Anda di halaman 1dari 16

1

FAGOSITOSIS

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Fagositosis

Fagositosis merupakan mekanisme tubuh untuk melawan agen asing yang

masuk dalam tubuh (Suyudi dan Hutabarat, 1993) dan merupakan bagian dari respon

imun nonspesifik serta memainkan peran pada pertemuan pertama inang dengan benda-

benda asing. Pada proses ini terjadi penelanan partikel-partikel oleh sekelompok sel

khusus yang dinamakan sebagai sel-sel fagositik (Bellanti, 1993).

Selain itu dikenal pula istilah pinositosis, yaitu proses memakan zat-zat non

partikel, misalnya tetes cairan. Proses fagositosis maupun pinositosis mulai dari

terbentuknya suatu kantong pada membran sel, dan diikuti dengan pengambilan partikel

atau terisi oleh cairan. Kantong ini kemudian melipat ke dalam dan membentuk vakuola

yang berisi partikel atau cairan yang akan dicerna lebih lanjut.

Untuk lebih memahami tentang bagaimana bakteri dapat menghindar dari

fagositosis atau selamat dari proses fagositosis, maka dalam makalah ini akan dibahas

mengenai tahap-tahap fagositosis dan berbagai cara bakteri dalam mengatasi atau

menghindari aktivitas fagositosis.

1.2 Sel-sel Fagositik

Pada manusia, fagositosis dilakukan terutama oleh fagosit mononuklear,

neutrofil dan dalam jumlah yang kecil oleh eosinofil. Fagosit mononuklear dihasilkan

oleh sel induk (stem cell) di dalam sumsum tulang, kemudian mengalami proliferasi dan

dilepaskan dalam darah sesudah satu periode melalui fase monoblast fase promonosit

fase monosit (Bellanti, 1993 )J umlah monosit yang mencapai 3 7% dari seluruh
2

leukosit dalam sirkulasi dapat bertahan selama 1 3 hari sebelum masuk dalam jaringan

dan menjadi makrofag yang dapat hidup beberapa bulan dan dapat bergerak bebas atau

juga tidak bergerak seperti sel Kupffer dalam hati dan sel Langerhans dalam kulit

(Suyudi dan Hutabarat, 1993).

Makrofag sangat dikhususkan untuk melaksanakan fungsi penelanan dan

penghancuran semua benda-benda berupa partikel dengan proses endositosis. Sel-sel ini

membersihkan dan menghancurkan bakteri-bakteri tertentu, sel-sel yang rusak atau

tidak berguna, sel-sel tumor, benda-benda koloid dan molekul-molekul besar. Proses

fagositosis kadang-kadang dipermudah oleh adanya antibodi dan komplemen sebagai

opsonin (Bellanti, 1993).

Leukosit Neutrofil atau Polimorfonuklear (PMN) dalam keadaan normal

berjumlah 60 70% dari jumlah seluruh leukosit di dalam darah perifer orang dewasa

(Bellanti, 1993). Todar (1997) menyatakan bahwa sel yang memiliki masa hidup yang

pendek ini meliputi 30 70% dari leukosit dalam sirkulasi. Sel ini berasal dari stem cell,

kemudian mengalami satu seri pembelahan dan pendewasaan melalui fase myeloblast

promyelosit metamyelosit sel matang PMN dewasa. Sesudah periode yang pendek

di dalam sirkulasi (12 jam), kemudian masuk ke jaringan dan bertahan selama beberapa

hari. Secara normal sel-sel ini tidak pernah kembali dari jaringan ke dalam darah.

Beberapa sel dalam kelompok vaskuler tidak mengalir secara bebas, karena sebagian

dari sel-sel ini terasing untuk sementara dalam pembuluh-pembuluh darah kecil atau

menempel pada dinding pembuluh darah besar (Bellanti, 1993).

Sel fagositik ketiga adalah eosinofil, meliputi sekitar 1 3 % dari leukosit yang

ada dalam sirkulasi darah dan dapat dibedakan dari leukosit lainnya oleh adanya

granula-granula sitoplasmik yang besar yang tercat merah dengan eosin. Sel-sel ini
3

mempunyai banyak persamaan dengan neutrofil dan menunjukkan morfogenesis yang

sama. Namun demikian, berbeda dengan neutrofil, eosinofil menjadi masak dalam

sumsum tulang dalam waktu 3 6 hari sebelum lepas ke sirkulasi. Di dalam sirkulasi,

sel ini mempunyai half life sekitar 30 menit dan dalam jaringan sekitar 12 hari (Bellanti,

1993).

Eosinofil tidak seefisien neutrofil dalam fagositosis, tetapi memiliki lisosom dan

mengadakan letupan pernafasan bila terangsang dengan tepat. Eosinofil secara unik

cocok untuk menyerang dan menghancurkan larva cacing dengan menghancurkan

kutikula. Eosinofil juga mampu menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel

mast dan basofil dan karena itu mengatur perbarahan yang disebabkan oleh sel-sel ini

(Tizard, 1981).

TAHAP TAHAP FAGOSITOSIS

Bellanti (1993) mengemukakan, bahwa proses fagositosis terjadi dalam

beberapa tahap, yaitu :

1. Adanya interaksi sel fagosit dengan agen infeksi

2. Perlekatan sel fagosit

3. Ingesti atau proses penelanan dan pembentukan fagosom

4. Fusi antara fagosom dengan lisosom membentuk fago-lisosom.

5. Proses pembunuhan intraseluler

6. Proses digesti intraseluler dan ekskresi

2.1 Interaksi antara Sel Fagosit dengan Agen Asing


4

Sel-sel fagosit baik monosit maupun neutrofil mencapai tempat infeksi atau agen

asing melalui dua cara, yaitu :

1. Proses diapedesis, yaitu terjadinya migrasi sel dari dinding pembuluh darah

ke tempat infeksi, diperantarai oleh mediator ( kinin, histamin, prostaglandin

dan sebagainya).

2. Kemotaksis, yaitu gerakan amoeboid dari sel fagosit ke tempat infeksi karena

adanya rangsangan kimia (chemoatractant).

2.2 Perlekatan pada Sel Fagosit

Fagositosis dimulai dengan adanya perlekatan partikel pada permukaan

membran plasma dari sel-sel fagosit. Tahap ini biasanya melibatkan reseptor pada

membran plasma sel fagosit. Lebih dari 40 tipe reseptor spesifik telah diidentifikasi dari

sel-sel fagosit dan beberapa diantaranya terlibat dalam proses fagositosis

2.3 Ingesti atau Proses Penelanan dan Pembentukan Fagosom

Setelah terjadi perlekatan partikel pada permukaan sel fagosit, terjadilah proses

penelanan yang diawali dengan pelipatan dan invaginasi membran sel yang mengurung

partikel dan akhirnya membawanya masuk ke bagian sitoplasma . Kadang-kadang suatu

letupan respirasi (respiratory burst) menyertai proses penelanan ini dan dikenal sebagai

proses ingesti menggunakan ATP. Hasil akhir dari proses ingesti ini adalah terkurungnya

partikel pada suatu vakuola yang terbentuk dari membran plasma sel. Struktur ini

dinamakan fagosom.
5

2.4 Pembentukan Fago-lisosom

Migrasi fagosom ke dalam sitoplasma kemudian diikuti dengan fusi lisozom

yang membebaskan komponen-komponennya ke dalam fagosom. Fusi ini berlangsung

melalui bagian membran yang terbuka dan membentuk suatu vakuola digesti yang

disebut fago-lisosom.

2.5 Proses Pembunuhan Intraseluler

Beberapa menit setelah proses penelanan dan terbentuknya fagolisosom, bakteri

akan mengalami kehilangan kemampuan untuk reproduksi. Mekanisme yang pasti dari

proses ini belum diketahui.

Sekitar 10 sampai 30 menit setaelah ingesti, beberapa bekteri patogen dan non

patogen dibunuh secara lisis dan melalui proses digesti oleh enzim-enzim lisosom.

Aktivitas mikrobisidal dari sel fagosit sangat komplek dan bervariasi antara neutrofil,

monosit dan makrofag.

2.6 Proses Digesti Intraseluler

Mikroorganisme yang mati, secara cepat didegradasi di dalam fagolisosom

menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Proses ini melibatkan berbagai enzim

hidrolitik, seperti lisozim, protease, lipase, nuklease dan glikosilase. Neutrofil akan mati

dan lisis setelah proses fagositosis dan digesti sel bakteri berlangsung. Hal ini akan

nampak sebagai karakteristik terbentuknya pus (nanah) pada jaringan.

Dari tahap-tahap fagositosis yang sudah dibahas, jelaslah bahwa hasil fagositosis

ditentukan oleh seperangkat faktor yang rumit, termasuk sifat khusus mikroorganisme,
6

susunan genetik dan fungsional sel-sel fagosit dan pra-kondisi sel fagosit. Beberapa

bakteri patogen yang berhasil menyebabkan penyakit pada inangnya, memberikan

gambaran bahwa bakteri dapat terhindar dari semua tahap fagositosis tersebut dan

bahkan dapat hidup dan berkembang dalam sel-sel fagosit.

MEKANISME PATOGENISITAS BAKTERI :

MENGHINDARI PERTAHANAN FAGOSITAS INANG

Beberapa bakteri patogen dapat tahan terhadap komponen bakterisidal dari

jaringan inang, biasanya sebagai fungsi dari beberapa struktur yang dimilikinya.

Sebagai contoh, kapsul poli-D-glutamat dari bakteri Bacillus anthracis melindunginya

dari kerja cationic protein dalam sera atau dalam fagositosis. Outer membran dari

bakteri Gram-negatif adalah suatu barier permeabel yang tidak mudah dimasuki oleh

komponen hidrofobik, seperti garam-garam empedu dalam saluran pencernaan yang

sangat berbahaya bagi bakteri.

3.1 Kemampuan Patogen Untuk Menghindar atau Mengatasi Fagosit .

Mikroorganisme yang masuk kedalam jaringan adalah yang pertama dan yang

paling sering terkena fagosit. Bakteri yang terserang fagosit akan dengan mudah

dicerna dan dibunuh, umumya disebut parasit yang gagal. Sebaliknya, sebagian besar

bakteri yang disebut parasit yang berhasil adalah yang terlibat dalam aktivitas fagosit

atau menghindar dari perhatiannya.


7

Bakteri patogen mempunyai sejumlah dan beragam strategi untuk menghindari

penelanan fagosit dan pembunuhan. Sebagian besar adalah memblok satu atau beberapa

tahap dari fagositosis, sampai pada menghentikan proses.

3.1.1. Menghindari Kontak dengan Fagosit

Bakteri dapat menghindar dari perhatian fagosit dengan beberapa cara :

1. Patogen masuk atau tinggal di tempat yang tidak ada fagosit. Jaringan internal

tertentu (seperti lumen dari glandula, bagian dari traktus urinaria) dan permukaan

jaringan (kulit) merupakan jaringan dimana tidak terdapat fagosit.

2. Beberapa patogen mampu menghindar dari provokasi respon radang yang

melimpah. Tanpa radang inang tidak dapat menfokuskan pertahanan fagositas.

3. Beberapa bakteria atau produknya menghambat proses kemotaktis fagosit. Sebagai

contoh, streptolisin streptokokal (yang juga membunuh fagosit) menekan

kemotaktik neutrofil, bahkan dalam konsentrasi yang rendah. Fraksi dari

Mycobacterium tuberculosis telah diketahui dapat menghambat migrasi leukosit.

Toksin Clostridium juga dapat menghambat kemotaksis neutrofil.

4. Beberapa patogen dapat melapisi permukaan sel bakterial dengan komponen yang

terlihat sebagai dirinya sendiri oleh fagosit inang dan sistem kekebalan. Merupakan

suatu strategi menyembunyikan permukaan antigenik dari sel bakteri. Fagosit tidak

mengenali bakteri pada kontak dan kemungkinan opsonisasi oleh antibodi yang

meningkatkan fagositosis menjadi minimal. Sebagi contoh patogen Staphylococcus

aureus menghasilkan koagulasi cell-bound dengan klot fibrin pad permukaan

bakterial. Trepanema pallidum, agen penyakit syphilis, mengikat fibronektin pada


8

permukaannya. Streptococci Grup A dapat mensintesa komposisi kapsul dari asam

hialuronat. Asam hialuronat adalah perekat jaringan dalam jaringan ikat tubuh inang.

3.1.2 Menghambat Penelanan oleh Fagosit

Beberapa bakteri mempunyai strategi untuk menghindari penelanan apabila

fagosit melakukan kontak dengan bakteri. Banyak bakteri patogen bertahan di substansi

permukaan yang kemudian menghambat adsorpsi atau penelanan oleh fagosit. Jelas

disini adalah hal yang menyangkut unsur-unsur yang ada pada permukaan bakteri.

Resistensi terhadap penelanan fagositas biasanya dikarenakan komponen dari

permukaan sel bakteri (dinding sel, atau fimbriae, atau kapsul). Contoh klasik adalah

substansi antifagositas pada permukaan bakteri seperti :

1. Kapsul polisakarida dari S. pneumoniae, Haemophilus influenzae, Treponema

pallidum dan Klebsiella pneumoniae

2. Protein M dan fimbriae dari streptococci Grup A

3. Lendir permukaan (polisakarida) yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa

4. Antigen O yang berkaitan dengan LPS dari E. coli

5. Antigen K (acidic polysaccharides) E. coli atau analog dengan antigen Vi

Salmonella typhi

6. Batas sel atau protein A yang larut yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus.

Protein A melekat pada daerah Fc pada IgG dan memblok sitofilik (lapisan sel) pada

daerah Ab. Jadi kemampuan IgG untuk menyerang sebagai faktor opsonin dihambat,

dan opsonin-mediated ingestion dari bakteri diblok.


9

Tabel BAKTERI PATOGEN INTRASELULER

ORGANISME PENYAKIT
Mycobacterium tuberculosis Tuberculosis
Mycobacterium leprae Leprosy
Listeria monocytogenes Listeriosis
Salmonella typhi Typhoid fever
Shigella dysentriae Bacillary dysentery
Yersinia pestis Plague
Brucella species Brucellosis
Legionella pneumophilia Penumonia
Rickettsiae Thyphus fever; Rocky Mountain spotted

fever
Chlamydia Conjunctivitis; lymphogranuloma venereum

Sebagian besar parasit intraseluler mempunyai mekanisme khusus (genetically-

encoded) untuk masuk kedalam sel inang, sebaik mekanisme khusus untuk

mempertahankan diri begitu bakteri berada di dalamnya. Patogen intraseluler seperti

Yersinia, Listeria, Salmonella, Shigella dan Legionella mempunyai mekanisme yang

kompleks untuk invasi seluler dan pertahanan intraseluler. Sistemnya menyangkut

berbagai macam faktor-faktor virulen non-toksin. Kadang-kadang faktor-faktor ini

bersifat sebagai invasin bakteri.

Parasit intraseluler bertahan dengan mekanisme yang baik yang terlibat dengan

aktivitas bekterisida dari sel inang. Beberapa mekanisme bakteri ini termasuk :

1. Menghambat fusi lisosom fagositik (granul) dengan fagosom.

Bakteri bertahan di dalam fagosom dengan cara mencegah keluarnya kandungan

lisosomal ke dalam lingkungan fagosom, yaitu terhambatnya pembentukan

fagolisosom dalam fagosit. Strategi ini dimiliki oleh Salmonella, M. tuberculosis,

Legionella dan Chlamudiae. Dengan adanya M. tuberculosis, komponen dinding sel

fagosit (sulfatida) diperkirakan dikeluarkan dari fagosom dan memodifikasi

membran lisosomal untuk menghambat fusi.


10

Pada Chlamydia, beberapa elemen dalam dinding bakteri (elemen tubuh)

muncul untuk memodifikasi kandungan membran fagosom. L. pneumophilia, seperti

pada Chlamydia, mempunyai beberapa struktur permukaan sel bakteri yang telah

ada pada saat penelanan, muncul untuk memodifikasi membran fagosom, sehingga

dapat mencegah bergabung dengan granul lisosomal.

Gen tunggal Legionella diketahui bertanggung jawab pada penghambatan fusi

fagosomal. Dan pada Salmonella typhimurium, perubahan pH dalam fagosom

setelah penelanan menyebabkan produk gen bakteri sebagai hal yang penting dalam

mempertahankan diri dalam makrofag.

2. Bertahan di dalam fagolisosom.

Pada beberapa parasit intraseluler, fusi fagosom-lisosom terjadi, tetapi bakteri

resisten terhadap penghambatan dan pembunuhan oleh konstitusi lisosomal.

Beberapa patogen ekstraseluler juga dapat tahan terhadap kematian dalam fagosit

dengan menggunakan mekanisme pertahanan yang serupa. Hanya sedikit yang

diketahui mengenai bagaimana bakteri dapat bertahan dari pembunuhan fagositik

dalam vakuola fagositik, tetapi hal ini mungkin disebabkan oleh komponen

permukaan bakteri atau disebabkan oleh substansi ekstraseluler yang mereka

hasilkan untuk mempertahankan diri dari mekanisme pembunuhan fagositik.

Beberapa contoh bagaimana bakteri tertentu (baik patogen intraseluler dan

ekstraseluler) tahan terhadap pembunuhan fagosit seperti : Mycobacterium leprae

tumbuh didalam vakuola fagosit bahkan setelah fusi secara ekstensif dengan

lisosom. Mycobacteria (termasuk M. tuberculosis) mempunyai diding sel hidrofobik


11

seperti lilin dan komponen kapsul (asam miokolit), yang tidak mudah diserang oleh

enzim lisosomal.

Komponen dinding Brucella abortus mungkin mempengaruhi mekanisme

bakterisida intraseluler dari fagosit. B. abortus dan Staphylococcus aureus

menghasilkan katalase yang kuat dan penghasil superoksida dismutase (SOD), yang

mungkin menetralisir oksigen radikal yang toksis yang dihasilkan oleh NADPH

oksidase dan sistem MPO dalam fagosit. S. aureus juga menghasilakn pigmen

permukaan sel (carotenoid) yang memadamkan produksi oksigen singlet dalam

vakuola fagositik.

3. Keluar dari fagosom.

Keluar lebih awal dari vakuola fagosom adalah hal yang penting untuk

pertumbuhan dan virulensi dari beberapa patogen intraseluler. Ini adalah strategi

yang pandai yang dimiliki oleh Ricketsiae. Ricketsia masuk kedalam sel inang

dalam vakuola permukaan membran (fagosom) tetapi kemudian bebas dalam

sitoplasma dalam waktu yang singkat, mungkin sedikitnya dalam 30 detik. Enzim

bakterial fosfolipase A, mungkin bertanggung jawab dalam pemecahan membran

fagosom.

3.2 Produk Bakteri yang Mematikan atau Merusak Fagosit

Satu strategi yang jelas dalam mempertahankan diri terhadap fagositosis adalah

serangan langsung oleh bakteria kepada fagosit profesional. Substansi manapun yang

dihasilkan oleh patogen yang menyebabkan kerusakan fagosit disebut agresin.


12

Sebagian besar adalah enzim ekstraseluler atau toksin yang mematikan fagosit. Fagosit

mungkin mati oleh patogen sebelum atau sesudah penelanan.

3.2.1 Mematikan Fagosit sebelum penelanan.

Banyak patogen Gram positif, khususnya cocci pyogenes, mengsekresikan

enzim ekstraseluler yang mematikan fagosit. Enzim ini disebut hemolisin karena

aktivitasnya dalam sel darah merah menghasilkan lisis. Streptococci patogen

menghasilkan streptolisin. Streptolisin O mengikat kholesterol dalam membran. Pada

neutrofil menyebabkan granul lisosom pecah, sehingga isinya keluar kedalam

sitoplasma.

3.2.2 Mematikan Fagosit Setelah Penelanan.

Beberapa bakteria menggunakan kerja toksisnya pada fagosit setelah proses

penelanan. Mereka mungkin tumbuh dalam fagosom dan melepaskan substansi yang

dapat menembus membran fagosom dan menyebabkan pecahnya granul lisosomal, atau

mereka mungkin tumbuh dalam fagolisosom dan mengeluarkan substansi toksis yang

dapat menembus membran fagolisosom menuju tempat targetnya dalam sel.

Tabel INTERFERENSI BAKTERIAL DENGAN FAGOSIT

BAKTERIU TIPE INTERFERENSI MEKANISME

M
Streptococcus Mematikan fagosit Streptolisisn menyebabkan

pyogenes pecahnya lisosomal kedalam

sitoplasma
Menghambat kemotaksis Streptolisisn membasmi

netrofil kemotaktik
Tahan penelanan (kecuali ada Protein M pada fimbriae
13

Ab)
Menghindari deteksi oleh Kapsul asam hialuronat

fagosit
Staphylococcu Mematikan fagosit Leukosidin menyebabkan pecahnya

s aureus lisosomal kedalam sitoplasma


Menghambat fagositosis Protein A memblok Fc dari Ab;

opsonisasi kapsul polisakarida pada beberapa

strain
Tahan mati Karotenoid, katalase, superoksida

dis- mutase mematikan racum

oksigen radikal
Menghambat penelanan Koagulase permukaan sel

menyembunyi- kan ligand untuk

kontak pagositas
Bacillus Mematikan fagosit Toksin anthrax EF

anthracis
Tahan mati Poliglutamat kapsular
Streptococcus Tahan penelanan (kecuali ada Polisakarida kapsular

pneumoniae Ab)
Klebsiella Tahan penelanan Kapsul polisakarida

pneumoniae
Haemophilus Tahan penelanan Kapsul polisakarida

influenza
Pseudomonas Mematikan fagosit Eksotoksin A mematikan makrofag;

aeruginosa leukosidin permukaan sel


Tahan penelanan Lendir alginat dan polimer biofilm
Salmonella Tahan penelanan dan Antigen Vi (K) (mikrokapsul)

typi kematian
Salmonella Tahan didalam fagosit Bakteria berkembang tahan

typhimurium terhadap pH rendah, bentuk reaktif

dari oksigen dan defensin inang


14

(cationic protein)
Listeria Lepas dari fagosom Listeriolysis, fosfolipase C lyse

monocytogene membran pagosom

s
Clostridium Menghambat kemotaksis toksin

perfringens fagosit
Menghambat penelanan kapsul
Yersinia pestis Tahan penelanan dan atau Kapsul protein pada permukaan sel

kematian
Yersinia Mematikan fagosit Protein Yop diinjeksi langsung

enterocolitica kedalam netrofil


Mycobacteria Tahan mati dan penelanan Komponen dinding sel mematikan

racun oksigen radikal; mencegah

asidifikasi dari pagolisosom


Mycobacteriu Menghambat fusi lisosomal Sulfatida mycobacterial

m tuberculosis memodifikasi lisosom


Legionella Menghambat fusi fagosom- Tidak diketahui

pneumophilia lisosomal
Neisseria Menghambat formasi Berkaitan dentan protein outer

gonorrhoeae fagolisosom; mungkin membran (porin) P.I

menurunkan letupan

pernapasan
Rickettsia Keluar dari fagosom Fosfolipase A
chlamydia Menghambat fusi lisosomal Substansi bakterial memodifikasi

pagosom
Brucella Tahan mati Substansi dinding sel (LPS?)

abortus
Treponema Tahan penelanan Material kapsul polisakarida

pallidum
Escherichia Tahan penelanan Antigen O (strain halus); antigen k

coli (asam polisakarida)


Tahan penelanan dan mati Antigen K
15

Banyak bakteri merupakan parasit intraseluler makrofag (seperti

Mycobacterium, Brucella, Listeria) biasanya menghancurkan makrofag pada akhirnya,

tetapi mekanismenya belum dimengerti. Multiplikasi intraseluler bakteri berlanjut

selama 8 jam setelah inokulasi pada saat makrofag kehilangan daya lekat dikarenakan

lisis sel telah terjadi. Rata-rata waktu untuk tumbuh dari organisme ini adalah 58 menit.

3.3 Strategi Lain Antifagositas yang Digunakan oleh Bakteria

Walaupun hanya ada sedikit contoh yang jelas, mungkin terdapat beberapa strategi atau

mekanisme antifagositas yang lain. Sebagai contoh adalah suatu patogen mungkin

mempunyai mekanisme menghambat produksi fagosit atau pelepasannya dari sumsum

tulang

PENUTUP

Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan tubuh inang yang bersifat non

spesifik yang terutama dilakukan oleh sel Polimorfonuklear (PMN) dan monosit atau

makrofag serta sebagian kecil oleh sel eosinofil. Proses fagositosis dimaksudkan untuk

menghancurkan atau membunuh partikel atau mikroorganisme yeng menginfeksi inang.

Beberapa tahap fagositosis meliputi : 1). Interaksi sel fagosit dengan induk

semang ; 2). Perlekatan sel fagosit ; 3). Ingesti dan pembentukan fagosom ; 4).

Pembentukan fagolisosom ; 5). Proses pembunuhan intraseluler dan 6). Proses digesti

intraseluler
16

DAFTAR PUSTAKA

Beaman L. dan Beaman B.L., 1984. The Role Of Oxygen and Its Derivatives in

Microbial Pathogenesis and Host Defense. Ann. Rev. Microbiol. 38:27-48.

Bellanti, J. 1993. Immunology III. Indonesian Edition : Imunologi III. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. Indonesia.

Conte M.P., G. Petrone, C. Longhi, P. Valenti, R. Morelli, F. Superti dan L. Seganti.

1996. The Effects of Inhibitor of Vacuolar Acidification on the Release of

Listeria monocytogenes from Phagosomes of Caco-2 Cells. J.Med Microbiol.

44:418-424.

Czuprynski C.J. 1988. Bacterial Evasion of Cellular Defense Mechanism: an Overview.

Virulence Mechanisms of Bacterial Pathogens. 141-160.

Frehel C., C. Offredo, dan C. de Chastellier. 1997. The Phagosomal Environment

Protect Virulent Mycobacterium avium from Killing and Destruction by

Clarithromycin. Infection and Immunity, 2792-2802.

Sujudi dan T. Hutabarat. 1994. Proses Kekebalan dalam Mikrobiologi Kedokteran. Edisi

Revisi. Penerbit Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Tizard, I. R. 1981. An Introduction to Veterinary Immunology. Alih Bahasa : Masduki

Partodiredjo. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai