Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
CONJECTURES AND REFUTATIONS
The Growth of Scientific Knowledge
by KARL R. POPPER
BASIC BOOKS, Publishers NEW YORK LONDON
Chapter 13 : A NOTE ON THE BODY-MIND PROBLEM
Saya sangat berterima kasih kepada Profesor
Wilfrid Sellars karena telah membawa
makalah saya 'Language and the Body-Mind
Problem', perhatian para filsuf, dan bahkan
lebih untuk kebaikannya dalam
menggambarkannya sebagai 'menantang', dan
sebagai 'mengatakan, jika tidak rata '. Dari
ketidakseimbangannya, tidak ada yang bisa
lebih sadar daripada saya. Saya pikir saya lebih
sensitif terhadapnya daripada putri Andersen
adalah pada kacang polong. Dan meskipun
saya cenderung menghitung enam daun di
antara sedikit kemenangan saya, saya tidak
dapat beristirahat pada mereka bahkan jika
saya menginginkannya. Tapi kacang polong
keras kecil yang mengganggu saya dan
membuat saya tetap terjaga di malam hari
tampaknya telah disembunyikan dengan baik,
dan di tempat yang jauh dari benjolan subur
beberapa induk Profesor Sellars yang menurut
saya sama sekali tidak mulus.
(1) Mengenai benjolan pertama, Profesor
Sellars, setelah mengutip saya dengan benar
beberapa lama, mulai 'memusatkan perhatian',
seperti yang dia katakan, 'Atas pernyataan
tersebut [pernyataan Popper] yang dikutip di
atas, bahwa " dua bahasa tidak dapat
diterjemahkan, mereka menangani
serangkaian fakta yang berbeda ". ' Dan
Profesor Sellars kemudian mengatakan bahwa
'fakta' bisa berupa 'fakta deskriptif' atau
sesuatu yang lain seperti 'fakta' bahwa kita
harus memenuhi usaha kita ', yang mungkin
diizinkan untuk memanggil' fakta kuasi '. Dan
dia mengatakan bahwa argumen saya akan sah
jika hanya mengandung 'premis bahwa kedua
bahasa yang dimaksud memiliki bisnis untuk
1|Page
I AM very grateful to Professor Wilfrid Sellars
for bringing 1 my paper 'Language and the
Body-Mind Problem', 2 to the attention of
philosophers, and even more for his kindness
in describing it as 'challenging', and as 'telling,
if uneven'. Of its unevenness nobody can be
more aware than I. I think I am more sensitive
to it than Andersen's princess was to the pea.
And although I am inclined to count its six
leaves among my scanty laurels, I could not
rest on them even if I wished to. But the small
hard peas which bother me and keep me awake
at night seem to have been well hidden, and in
a spot far removed from Professor Sellars' two
largish lumps of stuffing which I believe, are
not at all hard to smooth out
(1) As to the first lump, Professor Sellars, after
quoting me correctly at some length, proceeds
to 'focus attention', as he puts it, 'On the
statement [ Popper's statement] quoted above,
that ". . . if the two languages are not
translatable, they deal with different sets of
facts".' And Professor Sellars then goes on to
say that a 'fact' may be either a 'descriptive fact'
or else something like 'the "fact" that we ought
to fulfil our undertakings', which I may be
permitted to call a 'quasi fact'. And he says that
my argument would be valid if only it would
contain 'the premise that both languages in
question have the business of describing', i.e.
of stating 'descriptive facts'.
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
menggambarkan', yaitu menyatakan 'fakta
deskriptif'.
Sekarang saya setuju dengan setiap kata
tentang ini tapi saya benar-benar gagal untuk
melihat relevansinya: dalam memusatkan
perhatian pada satu pernyataan, Profesor
Sellars, yang bisa dimengerti, mendapat
konteksnya dari fokus.
Untuk (a), premis yang menurut Profesor
Sellars, membuat argumen saya valid, cukup
jelas ditunjukkan dalam argumen saya sendiri
yang karenanya sendiri berlaku, menurut
Profesor Sellars. Selain itu, argumen saya
memiliki bentuk absurdum reductio iklan 'dua
teori bahasa', dan premis yang benar-benar
diminta oleh Profesor Sellars bukanlah milik
saya tapi bagian dari teori itu. Hal ini, memang,
disebut dalam argumen saya sebagai bagian
dari 'dua solusi bahasa' - dari pandangan itu. . .
pernyataan fisika dan psikologi adalah. . . dua
cara untuk membicarakan fakta yang sama
'(yang dengan jelas menunjukkan bahwa' fakta
'ini adalah' fakta deskriptif 'dalam terminologi
Profesor Sellars). Sumbangan saya sendiri
secara sederhana, menunjukkan bahwa, begitu
dua bahasa (fisika dan psikologi) diakui tidak
dapat diterjemahkan satu sama lain, mereka
tidak dapat lagi dikatakan membicarakan fakta
yang sama, dan harus diakui untuk berbicara
tentang fakta yang berbeda - di mana 'fakta'
berarti apa pun yang dimaksudkan oleh dua
teori bahasa saat mereka mengatakan bahwa
fisika dan psikologi berbicara tentang fakta
yang sama.
Dengan demikian masalah 'fakta kuasi' sama Thus the problem of 'quasi facts' simply does
sekali tidak muncul. not arise.
Semua ini dapat diverifikasi dengan membaca
lebih dekat bagian dari makalah saya yang
diklaim Profesor Sellay sendiri di awal
makalahnya: inilah bagian yang tidak fokus
begitu ia memusatkan perhatian pada sebagian
dari keseluruhan makalahnya. (Ada salah
2|Page
Now I agree with every word of this but I
completely fail to see its relevance: in focusing
attention upon one statement, Professor
Sellars, understandably enough, got its context
out of focus.
For (a), the premise which, according to
Professor Sellars, makes my argument valid,
was clearly enough indicated in my own
argument which therefore is itself valid,
according to Professor Sellars. Moreover, my
argument has the form of a reductio ad
absurdum of the 'two language theory', and the
premise correctly demanded by Professor
Sellars is not mine but part of that theory. It is,
indeed, referred to in my argument as part of
the 'two language solution' --of 'the view that .
. . the statements of physics and of psychology
are . . . two ways of talking about the same
facts' (which clearly indicates that these 'facts'
are 'descriptive facts' in Professor Sellars'
terminology). My own contribution consisted,
simply, in pointing out that, once the two
languages (of physics and of psychology) are
admitted not to be translatable into each other,
they cannot any longer be said to talk about the
same facts, and must be admitted to talk about
different facts--where 'facts' means whatever
the two-language theorists meant when they
said that physics and psychology talked about
the same facts.
All this can be verified by reading more closely
the passage from my paper which Professor
Sellars himself quotes at the beginning of his
paper: it is the passage which gets out of focus
once he focuses attention on part of it. (There
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
penjelasan yang sangat penting - 'set' dan is a not very important misquotation--'set'
bukannya 'baik' - di bagian yang terfokus.) instead of 'kind'--in the focused passage.)
Jadi tidak ada inti yang sulit, tidak ada
perbedaan pendapat sejauh yang saya lihat,
mendasari benjolan pertama Profesor Sellars -
walaupun sepertinya saya berbeda dengan dia
tentang relevansi komentarnya.
(2) Sekarang untuk menghaluskan benjolan
kedua. 'Di bagian selanjutnya dari
makalahnya', Profesor Sellars menulis,
'Profesor Popper membuat sebuah pembelaan,
jika tidak merata, pembelaan tesis bahwa
kesusilaan atau referensi tidak dapat
didefinisikan dalam Behaviourese.' (Profesor
Sellay sendiri percaya akan kebenaran tesis
dugaan saya ini.) Saya harus mengakui bahwa
saya terkejut saat membaca ini. Saya tidak
sadar pernah mencoba membela hal semacam
itu. Ini kebetulan merupakan salah satu
keyakinan tertua saya bahwa tesis dari jenis ini
di sini dikaitkan dengan saya - bahwa hal itu
dan tidak dapat didefinisikan dalam bahasa
seseorang - hampir selalu tidak relevan. (Tentu
saja tidak, tentu saja, jika tesis lawan adalah
satu tentang definability. Ketidakpastian
mungkin menarik dalam konteks tertentu,
namun untuk mengatakan sebuah istilah tidak
dapat didefinisikan tidak pernah menyiratkan
bahwa hal itu tidak dapat digunakan secara
sah; karena mungkin digunakan secara sah
sebagai sebuah istilah yang tidak terdefinisi.)
Tidak perlu bagi saya untuk membaca makalah
saya untuk memastikan bahwa saya tidak
pernah mempertahankan hal seperti 'tesis' yang
dikaitkan dengan saya oleh Profesor Sellars.
Tapi untuk meyakinkan dua kali bahwa saya
membaca makalah saya dan saya tidak
menemukan jejak tesis semacam itu tentang
definabilitasnya. Dan untuk membuat yakin
dengan benar, saya secara terbuka menolak
teori apa pun yang mungkin pernah saya
kembangkan berdasarkan tesis yang diajukan
oleh Profesor Sellars: bukan karena tesisnya
salah (saya setuju dengan Profesor Sellars
3|Page
So no hard core, no difference of opinion as far
as I can see, underlies Professor Sellars' first
lump--although I seem to differ with him about
the relevance of his comments
(2) Now to smooth out the second lump. 'In the
later sections of his paper', Professor Sellars
writes, ' Professor Popper makes a telling, if
uneven, defence of the thesis that aboutness or
reference cannot be defined in Behaviourese.'
( Professor Sellars himself believes in the truth
of this alleged thesis of mine.) I must confess
that I was surprised when I read this. I was not
aware of having ever tried to defend anything
of the kind. It happens to be one of my oldest
convictions that a thesis of the kind here
attributed to me--that such and such cannot be
defined in somebody's language--is nearly
always irrelevant. (It is not irrelevant, of
course, if the opponent's thesis was one about
definability. Definability may be interesting in
certain contexts, but to say a term is not
definable never implies that it cannot be
legitimately used; for it may be legitimately
used as an undefined term.) There was no need
for me to read through my paper in order to be
sure that I never maintained anything like the
'thesis' attributed to me by Professor Sellars.
But to make doubly sure I did read through my
paper and I found no trace of such a thesis on
definability. And to make trebly sure, I
herewith publicly recant any theory I may ever
have advanced based upon the thesis attributed
to me by Professor Sellars: not because the
thesis is false (I agree with Professor Sellars
that it is true, and I even agree that my
arguments might be used to support its truth--
which may perhaps explain the
misunderstanding) but because I should hate
the idea of philosophizing with the help of
arguments about nondefinability.
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
bahwa itu benar, dan saya bahkan setuju bahwa
argumen saya mungkin digunakan untuk
mendukung kebenarannya - yang mungkin
bisa menjelaskan kesalahpahaman) tetapi
karena saya harus membenci gagasan
berfilsafat dengan bantuan argumen tentang
ketidakmampuan.
Profesor Sellars melanjutkan dengan
mengatakan 'Dan dia [Popper] pasti benar
[dalam memegang tesis yang baru saja saya
abaikan]. Namun, pada tahap ini dia [Popper]
secara diam-diam menambahkan premis '' E
tentang x 'adalah pernyataan deskriptif ".'
Sulit bagi saya untuk memeriksa apakah saya
telah menambahkan premis ini secara diam-
diam pada tahap ini, karena 'tahap ini' tidak
ditunjukkan oleh Profesor Sellars - atau hanya
ditunjukkan dengan bantuan referensi yang
menuduh tesis saya yang saya maksud gagal
menemukan apa saja di koran saya (Di sini
mungkin saya memperingatkan pembaca
bahwa tujuh bagian dalam tanda petik di
bagian kedua kertas Profesor Sellars bukanlah
kutipan dari makalah saya, seperti yang
mungkin dipikirkan beberapa orang,
'Hubungan Nama' dan 'Halal-fisikistik',
lakukan terjadi di koran saya, tapi yang
pertama hyphened, yang terakhir tidak himba.)
Jika, bagaimanapun, saya memiliki suatu
tempat 'diam-diam' dan secara tidak sadar
menambahkan premis yang Profesor Sellars
katakan bahwa saya telah menambahkan (saya
tidak dapat mendeteksi jejaknya), maka saya
berharap untuk kembali lagi. Karena saya
setuju sepenuhnya dengan tesis Profesor
Sellars bahwa jika sebuah pernyataan A
mengatakan bahwa pernyataan E yang lain
tentang sesuatu, maka A biasanya tidak, untuk
menggunakan kata-kata Profesor Sellars
memainkan 'peran yang sama seperti "The
Moon is bulat "'. Tidak perlu, dan biasanya
tidak, deskriptif 'dalam pengertian yang sama
seperti pernyataan tentang bulan (walaupun
4|Page
Professor Sellars goes on to say 'And he [
Popper ] is surely right [in holding the thesis I
have just repudiated]. However, at this stage he
[ Popper ] tacitly adds the premise ''E is about
x' is a descriptive assertion".'
It is hard for me to check whether or not I have
added this premise tacitly at this stage, since
'this stage' is not indicated by Professor
Sellars--or only indicated with the help of a
reference to that alleged thesis of mine which I
fail to find anywhere in my paper. (I may here
warn readers that seven of the passages in
quotation marks in this second part of
Professor Sellars' paper are not quotations
from my paper, as some might think. Two
others, 'Name relation' and 'Causal-
physicalistic', did occur in my paper, but the
former hyphened, the latter unhyphened.)
If, however, I have somewhere 'tacitly' and
unconsciously added the premise which
Professor Sellars says I have added (I cannot
detect any trace of it) then I wish, again, to
recant. For I am in complete agreement with
Professor Sellars' thesis that if a statement A
says that another statement E is about
something, then A usually does not, to use
Professor Sellars' words play 'the same sort of
a role as "The Moon is round" '. A need not be,
and usually is not, descriptive' in the same
sense as the statement about the moon
(although it may be: 'What was your last
lecture about?'--'It was a lecture about
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
mungkin:' Apa kuliah terakhir Anda? '-' Itu probability', is an instance of descriptive
adalah ceramah tentang probabilitas ', adalah usage).
sebuah contoh penggunaan deskriptif).
Saya juga setuju sepenuhnya dengan
kesimpulan penutup Profesor Sellars bahwa
'dari fakta, dan ini adalah fakta, bahwa apa
yang oleh Profesor Popper disebut "hubungan
nama" (paragraf 5) tidak dapat didefinisikan
dalam istilah "kausal-fisikistik", kita tidak bisa
menyimpulkan kebenaran Dualisme '. Persis.
Inilah sebabnya mengapa saya tidak pernah
mengatakan apapun tentang definability.
Memang, saya tidak memiliki argumen yang
lebih kuat untuk mendukung keyakinan
dualistis saya daripada fakta yang sama sekali
tidak relevan ini (karena saya setuju bahwa ini
adalah fakta, meski sama sekali tidak relevan),
maka saya harus siap - tidak, paling cemas -
untuk melepaskan dualisme. Seperti yang
terjadi, argumen saya sangat berbeda. Mereka
adalah sekitar 3 kemungkinan lingkup teori
fisik deduktif daripada tentang definability;
dan tesis saya adalah bahwa 'tidak ada teori
fisik kausal dari fungsi deskriptif dan
argumentatif bahasa yang mungkin'.
Saya ingin menjelaskan dengan sangat jelas
bahwa saya tidak keberatan dengan tesis
Profesor Sellars - bahwa sebuah pernyataan
seperti 'E adalah tentang x' adalah (biasanya
atau sering) 'alat dimana kita sampaikan
kepada pendengar bagaimana disebutkan
ekspresi digunakan, dengan menggunakan
ekspresi yang setara '. Saya juga tidak
menyangkal bahwa tesis Profesor Sellars ini
relevan dengan tesis saya sendiri. Yang ingin
saya katakan, di bawah (2), apakah tesis saya
tidak didasarkan pada argumen tentang
definisi yang Profesor Sellars ascribes kepada
saya. Jika ya, saya harus menariknya kembali.
(3) Ada sebuah komentar tentang pandangan
Profesor Ryle di kertas Profesor Sellars yang
menurut saya tidak dapat saya setujui. Profesor
Sellars menulis: 'Saya juga setuju bahwa
5|Page
I also agree entirely with Professor Sellars'
concluding remark that 'from the fact, and it is
a fact, that what Professor Popper calls the
"name relation" (paragraph 5 ff.) is not
definable in "causal-physicalistic" terms, we
cannot conclude to the truth of Dualism'.
Exactly. This is why I never said anything
about definability. Indeed, had I no stronger
arguments in favour of my dualistic faith than
this completely irrelevant fact (for I agree that
it is a fact, though completely irrelevant), then
I should be ready--nay, most anxious-to give
up dualism. As it happens, my arguments were
quite different. They were about 3 the possible
scope of deductive physical theories rather
than about definability; and my thesis was that
'no causal physical theory of the descriptive
and argumentative functions of language is
possible'.
I wish to make it perfectly clear that I have no
objection whatever to Professor Sellars' thesis-
-that a statement such as 'E is about x' is
(ordinarily, or frequently) 'a device whereby
we convey to the hearer how a mentioned
expression is used, by using an equivalent
expression'. Nor do I deny that this thesis of
Professor Sellars' is relevant to my own thesis.
All I wish to say, under (2), is that my thesis is
not based on the argument about definability
which Professor Sellars ascribes to me. If it
were, I should retract it.
(3) There is a remark on Professor Ryle's views
in Professor Sellars' paper with which I cannot
agree. Professor Sellars writes: 'I also agree
that "the idea of a mutual translatability" of . .
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
"gagasan saling translasi" dari. . . pembicaraan . mind talk and behaviour talk "had to be given
pikiran dan perilaku berbicara "harus diberi up long since", in spite of Ryle's valiant efforts
waktu lama", terlepas dari upaya berani Ryle to the contrary.'
untuk sebaliknya. '
Untuk ini saya ingin mengatakan bahwa saya
tidak mengetahui fakta bahwa Profesor Ryle
pernah memegang apa yang saya sebut 'dua
teori bahasa'. Bagaimana mungkin dia, percaya
bahwa dia mengalami masalah muncul dari
kategori-kesalahan dalam satu bahasa alami?
Bukan untuk dia aku menyinggung di tempat
itu.
Pada saat yang sama, sangat benar bahwa
ketika saya mendapat Profesor Ryle ketika, di
paragraf lain makalah saya, saya mencoba
menunjukkan secara singkat bahwa teori
'kategori-kesalahan' juga tidak dapat
dipertahankan.
Jika saya bisa menambahkan argumentasi saya
ke argumen lain, maka saya harus mengatakan
ini. Dengan mengasumsikan bahwa, dengan
penggunaan bahasa kita, ekspresi yang
menyebutkan keadaan fisik dimasukkan ke
dalam kategori yang berbeda dari keadaan di
mana ekspresi yang menyebutkan keadaan
mental diletakkan, saya harus cenderung
melihat indikasi ini, atau sebuah saran (tidak
lebih dari ini, tentu saja), bahwa kedua
kategori entitas nama ekspresi yang secara
ontologis berbeda - atau dengan kata lain,
bahwa mereka adalah jenis entitas yang
berbeda. Jadi, saya harus cenderung (tidak
lebih dari ini) untuk menghibur kesimpulan
yang berlawanan dengan yang ditarik oleh
Profesor Ryle meskipun, diakui, premisnya
tidak akan memadai untuk turunan formal dari
kesimpulan tersebut.
Namun, saya tidak siap untuk memberikan
kebenaran atas asumsi ini, terlepas dari
keberatan saya (dan dari Profesor Smart
terhadap argumen berdasarkan gagasan
tentang kesalahan kategori. Saya menemukan
6|Page
To this I should like to say that I am not aware
of the fact that Professor Ryle has ever held
what I call 'the two languages theory'. How
could he, believing as he does that the problem
arises out of category-mistakes within the one
natural language? It is not to him I was alluding
in that place.
At the same time, it is perfectly true that I had
Professor Ryle in mind when, in another
paragraph of my paper, I tried to show briefly
that the theory of 'category-mistakes' is also
untenable.
If I might here add to my arguments another,
then I should say this. Assuming that, by the
usages of our language, expressions naming
physical states are put in a category different
from that in which expressions naming mental
states are put, I should be inclined to see in this
fact an indication, or a suggestion (not more
than this, to be sure), that these two categories
of expression name entities which are
ontologically different--or in other words, that
they are different kinds of entities. Thus I
should be inclined (not more than this) to
entertain the opposite conclusion to the one
drawn by Professor Ryle although, admittedly,
the premises would be insufficient for a formal
derivation of the conclusion.
However, I am not prepared to grant the truth
of this assumption, quite apart from my (and
from Professor Smart's objections to
arguments based upon the idea of category-
mistakes. I find very many of Professor Ryle's
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung
sangat banyak analisis Profesor Ryle yang
paling menyolok, tapi saya hanya bisa
mengatakan bahwa bahasa Inggris biasa sangat
sering memperlakukan keadaan mental dan
keadaan fisik secara setara satu sama lain;
tidak hanya di tempat yang berbicara tentang
'penyakit jiwa', sebuah 'rumah sakit untuk
orang sakit mental' atau pria yang 'baik secara
fisik dan mental seimbang ', dll. (kasus-kasus
ini dapat dipecat sebagai berasal dari dualisme
filosofis), tetapi terutama di mana kita
mengatakan:' Berpikir tentang domba selalu
membantu saya untuk tertidur 'atau' Membaca
novel Mr Smith selalu membantu saya untuk
tertidur ' (yang tidak berarti 'melatih mata saya
pada salah satu novel Mr Smith selalu
membantu saya untuk tertidur' namun sama
sekali tidak setuju dengan 'mengambil bromida
selalu membantu saya untuk tertidur') Ada
banyak contoh serupa yang pasti tidak
mendirikan ordi itu Kata-kata bahasa Inggris
nary yang menggambarkan keadaan mental
dan keadaan fisik selalu termasuk dalam
kategori yang sama (Profesor Ryle telah
berhasil menunjukkan bahwa mereka tidak
melakukannya). Tapi contoh saya menetapkan,
saya pikir, bahwa kata-kata itu sering
digunakan dengan cara yang sangat mirip.
Ketidakpastian situasi bahasa dapat
diilustrasikan dengan contoh Profesor Ryle. 5
Dia mengatakan, benar, bahwa seorang anak
yang baru saja menyaksikan pawai semua
batalyon, baterai, dan skuadron, yang
merupakan sebuah divisi, membuat kesalahan
(dalam arti bahwa dia tidak mengerti arti kata-
kata itu) ketika Dia kemudian bertanya 'Dan
kapan pembagiannya akan datang?' - 'Dia
akan', Profesor Ryle berkata, 'ditunjukkan
kesalahannya dengan diberitahu bahwa saat
menyaksikan batalyon, baterai dan skuadron
yang berbaris melewatinya, dia telah melihat
divisi tersebut berbaris melewatinya. . Pawai-
masa lalu bukanlah sebuah parade batalion. . .
dan sebuah divisi; itu adalah parade batalyon. .
. dari sebuah divisi. Ini benar benar. Tapi
apakah tidak ada konteks, penggunaan bahasa
7|Page
analyses most illuminating, but I can only say
that ordinary English very often treats mental
states and physical states on a par with each
other; not only where it speaks of a 'mental
disease', of a 'hospital for the mentally sick' or
of a man who is 'both physically and mentally
well balanced', etc. (these cases might be
dismissed as deriving from a philosophical
dualism) but especially where we say:
'Thinking of sheep always helps me to fall
asleep' or 'Reading Mr Smith's novels always
helps me to fall asleep' (which does not mean
'training my eyes on one of Mr Smith's novels
always helps me to fall asleep' and yet is
completely analogous to 'taking bromide
always helps me to fall asleep'). There are
countless similar examples. They certainly do
not establish that ordinary English words
describing mental states and physical states
always belong to the same 'category' (
Professor Ryle has succeeded in showing that
they don't). But my examples establish, I think,
that the words are often used in ways which are
strikingly alike. The uncertainty of the
language-situation may be illustrated by an
example of Professor Ryle's. 5 He says, rightly,
that a child who has just watched the parade of
all the battalions, batteries, and squadrons,
which constitute a division, makes a mistake
(in the sense that he has not quite got the
meaning of the words) when he then asks 'And
when will the division come?'--'He would',
Professor Ryle says, 'be shown his mistake by
being told that in watching the battalions,
batteries and squadrons marching past he had
been watching the division marching past. The
march-past was not a parade of battalions . . .
and a division; it was a parade of the battalions
. . . of a division.' This is absolutely true. But
are there no contexts, of perfectly good English
usage, in which battalions are treated on a par
with divisions? Could there not be a parade of,
say, one division and three battalions and two
batteries? I can imagine that
Nama : Hidayatullah / NIM : 731041004
Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Lampung

Inggris yang sangat bagus, di mana batalyon

diperlakukan sejajar dengan divisi?
Mungkinkah tidak ada parade, katakanlah, satu
divisi dan tiga batalyon dan dua baterai? Aku
bisa membayangkan itu

8|Page