Anda di halaman 1dari 5

Pengusahaan jasa kepelabuhanan:

- Usaha pokok yang meliputi pelayanan kapal, barang, dan penumpang.


- Usaha penunjang yang meliputi persewaan gudang, lahan, dan lain-lain.

Adapun instansi pemerintah dan perusahaan swasta yang berperan di pelabuhan adalah sebagai
berikut.

Instansi Pemerintah

Administrator Pelabuhan (Port Administrator)

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.67 Tahun 1999, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Administrasi Pelabuhan Bab I, Pasal 1 :

Kantor Administrator Pelabuhan adalah unit organik di bidang keselamatan pelayaran di pelabuhan
yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan di lingkungan Departemen Perhubungan.

Kantor Administrator Pelabuhan Kelas I (Utama) berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan Kantor Administrator Pelabuhan lainnya berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan.

Kantor Administrator Pelabuhan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, Administrator Pelabuhan
mempunyai tugas menyelenggarakan pemberian pelayanan keselamatan pelayaran di dalam daerah
lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan untuk memperlancar angkutan laut.

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Administrasi Pelabuhan menyelenggarakan fungsi:

Penilikan kegiatan lalu-lintas angkutan laut yang meliputi kapal, penumpang, barang dan hewan
serta pemantauan pelaksanaan tarif angkutan laut.

Pembinaan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dan pemantauan pelaksanaan tarif TKBM.

Penilikan terhadap pemenuhan syarat kelaiklautan kapal dan pengeluaran Surat Izin Berlayar (SIB).

Pencegahan dan penanggulan pencemaran serta pemadam kebakaran di perairaa pelabuhan,

Pengamanan, penertiban, dan penegakan peraturan perhubungan laut di dalam daerah lingkungan
kerja pelabuhan guna menjamin kelancaran operasional di bidang pelabuhan.

Pengawasan keselamatan di bidang pembangunan fasilitas dan peralatan pelabuhan, alur pelayaran
dan kolam pelabuhan serta pemantauan kerja operasional pelabuhan.

Pemeriksaan nautis, teknis, radio, pembangunan dan perombakan kapal serta pemberian sertifikasi.

Pelaksanaan pengukuran dan status hukum kapal, serta pengurusan dokumen pelaut, penyijilan
awak kapal dan perjanjian kerja laut.

Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tatausaha dan rumah tangga Kantor Administrator
Pelabuhan.

Kantor Administrator Pelabuhan diklasifikasikan dalam 5 kelas, yaitu: 1) Kelas I; 2) Kelas II; 3) Kelas
III; 4) Kelas IV dan 5) Kelas V. Sedangkan pembagian tugas disemua kantor Administrator Pelabuhan
adalah:
Bagian Tata Usaha

Bidang Lalu-Lintas Laut dan Kepelabuhanan

Bidang Penjagaan dan Keselamatan

Bidang Kelaiklautan Kapal

1. Instansi Perhubungan Laut / Syahbandar (Harbour Master)


Fungsi Syahbandar yaitu:

Melakukan pelaksanaan pengawasn tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran

Melakukan pelaksanaan pengawasan kegiatan alih muat di perairan pelabuhan, kegiatan salvage dan
pekerjaan bawah air, pemanduan dan penundaan kapal

Melakukan pelaksanaan pemeriksaan kecelakan kapal

Memberikan info mengenai cuaca BMKG

Melakukan pemeriksaan surat - surat kapal sebelum berlayar

2. Bea Cukai (Custom)


Menurut undang - undang, pabean berwenang melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang
yang keluar masuk wilayah pabean Indonesia termasuk barang - barang terlarang, obat - obatan
berbahaya atau narkoba serta memungut bea terhadap barang yang menurut aturannya dikenakan
bea yang bertugas. Selain itu pabean juga berfungsi sebagai:

Melakukan pencegahan masuknya barang - barang dari luar negeri tanpa didasari dokumen -
dokumen resmi

Mengawasi langsung lalu lintas barang - barang ekspor dan impor

Menindak pelaksanaan kegiatan dalam hal barang - barang ekspor atau impor yang tidak dilengkapi
dengan dokumen - dokumen resmi

Menarik bea masuk dan keluar untuk barang ekspor dan impor

Melakukan tindakan sesuai hukum terhadap pembawa barang - barang terlarang yang masuk ke
wilayah negara Indonesia

3. Imigrasi (Imigration)
Fungsi instansi imigrasi adalah melaksanakan pengawasan lalu lintas orang yang keluar masuk
wilayah negara dengan atau tanpa visa dan berwenang untuk memeriksa paspor setiap orang yang
keluar masuk wilayah negara. Dan memiliki tugas sebagai berikut:

Perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan, pembinaan dan pemberian perizinan di bidang
keimigrasian

Pelaksanaan keimigrasian sesuai dengan tugas pokok yaitu sebagai aparatur security dan penegak
hukum
Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal

4. Karantina (Quarantine)
Fungsi instansi karantina adalah untuk mengkarantina penyakit menular bagi hewan maupun
tumbuhan. Karantina berwenang memeriksa setiap hewan dan tumbuhan yang masuk wilayah
Indonesia dan dapat menahan untuk mengkarantina bila diketahui terdapat gejala penyakit menular.
Dan instansi karantina juga bertugas sebagai:

Upaya perlindungan tanaman dan hewan dalam negeri dari ancaman organisme pengganggu dari
luar negeri

Sebagai tindakan pengawasan dan pengamatan lebih lanjut terhadap tumbuhan, hewan dan bagian -
bagiannya

Kegiatan yang berhubungan dengan tindakan pencegahan terhadap meluasnya penyakit tumbuhan
dan hewan ke wilayah negara

Merupakan kegiatan yang bersifat pelayanan sesuai persyaratan tujuan apabila diminta

5. Kesehatan Pelabuhan (Port Health)


Instansi kesehatan berfungsi untuk memeriksa penyakit manusia yang memasuki pelabuhan dan
berwenang memeriksa setiap manusia yang masuk ke wilayah Indonesia serta dapat menahan
apabila terbukti mengidap penyakit. Instansi kesehatan juga bertugas sebagai berikut:

Memeriksa kelengkapan dokumen kapal dalam hal kesehatan dari awak kapal

Melakukan penahanan terhadap awak kapal yang terbukti mengidap penyakit

Mencegaj masuknya penyakit manusia yang berasal dari luar negeri ke wilayah negara Indonesia

Pemeriksaan merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan terhadap awak kapal yang berasal dari
luar negeri

Syahbandar

LAPORAN KECELAKAAN KAPAL


Pasal 4
Setiap orang yang berada di atas kapal yang mengetahui dikapalnya terjadi kecelakaan, sesuai batas
kemampuannya wajib melaporkan kecelakaan kapal kepada:
a. Syahbandar pelabuhan terdekat bila kecelakaan kapal terjadi di dalam wilayah perairan Indonesia;
b. Pejabat Perwakilan Republik Indonesia terdekat dan Pejabat Pemerintah negara setempat yang
berwenang apabila kecelakaan kapal atau pelabuhan pertama yang disinggahi sesudah kecelakaan
kapal terjadi di luar wilayah perairan Indonesia.

Pasal 5
(1) Nakhoda atau pemimpin kapal, yang :
a. kapalnya mengalami kecelakaan kapal;
b. menyebabkan kapal lain mendapat kecelakaan kapal;
c. mengetahui kapal lain mendapat kecelakaan kapal;
d. membawa awak kapal atau penumpang dari kapal yang mengalami kecelakaan kapal wajib
melaporkan kecelakaan kapal kepada Syahbandar pelabuhan terdekat bila kecelakaan kapal terjadi
di dalam wilayah perairan Indonesia.
(2) Nakhoda atau pemimpin kapal berbendera Indonesia yang mengalami kecelakaan kapal
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib melaporkan kecelakaan kapal kepada pejabat perwakilan Republik
Indonesia terdekat dan Pejabat Pemerintah negara setempat yang berwenang apabila kecelakaan
kapal
atau pelabuhan pertama yang disinggahi sesudah kecelakaan kapal terjadi berada di luar wilayah
perairan Indonesia.

BAB III
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
KECELAKAAN KAPAL
Pasal 8
(1) Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal dilaksanakan atas dasar laporan kecelakaan kapal.
(2) Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
oleh:
a. Syahbandar, setelah menerima laporan kecelakaan kapal dari pelapor.
b. Pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri, setelah Menteri menerima laporan kecelakaan
kapal dari Pimpinan Perwakilan Republik Indonesia dan/atau dari pejabat Pemerintah negara
setemp at yang berwenang.
Pasal 9
Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilaksanakan
untuk
mencari keterangan dan/atau bukti-bukti awal atas terjadinya kecelakaan kapal.

Pasal 10
Dalam melaksanakan pemeriksaan pendahuluan k ecelakaan kapal, Syahbandar atau pejabat
Pemerintah
yang ditunjuk oleh Menteri dapat mencari keterangan yang diperlukan dari :
a. Nakhoda atau pemimpin kapal;
b. perwira kapal;
c. anak buah kapal;
d. pihak lainnya.

Pasal 12
(1) Hasil pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal dituangkan dalam bentuk berita acara
pemeriksaan
pendahuluan kecelakaan kapal.
(2) Berita acara pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditandatangani oleh Syahbandar atau pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Mneteri.

Pasal 16
(1) Menteri mengeluarkan surat penghentian pemeriksaan kecelakaan kapal terhadap hasil
pemeriksaan
pendahuluan kecelakaan kapal yang tidak dimintakan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal.
(2) Surat penghentian pemeriksaan kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sekurangkurangnya memuat keterangan mengenai dasar alasan tidak dimintakannya pemeriksaan
lanjutan
kecelakaan kapal dan penetapan sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
oleh
Menteri.

BAB IV
PEMERIKSAAN LANJUTAN KECELAKAAN KAPAL
Bagian Pertama
Umum
Pasal 17
Pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal dilaksanakan oleh Mahkamah Pelayaran.
Pasal 18
Dalam melaksanakan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal, Mahkamah Pelayaran bertugas:
a. meneliti sebab-sebab kecelakaan kapal dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau
kelalaian
dalam penerapan standar profesi kepelautan oleh Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau perwira
kapal
atas terjadinya kecelakaan kapal;
b. menjatuhkan sanksi administratif kepada Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau perwira kapal
yang
memiliki sertifikat keahlian Pelaut yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang melakukan
kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi kepelautan.
Pasal 19
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b dapat berupa:
a. peringatan;
b. pencabutan sementara sertifikat keahlian Pelaut untuk bertugas dalam jabatan tertentu di kapal,
untuk
waktu paling lama 2 (dua) tahun.

Bagian Ketiga
Susunan Keanggotaan
Pasal 22
Susunan keanggotaan Mahkamah Pelayaran terdiri dari ketua merangkap angota, anggota dan
sekretaris
Mahkamah Pelayaran.
Pasal 23
(1) Mahkamah Pelayaran dipimpin oleh seorang ketua.
(2) Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dijabat oleh Sarjana Hukum, ahli Nautika
Tingkat
I, Ahli Teknika Tingkat I atau Sarjana Teknik Perkapalan.
Pasal 24
(1) Anggota Mahkamah Pelayaran terdiri dari beberapa orang Sarjana Hukum, Ahli Nautika Tingkat I,
Ahli Teknika Tingkat I dan Sarjana Teknik Perkapalan.
(2) Jumlah anggota Mahkamah Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebanyak-
banyaknya 15
(lima belas) orang.
Pasal 25
Mahkamah Pelayaran dibantu oleh sebuah Sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris
Mahkamah
Pelayaran.

Anda mungkin juga menyukai