Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah laporan akhir praktikum fisiologi ini dapat terselesaikan.

Adapun isi dari laporan praktikum ini adalah Hemolisis, dan Fragilitas Eritrosit.
Laporan praktikum ini dibuat dengan sedemikian rupa dengan tujuan agar mudah mempelajari
dan memahami praktikum yang ada di dalamnya. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan praktikum ini, dan yang
telah memberikan banyak saran, petunjuk dan dorongan dalam menyelesaikan laporan
praktikum ini. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari
Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi pembuatan dan
penyempurnaan selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

Denpasar, 25 September 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 01

DAFTAR ISI. 02

BAB I PENDAHULUAN 03
1.1 LATAR BELAKANG. 03
1.2 TUJUAN 03
1.3 MANFAAT.. 03

BAB II DASAR TEORI. 04

BAB III METODE PRAKTIKUM.. 05


3.1 WAKTU DAN TEMPAT 05

3.2 ALAT DAN BAHAN 05

3.3 LANGKAH KERJA 05

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 07


4.1 TEKANAN OSMOTIK ERITROSIT (TEST FRAGILITAS) 07

4.2 HEMOLISIS DAN KERIPUT... 09

BAB V PENUTUP. 12
5.1 KESIMPULAN. 12

DAFTAR PUSTAKA.. 13

2
PRAKTIKUM I

HEMOLISIS, DAN FRAGILITAS ERITROSIT


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Darah merupakan jaringan pengikat dengan sel-sel nya terendam dalam cairan matriks
(Plasma Darah) yang terdiri dari senyawa organic dan anorganik. Suatu contoh, darah dapat
memberikan gambaran tentang keadaan darah pada waktu di peroleh, namun apabila di ambil
berulang-ulang dalam waktu tertentu akan memperlihatkan gambaran perubahan faali atau
patologis. Ilmu yang mempelajari tentang darah di sebut Hematologi.

Darah mempunyai fungsi sebagai transportasi yaitu membawa zat-zat makanan dan
oksigen ke seluruh sel dalam tubuh, pembawa karbon dioksida dan zat sisa metabolism atau zat
yang berbahaya lainnya untuk di buang ,mempertahan kan lingkungan asam basa,
mempertahankan homeostatis,serta sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan
mikro orgasnisme (antigen) melalui fagositosis dan aktifitas antibodi.

1.2 TUJUAN
Untuk mempelajari proses-proses hemolisis yang terjadi dalam darah yang diberi
larutan hipotonis dan larutan yang menurunkan tegangan permukaan membrane sel darah
merah.
Selain itu, tujuan praktikum ini juga untuk mengukur ketahanan eritrosit terhadap
penurunan tekanan osmotik dalam darah (Erythrocyte Fragility Test = Tes fragilitas sel darah
merah)
1.3 MANFAAT
Manfaat praktikum ini adalah :
- Sebagai penuntun untuk mahasiswa dalam melakukan praktikum di lab
- Agar mahasiswa mampu memahami hemolisis dan fragilitas dari eritrosit.

3
BAB II

DASAR TEORI
Hemolisisdari bahasa Yunani (aima, haema, hemo-) berarti "darah"
dan (lusis, lysis, -lysis) berarti "lepas", "menjadi bebas" atau "mengeluarkan".

Jadi hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke


dalam medium sekelilingnya (plasma). Membrane eritrosit bersifat permeable selektif yang
berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat
tertentu yang lain. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan
permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta
rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi
hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl)
akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke
dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit
akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan
isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

4
BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN TEMPAT.

Praktikum Fisiologi Ternak tentang Hemolisis, dan Fragilitas Eritrosit dilaksanakan di


Laboratorium Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Kampus Sudirman
Denpasar pada tanggal 18 September 2017 pukul 12.30 WITA - selesai.

3.2 ALAT DAN BAHAN

- Mikroskop
- Darah sapi + antikoagulans
- Gelas obyek
- Larutan NaCl 5%, 3%, dan 0,9%
- Gelas arloji
- Larutan ureum 1,8% dalam NaCl 0,9%
- Tabung-tabung reaksi dan raknya
- Spuit atau pipet
- Larutan ureum 1,8% dalam Aquadest
- Alcohol dan kapas

3.3 LANGKAH KERJA

A. Tekanan Osmotik Eritrosit ( Test Fragilitas)

Pada satu seri tabung reaksi yang bersih diberikan nomor dari 1-6.
Kedalam tabung-tabung tersebut berturut-turut dimasukkan larutan NaCl 5% sebanyak
0,8 ; 0,7 ; 0,6 ; 0,5 ; 0,4 ; 0,3 cc.
Kemudian pada tiap-tiap tabung ditambahkan aquadest sehingga jumlah disemua
tabung dari seluruh larutan menjadi masing-masing 5 cc dan campur dengan baik
(jangan dikocok, cukup dibolak-balik saja).
Kemudian kadar NaCl dalam setiap tabung dihitung dan dicatat.
Lalu kedalam tabung dimasukkan darah sapi yang sudah dicampur antikoagulans
sebanyak 2 tetes.
Setelah 1 jam,lalu mencatat tabung nomor berapa yang mulai terjadi hemolisis (ditandai
dengan adanya warna diatas endapan eritrosit).

5
B. Hemolisis dan Keriput

Diambil 3 tabung reaksi A, B, dan C. Lalu dituangkan ke dalamnya masing-masing 1 cc


darah sapi yang telah dibebaskan dari fibrin ditambahi antikoagulans. Kemudian
ditambahkan zat pada tabung A : 3 cc NaCl 3%, tabung B : 3 cc Aquadest, tabung C
dibiarkan seperti semula.
Dari tiap-tiap tabung, dituangkan sejumlah darah yang sama banyaknya ke dalam 3
buah gelas arloji. Lalu mencatat apa yang terjadi ketika gelas arloji tersebut diletakkan
diatas dasar yang hitam (di atas meja) dan di atas dasar yang putih (kertas putih yang
ada hurufnya).
Kemudian diambilkan masing-masing setetes contoh darah dari gelas-gelas arloji tadi
dan diletakkan di atas gelas obyek, serta kemudian perhatikan dibawah mikroskop, dan
digambar apa yang terlihat.
Kemudian percobaan nomer 1 diatas diulang kembali, kecuali tabung C tidak dikerjakan.
Kemudian pada A ditambahkan aquadest sebanyak 2 cc, sedang pada B 2cc NaCl 3%,
sehingga di kedua tabung sekarang terdapat 2 zat itu dalam jumlah yang sama. Lalu
diamati dan dicatat tabung-tabung tersebut.
Kemudian nomor 2 dan 3 kembali dikerjakan.
Diambillah tabung reaksi D, dan dimasukkan kedalamnya 1cc darah sapi tadi. Kemudian
ditambahkannya 3cc larutan ureum 1,8% dalam aquadest.
Pemeriksaan nomer 2 dan 3 diatas dikerjakan dan dijelaskan .
Diambillah tabung reaksi E,diisikan darah sapi 2cc dan ditambahkan kemudian 2cc
ureum 1,8% dalam NaCl 0,9%. Kemudian diperhatikan apa yang terlihat.
Pemeriksaan seperti pada nomer 2 dan 3 diatas dikerjakan kembali, dan kemudian
ditulis hasilnya.

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 TEKANAN OSMOTIK ERITROSIT (TEST FRAGILITAS)

NO ZAT / BAHAN YANG HASIL PERHITUNGAN HASIL PENGAMATAN


DICAMPUR KADAR NaCl LANGSUNG
1. 0,8 cc NaCl 5% + 4,2 cc N1V1 = N2V2 Warna : Merah Bening
Aquadest + 2 tetes darah. 0,8 x 5 = N2 X 5 Endapan : Ada sedikit
N2 = 0,8 x 5
5
= 0,8%
Jadi kadar NaCl = 0,8%

2. 0,7 cc NaCl 5% + 4,3 cc N1V1 = N2V2 Warna : merah bening


Aquadest + 2 tetes darah. 0,7 X 5 = N2 X 5 Endapan : tidak ada
N2 = 5 X 0,7 Tidak ada gelembung

5
= 0,7%
Jadi kadar NaCl = 0,7 %

3. 0,6 cc NaCl 5% + 4,4 cc N1V1 = N2V2 Warna : merah bening


Aquadest + 2 tetes darah. 0,6 X 5 = N2 X 5 Endapan : tidak ada
N2 = 5 X 0,6 Tidak ada gelembung

5
= 0,6%
Jadi kadar NaCl = 0,6%

4. 0,5cc NaCl 5% + 4,5cc N1V1 = N2V2 Warna : merah bening


Aquades + 2 tetes darah. 0,5 X 5 = N2 X 5 Endapan : tidak ada
N2 = 5 X 0,5 Tidak ada gelembung

5
= 0,5%
Jadi kadar NaCl = 0,5%

7
5. 0,4cc NaCl 5% + 4,6cc N1V1 = N2V2 Warna : merah bening
Aquades + 2 tetes darah 0,4 X 5 = N2 X 5 Endapan : tidak ada
N2 = 5 X 0,4 Tidak ada gelembung

5
= 0,4%
Jadi kadar NaCl = 0,4%

6. 0,3cc NaCl 5% + 4,7cc N1V1 = N2V2 Warna : merah bening


aquades + 2 tetes darah 0,3 X 5 = N2 X 5 Endapan : tidak ada
N2 = 5 X 0,3 Tidak ada gelembung

5
= 0,3%
Jadi kadar NaCl = 0,3%

PEMBAHASAN :

Pada hasil percobaan diatas, eritrosit tidak mengalami hemolisis pada tabung 1 yaitu,
darah yang diberi NaCl dengan kadar 0,8%. Sedangkan eritrosit yang mengalami hemolisis
sempurna adalah tabung 6 yaitu, darah yang diberi NaCl dengan kadar 0,3%, Jika darah diberi
NaCl eritrosit menggembung sedangkan jika diberi Aquades eritrosit pecah. Hal tersebut terjadi
karena NaCl adalah larutan hipotonis dan aquades adalah larutan hipertonis. Dan dari
percobaan diatas diketahui bahwa eritrosit yang pecah tidak dapat kembali lagi seperti semula.

8
4.2 HEMOLISIS DAN KERIPUT.

NO. BAHAN/ PENGAMATAN PENGAMATAN KERTAS ALAS


CAMPURAN MIKROSKOPIK LANGSUNG PUTIH ISI HITAM
TULISAN (MEJA)
1. 1cc darah + 3cc Warna coklat Tulisan Darah
NaCl 3%. muda tidak berwarna
Ada satu bulat terlihat. merah agak
besar gelap.
Ada bulatan
kecil yang
banyak
Terdapat garis
yang
memanjang.
Keriput.

2cc Aquadest. Warna coklat Tulisan Warna darah


Terdapat transparan. mulai
bulat-bulat memudar.
besar dan
bulat-bulat
kecil
disekelilingnya.
Terdapat garis
yang
memanjang.
2. 1cc darah + 3cc Warna coklat Tulisan Darah encer,
Aquadest dan terlihat terlihat. berwarna
ada beberapa merah muda
bintik-bintik dan tidak
pekat
kecil.

9
2cc NaCl 3% Warna coklat Tulisan Darah encer,
dan terlihat tetap berwarna
bintik-bintik terlihat. merah muda
kecil yang dan tidak
pekat.
bergabung
sehingga
menyerupai
garis dan
koloni.
3. 1cc darah Warna kuning dan ada Tulisan Warna darah
putih. tidak merah pekat.
Terdapat bulatan- terlihat.
bulatan kecil.

4. 2cc darah + 2cc Warna kuning. Tulisan Encer dan


Ureum 1,8% dalam Terdapat bintik-bintik terlihat. warna darah
Aquadest. coklat. agak gelap.

10
5. 2cc darah + 2cc Warna kuning. Tulisan Encer dan
Ureum 1,8% dalam Terdapat bintik-bintik terlihat warna merah
NaCl 0,9%. coklat. Keriput. tapi tidak muda.
terlalu
jelas.

PEMBAHASAN :

1. Pada percobaan pertama, darah yang dicampur NaCl 3% yang diteteskan digelas arloji
dan diletakkan pada kertas putih yang berisi tulisan, tulisan tersebut tidak terlihat. Hal
itu dikarenakan darah tersebut tidak mengalami hemolisis. Mengapa tidak terjadi
hemolisis? Karena apabila darah dicampur dengan NaCl 3%, maka darah tersebut akan
menggembung, sehingga tidak mengalami hemolisis.
2. Pada percobaan kedua, darah yang dicampur Aquadest yang diteteskan digelas arloji
dan diletakkan pada kertas putih yang berisi tulisan, tulisan tersebut terlihat. Hal itu
dikarenakan darah tersebut mengalami hemolisis sempurna . Mengapa terjadi
hemolisis? Karena apabila darah dicampur dengan Aquadest maka eritrosit tersebut
akan pecah, sehingga mengalami hemolisis.
3. Pada percobaan ketiga, darah yang tidak dicampur dengan zat apapun yang diteteskan
digelas arloji dan diletakkan pada kertas putih yang berisi tulisan, tulisan tersebut tidak
terlihat. Hal itu dikarenakan darah tersebut tidak mengalami hemolisis. Mengapa tidak
terjadi hemolisis? Karena darah tersebut tidak dicampur dengan zat apapun, sehingga
darah tersebut bentuk dan volumenya tetap.
4. Pada percobaan keempat, darah yang dicampur Ureum 1,8% dalam Aquadest yang
diteteskan digelas arloji dan diletakkan pada kertas putih yang berisi tulisan, tulisan
tersebut akan terlihat. Hal itu dikarenakan darah tersebut mengalami hemolisis.
5. Pada percobaan kelima, darah yang dicampur Ureum 1,8% dalam NaCl 3% yang
diteteskan digelas arloji dan diletakkan pada kertas putih yang berisi tulisan, tulisan
tersebut terlihat namun tidak terlalu jelas. Mengapa demikian? Karena darah tersebut
dicampur dengan Ureum 1,8% dalam NaCl 3% sehingga terjadi hemolisis parsial.

11
BAB V

PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke


dalam medium sekelilingnya (plasma).
Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan
larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan
permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan,
serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.
Jika darah diberi NaCl, eritrosit akan menggembung sedangkan jika diberi Aquades,
eritrosit akan pecah. Hal tersebut terjadi karena NaCl adalah larutan hipotonis dan
aquades adalah larutan hipertonis.
Darah yang telah mengalami hemolisis akan dapat tembus cahaya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dharmawan, N.S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner Hematologi Klinik

Yupardhi, I Wayan Sayang. dkk. 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak. Denpasar : Fakultas
Peternakan Unud

http://gufranamir96.blogspot.co.id/2015/05/laporan-praktikum-fisiologi-darah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hemolisis

13

Anda mungkin juga menyukai