Penyusun :
Aina Zeni Pratami (P07133114003)
Dyah Ajeng Rizki Nugraheni (P07133114015)
Indah Wijayanti (P07133114025)
Tiara Annisa (P07133114037)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
Kebijakan Pengelolaan, Penataan, Pemulihan dan Pemanfaatan Pengendalian Lingkungan
Hidup dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ekologi
Lingkungan.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami, sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Pada bagian akhir penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang Kebijakan
Pengelolaan, Penataan, Pemulihan dan Pemanfaatan Pengendalian Lingkungan Hidup dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang akan di lakukan maupun tidak di
lakukan pemerintah dengan tujuan tertentu, demi kpentingan bersama dan merupakan bagian dari
keputusan pemerintah itu sndiri. Dalam kepustakaan internasional biasa di sebut publik policy.
Kebijakan publik ini akan tetap terus berlangsung, selagi pemerintah suatu negara masih ada
untuk mengatur suatu keidupan bersama. Berdasarkan yang tertuang dalam konsep demokarasi
modern, kebijakan dari pemerintah atau negara, bukan hanya berisi tentang argumentasi maupun
suatu pendapat para aparatur wakil rakyat belaka, namun opini dari publik atau biasa di sebut
publik opinion.
Meskipun di Indonesia telah banyak kebijakan yang telah di cetuskan, namun program
dan rencana serta, peran dari berbagai pihak ternyata masih saja muncul permaslahan terkait
dengan sumber daya alam, dan lingkungan hidup belum juga berakhir atau bisa di katakan tetap
terjadi. Sehubungan dengan hal demikian, kementrian Lingkungan Hidup telah mendorong untuk
menyempurnakan kebijakan, progran serta rencana yang ada.Dalam menyusun kebijakan ini
digunakan perangkat Kajian Lingkungan Strategis (KLS) terhadap kebijakan, rencana dan
program yang telah ada dan terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Secara substansial, KLS merupakan suatu upaya sistematis dan logis dalam memberikan landasan
bagi terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan
melalui proses pengambilan keputusan yang berwawasan lingkungan. Dari beberapa kebijakan
pemerintah di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, terdapat kebijakan di bidang air
dan energi, yang dapat dipedomani dan disinergikan dengan kebijakan-kebijakan pembangunan
lingkungan hidup di daerah.
Adapun pokok-pokok kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
bidang air adalah:
1. Kebijakan pelestarian air perlu menempatkan sub sistem produksi air, distribusi air, dan
konsumsi air dalam satu kesatuan yang meyeluruh dan terkait untuk menuju pada pencapaian
pola keseimbangan antar sub sistem tersebut.
2. Kebijakan sub sistem Produksi Air, meliputi (1) Konservasi ekosistem DAS dan sumber air
untuk menjamin pasokan air; (2) Mencegah dan memulihkan kerusakan lingkungan terutama
pada ekosistem DAS, (3) Mengendalikan pencemaran untuk menjaga dan meningkatkan
mutu air; (4) Optimalisasi pemanfaatan air hujan.
3. Kebijakan konsumsi air yang hemat dan efisien untuk mendukung pelestarian air.
4. Kebijakan sub sistem distribusi air, meliputi (1) merencanakan peruntukan air permukaan
dan air tanah (2) meningkatkan infrastruktur yang memadai.
5. Kebijakan penataan ruang, meliputi (1) Menetapkan rencana tata ruang sesuai daya dukung
dan daya tampung lingkungan (2) Konsistensi pemanfaatan ruang; (3) pengawasan penataan
ruang, (4) Meningkatkan akses informasi.
6. Kebijakan kelembagaan, meliputi (1) membentuk lembaga pengelola air, (2) mekanisme
penyelesaian sengketa air (3) Valuasi ekonomi, (4) insentif ekonomi.
Pokok-pokok kebijakan sumber daya alam dan lingkungan hidup di bidang energi
adalah:
1. Kebijakan pencegahan pencemaran; Baku Mutu Limbah Cair penambangan batu bara, Baku
Mutu kualitas udara ambient dan emisi gas buang kendaraan bermotor, dan pelaksanaan
AMDAL pada setiap kegiatan penambangan.
3. Kebijakan penguatan security of supply, dengan upaya penyediaan bahan bakar campuran
BBM seperti gahosol, biodisel, dll.
6. Kebijakan pemenfaatan energi terbarukan, dengan dorongan investasi dan inovasi teknologi.
Dengan kondisi dan status lingkungan hidup di Indonesia, Pemerintah juga telah
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, dengan sasaran
yang ingin dicapai adalah membaiknya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup. Tujuannya untuk mencapai keseimbangan antara aspek pemanfaatan sumber daya
alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi (kontribusi sektor perikanan, kehutanan,
pertambangan dan mineral terhadap PBD) dengan aspek perlindungan terhadap kelestarian
fungsi lingkungan hidup sebagai penopang sistem kehidupan secara luas. Adanya
keseimbangan tersebut berarti menjamin keberlanjutan pembangunan. Untuk itu,
pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) di seluruh sektor, baik di pusat maupun di daerah, menjadi suatu keharusan.
Yang dimaksud dengan sustainable development adalah upaya memenuhi kebutuhan generasi
masa kini tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang. Seluruh kegiatannya
harus dilandasi tiga pilar pembangunan secara seimbang, yaitu menguntungkan secara
ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable) dan ramah
lingkungan (environmentally sound). Prinsip tersebut harus dijabarkan dalam bentuk
instrumen kebijakan maupun investasi pembangunan jangka menengah di seluruh sektor dan
bidang yang terkait dengan sasaran pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
Manusia sangat berperan dalam menjadikan lingkungan yang bersih, nyaman, indah, dan
rindang. Satu faktor yang paling utama adalah bersih. Bersih erat kaitannya dengan sehat. Salah satu
indikator bersih adalah sehat. Individu yang bersih adalah individu yang tidak memiliki kotoran yang
menempel pada dirinya sehingga relatif tidak ada kuman penyakit yang bersarang. Lingkungan yang
bersih adalah lingkungan yang tidak ada kotoran (sampah) berserakan, yang memiliki kondisi udara
banyak mengandung kadar oksigen yang tinggi.
Menjaga kebersihan dan keindahan merupakan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Membudayakan hidup bersih dan keindahan harus menjadi sikap dan tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat. Sikap dan sifat menjaga kebersihan merupakan langkah awal menuju kesuksesan.
Sebab dengan suasana bersih dan indah, akan menambah pikiran jernih dan tenang dalam bertindak.
Dengan menjaga kebersihan berarti menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita, bersih di
sekolah, di kantin, di jalan, di rumah, di pasar, dan di mana pun. Tidak ada sampah-sampah yang
berserakan yang mempengaruhi keindahan.
Penataan lingkungan dilaksanakan secara terpadu, seimbang dan berdaya guna. Penataan
lingkungan hidup yang baik akan terpelihara kualitas lingkungan.
Berdasarkan fungsi utama kawasan, penataan lingkungan hidup dibagi menjadi 2, yaitu:
1. kawasan lindung, yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Contoh: hutan
lindung, kawasan resapan air, kawasan cagar alam, dan sebagainya.
2. kawasan budi daya, yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Contoh: lahan
budi daya jagung, kayu, sawah, dan lain-lain.
Berdasarkan kegiatan utamanya, penataan lingkungan hidup terdiri dari 3 kawasan, yaitu:
1. Kawasan perdesaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumber daya alam.
2. Kawasan perkotaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
3. Kawasan tertentu, adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis
yang penataan ruangnya diprioritaskan.
Konsep penataan lingkungan secara global berarti mencakup satu kesatuan wilayah. Menurut
Setyo Moersidik (Dosen Paskasarjana UI) kunci penataan lingkungan hidup untuk menjamin
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup adalah pengelolaan lingkungan hidup. Prinsip penataan
berhubungan erat dengan konservasi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, dan sumber daya
alam lainnya.
Salah satu sumber daya alam yaitu hutan sebagai salah satu bagian dari pelestarian lingkungan
hidup yang menjadi satu kesatuan ekosistem yang tidak mengenal batas wilayah pemerintahan.
Semakin kecil hutan dibagi-bagi, semakin besar pula potensi terganggunya ekosistem. Kerusakan
hutan juga mendorong timbulnya kekeringan, banjir, erosi, serta mengurangi keragaman hayati.
2.4 Pemulihan Lingkungan Hidup
Rangkaian kata "pemulihan lingkungan hidup" dapat kita lihat pada pasal 43, 46 dan
82, untuk lebih jelasnya dapat dilihat keterangan dibawah ini :
1. Pasal 43 ayat (2) huruf a dan b mengatur tentang dana jaminan pemulihan lingkungan
hidup dan dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan
lingkungan hidup;
2. Pasal 46 mengatur tentang kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
mengalokasikan anggaran pemulihan lingkungan hidup ;
3. Pasal 82 ayat (1) dan (2) mengatur tentang kewenangan Menteri, Gubernur, dan
Bupati/Walikota untuk memaksa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang dilakukannya, dan kewenangan untuk menunjuk fihak ke tiga
untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup
Sedangkan rangkaian kata "pemulihan fungsi lingkungan hidup" dapat dilihat pada pasal
54 ayat (1), (2) dan (3), serta pasal 55 ayat (1) dan ayat (3), untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Pasal 54 ayat (1) mengatur tentang kewajiban untuk melakukan melakukan pemulihan
fungsi lingkungan hidup pada setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup ;
2. Pasal 54 ayat (2) mengatur tahapan pemulihan fungsi lingkungan hidup ;
3. Pasal 54 ayat (3) mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pemulihan fungsi
lingkungan hidup ;
dan
1. Pasal 55 ayat (1) mengatur tentang kewajiban Pemegang izin lingkungan untuk
menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup.
2. Pasal 55 ayat (3) mengatur tentang kewenangan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan pihak ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi
lingkungan hidup dengan menggunakan dana penjaminan
Selanjutnya informasi yang patut untuk ditambahkan disini adalah tahapan pemulihan
fungsi lingkungan hidup.Pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan:
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b. remediasi;
c. rehabilitasi;
d. restorasi;
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
makalah-pengelolaan-lingkungan-hidup.html
LINGKUNGAN HIDUP.html
Lingkungan Hidup Penataaan Lingkungan hidup.html