Anda di halaman 1dari 13

IMUNITAS HUMORAL

June 22, 2010 in Uncategorized

Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan
imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel B mengalami pematangan
dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase pertama pematangan
sel B bersifat independen-antigen. Dan fase kedua adalah fase dependen antigen, sel B
berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif dan membentuk sel plasma yang mampu
mengeluarkan antibodi (Baratawidjaja, 1996).

Ada zat yang sangat penting yang terdapat pada secret system pernafasan , yaitu
immunoglobulin dan antiprotease mekanisme imun humoral didalam system pernafasan
tampak dalam 2 bentuk antibody berupa imuniglobulin IgA dan IgB. Antibody ini terutama
IgA penting sebagai pertahanan dinasofaring dan saluran udara pernafasan bagian atas. IgA
yang terdapat didaerah ini merupakan produk local sehingga kadar iga jenis ini lebih banyak
terdapat pada system pernafasan dibandingkan di dalam darah. Dapat dikatakan bahwa iga
yang paling berperan di system pernafasan. Seperti halnya IgA, IgG yang ada di paru
sebagian besar merupakan hasil produksi local paru sedangkan sebagan kecil lainnya berasal
dari serum. Igg berperan dalam menggumpalkan partikel, menetralkan toksin yang diproduksi
oleh virus dan bacteria, mengaktifkan komplemen, dan melisiskan gram negatif (Dinejad,
2005).

Kekebalan humoral (humoral immunity) melibatkan aktivasi limfosit B. limfosit B akan


mensekresikan antibody, antibody yang dibentuk akan beredar dalam plasma darah atau
limfa. Pembentukan antibody ini dipicu oleh adanya antigen. Antibody yang beredar sebagai
respon humoral bekerja melawan bakteri bebeas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya
yang berada di dalam cairan tubuh. pengikatan antibody dan antigen merupaakan dasara dari
mekanisme pembuangan antigen (Yahya, 2002).

Banyak antigen dapat memicu respon kekebalan humoral oleh sel B hanya dengan partisipasi
sel T helper. Antigen seperti ini disebut antigen yang bergantung pada sel T, dan sebagian
besar antigen, protein termasuk dalam jenis ini.

Adapun proses penghasilan antibodi yang dilakukan oleh sel B yaitu:

1. Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh

2. Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk kompleks dengan
protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian diangkut ke permukaan sel, tempat kompleks
tersebut disajikan ke sel-sel lain milik system kekebalan.

3. Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan itu berinteraksi
dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan kompleks MHC dan antigen.

4. Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang telah
menghancurkan antigen dengan cara endositosis dan memperlihatkan fragmen antigen
bersama dengan protein MHC kelas II. Sel T helper mensekresikan IL-2 dan sitokin lain yang
mengaktifkan sel B.

5. B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B memori dan sel
plasma, yang merupakan sel ecfektor yang mensekresi antibodi pada kekebalan humoral
(Yahya, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universit as Indonesia

Dinejad, Ahmad. 2005. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Cv.Swasada

Yahya, Harun. 2002. Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban didalamnya. Bandung: PT.
Syaamil Cipta Media.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunologi

Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada
berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti :
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi,
dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu
bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas
masalah antigen, antibodi, dan fungsi fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan
dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan
penoloakan jaringan asing.

Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.

a. Imunologi infeksi

Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi
fagosit, komplemen dan sel sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam
tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya
belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun
nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.

b. Imunulogi kanker

Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel
tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun,
antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun
menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber;
beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker
leher rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat
rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh
adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah
beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Kemungkinan
sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting untuk mengatur
pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi kanker
membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel
tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.

Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal
menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor
ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini
menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga
membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul
MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini
merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor
yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen

Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.Sel
tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan
mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga
mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan
sitokin TGF-, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat
berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.

Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang
menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang
memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi
oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang
menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. telah
mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel kanker,
makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan membunuh sel
tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan salah satu hal yang diteliti oleh
penelitian medis.

Tujuan mempelajari imunologi kanker ialah :


1. Mengetahui hubungan antara respons imunologi pejamu dan tumor.

2. Menggunakan pengetahuan tentang respons imun terhadap tumor dalam diagnosis,


profilaksis dan pengobatan.

2.2 Sejarah imunologi

Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh,
terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, Girolamo Fracastoro
mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat
yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat
tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum
dapat diidentifikasi.

Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi
variola secara alamiah, bila ia telah terkontaminasi sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox).
Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar.Dengan ditemukannya mkroskop maka
kemajuan dalam bidang makrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab
penyakit infeksi.Selain itu peneliti Perancis, Charles Richet dan Paul Portier (1901)
menemukan bahwa reaksi kekebalan yang diharapkan timbul dengan menyuntikkan zat
toksin pada anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah keadaan sebaliknya yaitu
kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis (tanpa pencegahan).

Pada tahun 1873 Charles Blackley mempelajari penyakit hay fever, yaitu penyakit dengan
gejala klinis konjungtivitis dan rinitis, serta melihat bahwa ada hubungan antara penyakit ini
dengan serbuk sari Lalu pada tahun 1911-1914, Noon dan Freeman mencoba mengobati
penyakit hay fever dengan cara terapi imun yaitu menyuntikkan serbuk sari subkutan sedikit
demi sedikit. Sejak itu cara tersebut masih dipakai untuk mengobati penyakit alergi terhadap
antigen tertentu yang dikenal dengan cara desensitisasi.

Pada tahun 1923, Cooke dan Coca mengajukan konsep atopi (strange disease) terhadap
sekumpulan penyakit alergi yang secara klinis mempunyai manifestasi sebagai hay fever,
asma, dermatitis, dan mempunyai predisposisi diturunkan. Dan mulai saat itu ilmu alergi-
imunologi diterapkan dalam kelainan dan penelitian di bidang alergi klinis.

Landsteiner (1900) menemukan golongan darah ABO, dan disusul dengan golongan darah
rhesus oleh Levine dan Stenson (1940) , maka kelainan klinis berdasarkan reaksi imun
semakin dikenal. Pada masa itu, fenomena imun yang terjadi baru dapat dijabarkan dengan
istilah imunologi saja. Baru pada tahun 1939, 141 tahun setelah penemuan Jenner, Tiselius
dan Kabat menemukan secara elektroforesis bahwa antibodi terletak dalam spektrum globulin
gama yang kemudian dinamakan imunoglobulin (Ig). Dengan cara imunoelektroforesis
diketahui bahwa imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang diberi nama IgA, IgG, IgM, IgD dan
IgE (WHO, 1964).

2.3 Mekanisme Sistem Imun


Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme
pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.

Imunitas atau Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imun non
spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.

1. Sistem Imun Non Spesifik

Tubuh mempunyai dua lapisan, yaitu kekebalan tubuh non spesifik dan kekebalan tubuh
spesifik. Bakteri, virus, dan zat asing harus melalui sistem kekebalan nonspesifik terlebih
dahulu. Jika kekebalan nonspesifik tidak mampu menghancurkannya, berikutnya zat
penginfeksi trersebut akan menghadapi sistem kekebalan spesifik.

.Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam
sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level
larut seperti pada asam lambung atau enzim.

Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren yang
secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal dari jenis
apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen. Sistem ini
disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. Selain itu
sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak
memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat.

a. Kekebalan eksternal

Kekebalan eksternal terdiri dari jaringan epitelium yang melindungi tubuh kita (kulit dan
kelenjar mukus) beserta sekresi yang dihasilkannya. Selain sebagai penghalang masukn ya
penyakit, epitelium juga menghasilkan zat-zat pelindung. Misalnya hasil sekresi kulit bersifat
asam sehingga beracun bagi bakteri. Air ludah (saliva) dan air mata juga dapat membunuh
bakteri. Mukus (lendir) menjebak mikroorganisme sehingga tidak dapat masuk ke dalam
saluran pencernaan dan pernafasan.

b. Kekebalan Internal

Kekebalan internal akan melawan bakteri, virus, atau zat-zat asing yang mampu melewati
kekebalan eksternal. Kekebalan internal juga rangsangan kimiawi dan melibatkan sel-sel
fagostik. Sel natural killer(sel pembunuh alami). Protein anti mikroba yang melawan zat
asing yang telah masuk dalam tubuh, serta peradangan (inflamasi) dan demam.

1. Neutrofil
Neutrofil meliputi sekitar 60% sampai 70% dari semua sel darah putih (leukosit). Sel-sel
yang rusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik
neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil akan memasuki jaringan yang terinfeksi. Lalu
menelan dan merusak mikroba yang ada di sana (migrasi menuju sumber zat kimia yang
mengundah ini disebut kemotaksis. Akan tetapi, neutrofil cenderung merusak diri sendiri
ketika mereka merusak penyerang asing dan masa hidupnya rata-rata hanya beberapa hari.

2. Mikrofag

Mikrofag akan berlekatan dengan polisakarida di permukaan tubuh mikroba dan kemudian

3. Eosinofil

Eosinofil meliputi sekitar 1.5 % saja dari leukosit. Sumbangan untuk eosinofil pada
pertahanan adalah melawan penyerang parasitik yang berukuran lebih besar, seperti cacing
darah. Eosinofil memposisikan dirinya melawan dinding eksternal parasit dan melepaskan
enzim-enzim perusak dari granula sitoplasmik. Sel-sel ini mempunyai aktivitas fagostik yang
terbatas (Campbell,2004).

4. Natural Killer (Sel Pembunuh Alami)

Natural Killer (Sel Pembunuh Alami) menyerang sel parasit dengan cara mengeluarkan
senyawa penghancur yang disebut perofin. Sel natural killer dapat melisiskan dan membunuh
sel-sel kanker serta virus sebelum kekebalan adaptif deaktivasi. Protein anti mikroba
meningkatkan pertahanan tubuh dengan menyerang mikroorganisme secara langsung maupun
dengan cara menghambat reproduksi mikroorganisme. Salah satu protein antimikroba yang
penting untuk melindungi sel dari serangan virus dan interfeon.

5. Sistem Komplemen

Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Aktivasi
sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel
asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak
sebagai proenzim dalam cairan tubuh.

6. Sitokin dan Kemokin

Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki fungsi
penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan
hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin
yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor
necrosis factor-a (TNF-a).

Kekebalan internal lain adalah respon peradangan (inflamasi) dan demam. Peradangan dipicu
oleh trauma fisik. Panas yang berlebihan, infeksi bakteri,dll. Peradangan bersifat lokal atau
hanya muncul pada daerah terinfeksi sedangkan demam menyebar keseluruh tubuh

2. Sistem Imun Spesifik


Kekebalan adaptif dapat bersifat alami maupun buatan. Kekebalan alami pasif diperoleh bayi
dari ibunya saat dalam kandungan, sedangkan kekebalan adaptif alami aktif didapat misalnya
melalui infeksi (menderita penyakit terlebih dahulu). Kekebalan adaptif buatan aktif
diperoleh melalui imunisasi

Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari
sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu
cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan
gizi yang baik dan seimbang.Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi
secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.

Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus dan
diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif.

1. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang lain.

2. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen asing
yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap produk
mikroba atau transplantasi se lasing.

Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk mengenal
benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa
karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan
pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri;
dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai
respon memori yang kuat

Berdasarkan sel yang terlibat dalam mekanisme, kekebelan adaptif dibagi menjadi dua, yaitu
kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantai sel (cell mediated immunity)

a. Kekebalan Humoral

Unsur yang paling berperan dalam kekebalan humoral adalah antibodi yang dihasilkan oleh
sel-sel B limfosit. Antibodi ditemukan dalam humor (cairan) tubuh, misalnya darah dan
cairan limfa dan berfungsi mengikat bakteri dan racun bakteri, serta menandai virus untuk
dihancurkan lebih lanjut oleh sel darah putih.

b. Kekebalan yang Diperantai Sel

Faktor terpenting dalam kekebalan ini adalah sel-sel hidup, yaitu sel-sel T limfosit. sel-
sel ini secara aktif melawan bakteri dan virus yang ada dalam sel tubuh yang terinfeksi. Sel-
sel ini juga melawan protozoa, jamur, cacing parasit.

Untuk mengetahui perbedaan sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik dapat di
lihat dalam tabel berikut.

Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik


Non spesifik Spesifik

Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang

Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroorganisme yang


mikroorganisme sudah mensintesis sebelumnya

Sel yang penting Fagosit, Sel NK, Sel K Limfosit

Molekul yang Lizosim, Komplemen, Protein fase Antibody sitokin


penting akut, Interferon ( sitokin )

Sel yang berada di didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
dalamnya

Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan


pertama dan efektik untuk pajanan
berikutnya dengan antigen yang sama

Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karna
memiliki sifat memory

2.4 Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh

1. Tonsil ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit dan
fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam
cairan lymph (Kurnadi,2008:42).

2. Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah belakang
lambung. Limpa berfungsi sebagai:

1) tempat pembentukan sel darah putih

2) Tempat cadangan sel darah

3) tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati

4)Tempat membunuh kuman-kuman penyakit (Syamsuri, 2007:145).

3. Thymus suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di rongga dada bagian
atas.Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrophy (mengecil) setelah dewasa. Fungsi
thymus ialah memproses limposit muda menjadi Limposit T.Limposit T yang terbentuk
kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan limfatik lainnya (Kurnadi,2008:14).

4. Sumsum Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit muda yang akan
diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi Limposit T dan Limposit
B (Kurnadi,2008:143).
2.5 Antigen dan Antibodi

Dua substansi yang memegang peranan penting dalam sistem kekebalan adalah antigen dan
antibodi.

1. Antigen

Antigen adalah suatu substansi kimia yang mampu merangsang sistem imun (kekebalan)
untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh antigen adalah bagian luar kapsul atau dinding
sel bakteri.Antigen disebut juga imunogen. Antigen merupakan bahan asing yang merupakan
target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan
seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap
selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi
tanggapan imun.

Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus
pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat
asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu
antigen eksogen dan antigen endogen.

1. Antigen Eksogen

Antigen Eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam
bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab
terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-
penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada asma.

2. Antigen endogen

Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen
berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen
alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam
spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk
mendiagnosa penyakit.

Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik adalah kelompok-
kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies dengan individu
spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah
merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun
jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen ini
dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara
genetik didalam populasi.

Antigen mempunyai dua ciri penting, yaitu sebagai berikut:

a. Imunogenitas : Kemampuan untuk memicu perbanyakan antibodi dan limfosit spesifik.

b. Reaktivitas : Kemampuan untuk bereaksi dengan limfosit yang teraktivasi dan antibodi
yang dilepaskan oleh reaksi kekebalan.

Selain antigen, terdapat juga molekul yang disebut dengan Hapten. Hapten adalah
substansi kimiawi sederhana atau suatu bagian dari antigen yang tidak menimbulkan respon
kekebalan, tetapi jika hapten berikatan dengan protein tubuh anak mengenalinya sebagai
substansi berbahaya.

Contoh-contoh antigen antara lain:

1. Bakteri 4. Sel-sel dari transplantasi organ

2. Virus 5. Toksin

3. Sel darah yang asing

2. Antibodi

Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan secara
spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat menghancurkan
antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan antigen. Fungsi utama antibodi
adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk penghancuran lebih lanjut. Umumnya jika
antibodi bertemu dengan antigen akan terbentuk kompleks antigen-antibodi.

Antibodi disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG, IgA, IgM,
IgD, dan Ig E.

a. Imunoglobin G (IgG)

Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Antibodi ini dengan mudah
melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG juga menembus
plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi ibu ke janin. IgG melindungi tubuh dari
bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, dan memicu kerja sistem
komplemen.
b. Imunoglobin A (IgA)

IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk monomer Y (suatu dimer) oleh sel-sel yang
terdapat berlimpah pada membran mukosa. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah
pertautan virus dan bakteri ke permukaan epitelium. IgA ditemukan dalam sebaguan besar
sekresi tubuh, seperti ludah, keringat, dan air mata.

c. Imunoglobin M(IgM)

Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus antigen.
Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostik bermanfaat karena
kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh patogen yang
menyebabkan pembentuknya. Sintesis imunoglobin M dilakukan oleh fetus waktu intrauterin.
Oleh karena tidak dapat menelan plasenta, maka IgM pada bayi yang baru lahir menunjukkan
tanda-tanda infeksi intrauterin.

d. Imunoglobin D (IgD)

Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD
terutama ditemukan pada permukaan sel B yang kemungkinana berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi sel plasma dan
sel B memori.

e. Immunoglobin E(IgE)

Antibodi IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan IgG dan hanya mewakili
sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE disekresikan oleh sel plasma di kulit,
mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh antigen, akan menyebabkan sel
melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan dan reaksi alergi.

2.6 Respon Kekebalan

Jika terpapar oleh suatu antigen, akan terjadi respon kekebalan. Perkenalan dengan suatu
antigen akan membangkitkan respon kekebalan primer. Jika setelah beberapa waktu
seseorang terkena antigen yang sama, maka akan muncul respon kekebalan sekunder.

1. Respon Kekebalan Primer

Setelah antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi tidak segera terbentuk di dalam serum darah.
Masa antara pemberian antigen dan dibentuknya antibodi dalam serum disebut periode laten.
Lama periode laten sekitar 6-7 hari. Pada periode laten, antigen disampaikan pada sel-sel
yang imunokomplemen, yaitu sel B yang menghasilkan antibodi. Pada periode ini terjadi
poliferase dan diferensiasi sel B.

Setelah periode laten, kemudian masuk pada tahap biosentisis. Fase awal dari
periode logaritmis di dalam tubuh. Diikuti oleh fase mantap, yaitu dimana kecepatan sintesis
protein sama dengan kecepatan katabolismenya, dan diakhiri fase penurunan, yaitu dimana
katabolisme antibodi lebih cepat daripada sintesisnya.
2. Respon Kekebalan Sekunder

Pertemuan kedua antigen yang sama yang pernah diberikan sebelumnya akan
membangkitkan respon kekebalan sekunder. Ketika antigen ini terpapar pada tubuh, antibodi
yang masih ada dalam serum akan menyusut. Fase ini disebut dengan fase negatif. Antigen
dan antibodi dalam serum kemudian akan membentuk kompleks antigen-antibodi. Jika dosis
antigen sedikit, respon kekebalanyang kuat tidak akan terjadi. hal tersebut mungkin karena
serum antigen tersebut telah digunakan untuk membentuk kompleks antigen-antibodi.
Sebaliknya, jika dosis antigen cukup banyak, sek-sel B yang tersisa akan membentuk antibodi
sehingga muncullah respon sekunder.

3. Perbedaan Respon Primer dan Respon Sekunder

Pada perisriwa stimulasi respon primer, sel sel perkusor membelah diri dan mengadakan
diferensiasi menjadi sel-sel pembentuk antibodi yang memproduksi IgM dan IgD. Selama
proses terbentuk sel-sel memori yang jumlahnya masih terbatas. Menyusul respon sekunder,
sel-sel sensitif terhadap antigen yang jumlahnya bertambah cepat sehingga sintesis antibodi
meningkat.

Respon kekebalan sekunder yang muncul bersifat lebih cepat, lebih tahan lama, dan lebih
efektif daripada respon sebelumnya. Hal itu disebabkan sistem kekebalan telah lebih siap
terhadap antigen karena sel-sel memori bersiap melawan antigen. Sel-sel memori ini yang
pada akhirnya akan menimbulkan memori imunologis.

2.7 Kelainan Pada Sistem Pertahanan Tubuh

Ketidakseimbangan, baik kekurangan maupun kelebihan dalam sistem pertahanan tubuh


dapat menimbulkan penyakit, antara lain sebagai berikut.

1. Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat lemah atau tidak
mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya. Imunodefisiensi dapat terjadi
karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu dewasa.

Imunodefisiensi yang paling memeatikan adalah AIDS yaang disebabkan oleh HIV. HIV
menghambat kertja sel T hepler sehingga menekan sistem kekebalan. Penderita AIDS
umumnya meninggal karena komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak dapat diatasi
oleh sistem kekebalan yang lemah.

2. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensivitas adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu. Dalam peristiwa alergi,
sistem kekebalan dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha melakukan
perlawanan. Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen.

3. Autoimunitas

Autoimunitas adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengenali sel tubuhnya sendiri.
Sistem kekebalan menganggap sel tubuhnya sebagai antigen dan menghasilkan antibodi
untuk melawannya. Contoh : penyakit Lupus.

4. Isoimunitas

Isoimunitas adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain yang
melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah atau karena
cangkok organ dari orang lain.

Anda mungkin juga menyukai