah rusuk melalui loin dan berakhir dibagian anterior ilium. Otot LD
terdiri dari banyak subunit otot yang masing-masing membantu freksibilitas vertebra
colum dan gerakan leher serta aktfitas pernafasan (Swatland, 1984 dalam Soeparno,
bagian seperempat depan dan seperempat belakang dari karkas yaitu diantara rusuk
ke 12 dan ke 13.
Biceps femoris (BF) adalah otot besar pada permukaan lateral (luar) dari paha
dan mempunyai lekukan yang memanjang yang membagi Biceps femoris. Bagian
yang paling kecil dari Biceps femoris berwarna lebih pucat. Otot Pectoralisprofundus
(PP) berlokasi dibagian sternum pada dada depan (brisket) dan meluas posterior
Otot Gastrocnemius terdapat di bagian dalam dari paha tertutup oleh ekstensi
2009).Otot ini merupakan otot paling aktif bergerak berada dibagian paha bawah
pada ternak ruminansia atau biasa disebut otot betis pada manusia.Karena aktif
bergerak maka banyak mengandung jaringan ikat dan tingkat alotannya sangat tinggi
Susut masak didefinisikan sebagai cairan yang hilang atau berat yang hilang
setelah proses pemasakan. Susut masak merupakan indikator nilai nutrisi daging yang
berhubungan dengan kadar jus daging yaitu banyaknya air yang terikat di alam dan
diantara serabut otot (Soeparno, 2009). Lawrie (2003) menyatakan bahwa daging
yang berkualitas baik, nilai susut masaknya lebih kecil dibandingkan dengan daging
berkualitas rendah.
Bouton, dkk (1971) dalam Soeparno (2009) mengatakan bahwa susut masak
bisa dipengaruhi oleh pH, panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut
otot, status kontraksi myofibril, ukuran dan berat sampel daging dan penampang
10
lintang daging. Seiring meningkatnya temperatur pemasakan dan atau makin lama
waktu pemasakan, maka semakin besar kadar cairan daging yang hilang sampai
Susut masak akan menurun secara linear dengan bertambahnya umur ternak.
Perbedaan bangsa ternak, berat potong dan konsumsi pakan juga dapat menyebabkan
perbedaan susut masak. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan jumlah lemak daging
dan deposisi lemak. Nilai susut masak bervariasi antara 1,5% - 54,5% dengan kisaran
substansi (Bacus, 1984). pH daging segar berkisar antara 5,3 6,0 dan tergantung
pada kandugan glikogen otot pada saat pemotongan. Nilai pH berhubungan dengan
nilai WHC, yaitu pada pH yang tinggi mempunyai nilai WHC yang tinggi (Buckle
dkk., 1983).
keasaman dan kebasaan suatu substansi. Nilai pH adalah sebuah indikator penting
c. SkorWarna
Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya
11
warna yang seragam dan merata (Winarno, 2004). Warna pada daging yang dimasak
globin dan reaksi maillard.Menurut (Lawrie, 2003), selain disebabkan oleh pigmen,
perubahan warna pada daging yang dimasak juga akibat hasil denaturasi globin dan
pereduksi dan asam amino. Mioglobin merupakan pigmen utama daging dan
daging dipengaruhi oleh pakan, spesies, bangsa, umur, jenis kelamin, stres (tingkat
E.Sifat Organoleptik
Daging mempunyai sifat organoleptik yang dapat berkaitan dengan lima sifat
dasar yaitu rasa (taste), bau (smell), penampilan/warna (sight), kehalusan (feel) dan
kekerasan. Empat rasa dasar yang diidentifikasi dari daging adalah rasa asin, asam,
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan
yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga
berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Uji
organoleptik adalah suatu pengujian sifat-sifat bahan pangan yang dilakukan dengan
dilakukan adalah uji kesukaan (uji hedonik) yang meliputi rasa, aroma, warna, tekstur
a. Aroma
produk.Salah satu yang dapat mempengaruhi aroma daging masak yaitu temperatur
pemasakan (Soeparno, 2009). Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan
otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bahan utama
b. Rasa
suatu bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia,
temperatur, konsistensi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain serta jenis dan
lama pemasakan.
c. Tekstur
Ciri yang sering dijadikan acuan adalah kekerasan, kekohesifan dan kandungan air
(de Man, 1997). Tekstur daging sapi sangat ditentukan oleh kandungan air,
d. Keempukan
subyektif dan obyektif. Kesan keempukan secara keseluruhan meliputi tiga aspek.
Pertama, kemudahan awal penetrasi gigi kedalam daging, kedua, mudahnya daging
13
dikunyah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan ketiga, jumlah residu yang
F. Penelitian Terdahulu
Hafid dan Syam (2007) yang melaporkan hasil penelitian tentang pengaruh
lama aging dan lokasi otot terhadap kualitas organoleptik daging sapi, memperoleh
kesimpulan bahwa kombinasi lama pelayuan enam hari dengan otot Longissimus
dorsi memperlihatkan keempukan, warna, flavor dan kesan jus daging yang lebih
baik. Lama pelayuan sampai enam hari masih menunjukkan sifat organoleptik yang
lebih baik dari pada otot Semitendinosus dan otot Pectoralis propundus. Menurut
Nuraini dan Hafid (2006) yang meneliti karakteristik kualitas daging sapi peranakan
ongole yang berasal dari otot longissimus dorsi dan gastrocnemius, menyimpulkan
bahwa otot longissimus dorsi dan gastrocnemius lebih empuk dari otot kadar lemak
otot longissimus dorsi lebih tinggi tetapi kadar air, protein dan abu lebih rendah dari
otot gastrocnemius.
G. Kerangka Pikir
Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang tinggi nilai gizinya
di bandingkan dengan protein nabati, karena pada daging terdapat asam-asam amino
yang lengkap dan seimbang, disamping adanya lemak, mineral dan vitamin yang
dibutuhkan tubuh serta mempunyai daya cerna yang tinggi dan mudah diserap.
ataupun pengolahan yang sesuai untuk tetap menjaga kualitas daging.Untuk lebih
Daging Segar
Mudah rusak
H. Hipotesis
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni sampai Juli 2016
B.Materi Penelitan
Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Kendari. Jumlah daging yang akan dijadikan
bersegel, kertas tissue, cawan petri, cawan porselen, aluminium foil, blangko isian
C. Prosedur Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
a) Uji Fisik
fisik meliputi mengamati pH, susut masak dan skor warna pada sampel daging
sapi.
16
b) Uji Organoleptik
Pada penelitian ini parameter organoleptik yang akan diamati yaitu bau,
Sapi
Pemotongan
Pemisahan Sampel
Pemisahan Lemak
a. pH
buffer pH 7 untuk disesuaikan pH-nya. Setiap larutan diukur pH-nya sebanyak tiga
sampel daging yang mengalami pemasakan pada suhu 80oC selama 60 menit,
temperatur rendah 0oC. Setelah itu sampel daging di lab di bersihkan dengan
kertas tissue untuk menyerap air pada permukaan daging, selanjutnya sampel
ditimbang. Nilai susut masak (Cooking Loos) daging dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
c. Skor Warna
Warna daging dinilai berdasarkan standar warna daging sapi yang ada pada
SNI 3932:2008 tentang mutu karkas dan daging sapi pada Gambar 1 berikut.
2. Kualitas Organoleptik
Pada penelitian ini parameter organoleptik yang akan diamati yaitu warna,
tekstur, dan rasa dan uji kesukaan yang akan dilakukan oleh 15 panelis. Panelis
Tabel 3.1. Skala Hedonik untuk uji organoleptik yang digunakan penelitian
karakteristik daging segar
Evaluasi Organoleptik Skala Hedonik Kriteria
perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Yij = + i + ijk
i= 1, 2, 3, 4 j= 1, 2, 3, 4, 5
Keterangan :
ij = Galat percobaan
21
daging. Keasaman daging Sapi baik adalah 5,1 6,1 karena lebih stabil terhadap
kerusakan oleh mikroba, sedangkan daging sapi yang bersifat basa akan
memungkinkan pertumbuhan mikroba lebih tinggi. Rataan pH daging sapi Bali pada
Tabel 4.1. Rataan pH Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longissimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastrocnemius
1 5,75 5,51 6,12 5,80
2 5,76 5,30 6,02 5,57
3 5,81 5,45 6,05 5,66
4 5,75 5,50 6,14 5,49
5 5,79 5,42 5,31 5,62
Total 28,87 27,18 29,64 28,14
a b c
Rataan 5,770,03 5,440,08 5,930,35 5,630,11d
Ket: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata
pada taraf 5% (P<0,05)
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa pH daging sapi Bali pada lokasi
otot yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05). Rataan pH daging
sapi bali dalam penelitian ini (Tabel 4.1) adalah 5,930,35 pada otot pectoralis
profundus (dada), 5,770,03 pada otot longissimus dorsi (punggung), 5,630,11 pada
otot gastrocnemius (betis), dan 5,440,08 pada bagian ototbiceps femoris (Paha).
22
Hasil ini sesuai dengan Romans dan Ziegler (1974) disitasi Triyanto (2002)
bahwa tingkat keasaman (pH) daging segar berkisar antara 5,3 6,0 dan tergantung
pada kandugan glikogen otot pada saat pemotongan. Menurut Lawrie (2003) nilai pH
digunakan untuk menunjukkan tingkat keasaman dan kebasaan suatu substansi. Nilai
Data pada Tabel 4.1. menunjukan bahwa pH daging pada lokasi yang berbeda
bervariasi. Hal ini diduga dipengaruhi oleh aktivitas glikogen dalam masing-masing
otot. Semakin tinggi aktivitas glikogen dalam otot, maka pH daging akan semakin
menurun. Bagian otot paha dan betis memiliki aktivitas yang lebih besar terutama
dalam bergerak sehingga memiliki pH lebih rendah dibandingkan dengan otot bagian
dada dan punggung. Buckle et al., (1986) menjelaskan bahwa kandungan asam laktat
dalam daging sapi ditentukan oleh kandungan glikogen dan penanganan sebelum
penyembelihan, apabila pH daging sapi mencapai 5,1 6,1 maka lebih stabil terhadap
kerusakan oleh mikroba, sedangkan apabila pH daging sapi berada sekitar 6,2 7,2
Susut masak daging adalah proporsi berat daging yang hilang selama proses
pemasakan atau pemanasan. Susut masak merupakan salah satu indikator nilai nutrisi
daging yang berhubungan dengan daya ikat dan kadar air. Rataan susut masak daging
sapi Bali pada bagian otot yang berbeda disajikan pada Tabel 4.2.
23
Tabel 4.2. Rataan Susut Masak Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda (%)
Perlakuan
Ulangan
Longissimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastocnemius
1 34,56 36,47 37,65 28,19
2 40,91 39,21 31,31 32,62
3 35,78 39,38 36,18 24,91
4 34,17 32,80 36,46 35,42
5 34,06 16,85 39,20 27,78
Total 179,48 164,71 180,80 148,92
Rataan 35,902,88a 32,949,38ab 36,162,96a 29,784,19b
Ket: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata
pada taraf 5% (P<0,05)
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa persentase susut masak daging sapi
Bali pada lokasi otot yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Rataan pH daging sapi bali dalam penelitian ini (Tabel 4.2) adalah 36,162,96 pada
32,949,38 pada otot biceps femoris (Paha), dan 29,784,19 pada bagian otot
gastrocnemius (betis).
Menurut Syam (2009), nilai susut masak bervariasi antara 1,5% - 54,5%
dengan kisaran 15% -35%. Susut masak akan menurun secara linear dengan
bertambahnya umur ternak. Perbedaan bangsa ternak, berat potong dan konsumsi
pakan juga dapat menyebabkan perbedaan susut masak. Perbedaan ini terjadi karena
Tabel 4.2. menunjukan adanya perbedaan persentase susut masak daging pada
bagian otot yang berbeda. Hal ini diduga karena adanya perbedaan jumlah lemak dan
disposisi lemak serta kandungan air dalam daging. Daging pada bagian otot betis dan
paha memiliki persentase susut masak yang rendah karena memiliki kandungan
24
lemak dan air yang lebih sedikit dibandingkan dengan daging pada bagian otot dada
dan punggung.
Pengamatan warna daging pada penelitian ini mengacu pada standar warna
daging menurut SNI 3932:2008 yang memiliki angka skor dari satu sampai sembilan.
Nilai skor warna ditentukan berdasarkan karakteristik tampilan warna daging. Rataan
skor warna daging sapi Bali pada bagian otot yang berbeda disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Skor Warna baging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longissimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastocnemius
1 8 8 9 7
2 7 8 8 7
3 8 9 9 7
4 3 9 8 8
5 8 8 7 7
6 4 7 5 7
7 7 9 9 9
8 7 9 8 9
9 7 9 8 3
10 5 8 4 7
11 4 6 7 8
12 4 7 5 6
13 7 8 9 7
14 8 9 9 7
15 5 7 9 8
Total 92,00 121,00 114,00 107,00
a b b
Rataan 6,131,77 8,070,96 7,601,68 7,131,41 ab
Ket: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata
pada taraf 5% (P<0,05)
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa warna daging sapi Bali pada lokasi
otot yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Rataan skor warna
25
daging sapi Bali dalam penelitian ini (Tabel 4.3) adalah 8,070,96 (merah gelap)
pada otot biceps femoris (Paha), 7,601,68 (merah tua) pada otot pectoralis
profundus (dada), 7,131,41 (merah) pada otot gastrocnemius (betis), dan 6,131,77
Menurut Lawrie (2003), warna daging sapi adalah warna merah cerah, karena
dianggap daging tersebut adalah daging yang berkualitas jika dibandingkan dengan
daging yang berwarna merah tua. Daging sapi yang baik harus berwarna merah segar,
mengkilat, tidak pucat, seratnya halus, tidak berbau asam, tidak busuk, apabila
dipanggang terasalekat pada tangan dan masih terasa kebasahannya serta lemaknya
berwarna kuning.
Perbedaan warna yang tampak dalam penelitian ini diduga karena adanya
perbedaan tipe serabut dan aktivitas glikogen dalam daging. Otot punggung
(longissimus dorsi) merupakan otot yang memiliki aktivitas glikogen lebih sedikit
dan memiliki tipe seraputdengan kerapatan rendah, sehingga warna cenderung merah
cerah dibandingkan dengan daging paha yang memang sangat aktif berperan dalam
akitivitas motorik. Selain itu, kandungan air pada otot punggung cenderung lebih
banyak karena dibandingkan dengan otot paha ataupun otot lainnya sehingga warna
daging cenderung lebih cerah dibandingkan dengan daging yang memiliki kandungan
a. Aroma Daging
Pada umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak
merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bahan utama yaitu harum, asam,
tengik dan hangus (Winarno, 2004). Aroma atau bau merupakan parameter kualitas
organoleptik daging. Rataan skor aroma daging sapi Bali pada lokasi otot yang
Tabel 4.4. Skor Aroma Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longissimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastrocnemius
1 2 2 3 3
2 2 3 4 4
3 3 2 3 4
4 3 3 2 3
5 3 3 3 3
6 3 3 2 3
7 3 3 3 3
8 2 3 3 2
9 2 3 2 3
10 3 2 2 3
11 3 2 2 2
12 2 3 2 3
13 2 3 3 2
14 3 2 3 4
15 3 3 2 4
Total 39,00 40,00 39,00 46,00
Rataan 2,600,51 2,670,49 2,600,63 3,070,70
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa aroma daging sapi Bali pada lokasi
otot yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rataan skor
27
aroma daging sapi Bali pada lokasi otot yang berbeda dalam penelitian ini (Tabel 4.4)
b. Tekstur Daging
Ciri yang sering dijadikan acuan adalah kekerasan, kekohesifan dan kandungan
air.Tekstur daging sapi sangat ditentukan oleh kandungan air, kandungan lemak dan
jenis karbohidrat. Skor tekstur daging sapi Bali pada lokasi otot yang berbeda
Tabel 4.5. Skor Tekstur Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longissimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastrocnemius
1 3 5 2 3
2 3 4 3 3
3 4 3 4 3
4 3 3 4 2
5 3 3 4 3
6 3 3 3 3
7 4 3 3 4
8 2 3 4 4
9 2 3 2 4
10 4 3 3 2
11 3 2 2 2
12 4 3 4 2
13 4 3 2 2
14 3 3 4 3
15 3 3 4 4
Total 48,00 47,00 48,00 44,00
Rataan 3,200,68 3,130,64 3,200,86 2,930,80
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa tekstur daging sapi Bali pada lokasi
otot yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rataan skor
28
tekstur daging sapi Bali pada lokasi otot yang berbeda dalam penelitian ini (Tabel
c. Cita Rasa
cita rasa daging sapi Bali pada lokasi otot yang berbeda disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.6. Skor Cita Rasa Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longssimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastrocnemius
1 1 2 3 2
2 1 3 2 5
3 2 3 2 2
4 2 3 3 3
5 2 2 3 3
6 1 2 2 2
7 1 2 2 1
8 2 2 2 2
9 2 3 2 2
10 2 3 2 2
11 1 2 2 1
12 1 2 1 1
13 1 2 2 2
14 2 1 2 2
15 1 2 3 2
Total 22,00 34,00 33,00 32,00
a b b
Rataan 1,470,52 2,270,59 2,200,56 2,130,99b
Ket: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata
pada taraf 5% (P<0,05)
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa cita rasa daging sapi Bali pada
lokasi otot yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05). Rataan skor
cita rasa daging sapi bali dalam penelitian ini (Tabel 4.6) adalah 2,270,59 (disukai)
pada otot biceps femoris (Paha), 2,200,56 (disukai) pada otot pectoralis profundus
29
(dada), 2,130,99 (disukai) pada otot gastrocnemius (betis), dan 1,470,52 (sangat
suatu bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia,
temperatur, konsistensi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain serta jenis dan
lama pemasakan. Perbedaan rasa masing-masing lokasi otot secara statistik terdapat
perbedaan, namun tidak ada perbedaan spesifik antara masing-masing lokasi otot.
d. Keempukan Daging
Tingkat keempukan daging dilihat dari kemudahan saat awal penetrasi gigi
kedalam daging, mudah tidaknya daging dikunyah menjadi potongan yang lebih kecil
dan jumlah residu yang tertinggal setelah dikunyah. Skor keempukan daging sapi Bali
pada lokasi otot yang berbeda dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.7.
30
Tabel 4.7. Skor Keempukan Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longssimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastrocnemius
1 3 5 5 4
2 3 4 4 3
3 2 3 3 4
4 3 4 3 2
5 3 3 4 3
6 2 4 3 4
7 2 3 3 4
8 3 2 2 1
9 2 3 2 2
10 3 4 3 2
11 2 2 2 2
12 4 5 4 2
13 3 5 4 3
14 3 4 4 3
15 2 4 4 3
Total 40,00 55,00 50,00 42,00
a b bc
Rataan 2,670,62 3,670,98 3,330,90 2,800,94ac
Ket: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata
pada taraf 5% (P<0,05)
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa keempukan daging sapi Bali pada
lokasi otot yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05). Rataan skor
keempukan daging sapi bali dalam penelitian ini (Tabel 4.7) adalah 3,670,98 (alot)
pada otot biceps femoris (Paha), 3,330,90 (keempukan sedang) pada otot pectoralis
profundus (dada), 2,800,94 (empuk) pada otot gastrocnemius (betis), dan 2,670,62
merupakan penentu yang paling penting pada kualitas daging. Faktor yang
genetik dan termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor umur, managemen, jenis
31
kelamin dan stress. Faktor postmortem antara lain meliputi metode pelayuan
bahan pengempuk. Jadi keempukan bisa bisa bervariasi diantaranya spesies, bangsa,
ternak dalam spesies yang sama, potongan karkas dan diantara otot serta otot yang
sama.
Perbedaan tingkat keempukan daging pada lokasi otot yang berbeda diduga
disebabkan oleh tipe serabut dan aktifitas glikogen otot. Otot punggung lebih empuk
dibandingkan otot paha karena otot paha memiliki aktivitas glikogen dan ATP (energi
seluler) lebih banyak dibandingkan otot punggung sehingga otot punggung tipe
serabutnya lebih longgar dan lebih lunak. Selain itu, otot punggung memiliki kadar
air lebih banyak dibandingkan dengan otot paha sehingga berpengaruh terhadap
keempukan daging.
e. Kesan Jus
Kesan jus daging dipengaruhi oleh jumlah air yang dapat dipertahankan untuk
tetap berada di dalam daging (daya ikat air) setelah dimasak dan produksi saliva (air
ludah) pada saat pengunyahan. Skor kesan jus daging sapi Bali pada lokasi otot yang
Tabel 4.8. Skor Kesan Jus Daging Sapi Bali pada Lokasi Otot yang Berbeda
Perlakuan
Ulangan
Longssimus dorsi Biceps femoris Pectoralis profundus Gastrocnemius
1 2 3 4 4
2 2 4 2 3
3 4 3 3 3
4 3 3 2 2
5 3 2 3 2
6 2 3 2 3
7 2 2 3 3
8 3 3 3 1
9 2 3 3 1
10 2 3 2 1
11 3 3 3 3
12 2 3 4 3
13 2 3 4 4
14 2 4 3 2
15 2 4 2 3
Total 36,00 46,00 43,00 38,00
Rataan 2,400,63 3,070,59 2,870,74 2,530,99
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa keempukan daging sapi Bali pada
lokasi otot yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Rataan
skor keempukan daging sapi Bali dalam penelitian ini (Tabel 4.) berkisar antara
Menurut Soepamo (2009), kesan jus daging rnerupakan kombinasi dari dua
pangan yaitu kesan cairan yang disebabkan selama pengunyahan dan salivasi yang
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka disimpulkan bahwa daging sapi Bali
yang berasal dari lokasi otot yang berbeda memiliki karakteristik fisik dan
organoleptik yang berbeda seperti pH, susut masak, warna, cita rasa dan keempukan
(P<0,05), namun tidak menunjukan perbedaan terhadap aroma, tekstur dan kesan jus
daging (P>0,05).
B. Saran
aktivitas otot daging terhadap kualitas fisik dan organoleptik daging sapi Bali.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrard, E.W. Mills, H.B. Hedrick, M.D. Judge, and
R.A. Merkel. 2001. Principle of Meat Science. Fourth Edition. Kendall /
Hunt Publishing Co. USA.
Abustam, E. 2009. Konversi otot menjadi daging. Ebook http://ilmu ternak.com
(Akses 3 Maret 2016)
Abustam, E. dan H. M. Ali. 2004. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Pengolahan
Daging. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Anonim, 1982. Industri Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pangan Institut Pertanian Bogor.
Anonim, 2006. Mengawetkan Daging Tanpa Formalin Terhadap Pengolahan. Bogor.
Anonim, 2008. Mengenal Daging Sapi, http;//dapurmlandhing. dagdigdug.com
(Akses 31 Maret 2016
Anonim, 2009. Pembuatan Dendeng. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Astawan, M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah. http://produk peternakan.
blogspot.com (Akses 31 Maret 2016)
Astawan, P. D. (2007). Pentingnya mengkonsumsi daging. http//peternakan
taurus.wordpress.com. (Akses 31 Maret 2016)
Azman. 2006. Peningkatan Mutu Dendeng Dengan Menggunakan Tenda Pengering.
Balai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Barat.
Bacus, J. 1984. Utilization of Mikroorganism in Meat Procesing. Research Studies
Press Ltd, England.
Bouton. P.E., P.V. Harris, and W.R. Shorthose. 1971. Effect of ultimate pH upon the
waterholding capacity and tenderness of mutton. Journal Food Science.
36:435-439.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1983. Ilmu Pangan.
Terjemahan : H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Buckle, K.A., and Purnomo, H., 1986. Measurement of Non - Enzymatic Browning
of Dehydrate and Intermediate Moisture Meat. J. Sci. Food Agric., 37: 165-
172.
35
Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam pH daging Sapi Bali pada Berbagai Lokasi
Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 5,75 5,51 6,12 5,80
2 5,76 5,30 6,02 5,57
3 5,81 5,45 6,05 5,66
4 5,75 5,50 6,14 5,49
5 5,79 5,42 5,31 5,62
Total 28,87 27,18 29,64 28,14
Rataan 5,77 5,44 5,93 5,63
S.Dev 0,03 0,08 0,35 0,11
12957
= 20
= 647,8255022
39
3. Jumlah Kuadrat
= 649 647,826
= 1,2254
833 + .. + 792
= 647,8255
5
3242
= 647,826
5
= 0,65643111
= 0,569
4. Kuadrat Tengah
= 0,2188
40
= 0,0356
= 6,1528
0,1886 x100%
=
5,6913
= 3,31%
F Tabel
Keragaman db Jumlah KuadratKuadrat Tengah F Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 0,65643 0,21881 **
6,15284 3,23887 5,29221
Galat 16 0,56900 0,03556
Total 19 1,22543
Ket.
* Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
2KTG
BNT() = t (db galat) x ( n )
0,071125
BNT(0,05) = 2,11990529 x ( 16 )
= 2,11990529 x 0,00444531
= 2,11990529 x 0,06667318
= 0,14134082
0,071125
BNT(0,05) = 2,92078162 x ( )
16
= 2,92078162 x 0,00444531
= 2,92078162 x 0,06667318
= 0,19473779
Rataan Pe rlakuan
LD BP PP GN
5,77 5,44 5,93 5,63
Selisih
LD vs BP 0,34 **
LD vs PP 0,15 *
LD vs GN 0,15 *
BP vs PP 0,49 **
BP vs GN 0,19 *
PP vs GN 0,30 **
SCRIPT
LD BP PP GN
a b c d
42
Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam Susut Masak daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berebda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 34,56% 36,47% 37,65% 28,19%
2 40,91% 39,21% 31,31% 32,62%
3 35,78% 39,38% 36,18% 24,91%
4 34,17% 32,80% 36,46% 35,42%
5 34,06% 16,85% 39,20% 27,78%
Total 179,48% 164,71% 180,80% 148,92%
Rataan 35,90% 32,94% 36,16% 29,78%
S.Dev 2,88% 9,38% 2,96% 4,19%
4541,55%
=
20
= 2,270773441
43
3. Jumlah Kuadrat
= 2,33322905 2,270773
= 0,06245561
3,22130704 + .. + 2,217717
= 2,270773
5
11,4208261
= 2,270773
5
= 0,01339178
= 0,04906383
4. Kuadrat Tengah
= 0,004463926
44
= 0,003066489
= 1,455712088
5,54% x100%
=
33,70%
= 16,43%
F Tabel
Keragaman db Jumlah KuadratKuadrat Tengah F Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 1,34% 0,45% tn
1,45571209 3,23887 5,29221
Galat 16 4,91% 0,31%
Total 19 6,25%
Ket.
* Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Skor Warna daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 8 8 9 7
2 7 8 8 7
3 8 9 9 7
4 3 9 8 8
5 8 8 7 7
6 4 7 5 7
7 7 9 9 9
8 7 9 8 9
9 7 9 8 3
10 5 8 4 7
11 4 6 7 8
12 4 7 5 6
13 7 8 9 7
14 8 9 9 7
15 5 7 9 8
Total 92,00 121,00 114,00 107,00
Rataan 6,13 8,07 7,60 7,13
S.Dev 1,77 0,96 1,68 1,41
188356
= 60
= 3139,266667
3. Jumlah Kuadrat
= 64 + .. + 64 3139,267
= 3294 3139,27
= 154,7333
8464 + .. + 11449
= 3139,267
15
47550
= 3139,27
15
= 30,7333333
= 124
47
4. Kuadrat Tengah
= 10,2444
= 2,2143
= 4,6265
1,4880 x100%
=
7,2333
= 20,57%
= 2,0032407 x 0,52610428
= 1,05391351
4,42857143
BNT(0,05) = 2,66651238 x ( 16 )
= 2,66651238 x 0,27678571
= 2,66651238 x 0,52610428
= 1,40286358
LD BP PP GN
6,13 8,07 7,60 7,13
Selisih
LD vs BP 1,93 **
LD vs PP 1,47 **
LD vs GN 1,00 tn
BP vs PP 0,47 tn
BP vs GN 0,93 tn
PP vs GN 0,47 tn
SCRIPT
LD BP PP GN
a b b ab
49
Lampiran 5. Analisis Sididk Ragam Aroma daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 2 2 3 3
2 2 3 4 4
3 3 2 3 4
4 3 3 2 3
5 3 3 3 3
6 3 3 2 3
7 3 3 3 3
8 2 3 3 2
9 2 3 2 3
10 3 2 2 3
11 3 2 2 2
12 2 3 2 3
13 2 3 3 2
14 3 2 3 4
15 3 3 2 4
Total 39,00 40,00 39,00 46,00
Rataan 2,60 2,67 2,60 3,07
S.Dev 0,51 0,49 0,63 0,70
26896
= 60
= 448,2666667
3. Jumlah Kuadrat
= 4 + .. + 16 448,2667
= 470 448,267
= 21,7333
1521 + .. + 2116
= 448,2667
15
6758
= 448,267
15
= 2,26666667
= 19,4666667
51
4. Kuadrat Tengah
= 0,7556
= 0,3476
= 2,1735
0,5896 x100%
=
2,7333
= 21,57%
52
Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Tekstur daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 3 5 2 3
2 3 4 3 3
3 4 3 4 3
4 3 3 4 2
5 3 3 4 3
6 3 3 3 3
7 4 3 3 4
8 2 3 4 4
9 2 3 2 4
10 4 3 3 2
11 3 2 2 2
12 4 3 4 2
13 4 3 2 2
14 3 3 4 3
15 3 3 4 4
Total 48,00 47,00 48,00 44,00
Rataan 3,20 3,13 3,20 2,93
S.Dev 0,68 0,64 0,86 0,80
34969
= 60
= 582,8166667
3. Jumlah Kuadrat
= 9 + .. + 16 582,8167
= 615 582,817
= 32,1833
2304 + .. + 1936
= 582,8167
15
8753
= 582,817
15
= 0,71666667
= 31,4666667
55
4. Kuadrat Tengah
= 0,2389
= 0,5619
= 0,4251
0,7496 x100%
=
3,1167
= 24,05%
56
TABEL RAGAM
F Tabel
Keragaman db Jumlah KuadratKuadrat Tengah F Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 0,71667 0,23889 tn
0,42514 2,76943 4,15194
Galat 56 31,46667 0,56190
Total 59 32,18333
Ket.
* Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Cita Rasa daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 1 2 3 2
2 1 3 2 5
3 2 3 2 2
4 2 3 3 3
5 2 2 3 3
6 1 2 2 2
7 1 2 2 1
8 2 2 2 2
9 2 3 2 2
10 2 3 2 2
11 1 2 2 1
12 1 2 1 1
13 1 2 2 2
14 2 1 2 2
15 1 2 3 2
Total 22,00 34,00 33,00 32,00
Rataan 1,47 2,27 2,20 2,13
S.Dev 0,52 0,59 0,56 0,99
14641
= 60
= 244,0166667
3. Jumlah Kuadrat
= 1 + .. + 4 244,0167
= 277 244,017
= 32,9833
484 + .. + 1024
= 244,0167
15
3753
= 244,017
15
= 6,18333333
= 26,8
59
4. Kuadrat Tengah
= 2,0611
= 0,4786
= 4,3068
0,6918 x100%
=
2,0167
= 34,30%
= 2,0032407 x 0,2445842
= 0,48996102
0,95714286
BNT(0,05) = 2,66651238 x ( 16 )
= 2,66651238 x 0,05982143
= 2,66651238 x 0,2445842
= 0,65218679
LD BP PP GN
1,47 2,27 2,20 2,13
Selisih
LD vs BP 0,80 **
LD vs PP 0,73 **
LD vs GN 0,67 **
BP vs PP 0,07 tn
BP vs GN 0,13 tn
PP vs GN 0,07 tn
SCRIPT
LD BP PP GN
a b b b
61
Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Keempukan daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 3 5 5 4
2 3 4 4 3
3 2 3 3 4
4 3 4 3 2
5 3 3 4 3
6 2 4 3 4
7 2 3 3 4
8 3 2 2 1
9 2 3 2 2
10 3 4 3 2
11 2 2 2 2
12 4 5 4 2
13 3 5 4 3
14 3 4 4 3
15 2 4 4 3
Total 40,00 55,00 50,00 42,00
Rataan 2,67 3,67 3,33 2,80
S.Dev 0,62 0,98 0,90 0,94
62
34969
= 60
= 582,8166667
63
3. Jumlah Kuadrat
= 9 + .. + 9 582,8167
= 635 582,817
= 52,1833
1600 + .. + 1764
= 582,8167
15
8889
= 582,817
15
= 9,78333333
= 42,4
4. Kuadrat Tengah
= 3,2611
64
= 0,7571
= 4,3071
0,8701 x100%
=
3,1167
= 27,92%
= 2,0032407 x 0,30764079
= 0,61627856
1,51428571
BNT(0,05) = 2,66651238 x ( 16 )
= 2,66651238 x 0,09464286
= 2,66651238 x 0,30764079
= 0,82032798
LD BP PP GN
2,67 3,67 3,33 2,80
Selisih
LD vs BP 1,00 **
LD vs PP 0,67 *
LD vs GN 0,13 tn
BP vs PP 0,33 tn
BP vs GN 0,87 **
PP vs GN 0,53 tn
SCRIPT
LD BP PP GN
a b bc ac
66
Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Kesan Jus daging Sapi Bali pada berbagai
Lokasi Otot yang berbeda
Perlakuan
Ulangan
LD BF PP GN
1 2 3 4 4
2 2 4 2 3
3 4 3 3 3
4 3 3 2 2
5 3 2 3 2
6 2 3 2 3
7 2 2 3 3
8 3 3 3 1
9 2 3 3 1
10 2 3 2 1
11 3 3 3 3
12 2 3 4 3
13 2 3 4 4
14 2 4 3 2
15 2 4 2 3
Total 36,00 46,00 43,00 38,00
Rataan 2,40 3,07 2,87 2,53
S.Dev 0,63 0,59 0,74 0,99
26569
= 60
= 442,8166667
67
3. Jumlah Kuadrat
= 4 + .. + 9 442,8167
= 479 442,817
= 36,1833
1296 + .. + 1444
= 442,8167
15
6705
= 442,817
15
= 4,18333333
= 32
4. Kuadrat Tengah
= 1,3944
68
= 0,5714
= 2,4403
0,7559 x100%
=
2,7167
= 27,83%