Oleh:
Osi Rahmani 04084821719001
Nur Annisa Faradina 04084821618174
Dhiya Silfi Ramadhani 04084821618151
Alzena Dwi Saltike 04084821618152
Bima Ryanda Putra 04084821618145
Filia Nurul Dasti, S.Ked 04054821719166
Revana Prammudita K, S.Ked 04084821719167
Pembimbing:
dr. Baringin Sitanggang
DEPARTEMEN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP MOH. HOESIN PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat dengan topik Kekerasan Seksual pada
Anak. Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Baringin Sitanggang selaku pembimbing yang telah
membantu dalam penyelesaian referat ini. Referat ini merupakan salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Departemen Forensik FK UNSRI-
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan referat ini, sehingga referat ini
dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan referat ini,
semoga bermanfaat, amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
3. Mengabaikan (Neglect)
Merupakan kegagalan dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk tumbuh kembangnya, seperti kesehatan, perkembangan emosional, nutrisi,
rumah atau tempat bernaung dan keadaan hidup yang aman di dalam konteks
sumber daya yang layaknya dimiliki oleh keluarga atau pengasuh, yang
mengakibatkan atau sangat mungkin mengakibatkan gangguan kesehatan atau
gangguan perkembangan fisik, mental, moral dan sosial, termasuk didalamnya
kegagalan dalam mengawasi dan melindungi secara layak dari bahaya gangguan.
2. Stigma Eksternal
a. Kecenderungan masyarakat menyalahkan korban.
b. Media informasi tanpa empati memberitakan kasus yang dialami korban
secar terbuka dan tidak menghiraukan hak privasi korban.
Faktor-faktor kausalitas yang signifikan :10
1. Masalah kemiskinan
2. Masalah gangguan hubungan sosial keluarga dan komunitas
3. Penyimpangan perilaku dikarenakan masalah psikososial
4. Lemahnya kontrol sosial primer masyarakat dan hukum
5. Pengaruh nilai sosial budaya di lingkungan sosial tertentu
6. Keengganan masyarakat untuk melaporkan kasus-kasus
Kompleksitas faktor-faktor penyebab dan beban permasalahan yang
demikian berat dalam diri para korban tindak kekerasan, menuntut diambilnya
langkah penanganan yang holistik dan komprehensif melalui pendekatan
interdisipliner, interinstitusional dan intersektoral dengan dukungan optimal dari
berbagai sumber dan potensi dalam masyarakat.
Pasal KUHP yang mengatur mengenai pencabulan ada dalam pasal 289-296.
a. Pasal 289 KUHP
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya perbuatan cabul, diancam
karena melakukan perbuatan yang menyerang kesusilaan, dengan pidana
penjara paling lama 9 tahun.
b. Pasal 290 KUHP
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal
diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas
tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin
Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus
diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak
ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan
perbuatan cabul atau bersetubuh diluar perkawinan dengan orang lain
c. Pasal 292 KUHP
Orang yang cukup umur yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain
sama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa belum
cukup umur,diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
d. Pasal 293 KUHP
Barangsiapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan
menyesatkan sengaja menggerakkan seseorang belum cukup umur dan baik
tingkah-lakunya, untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya perbuatan
cabul dengan dia, padahal tentang belum cukup umurnya itu diketahui atau
selayaknya harus diduga, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun.
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya
dilakukan kekerasan itu.
Tenggang tersebut dalam pasal 74, bagi pengaduan ini adalah masing-masing
9 bulan dan 12 bulan.
SIMPULAN
Kekerasan seksual pada anak adalah setiap aktivitas pada anak, di mana
umur belum mencukupi menurut izin hukum, yang digunakan untuk sumber
kepuasan seksual orang dewasa atau anak yang lebih tua. Anak ialah individu
yang belum mencapai usia 18 tahun, termasuk anak yang masih di dalam
kandungan. Beberapa tahun belakangan angka kekerasan seksual pada anak
meningkat, pelaku kekerasan seksual pada anak biasanya adalah seseorang yang
harus menjaga dan melindungi anak (caretaker) yang umumnya merupakan orang
terdekat anak. Peran dokter forensik dalam kasus kekerasan seksual diantaranya
adalah: menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan, menentukan adanya tanda-
tanda kekerasan, memperkirakan umur dan menentukan pantas tidaknya korban
untuk dikawin. Anak yang mengalami kekerasan seksual dapat menyebabkan Post
Traumatic Stress Disorder yaitu sindrom kecemasan, labilitas autonomic,
ketidakrentanan emosional dan kilas balik dari pengalaman yang amat pedih
setelah mengalami stress fisik maupun emosi yang melampau batas ketahanan
orang biasa.
DAFTAR PUSTAKA