Anda di halaman 1dari 6

KOLOM AGAMA HARUSNYA DIHAPUS DALAM KARTU TANDA

PENDUDUK (KTP)
http://www.hukumpedia.com/debat/topik/penghapusan-kolom-agama-dalam-ktp (VIDEO
DEBAT B.INDO MOSI INI)

LATAR BELAKANG
TAHUN 2014
Pada awalnya, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, memperbolehkan pengosongan
kolom agama pada Kartu Tanda penduduk (KTP) karena munculnya isyu perlindungan
terhadap kelompok agama minoritas. Namun hal tersebut menuai pro dan kontra. Wacana
pengosongan yang semula berlaku bagi pemeluk agama yang tidak diakui negara, bergeser
pada isu penghapusan kolom agama di KTP. Polemik ini terus bergulir di masyarakat dan
memunculkan berbagai pendapat.Berbagai LSM menyuarakan agar kolom agama dihapus saja
di KTP. Mereka melihat tidak ada urgensinya, malah pencantuman agama menjadi biang
terjadinyaDiskriminasi.

Isu semakin memanas saat memasuki ranah politik akibat sisa-sisa Pilpres yang
lalu.Seakan publik terbelah dua, yang dukung dan yang menentang.Satu persatu LSM seperti
Indonesian Conference on Religions for Peace(ICRP), Setara Institut, Wahid Institut mulai
menyuarakan secara lantang penghapusan kolom agama. Bahkan, Musda Mulia dalam
tulisannya disalah satu media mengatakan bahwa pencantuman kolom agama bertentangan
dengan konstitusi. (LEBIH LENGKAPNYA)
-See more at:
http://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/sekali-lagi-ini-urgensi-kolom-agama-
dalam-ktp#sthash.weU3Yp8E.dpuf

Wacana penghapusan kolom agama di dalam KTP diusulkan oleh Mendagri


dikhusukan bagi warga negara penganut kepercayaan yang belum di akui oleh pemerintah.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, pemerintah tidak berniat menghapus
kolom tersebut karena keberadaannya telah diatur dalam undang-undang. Namun, Mendagri
mempersilakan kepada penganut kepercayaan di luar enam agama yang diakui pemerintah
untuk mengosongkan kolom agama. Berdasarkan UU Nomor 24/2013, enam agama yang
diakui itu adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.

PRO
Indonesia merupakan Negara yang majemuk dan plural, sudah sewajarnya untuk
dipersatukan dan tidak ada perbedaan maupun diskriminasi terhadap golongan masyarakat
terentu dan hal ini sejalan dengan Pancasila pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia.
1. ASPEK TEORITIK
Berdasarkan aspek teoritik, menurut Emile Durkheim bahwasanya agama
adalah hubungan antara manusia dan tuhan. Dan dalam hal ini tidak perlu dibentuk
dalam bentuk legalistic karena hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun dari nilai-
nilai dalam agama jadi sudah seharusnya apabila kolom agama dalam KTP dihapus
namun bukan berarti orang tersebut tidak beragama, melainkan yang dihapus
hanyalah kolomnya saja bukan menghapus dari agama seseorang.

2. ASPEK KONSTITUSIONAL
Jika ditinjau dari aspek konstitusional tentu ada pasal yang memungkinkan
untuk dilakukannya penghapusan kolom agama dalam KTP ketika menelaah dalam
- Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa setiap
orang bebas untuk memeluk agama tidak ada unsur paksaan dalam pasal ini
melainkan Negara menghormati sehingga banyaknya aliran kepercayaan
diluar agama yang telah diakui dalam undang-undang tentang administrasi
kependudukan ini juga harus di akui keberdaannya dan satu cara yang dapat
dilakukan pemerintah adalah dengan cara menghapuskan kolom agama
dalam KTP agar tidak terjadi diskriminasi terhadap golongan masyarakat
tertentu.
- Pasal 28E ayat (2) yang secara eksplisit menyatakan bahwasanya setiap
orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan itu sesuai dengan hati
nuraninya.
CATATAN : Meskipun dalam hal ini dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan telah mengakui agama-
agama yang ada namun jika hal tersebut merupakan penghalang bagi
penduduk yang tidak menganut agama yang diakui oleh Negara tersebut
maka penduduk tersebut dalam melakukan pengujian terhadap pasal yang
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Administrasi Kependudukan yang mengatur tentang keberadaan agama
yang telah ada.

TAMBAHAN
- Didukung dalam Pasal 64 ayat (5) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Tentang Administarsi Kependudukan yang secara TEGAS menyatakan
bahwasanya dikatakan bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai
agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi
penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam
database kependudukan, artinya disini terdapat diskriminasi antara warga
Negara yang sama-sama berkewarganegaraan Indonesia dan hal tersebutlah
yang menunjukkan untuk dilaksanakannya penghapusan kolom agama
dalam KTP.

Perlu diketahui terkait wacana penghapusan kolom agama dalam KTP ini adalah
sebagai bentuk integrasi terhadap seluruh warga Negara Indonesia. Dengan dicantumkannya
kolom agama dalam KTP merupakan bentuk disintegrasi dari beraneka ragaman jenis serta
budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, keseragaman yang ada
sekarang dapat diselesaikan dengan cara penghapusan kolom agama dalam KTP. Selain itu,
Formalisme agama hanya akan menghadirkan diskriminasi yang dilakukan oleh Negara dalam
bentuk agama resmi ada enam padahal masyarakat Indonesia masih ada menganut
kepercayaan diluar enam yang diakui oleh Negara tersebut sehingga ini dapat menimbulkan
adanya paksaan bagi penduduk yang tidak menganut agama yang tidak diakui tersebut untuk
memilih agama yang telah diakui oleh Negara. Tentu ini tidak mencerminkan kehendak dari
konstitusi itu sendiri bahwasanya setiap orang bebas memilih agama berdasarkan hati
nuraninya.

3. ASPEK REALITAS/KENYATAAN
Dalam realitas yang perlu kita ketahui bahwasanya banyak kepercayaan yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat seperti adanya Sunda Wiwitan di
Cigugur, komunitas Kaharingan di Kalimantan, komunitas Parmalim di Sumatera
Utara, Agama Adam di Pati, Komunitas Tolotang, komunitas penghayat Kejawen
dan lain-lain yang merupakan sederet agama/keyakinan yang tidak diakui oleh
Negara dan tragisnya mereka disuruh memilih diantara agama yang enam tersebut
yang diakui oleh Negara.

TAMBAHAN CONTOH:
Apabila kita ingin membandingkan dengan Negara lain seperti misalnya
Mesir, Irak, Suriah, Yaman, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Negara-negara tersebut
merupakan Negara yang tidak mencantumkan identitas agama dalam Kartu
Kependudukannya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila Indonesia
melakukan hal yang sama seperti Negara-negara tersebut yaitu menghapuskan
kolom agama dalam KTP merupakan langkah awal integrasi seluruh warga Negara
Indonesia.

KONTRA
Negara Indonesia yang merupakan Negara yang religious, tidak aneh rasanya
jika perkembangan terhadap suatu kepercayaan dinegeri ini terus bertambah serta
merebak dalam kehidupan masyarakat yang tidak dapat diketahui kebenaran dari
kepercayaan tersebut. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu kita ketahui
bahwasanya penghapusan kolom agama dalam KTP merupakan langkah yang salah.

1. DITINJAU DARI ASPEK HISTORIS


Bahwasanya founding father kita terdahulu telah mengetahui bahwasanya
Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk yang terdiri dari suku, ras, budaya, dan
agama yang berbeda-beda. Oleh karena itu, didalam Piagam Jakarta 18 Agustus 1945
berisikan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, dan dari hasil kesepakatan inilah mereka
ingin mengakomodasi berbagai macam agama serta aliran yang berbeda-beda dengan
tujuan ingin mempersatukan rakyat Indonesia meskipun memiliki agama yang berbeda-
beda. Dari situlah dapat kita simpulkan bahwasanya kehendak dari founding father itu
sendiri mengharuskan rakyat Indonesia mempunyai agama sebagai pedoman hidupnya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu hal tersebut dapat diperlihatkan
dengan adanya kolom agama yang tercantum dalam KTP selain daripada kegiatan
peribadatannya.

2. ASPEK FILOSOFIS
Penghapusan kolom agama dalam KTP merupakan tindakan yang bertentangan
dari aspek filosofis karena kita tahu bahwasanya Negara ini berdasarkan ketuhanan
yang dapat dipastikan adanya keinginan terhadap warga Negara untuk mempunyai
agama yang dianutnya. Hal ini sejalan dengan ideologi Negara kita yang termaktub
dalam Pancasila sila pertama yang menjelaskan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
artinya warga Negara Indonesia harus mempunyai agama sebagai pedoman dalam
hidupnya yang sudah seharusnya tercantum dalam KTP dan apabila dihapus maka
sejatinya tindakan tersebut merupakan tindakan yang mengabaikan Pancasila.
3. ASPEK YURIDIS
Ketika kita melihat dari sudut yuridis konstitusional maka dalam UUD 1945
yang tercantum dalam pasal 28E ayat (1) secara tegas mengatakan bahwasanya warga
Negara harus mempunyai agama serta dapat melaksanakan beribadat menurut
agamanya karena hal ini bertujuan untuk mengatur serta mengendalikan arah moral
manusia itu sendiri.
Selanjutnya, menyikapi wacana terkait dengan penghapusan kolom agama
dalam KTP merupakan langkah awal untuk masuknya paham atheisme di Indonesia
dan hal tersebut tentu tidak dapat dibenarkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

4. ASPEK ADMINISTRASI
Jika merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Administrasi Kependudukan disana jelas bahwasanya ada elemen mengenai data
kependudukan yang harus dicantumkan dalam KTP satu diantaranya ialah Agama
sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang tentang
Administrasi Kependudukan. Artinya pengisian kolom agama dalam KTP juga
merupakan suatu hal yang penting dan harus diisi sebagai perwujudan atas Negara yang
berdasarkan Ketuhanan sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila. Karena
penulisan nama agama dalam KTP merupakan identitas pribadi seseorang yang harus
dicantumkan dalam KTP karena hal tersebut telah diatur serta dilindungi dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 213.

5. STABILITAS KEAMANAN NEGARA


Hal ini penting untuk dicermati, sebab mengosongkan kolom agama akan
berpotensi tumbuh suburnya aliran-aliran atau sekte dalam agama. Bahkan bisa jadi
dapat menumbuh-suburkan atheisme dan aliran-aliran yang belum tentu sejalan dengan
Pancasila. Bila penghapusan benar terjadi akan menyebabkan persinggungan agama,
dan ini berpotensi menyulut konflik antar umat beragama. Kondisi seperti ini sangat
berbahaya bagi keamanan negara. Sebab masalah agama adalah masalah yang sangat
sensitif. Salah dalam menanganinya, akan berujung pada konflik sosial. Dan dalam
berbagai konflik di tanah air dan dunia, konflik agama adalah yang paling sulit
dicarikan solusinya.

6. ASPEK TAMBAHAN
Ada beberapa persoalan yang harus kita cermati jika terjadi penghapusan kolom
agama dalam KTP terutama dapat menimbulkan kerugian bagi umat Islam khususnya.
Dalam hal ibadah pada dasarnya umat Islam selalu melaksanakan ibadah Haji di Mekah
dan hal tersebut harus dapat dibuktikan bahwasanya mereka merupakan orang yang
beragama Islam dengan menunjukkan sebuah KTP. Tentu tidak dapat dibiarkan jika
terjadi penghambatan terhadap umat beragama yang ingin melaksanakan ibadahnya
tertunda karena hanya tidak dapat di buktikan secara otentik kebenarannya.
Selanjutnya, persoalan-persoalan lain akan terus bermunculan seperti mengenai
masalah pembuktian yang terkait dalam hal ini adalah saksi yang ketika diminta Hakim
untuk menjelaskan dan dimintai keterangan harus jujur dan sebenar-benarnya hal
tersebut dapat dilakukan sumpah bagi pihak yang menjadi saksi berdasarkan kitab suci
agamanya dan hal tersebut harus dibuktikan secara otentik melalui KTP. Dengan
begitu, ketika adanya penghapusan kolom agama dalam KTP akan mengakibatkan
adanya permasalahan administrasi publik yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
yang mempunyai kepentingan baik secara individu maupun instansi ataupun
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai