Anda di halaman 1dari 1

Surga-Neraka Itu Ajaran Hindu

Sekali lagi saya tegaskan bahwa konsep dan ajaran surga-neraka itu adalah ajaran Hindu,
bukan Islam, Kristen, Yahudi dan lainnya. Ini "Kuliah Virtual" yang ke-4 yang membahas tentang
konsep surga dan neraka. Konsep ini kemudian kelak dilanjutkan oleh Buddhisme dan Jainisme,
sebagai sesama rumpun "Agama India".
Kitab Suci yang secara jelas dan eksplisit membicarakan tentang seluk-beluk surga-neraka ini
adalah Kitab Weda (Veda), bukan Al-Qur'an, Talmud, ataupun Injil. Oleh karena itu, idealnya
atau seharusnya yang paling berhak dan otoritatif menjelaskan "surga-neraka" itu adalah umat
Hindu, bukan kaum Muslim maupun Kristen.
Ingat, Al-Qur'an tidak mengenal kata dan konsep "surga-neraka", melainkan "jannah-nar". Oleh
karena itu, masyarakat Arab Muslim juga tidak mengenal kata "surga-neraka" ini. Kata Arab
"jannah-nar" inilah yang kemudian diterjemahkan menjadi "surga-neraka" yang menurutku tidak
tepat dan perlu direvisi. Menariknya, dalam tradisi Buddhisme juga mengenal kata "jhana".
Padahal, secara konseptual dan filosofi, kata "jannah-nar" dalam Al-Qur'an berbeda dengan kata
"svarga-naraka" dalam Kitab Veda. Seperti saya jelaskan sebelumnya, kata surga-neraka dalam
Bahasa Indonesia itu jelas diambil dari kata "swarga / svarga-naraka" dalam Bahasa Sanskrit
yang dipakai dalam Kitab Suci Veda (Weda Samhita) tersebut.
Bahasa Sanskrit ini masih dipakai dalam acara-acara ritual keagamaan Hindu, selain penulisan
susastra Hindu. Tetapi dalam komunikasi sehari-hari, masyarakat India kontemporer
menggunakan Bahasa Hindi yang merupakan turunan dari Sanskrit dan merupakan salah satu
rumpun Bahasan Hindustan (bersama Urdu yang dipakai di Pakistan). Istilah Sanskrit ini konon
diperkenalkan atau dipopulerkan oleh Maharsi Panini di abad ke-6 SM. Sebelumnya, konon
disebut "Daivivak" yang berarti "bahasa atau sabda Dewa".
Nasib Bahasa Sanskrit ini seperti Bahasa Arab klasik (disebut fushah) yang dipakai dalam
penulisan Al-Qur'an. Masyarakat Arab modern hanya menggunakan fushah ini dalam ritual-ritual
keagamaan atau penulisan buku-buku keislaman. Sementara dalam komunikasi sehari-hari,
mereka menggunakan "Bahasa Arab pasar" (amiyah).
Kitab Suci Veda adalah salah satu kitab agung di dunia. Bahkan oleh para ahli kajian agama-
agama kuno India seperti Maurice Bloomfield (dalam bukunya "The Religion of the Veda") atau
Maurice Winternitz (dalam "A History of Indian Literature"), Kitab Veda ini dianggap sebagai
monumen dan susastra tertua di dunia serta dokumen historis tertua di "dunia timur".
Kata "Veda" ini berarti "ilmu pengetahuan suci dan kekal abadi" karena bersumber dari Hyang
Widhi Wasa. Kitab Suci ini juga disebut dengan "Sruti" yang bermakna bahwa kitab ini adalah
sebuah wahyu Tuhan yang diterima melalui pendengaran suci dan ketajaman intuisi para maha
Rsi.
Jadi, sekali lagi, konsep surga-neraka ini jelas bersumber dari ajaran Hindu Dharma. Hinduisme
(juga Budhisme) memang pernah berjaya di Nusantara. Oleh karena itu sangat wajar jika banyak
sekali kata, filosofi, konsep, kebudayaan, dan ritual keagamaan Islam di Indonesia modern saat
ini yang dipengaruhi oleh tradisi dan filosofi Hinduisme dan Budhisme seperti konsep surga-
neraka ini.

Anda mungkin juga menyukai