100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
195 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut menjelaskan respon sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai agen patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Sistem kekebalan alami dan khusus berperan dalam melawan infeksi dengan mekanisme seperti fagositosis, aktivasi komplemen, produksi sitokin, dan aktivitas sel T dan B. Respon sistem kekebalan bergantung pada apakah patogen bersifat intraseluler atau ekstraseluler, serta struktur dan mekanisme
Dokumen tersebut menjelaskan respon sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai agen patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Sistem kekebalan alami dan khusus berperan dalam melawan infeksi dengan mekanisme seperti fagositosis, aktivasi komplemen, produksi sitokin, dan aktivitas sel T dan B. Respon sistem kekebalan bergantung pada apakah patogen bersifat intraseluler atau ekstraseluler, serta struktur dan mekanisme
Dokumen tersebut menjelaskan respon sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai agen patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Sistem kekebalan alami dan khusus berperan dalam melawan infeksi dengan mekanisme seperti fagositosis, aktivasi komplemen, produksi sitokin, dan aktivitas sel T dan B. Respon sistem kekebalan bergantung pada apakah patogen bersifat intraseluler atau ekstraseluler, serta struktur dan mekanisme
Salah satu prinsip fisiologis sistem imunitas ialah kemampuannya untuk
mencegah terjadinya infeksi dari berbagai macam mikroorganisme. Hal ini terbukti pada penderita defisiensi sistem imun seperti AIDS yang mudah terjadi infeksi. Setiap orang dihadapkan pada berbagai jenis mikroba di sekitarnya yang setiap saat siap menyerang, tetapi tubuh berupaya untuk mempertahankan diri. Hasil akhir konfrontasi ini sangat bergantung pada hasil interaksi antara mikroorganisme dengan individu yang diserangnya. A. Respon Imun pada Infeksi Bakteri Bakteri punya dua cara atau tempat untuk bereplikasi yaitu bakteri ekstraseluler dan intraseluler. Setiap antigen yang dipaparkan atau dihasilkan oleh masing-masing bakteri dapat menginduksi respon imunitas yang berbeda-beda. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dipengaruhi oleh struktur dinding sel dan patogenesis bakteri. Mikroba digolongkan dalam golongan bakteri gram-positif, gram-negatif, mikrobakteria dan spirokheta. Lapisan luar bakteri gram-negatif yang terdiri atas lipid penting karena ia biasanya peka terhadap mekanisme lisis oleh komplemen dan selsel sitotoksik tertentu, sedangkan untuk membunuh golongan yang lainnya umumnya diperlukan fagositosis. Ada dua sifat patogenesis bakteri, yaitu sifat toksik tanpa invasif dan invasif tanpa toksisitas. Namun sebagian besar bakteri mempunyai sifat gabungan keduanya, yaitu sifat invasif disertai aktivitas toksin secara lokal dan produksi enzim-enzim yang merusak jaringan sehingga bakteri dapat menyebar. Respon imun terhadap infeksi bakteri ekstraseluler Bakteri ekstraseluler mampu bereplikasi di luar sel seperti di sirkulasi atau jaringan konektivus ekstraseluler. Antigen bakteri ini terdiri dari dua yaitu endotoksin yang merupakan produk sel seperti lipopolisakarida (LPS) dan eksotoksin yang merupakan produk sel seperti toksin. Eksotoksin dan endotoksin bakteri berperan penting pada patogenesis penyakit-penyakit infeksi bakteri yang spesifik. Eksotoksin merupakan faktor virulensi pada infeksi bakteri toksik. Respon imun yang terjadi langsung terhadap toksin dapat melindungi host dari penyakit. Sistem imunitas alami terhadap bakteri ekstraseluler dilakukan oleh neutrofil, monosit dan makrofag jaringan. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri ini akan difagotosis oleh selsel tersebut. Aktivasi komplemen tanpa antibodi dianggap pula mekanisme yang penting untuk menghadapi bakteri ini. Peptidoglikan dari bakteri gram positif dan LPS dari bakteri
gram negatif dapat mengakibatkan komplemen alur alternatif
melalui peningkatan pembentukan C3 konvertase dari alur komplemen tersebut. LPS mampu pula merangsang makrofag untuk memproduksi limfokin seperti TNF, IL-1, IL-6, dan kelompok IL-8. Sistem imunitas humoral merupakan prinsip efektor melawan bakteri ekstraseluler. Antibodi seperti IgM dan IgG melawan bakteri dengan cara meningkatkan opsonisasi, menetralisir toksin maupun mengaktifkan sistem komplemen. Sel T CD4 merupakan sel T utama yang akan diaktifkan oleh bakteri ini. Sel CD4 akan memberikan signal bagi sel B untuk membentuk antibodi dan bagi sel makrofag untuk meningkatkan fungsi anti-mikroba dan makrofag.
Respon imun terhadap bakteri intraseluler
Beberapa bakteri sepertiListeria monocytogenesis dan mikrobakteria dapat bereplikasi di dalm sel. Hal ini menyebabkan bakteri ini bebas dari fagositosis. Dengan kata lain, sistem imunitas alami tidak berperan dalam mengeliminasi bakteri intraseluler. Selanjutnya, bila bakteri ekstraseluler lebih cenderung menginduksi imunitas humoral, bakteri intraseluler justru lebih merangsang timbulnya imunitas seluler. Sehingga reaksi DTH lebih mewarnai respon imunitas. Beberapa strain bakteri seperti basil tuberkulosa, lepra, organisme listeria dan brucella, menghindarkan diri dari kekuatan sistem imun dengan mengembangkan kehidupan intraseluler di dalam salah satu kekuatan sistem imun yaitu makrofag. Fagosit mononukleus adalah sasaran yang baik bagi organisme tersebut oleh karena sangat mobil dan secara luas tersebar di seluruh tubuh. Maksudnya bakteri yang telah diopsonisasi dipermudah dengan melekatnya bakteri padaFc dan reseptor C3b untuk ditelan oleh fagosit, setelah masuk kebanyakan mampu menentang keampuhan makrofag dengan melumpuhkan mekanisme awal pembunuhan melalui berbagai cara. Organisme seperti Mycrobacterium Tuberculosis menghambat fusi lisosom dengan fakuol fagositik yang mengandung bakteri yang dicerna. Lipida mikrobakterium seperti lipoarabinomanna menghambat priming dan aktivasi makrofag dan melindungi bakteri dari serangan unsur oksigen reaktif pembersih seperti anion superoxida, radikal hidroksil, hidrogen peroxida. Organisme seperti Listeria monocytogenesis menggunakan lisin khusus untuk menghindarkan diri dari fagosom dann
hidup bahagia di dalam sitoplasma, riketsia tertentu dan
protozoa Trypanosoma cruzi dapat melakukan hal yang sama. Legionella mampu menghambat ledakan respirasi, memperkuat pendapat bahwa bila ditemukan suatu cara tertentu untuk menghambat, mikroorganisme akhirnya akan melakukannya. B. Respon Imun terhadap Infeksi Virus Virus sering merupakan mikroorganisme intraseluler yang bereplikasi di dalam sel dengan menggunakan asam nukleat atau sinthesa protein dari hospes. Beberapa virus dapat berikatan dengan molekul pada permukaan sel normal. Contohnya, HIV-1 yang berikatan dengan molekul CD4 pada sel T, EBV (Epstein-Barr Virus) menempel pada reseptor komplemen tipe 2 pada sel B dan Rhinovirus yang menempel pada molekul ICAM (Intracelluler Adhesion Milecule). Imunitas alami yang berperan terhadap virus ialah IFN-g dan sel NK.
IFNdiproduksi oleh sel yang terinfeksi virus untuk
menghambat replikasi virus. Sel NK merupakan sel utama yang dapat melisis sel yang terinfeksi virus tanpa tergantung pada molekul MHC. Sistem imunitas spesifik melawan virus dapat dilakukan oleh kedua imunitas humoral dan seluler. Pada sistem imun humoral, antibodi spesifik terhadap virus dapat menetralisir virus agar tidak menempel pada sel. Fagositosis berperan dalam membersihkan virus dengan opsonisasi. Imunitas seluler terhadap virus dilakukan oleh sel sitotoksida. Pada mulanya, diperlihatkan bahwa sel sitotoksida terhadap virus dilakukan oleh hanya sel CD8. Namun diketahui bahwa sel CD4 pun mampu melakukan fungsi yang sama. Hanya, sel CD4 akan mengenal virus melalui MHC kelas II sedangkan sel CD8 melalui MHC kelas I. Dengan kata lain, sel yang terinfeksi virus dan mengekskresikan MHC kelas II akan dilisis oleh sel CD4 yang mengekskresikan MHC kelas I akan dilisis oleh sel CD8. Diduga, aktivasi sel CD 8 akan banyak dibantu oleh limfokin yang diproduksi oleh sel CD4. Namun pada kasus infeksi dengan virus choriomeningitis, kedua sel subset bekerja mandiri tanpa saling mempengaruhi dan sel CD8 merupakan kunci bagi sitolisis sel yang terinfeksi oleh virus tersebut. Bukti lebih jauh memperlihatkan bahwa respon tehadap virus ectromelia dilakukan oleh sel CD8 tanpa sel CD4. Jadi, kerjasama antara sel CD4 dan CD8 sangat bergantung pada macam virus yang menginfeksi.
C. Respon Imun terhadap Infeksi Jamur
Penyakit yang disebabkan oleh fungi biasanya akibat dari efektifitas relatif sistem pertahanan dan fungi itu sendiri. Candida merupakan fungi yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia. Sistem pertahanan hospes terhadap fungi dapat berupa sistm alami maupun spesifik. Sistem imunitas alami terhadap fungi dapat berupa sel fagositosis seperti monosit, makrofag dan seperti sel polimorfonuklear. Fagositosis dapat dilakukan secara intraseluler maupun ekstraseluler. Kedua proses memerlukan pendekatan antara sel fagosit dan sel target. Opsonisasi berperan penting dalam proses fagositosis. Sistem imunitas alami bukan sel fagosit seperti sel NK, sel sitotoksida alami dan sel T-non MHC restriksi. Sel NK dapat langsung membunuh sel target (fungi) ataun secara tidak langsung. Secara tidak langsung, interaksi sel NK dan fungi menyebabkan aktivasi sel NK dan mengeluarkan limfokin seperti TNF, IFN- , atau GM-CSF. Sel killer alami mungkin tidak langsung membunuh fungi namun melalui limfokin seperti TNF alpha. Sistem imunitas seluler berperan paling penting dalam menghadapi fungi. Sebagai contoh ialah, Histolplasma captulastum. Diketahui bahwa sel T CD4 berperan penting dalam proses inisiasi respon DTH. Karena sel ini mengenal antigen yang ada molekul MHC kelas II maka fungi akan diproses oleh sel APC dan dipaparkan kembali oleh molekul MHC tersebut. Setelah aktivasi sel CD4 maka sel ini akan mengeluarkan limfokin IL-2 mungkin untuk aktivasi sel T lainnya. IFN-g akan mengaktifkan sel makrofag anti-Histoplasma dan dapat meningkatkan ekspresi MHC kelas II sel ini. Namun, sel T CD4 dapat diregulasi oleh sel T supresor. Sehingga, pada penderita pada fungi ini, diduga fungdi dan frekuensi sel supresor jauh dibanding normal. D. Respon Imun terhadap Infeksi Parasit Pada keadaan seimbang antara parasit dan hospes, parasit bukan merupakan masalah serius pada taraf populasi. Keseimbangan antara sistem imunitas hospes dan parasit merupakan suatu sistem yang kompleks. Setiap jenis parasit mempunyai heterogenitas yang sangat tinggi. Parasit masih mampu berkembang dengan baik meskipun respon imunitas telah bekerja dengan baik. Hal ini menyebabkan keadaan infeksi parasit yang kronis. Kedua sistem imunitas seluler dan humoral berperan dengan baik bergantung pada macam parasit. Limfokin berperan sebagai sinyal yang menentukan tipe efektor untuk mengulangi parasit.