Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial. Di dalam masyarakat sebagai
suatu lembaga kehidupan manusia, berlangsung pula keseluruhan proses
perkembangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai
wadah atau medan tempat berlangsungnya interaksi warga masyarakat itu. Tetapi
masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan
warga masyarakat dengan semua sifat dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu
atau keseluruhan, sosio-psikologisnya.
Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu
masyarakat (sosiologi), pengertian secara sosiologis atau ilmiah sesungguhnya
memadai bagi seseorang profesional supaya lebih efektif menjalankan fungsinya
didalam masyarakat, khususnya bagi pendidik. Bahkan bagi setip warga
masyarakat, adalah lebih baik apabila ia mengenal masyarakat dimana ia menjadi
bagian dari padanya. Lebih dari pada itu, bukankah seseorang itu adalah warga
masyarakat yang sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dan mekanisme
masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara
pasif, melakukan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga msayarakat
yang aktif. Kedudukan pribadi yang demikian di dalam masyarakat, berlaku
dalam arti, baik masyarakat luas maupun masyarakat terbatas dalam lingkungan
tertentu. Adalah suatu kenyataan bahwa kita hidup,bergaul, bekerja, sampai
meniggal dunia, di dalam masyarakat. Masyarakat sebagai lembaga hidup
bersama sebagai suatu gemeinschafts, bahkan tidak dapat dipisahkan dari warga
masyarakat dengan segala antar hubungan dan antraksi yang berlangsung di
dalamnya.
Untuk mengerti hakikat masyarakat bagaimana kedudukan pribadi
(individu), apa peranan hak dan kewajiban warga masyarakat kepada masyarakat,

1
bagaimana hubungan masyarakat dengan pendidikan akan dijelaskan dalam
makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
2. Apa saja teori tentang hakekat masyarakat?
3. Bagaimana hakikat nilai dan moral dalam kehidupan di masyarakat?
4. Bagaimana hubungan masyarakat dan pendidikan?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society (berasal dari kata latin
socius, yang berarti kawan) ini paling lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah
maupun dalam bahasa sehari-hari untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup
manusia. Masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata arab syakara yang artinya
ikut erta atau berperan serta (Koentjaraningrat, 2015 : 119). Menurut Paul B.
Horton dan Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri,
hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama tinggal di suatu wilayah
tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia. Menurut Ogburn dan
Nimkoff suatu masyarakat ialah satu kelompok atau sekumpulan kelompok-
kelompok yang mendiami suatu daerah. Menurut Prof. Robert W, Richey,
masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di
suatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak dengan realatif sama yang
membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kesatuan
(kelompok) (Syam, 1986 : 183). Menurut Plato masyarakat merupakan refleksi
dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami keguncangan
sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya
yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan intelegensia. Dalam konsep
an-Nas bahwa masyarakat adalah makhluk social. Manusia tidak dapat hidup
sendiri dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antara
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat diartikan sebagai
suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah pada waktu tertentu
dengan tata cara berfikir dan bertindak yang relatif sama dengan pola-pola
kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan interaksi warga masyarakat itu

3
dengan alam sekitar yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka
sebagai satu kesatuan (kelompok). Unsur-unsur masyarakat antara lain (Sri, 2013):

1. kumpulan orang
Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak atau angka yang pasti
untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara
teoritis, angka minimumnya adalah dua orang yang hidup bersama.
2. Sudah terbentuk dengan lama
Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda
mati seperti kursi, meja dsb. Karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan
timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa
dan mengerti. Mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-
kesan atau perasaan-perasaannya.Akibat hidup bersama maka timbullah sistem
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia
dalam kelompok tersebut.
3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri.
4. Memiliki kepercayaan (nilai), sikap dan perilaku yang dimiliki bersama.
5. Adanya kesinambungan dan pertahanan diri.
6. Memiliki kebudayaan, sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan,
oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan
lainnya.

B. Teori Tentang Hakikat Masyarakat

Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan


peradaban. Karena itu, bagaimana hakikat terbentuknya masyarakat tak dapat
dipisahkan dengan usaha untuk mengerti peranan manusia itu di dalam
masyarakat. Manusia adalah subyek di dalam masyarakat. Jadi uraian tentang
masyarakat pasti dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan manusia di dalam

4
masyarakat. Teori-teori tentang hakikat masyarakat yang berkembang dan dianut
dunia pada umumnya hingga dewasa ini (Syam, 1986 : 188) adalah:

a. Teori Atomistic

Pribadi manusia sebagai individu memiliki kebebasan, kemerdekaan dan


persamaan diantara manusia lainnya, karena didorong oleh kesadaran tertentu,
mereka secara sukarela membentuk masyarakat dan masyarakat dalam bentuk
yang formal ialah negara. Tiap-tiap pribadi sebagai individu adalah sederajat
dan didalam kebersamaan mereka itulah, untuk tujuan tertentu (kesejajteraan)
terbentuk apa yang dikenal sebagai masyarakat.

Hakikat masyarakat terutama pada individu-individu yang secara kodrati


(alamiah) memiliki hak-hak asasi berupa hidup, kemerdekaan, hak milik, cita-
cita dan sebagainya. Kedudukan individu adalah primer, utama, sebab individu
sebagai pribadi manusia adalah subjek pembentuk masyarakat, individu
merupakan asas, sebagai unit atau unsur terkecil terbentuknya wujud
masyarakat. Dengan demikian individu seperti (analogis) atom-atom sebagai
unit atau unsur terkecil pembentuk suatu wujud benda atau materi. Sehingga
terori ini disebut teori atomisme.

Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi


manusia adalah prinsip utama. Nilai-nilai sosial di dalam masyarakat
berorientasi kepada martabat manusia, terutama selft-respect. Artinya setiap
praktek tentang kehidupan didalam masyarakat selalu diarahkan bagi
pembinaan hak-hak manusia, demi martabat manusia. Tata kehidupan sosial
menurut teori atomistic pasti berlandaskan nilai-nilai demokrasi.

5
b. Teori Organisme

Pada dasarnya setiap individu di lahirkan dan berkembang di dalam


masyrakat. Manusia lahir di dalam suatu keluarga bukanlah atas kehendak dan
pilihan bebas, melainkan berlangsung secara kodrati. Dengan perkataan lain,
manusia lahir tanpa pilihan di mana, dalam masyarakat yang bagaimana, dan
dalam keluarga apa ia harus lahir. Realita menunjukkan bahwa seseorang di
lahirkan dalam keadaan tak berdaya.Hanya belas kasihan dan cinta keluargalah
yang menjadi sumber hidupnya. Manusia lahir dalam wujud yang serba lemah,
lahir dan bathin. Keadaannya dan perkembangannya amat tergantung
(dependent) kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Kenyataan ini
tidak hanya pada masa bayi dan masa kanak-kanak, bahkan di dalam
perkembangan menuju kedewasaan seseorang individu masih memerlukan
bantuan orang lain. Misalnya dalam penyesuaian tuntutan hidup dalam arti luas,
atau pendidikan tertentudemi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, adalah
pula kenyataan bahwa kehidupan sosial sesungguhnya bersifat interdependensi
(saling tergantung). Proses antar hubungan dan dan antar aksi hanyalah
perwujudan daripada asas interpendensi itu. manusia saling membutuhkan
sesamanya demi kelanjutan hidup dan kesejahteraannya.

Pada suku-suku tertentu di dalam masyarakat primitif, manusia harus hidup


bersama,bekerja bersama untuk mempertahankan hidup, baik terhadap ancaman
alamiah maupun musuh mereka. Dan di dalam masyarakat dengan peradaban
yang relatif modern, manusia pun membutuhkan kerjasama dan persatuan.
Misalnya dalam serikat-serikat bekerja, organisasi-organisasi, partai-partai dan
sebagainya.Hanya dalam wujud dan kondisi kebersamaan dalam
interdependensi itulah realita masyarakat berlangsung.Dan dengan demikian
adanya individu di dalam masyarakat, hanyalah karena dan di dalam wujud
kebersamaan itu. Wujud kebersamaan masyarakat adalah primer, di bandingkan

6
dengan wujud individu .bahkan individu tak mungkin ada, dan hidup terus
tanpa kebersamaan dan tanpa bantuan sesamanya.

Makna individu hanyalah sebagai bagian atau unsur suatu organisme.


Masyarakat adalah seperti satu tubuh suatu organisme, sedangkan individu
adalah bagian-bagian daripada organisme itu. Ini berarti kehendak, gerak tindak
masyarakat bersifat utuh dalam melaksanakan fungsi yang di dorong atas
kehendak dan kepentingan kebersamaan. Peranan individu adalah seperti fungsi
bagian-bagian suatu tubuh organism, seperti tangan atau kaki dan alat-alat
tubuh yang lain dalam gerak seseorang atau suatu organisme.

Sedemikian bulat kebersamaan di dalam masyarakat dalam teori


organisme ini, sehingga individu kehilangan individualitasnya.Essensi
masyarakat justru pada perwujudan kebersamaan yang interdependent, pada
keorganismeannya.Wujud ini menampakkan diri dalam kesatuan pola berfikir,
bertindak, tatacara, cita-cita dan semangat suatu masyarakat. Menurut teori
ini, kebersamaan dan keseluruhan sebagai satu totalitas lebih utama daripada
bagian-bagian, jadi, masyarakat lebih utama daripada individu. Struktur sosial
menjadi relative homogeny sebab individualitas pribadi lebur di dalam
kebersamaan.Pelaksanaan aspek-aspek kehidupan melalui system lembaga-
lembaga yang monolistis dan vertical. Artinya seluruh gerak mekanisme
masyarakat terkoordinasi dan sentralisasi dari suatu kekuasaan yang terpusat.
Kekuasaan dan kehendak masyarakat terjelma dalam wujud masyarakat
sebagai lembaga, dan bukan pada kehendak bebas individu-individu.

Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut


teori organisme ialah:

1. Bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga di atas hak,


kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.

7
2. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat
totaliter, pendidikan berfungsi mewujudkan warga Negara yang ideal, dan
bukan manusia sebagai individu yang ideal. Bahkan sebagaimana yang di
katakan oleh Brubacher bahwa masyarakat itu adalah suatu keseluruhan
sosial, maka Negara adalah satu keseluruhan.

Karena itu tak mengherankan bahwa di dalam Negara totaliter


pendidikan individu diabdikan bagi tujuan Negara. Seseorang dididiksebagai
warganegara dan bukan sebagai seorang manusia individu. Inilah sebagai
sesuatu keharusan, sebab Negara merupakan nilai-nilai itu sendiri mempunyai
nilai-nilainya/tujuan-tujuannya sendiri yaitu kebudayaan, agama, bahasa
ekonomi, dan wilayah yang apabila terjadi pertentangan-pertentangan antara
individu, maka Negara harus dianggap sebagai instansi yang tertinggi, karena
Negara meliputi semua warganegara dan bukan bagi kepentingan individu
atau golongan. Negara itu sendiri menjadi tujuan proses pendidikan. dan
individu hanyalah alat untuk realisasi tujuan Negara. Pribadi individu harus
diabdikan guna kepentingan yang lebih besar, dan harus mempunyai
kesadaran sosial, yakni untuk Negara yang dalam ideology totaliter negaralah
yang mengilhami dan member makna bagi hidup pribadi.

c. Teori Integralistik

Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai suatu lembaga yang


mencerminkan kebersamaan menjadi satu totalitas, namun tak dapat di
ingkari realita manusia sebagai pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi
selalu ada dan hidup di dalam kebersamaan, di dalam masyarakat. Adanya
(eksisitansi) pribadi di dalam masyarakat sama dengan adnya suatu
masyarakat. Dengan perkataan lain, jelas bahwa pribadi manusia adalah suatu
realita di dalam masyarakat, seperti halnya masyarakat pun adalah realita di

8
antara bangsa-bangsa di dunia ini. Realita masyarakat sebagai macro,
bukanlah kontradiksi atau bertentangan dengan realita pribadi sebagai
micro.Bahkan antara keduanya saling mempengaruhi, dan komplementatif.

Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada bedanya


dengan kehidupan suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga adalah warga
yang sadar tentang status dirinya di dalam keluarga itu, sebagaimana ia
menyadari tanggung jawab dan kewajibannnya atas integritas keluarga
tersebut. Kehidupan keluarga, meskipun ada perbedaan-perbedaan status tisp-
tiap anggotanya, tetapi sebagai satu keluarga mereka adalah satu, sewajarnya
tidak bertentangan dengan kepentingan dan terutama kehormatan dan
martabat keluarga. Bahkan kehormatan anggota keluarga adalah kehormatan
keluarga.

Mempertentangkan kedudukan dan kepentingan-kepentingan individu


dengan masyarakat adalah tidak realistis. Masyarakat sebagai keseluruhan,
sebagai satu totalitas sesuai dengan kewibawaannya sebagi macro sudah
sewajarnya memiliki kekuasaan dan wewenang yang besar dan tinggi. Tetapi
dari status demikian, masyarakat pun mengemban satu kewajiban dan
tanggung jawab yang besar atas warga masyarakat. Sebagai lembaga,
masyarakat mengemban kewajiban dan tanggung jawab sosial yang meliputi
kepentingan dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat.Masyarakat harus
mampu mengemban dan mewujudkan tanggung jawab sosial atas individu-
individu.Karena masyarakat sesungguhnya menerima limpahan kepercayaan
daripada tiap-tiap warga masyarakat untuk berfungsi sebagai pengayom warga
masyarakat semuanya.

Kedudukan individu di dalam masyarakat sewajarnya di samping


menyadari hak-hak asasi, kepentingan dan kedudukannya, terutama harus

9
menyadari pula kewajiban dan tanggung jawab sosial. Hanya dengan
keseimbangan, kesadaran dan penunaian masing-masing kewajiban antar
sesamanya akan terwujud harmonisme, kesejahteraan lahir dan bathin.
Individu adalah hidup dan berkembang di dalam masyarakat dan karena
pengaruh antar hubungan sosial masyarakat. Sebaliknya masyarakat adalah
berkembang dan berprestasi karena sumbangan-sumbangan warga masyarakat
semua. Wujud masyarakat, kehadiran individu di dalam masyarakat,
mekanisme sosial, antar hubungan sosial, dan antar aksi semuanya adalah
realita dalam kehidupan umat manusia.

Kepentingan dan tujuan hidup individu, meskipun sangat bersifat pribadi,


tak dapat di pertentangkan dengan kepentingan dan tujuan sosial. Sebab, tiap
individu menyadari hak dan kewajibannya masing-masing. Ini berarti bahwa
kebebasan (kemerdekaan) dan hak-hak individu dengan sendirinya di batasi
oleh kemerdekaan dan hak-hak individu lain di dalam masyarakat. Kesadaran
atas nilai-nilai asasi demikian, merupakan dasar bagi tiap individu untuk
melaksanakan fungsi sosialnya secara maksimal. Tata kehidupan sosial yang
berlatar belakang teori kekeluargaan ini di samping berorientasi kepada
subyek (manusia) juga berpedoman atas asa-asas normatif. Asas normatif
merupakan dasar terwujudnya harmonis di dalam masyarakat. Tetapi,
pelaksanaan asas normative ini sudah tentu berbeda dengan yang berlaku di
dalam masyarakat yang berlatar belakang pandangan filosofis atomisme atau
organisme. Dalam masyrakat, menurut teori integralistik, asas kekeluargaan
menjadi prinsip kehidupan bersama demi kesejahteraan bersama, baik
individu maupun keseluruhan. Walaupun yang di utamakan pada hakekatnya
adalah keseluruhan warga masyarakat, namum pandangan integralistik tak
mengabaikan individu. Karena realitas yang wajar adalah menghormati
pribadi sama dengan menghormati keseluruhan masyarakat sebagai satu
totalitas.

10
C. Perbedaan Pola Hidup Masyarakat Desa dan Kota

Masyarakat berdasarkan tempat hidupnya dibagi dua yaitu masyarakat kota


dan masyarakat desa. Pola hidup antara masyarakat desa dan kota pada umumnya
sangat terlihat jelas berbeda. Selain faktor lingkungan di mana mereka tinggal
dalam melakukan kegiatan sehari-hari, faktor etika dan budaya juga sangat
memperlihatkan perbedaan yang ada. Kesederhanaan misalnya, sebagian
masyarakat desa terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Hal tersebut bisa disebabkan
karena pada dasarnya secara ekonomi mereka memang tidak mampu dan secara
budaya memang tidak senang menyombongkan diri. Berbeda dengan masyarakat
kota yang cenderung terbiasa hidup dalam kemewahan.

Dalam hal kewaspadaan, masyarakat desa lebih mudah menaruh curiga


terhadap hal-hal baru yang belum dipahaminya dan akan menganggap hal tersebut
sesuatu yang asing. Sedangkan masyarakat kota lebih mudah menerima
perubahan-perubahan atau hal asing tersebut sebagai sebuah tren baru atau
perkembangan. Orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan, misalnya dalam
berhadapan dengan orang yang lebih tua, dengan pejabat, dengan tetangga, orang
yang tinggi tingkat pendidikannya dan lain-lain.Sudah menjadi karakteristik bagi
mereka bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah mendarah-daging
dalam hati mereka.

Ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa antara lain, berbicara apa
adanya. Mereka tidak peduli apakah ucapan mereka menyakitkan atau tidak bagi
orang lain karena memang mereka tidak bermaksud untuk menyakiti orang lain.
Kejujuran, itulah yang mereka tanamkan. Dalam hal keuangan, masyarakat kota
lebih cenderung mempublikasikannya ke khalayak. Karena menurut mereka, status
sosial dari segi materi sangat berpengaruh dalam pergaulan. Sedangkan
masyarakat desa biasanya akan menutup diri jika ada orang yang bertanya tentang

11
sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu
dikenalnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung, ketika bertemu dan
bergaul dengan orang kota, masyarakat desa cenderung memiliki perasaan minder
yang cukup besar. Biasanya mereka lebih memilih untuk tidak banyak bicara.
Berbeda dengan masyarakat kota yang cenderung agresif dalam bergaul.
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah
diterimanya. Balas budi yang diberikan ada orang lain tidak selalu dalam wujud
materi seperti yang kebanyakan dilakukan oleh orang kota.

Ada pula salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki hampir di
seluruh kawasan Indonesia, yaitu gotong royong. Tanpa dimintai pertolongan,
dengan serta merta mereka akan membantu tetangga mereka yang butuh
pertolongan. Sedangkan masyarakat kota biasanya cenderung kurang peka
terhadap lingkungan sekitar karena kesibukkan yang dijalani serta individu. Antara
masyarakat kota dan masyarakat desa tergantung kepada individu yang masing-
masing menjalaninya. Karena di zaman globalisasi seperti ini, pola kehidupan
berubah begitu drastis mengikuti perkembangan jaman yang ada (Sri, 2013).

D. Faktor Penyebab dan Penghambat Hidup Manusia dalam Bersosialisasi di


Masyarakat

Faktor Penyebab dan Penghambat Hidup Manusia dalam Bersosialisasi di


Masyarakat, antara lain (Sri, 2013) :

1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap


manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian
dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi
faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika

12
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda
itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.Para
tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi
bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang.Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang.Bagi para
pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna
mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.Sedangkan bagi pencinta
lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan.
Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.Begitu pula dapat terjadi antarkelompok
atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok
buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara
keduanya.Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan

13
pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan
itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya.Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural
yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti
jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika
terjadi secara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-
proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap
semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan
masyarakat yang telah ada.

E. Karakteristik Masyarakat Islam

Berdasarkan studynya tentang konsep masyarakat ideal, menurut alquran,


jadi disimpulkan ciri-ciri khusus masyarakat ideal menurut alquran sebagai
berikut:

1. Masyarakat yang sepenuhnya dilandasi dengan keimanan yang kokoh.


Keimanan itu berfungsi sebagai pendorong sekaligus penyeimbang dalam

14
segala proses kemajuan yang terjadi dalam masyarakat. Disamping itu,
dengan keimanannya masyarakat tersebut akan mencapai kemuliaan dari
ketinggian.
2. Masyarakat dimana masing-masing bekerja sama untuk saling memerintah
kepada yang maruf atau segala bentuk kebaikan.
3. Masyarakat dimana para anggotanya senantiasa berikhtiar untuk mencegah
setiap kemungkaran.
4. Masyarakat dimana setiap anggotanya menjadikan musyawarah sebagai salah
satu pilar penyangga kehidupan masyarakat.
5. Masyarakat yang menegakkan nilai-nilai keadilan sebagai bagian dari yang
maruf.
6. Masyarakat dimana didalamnya tercipta persaudaraan sesama warga.
Persaudaraan tersebut bukan hanya sebatas sesama muslim, tetapi mencakup
persaudaraan sebangsa dan seketurunan dan persaudaraan antara sesama
muslim (Hadi, 2012).

F. Hubungan Masyarakat dan Pendidikan

Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

15
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Berdasarkan semua teori yang di uraikan di atas, nyatalah bahwa


masyarakat merupakan satu realitas dalam tata kehidupan manusia. Tiap-tiap
pribadi hidup di dalam suatu system sosial, dengan segala kondisi dan
konsekuensi-konsekuensinya. Seluruh proses kehidupan manusia berlangsung di
dalam masyrakat, sebagian untuk masyarakat di samping sebagian untuk dirinya
sendiri. Pada dasarnya semua proses dalam kehidupan manusia adalah
pelaksanaan asas-asas kesadaran hak-hak asasi dan kewajiban-kewajiban asasi
manusia.

Tingkat kesadaran akan hak-hak asasi, kemampuan menunaikan kewajiban


adalah pelaksanaan fungsi kemanusiaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat
adalah masalah pendidikan. Dalam pengertian bagaimana manusia mampu
menunaikan kewajiban di dalam kehidupan sosial ini sebagai masalah
pendididkan, dengan ringkas di uraikan Prof. Thomson dalam bukunya: Modern
Pilosophy of Education.

Pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan masyarakat,


dan oleh beberapa ahli diberi batasan sebagai proses penyesuaian oleh pribadi
untuk melaksanakan fungsinya di dalam masyarakat.

Untuk melaksanakan antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat


tiap individu memerlukan kesadaran-kesadaran nilai dan kecakapan-kecakapan
tertentu. Untuk itu pasti diperlukan proses mengetahui, belajar, baik melalui
pengalaman sehari-hari maupun melalui pendidikan formal. Dengan demikian
tiap-tiap proses mekanisme di dalam masyarakat merupakan proses
perkembangan pengaruh timbal balik yang di sebut edukatif effect. Membahas

16
masalah-masalah masyarakat adalah meninjau manusia dalam kehidupan sosial.
Dan oleh karena kehidupan itu sendiri pada dasarnya adalah perkembangan,
maka bersamaan dengan perkembangan pribadi warga masyarakat itu,
masyarakat pun sebagai totalitas mengalami pula proses perkembangan.

Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju dan
modern adalah masyarakat yang di dalamnya ditemuka suatu tingkat pendidikan
yang baik, modern dan maju, baik dalam wujud lembaga-lembagnya maupun
jumlah dan tingkat orang yang terdidik. Dengan kata lain suatu masyarakat yang
maju karena adanya pendidikan yang maju (kualitatif dan kuantitatif). Dan
pendidikan yang modern hanya akan di temukan di dalam masyarakat yang
modern pula. Sebaliknya masyarakat yang kurang memperhatikan pembinaan
pendidikan, akan terbelakang, tidak hanya dari segi intelektual, tapi juga dari segi
sosial cultural. Begitu pula jika penyelenggaraan dan system pendidikan di dalam
masyarakat bersifat pasif dan konservatif, maka masyarakat sebagai warga
masyarakat, sebagai hasil pendidikan akan relative tidak produktif dan kreatif.

Paling sedikit, apabila dalam suatu masyarakat nampak adanya lembaga-


lembaga pendidikan yang modern dan lengkap, maka ada kecendrungan dan
optimisme bahwa masyarakat tersebut dalam waktu segera akan maju.
Kenyataan ini tersimpul dalam kata-kata Prof.Richey sambil mengutip tulisan
John Dewey:

Di lain pihak, seseorang mungkin berpendapat baahwa pendidikan ialah


metode fundamental untuk memajukan dan memperbarui masyarakat dan bahwa
itu adalah sebagai masalah setiap orang yang berminat dengan dengan
pendidikan untuk menggunakan sekolah sebagai alat utama dan paling efektif
bagi memajukan dan memperbarui suatu masyarakat.

17
Dalam zaman modern sekarang tiap-tiap orang selalu menyadari peranan
dan nilai pendidikan. Karena itu, setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif
berpartisipasi untuk membina pendidikan. Sebab pembinaan pendidikan yang
ideal adalah pembinaan atas pribadi masyarakat yang ideal pula. Dan ini berarti
pembinaan kehidupan sosial yang sejahtera lahir dan bathin. Aspek-aspek
kebudayaan di dalam masyarakat seperti ilmu pengetahuan, hukum, nilai-nilai
(demokrasi, moral, agama) dan sebagainya hanya mungkin dimengerti oleh
warga masyarakat melalui pendidikan. bahkan ilmu-ilmu tersebut sebagai wujud,
system yang berkembang hanya tumbuh melalui lembaga-lembaga pendidikan.

Dari uraian dia atas, nampaknya hubungan masyarakat dengan pendidikan


sangat bersifat korelatif. Masyarakat maju karena pendidikan, dan pendidikan
yang maju hanya akan di temukan dalam masyarakat yang maju pula. Tetapi
bagaimanapun kita harus menyadari kedudukan masyarakat baik sebagai pribadi
maupun sebagai masyarakat keseluruhan, adalah berfungsi sebagai subyek. Dari
kesadaran subyekdengan segala potensi kondisi dan kepentingannya, manusia
mengatur hidupnya dan menetapkan cita-citanya sendiri. Bagaimana kedudukan
dan fungsi individu dengan segala aspek kepribadiannya di dalam masyarakat, di
tentukan oleh pandangan filosofis. Oleh karena itu, latar belakang filosofis
seseorang atas kedudukan individu amat besar peranannya.Pandangan filosofis
teori itu sedemikian besar implikasinya dalam kehidupan manusia.Dari
pandangan filosofis tentang masyarakat dan filosofis atas manusia yang
merupakan titik tolak dalam seluruh persoalan kehidupan manusia. Apabila
pandangan tersebut di analisa lebih mendalam, berarti titik tolak segala
pandangan berawal dari subyek, yakni manusia sendiri sebagai pribadi atau
sebagai masyarakat.

Dari beberapa dasar pertimbangan di atas, nyatalah masyarakat harus


secara aktif menetapkan asas-asas pendidikan yang tersimpul di dalam filsafat

18
pendidikan masyarakat.Untuk pedoman pelaksanaan pendidikan bangsa, maka
pedoman pelaksanaan itu termaktub dalam UU Pendidikan.akan tetapi UU
Pendidikan adalah pedoman operasional formal.Sedangkan filsafat pendidikan
adalah pedoman filosofis ideal, asas-asas normatif yang fundamental yang
bersifat tetap, sebagi sumber nilai dan sumber cita-cita.

Hubungan masyarakat dan pendidikan sangat bersifat korelatif, masyarakat


maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam
masyarakat yang maju pula. Masyarakat harus secara aktif menetapkan asas-asas
pendidikan yang tersimpul didalam filsafat pendidikan masyarakat (bangsa dan
negara) (Syam, 1986 : 195-200).

19
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama
disuatu wilayah pada waktu tertentu dengan tata cara berfikir dan bertindak yang
relatif sama dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan
interaksi warga masyarakat itu dengan alam sekitar yang membuat warga masyarakat
itu menyadari diri mereka sebagai satu kesatuan (kelompok).Teori-teori tentang
hakikat masyarakat meliputi; Teori Atomistic, Teori Organisme, dan Teori
Integralistik.
Dalam berinteraksi dengan orang lain manusia harusnya memiliki suatu etika,
nilai dan norma hidup bermasyarakat. Pola hidup antara masyarakat desa dan
kotapada umumnya sangat terlihat jelas berbeda, faktor yang membedakan yaitu
faktor lingkungan, faktor etika dan budaya. Faktor penyebab dan penghambat hidup
manusia dalam bersosialisasi di masyarakat antara lain:

a. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Hubungan masyarakat dan pendidikan sangat bersifat korelatif, masyarakat maju


karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akanditemukan dalam
masyarakat yang maju pula.Untuk membentuk kebudayaan dibutuhkan pendidikan,
karena dari pendidikan lahir kebudayaan.

20
DAFTAR RUJUKAN

Hadi, Sirajul. 2012. Hakikat Masyarakat. https://rajul-


al.blogspot.co.id/2012/01/makalah-hakikat-masyarakat.html, diakses 15 November
2017.

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Antropologi. Rineka Cipta : Jakarta

Syam, M.Noor. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filasafat


Kependidikan Pancasila. Usaha Nasional: Surabaya.

Sri. 2013. Hakikat Masyarakat.


http://sriwahyuwidyaningsih.blogspot.co.id/2013/08/hakikat-masyarakat.html
diakses pada 15 November 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai