Anda di halaman 1dari 5

MINYAK ATSIRI

A. Minyak Atsiri
Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
minyak mineral (mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak
atsiri (essential oil). (Guenther,1987)
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang
(volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada
suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent teste),
berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri ini merupakan salah satu dalam hasil
sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara
berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam sel
glandular pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin,
misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. (Ketaren, 1981).
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak
atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan (Destilation), Pressing
(Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent ekstraksion) dan Absorbsi oleh
menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang tepat untuk pengambilan minyak dari
daun sereh adalah dengan cara penyulingan (Destilation). (Ames dan Matthews,
1968).
B. Manfaat Minyak Atsiri
Minyak atsiri sangat penting sebagai sumber rasa dan obat. Minyak atsiri
digunakan untuk memberi rasa dan aroma makanan, minuman, parfum dan kosmetik.
Sifat toksik alami minyak atsiri berguna dalam pengobatan dan minyak atsiri telah
lama dikenal sebagai sumber terapi yang penting, misalnya sebagai senyawa anti
mikroba (Setyawan, 2002) Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran
senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe
senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon,
alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu
jenis komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma
minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu,
kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan
terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri,
misalnya industri farfum, kosmetik, essence, industri farmasi dan flavorong
agent. Dalam pembuangan parfum dan wangi-wangian minyak atsiri tersebut
berfugsi sebagai zat pewangi. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai
zat pengikat bau (fixative) dalam farfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi
dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah, misalnya
minyak lada, minyak kayu manis, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak ketumbar,
umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan
dan minuman (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri ini selain memberikan aroma wangi yang menyenangkan juga
dapat membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi, sehingga akan
meningkatkan sekresi getah lambung yang mengandung enzim hanya oleh stimulus
aroma dan rasa bahan pangan. Selain itu juga dapat merangsang keluar cairan getah
sehingga ronga mulut dan lambung menjadi basah. Beberapa jenis minyak atsiri
digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, bahan anal gesik, naeolitik
atau sebagai antizimatik, sebagai sedative dan stimulan untuk obat sakit perut.
Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau memuaskan (Guenther,
1987).
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun
murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses
menjadi produk-produk lain. Contoh kelompok pertama ini adalah : minyak sereh
minyak daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin. Biasanya komponen
utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan
penyulingan bertingkat atau dengan proses kimia yang sederhana. Pada saat isolasi
dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam keadaan vakum. Hal ini
dikerjakan untuk menghindari terjadinya isomerisasi,, polimerisasi atau peruraian.
Isolasi yang dapat dilakukan berdasarkan reaksi kimia isomerisasi, polimerisasi atau
peruraian. Isolasi yang dilakukan berdasarkan reaksi kimia hanya terdapat pada
beberapa minyak atsiri ( Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder
dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk famili
Pinaceae, Labiatae, Compositae, Myrtaceae, Rutaceae, Piperaceae, Zingiberaceae.
Umbilliferae dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan
yaitu di daun, bunga, biji, batang, kulit, dan akar. (Ketaren, 1985).
C. Senyawa kimia minyak atsiri
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa
persenyawaan kimia yang 12 mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S).
Umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri terdiri dari campuran hidrokarbon
dan turunannya yang mengandung oksigen yang disebut dengan terpen atau terpenoid.
Terpen merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh dan satuan terkecil dalam
molekulnya disebut isopren (C5H8). Senyawa terpen mempunyai rangka karbon yang
terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen didasarkan atas jumlah
satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya yaitu monoterpen, seskuiterpen,
diterpen, triterpen, tetraterpen, dan politerpen yang masing-masing terdiri dari 2, 3, 4,
6, 8 dan n satuan isopren (Finar, 1959).
Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies
tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae,
Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian
tanaman, yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rizhome.
Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga bentuk dari hasil degradasi
oleh enzim atau terdapat dibuat secara sintetis. (Richards, 1944).
Di Indonesia banyak dibuat jenis-jenis minyak atsiri, seperti minyak nilam,
minyak cengkeh, minyak pala, minyak lada, minyak sereh dan lain-lain. Minyak sereh
adalah salah satu minyak Atsiri yang penting di Indonesia di samping minyak atsiri
lainnya. Produksi minyak sereh sebelum perang dunia II menempati puncak yang
tertinggi di pasaran dunia, begitu juga tentang mutunya. Akan tetapi setelah perang
dunia II produksi tersebut menurun dengan cepat, sehingga penghasil minyak sereh
sampai akhir tahun 1941 nilainya seperdelapan dari nilai sebelumnya. (Guenther,
1987)
D. Proses penyimpanan minyak atsiri
Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang
diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika. Biasanya
kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi,
polimerisasi, hidrolisis ester dan intraksi gugus fungsional. Proses tersebut dipercepat
(diaktivasi) oleh panas, adanya udara (oksigen), kelembaban, serta dikatalisis oleh
cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam (Guenther, 1987).
Daftar Pustaka
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : ITB Press
Ames G.R dan W.S. A Matthews. 1968. The Destilation Of Essential Oil/Trop. New York :
Sci.
Finar, I.L.1959.Organic Chemistry. New York:Volume II, John Wiley dan Sons
Guenther, E. 1987.Minyak Atsiri I. Jakarta : UI Press.
Ketaren, S. 1981. Minyak Atsiri. Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknologi Pertanian
IPB.
Bogor : IPB Press
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka
Richards, W. F, 1944, Perfumer's Hand Book And Catalog Fritzsche Brother Inc. New York:
Publishing Company
Sastrohamidjojo, H.1985. Kromatografi. Yogyakarta : Penerbit Liberty
Setyawan, A.D. 2002. Keragaman Varietas Jahe (Zingiber officinaleRosc.) berdasarkan
Kandungan Kimia Minyak Atsiri. Jurnal Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret
Surakarta. BioSMART Volume 4, Nomor 2 : 48-54.

Anda mungkin juga menyukai