Pembimbing:
dr. Alwi Shahab, SpPD, KEMD
Oleh:
Filia Nurul dasti, S.Ked. 04054821719166
Muhamad Rizky, S.Ked. 04054821820034
Laporan Kasus
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Seorang Laki-laki Usia 46 Tahun Datang dengan
Keluhan Nyeri perut kanan atas yang memberat Sejak 4 Hari SMRS” sebagai
salah satu tugas kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah
Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada dr.
Alwi Shahab, SpPD selaku pembimbing atas bimbingan dan nasihat sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang turut membaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................. 3
2.1 Identifikasi Pasien ................................................................................ 3
2.2 Anamnesis ............................................................................................ 3
2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 6
2.5 Diagnosis .............................................................................................. 9
2.6 Diagnosis Banding ............................................................................... 9
2.7 Rencana Pemeriksaan ........................................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 9
2.9 Prognosis .............................................................................................. 9
2.10 Follow Up ........................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12
3.1 Definisi Hepatoma.............................................................................. 12
3.2 Epidemiologi Hepatoma ..................................................................... 12
3.3 Etiologi dan Faktor Risiko Hepatoma ................................................ 13
3.4 Patofisiologi Hepatoma ...................................................................... 14
3.5 Manifestasi Klinis Hepatoma ............................................................. 16
3.6 Klasifikasi Stadium Klinis Hepatoma ................................................ 17
3.7 Diagnosis Hepatoma .......................................................................... 19
3.8 Penatalaksanaan Hepatoma ................................................................ 20
3.9 Prognosis Hepatoma ........................................................................... 23
BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh dengan berat rata-rata 1.500 gr atau
2% berat badan orang dewasa normal. Hati sangat penting untuk mempertahankan
hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama
bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Kanker hati meerupakan
pertumbuhan yang tidak terkontrol atau abnormal dari sel-sel ganas di hati yang
dihasilkan sel-sel abnormal pada hati (primer), atau mungkin akibat penyebaran
kanker dari bagian tubuh lain (sekunder).1
Dalam organ hati terdapat sel hati dan saluran empedu. Sebanyak 85%
kasus kanker hati berasal dari sel hepatis (sel hati) dan 10% asalnya dari sel-ssel
di saluran empedu. Sisanya merupakan jenis lain, termasuk tumor hati jinak.
Karsinoma hepatosseluler atau hepatoma merupakan salah satu penyakit
yang berbahaya, dimana sering kali kita terlambat mengetahui saat penyakit ini
sudah semakin parah menyerang tubuh kita. Karsinoma hepatoseluler/
hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan penyakit neoplasma ganas primer
hepar tersering yang terdiri dari sel menyerupai hepatosit dengan derajat
diferensiasi bervariasi.2 HCC adalah istilah terminologi yang lebih baik
dibandingkan hepatoma dan kanker liver yang sebaiknya dihindari.3
Pada sebagian besar kasus, HCC muncul dengan latar belakang hepatitis
kronis atau sirosis.1 HCC sudah menjadi masalah kesehatan global, merupakan
kanker kelima terbanyak di dunia, yaitu 5,4% dari semua jenis kanker, dan
penyebab kematian ketiga tertinggi akibat kanker.3,4 HCC menjadi salah satu
keganasan terbanyak pada dewasa, lebih dominan pada laki-laki dengan per
bandingan 2-4 : 1.2,4
Angka kejadian tertinggi ditemukan di Asia dan Afrika dengan kelompok
populasi berusia 20-40 tahun, sedangkan di negara barat jarang terjadi sebelum
usia 60 tahun.4 HCC merupakan karsinoma kedua paling mematikan setelah
karsinoma pankreas. Hampir seluruh pasien meninggal dalam 6-7 bulan setelah
didiagnosis. Hal ini umum terjadi di daerah endemisitas tinggi. Prognosis buruk
1
ini berhubungan dengan masih kurang baiknya diagnosis awal dan resistensi
tumor terhadap tatalaksana.3 Dapat disimpulkan bahwa karsinoma hepatoseluler
merupakan penyakit keganasan yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas jika tidak ditindak lanjuti secara profesional. Tindakan yang tepat dapat
dilakukan jika para praktisi medis mengenal dengan baik faktor-faktor risiko,
etiologi, patogenesis, serta tanda dan gejala klinis dari sirosis hati. Oleh karena
itu, kami mengambil kasus ini sebagai bahan presentasi kasus dengan harapan
kami dan teman sejawat mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
penatalaksanaan yang tepat berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan untuk kasus ini.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas yang semakin berat.
3
darah (-), pusing (-), mata berkunang-kunang (-) BAK seperti teh, BAB
tidak ada keluhan. Pasien dibawa ke IGD RSMH.
Riwayat Pengobatan
- Pasien belum berobat
4
6. Suhu aksila : 36,7 oC
7. VAS Score :6
8. Berat badan : 45 kg
9. Tinggi badan : 160cm
10. IMT : 17,6 kg/m2
11. Status gizi : underweight
b. Keadaan Spesifik
1. Kepala
Normosefali, simetris, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
alopesia tidak ada.
2. Mata
Edema palpebra tidak ada, konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera
ikterik (+/+), pupil bulat isokor, Refleks Cahaya (+/+).
3. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), kavum nasi
lapang, sekret (-), epistaksis (-)
4. Mulut
Bibir kering, sianosis (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah
berselaput (-), atrofi papil (-), Tonsil normal, faring hiperemis (-)
5. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, keluar cairan telinga (-), sekret (-),
nyeri tekan mastoid (-)
6. Leher
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid
(-).
7. Thoraks
Inspeksi : Simetris, venektasi (-), retraksi (-), scar (-)
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis, simetris kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-)
5
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
Auskultasi : vesikuler (+) Normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas ICS II sinistra
Batas jantung kiri linea aksilaris anterior ICS V
sinistra
Batas jantung kanan linea parasternalis dekstra
ICS VI
Auskultasi : HR = 82 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi : cembung, venektasi (-), caput medusae (-), striae
(), umbilicus tidak menonjol, hiperpigmentasi,
ikterik pada kulit abdomen.
Palpasi : nyeri tekan ada di perut kanan atas, hepar teraba 3
jari dibawah arcus costae permukaan licin tepi
tumpul, konsistensi keras, nyeri tekan (+), lien dan
ginjal tidak teraba
Perkusi : redup di perut kanan atas, shifting dullness (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit hepar (+)
9. Genitalia : Tidak diperiksa
10. Ekstremitas : Akral hangat (+), palmar ikterik (+), edema pada
kaki kanan (+)
6
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8,7 g/dL 13-18
Leukosit 19,1 103/µL 4.8-10.8
Eritrosit 2,84 106/µL 4.7-6.1
Hematokrit 25 % 42-52
Trombosit 271 103/µL 150-450
Hitung jenis
Basofil 0 0-1 Normal
Eosinofil 0 1-6 Menurun
Neutrofil 86 50-70 Meningkat
Limfosit 8 20-40 Menurun
Monosit 6 2-8 Normal
KIMIA KLINIK
7
HbsAg Reactive
Anti HCV Reactive
USG Abdomen
8
(Pemeriksaan USG abdomen di RSMH pada tanggal 21 Juni 2018. Hasil:
hepar ukuran membesar, permukaan irreguler, tepi tumpul, parenkim kasar
dan heterogen, tampak massa dan multiple nodul (+), asites (+). Kesan:
Hepatoma, Asites, Kista ginjal kiri.)
2.5 Diagnosis
Hepatoma dengan Cancer Pain Vas 6 + Anemia + Hipokalsemi + Hepatitis
B + hepatitis C
2.8 Penatalaksanaan
Non Farmakologis:
- Istirahat
- Edukasi
Farmakologis:
- IVFD D5% X/m gtt mikro
- Inj. Ketorolac 3x30mg IV
- Inj. Ceftriaxon 1g/12 jam IV
- Inj. Spironolakton 2x50mg IV
- Inj. Omeprazole 40mg/24jam IV
- Domperidome 10mg/8jam PO
2.9 Prognosis
9
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
2.10 Follow Up
RENCANA TATALAKSANA
TANGGAL CATATAN KEMAJUAN (S/O/A)
(P)
21/06/2018 S/ : badan lemas, perut membesar Non farmakologis
O/ : Keadaan umum tampak sakit sedang, Edukasi
Kesadaran CM, TD: 120/70 , nadi 85x/m, Istirahat
RR 24x/m, Temp 36.8oC
Kepala : konjungtiva palpebrapucat (-/-), Farmakologis
sklera ikterik (+/+) IVFD D5% X/m gtt mikro
Thoraks : Inj. Ketorolac 3x30mg IV
Cor: dalam batas normal Inj. Ceftriaxon 1g/12 jam IV
Pulmo: dalam batas normal Inj. Spironolakton 2x50mg IV
Domperidome 10mg/8jam PO
Abdomen :
I : simetris, cembung, spider nevi (-)
A : BU (+) normal, bruit hepar (+)
P : nyeri tekan (+)hepar teraba 3 jari
dibawah arcus costae, konsistensi keras,
permukaan berdungkul, tepi tumpul
P : timpani (+), shifting dullnesss (-)
10
Domperidome 10mg/8jam PO
Abdomen : -
I : simetris, cembung, spider nevi (-)
A : BU (+) normal, bruit hepar (+)
P : nyeri tekan (+)hepar teraba 3 jari
dibawah arcus costae, konsistensi keras,
permukaan berdungkul, tepi tumpul
P : timpani (+), shifting dullnesss (-)
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
penyakit hati kronis pada laki-laki. Di daerah dengan insidensi tinggi, HCC
umumnya timbul pada masa dewasa dekade ketiga hingga kelima),
sedangkan di daerah dengan insidensi rendah tumor ini paling sering
ditemukan pada orang yang berusia enam puluh hingga tujuh puluh tahun.8
Secara geografis, di dunia terdapat tiga kelompok wilayah tingkat kekerapan
rendah (kurang dari 3 kasus); menengah (tiga hingga sepuluh kasus); dan
tinggi (lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk).5
13
pasien hepatitis B ras negro, sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis B.
Populasi terinfeksi virus hepatitis C yang digolongkan berisiko tinggi
mendapatkan karsinoma hepatoseluler adalah sirosis hati akibat infeksi virus
hepatitis C. Semua sirosis hati apapun penyebabnya mempunyai risiko
tinggi untuk mendapatkan karsinoma hepatoseluler.9 (Tabel 1)
Tabel 1. Kelompok berisiko yang perlu mendapatkan pengawasan.
Pembawa Hepatitis B Sirosis Non-Hepatitis B
Laki-laki ras Asia berumur < 40 tahun Hepatitis C
Perempuan ras Asia berumur > 50 tahun Sirosis alkoholik
Ras Afrika berumur > 20 tahun Hemokromatosis genetik
Semua sirosis dengan pembawa hepatitis Sirosis biliaris primer
B meskipun telah berhasil diterapi
Riwayat keluarga dengan karsinoma Defisiensi alpha 1 anti
hepatoseluler tripsin
Untuk non sirosis dengan pembawa Non alcoholic steatohepatitis
hepatitis B lainnya variasi resiko (NASH)
karsinoma hepatoseluler bergantung pada
tingkat keparahan dari penyakit hati yang
mendasari dan adanya aktivitas inflamasi
saat sekarang atau masa lampau
14
DNA rantai ganda 3,2 kb yang tertutup oleh protein (HbsAg). Genom
dikemas dengan protein inti (HbcAg) dan DNA polimerase. Setelah
penetrasi virus ke dalam sel, genomnya menjadi tertutup sehingga
keseluruhan genom rantai ganda dapat berintegrasi dengan genom host.
Protein pembungkus dari gen S, pre S, proses pre-S2 ; HbeAg dan HbcAg
dari gen C dan sekuens gen pre C, DNA polimerase dari gen P dan protein x
dari gen x. DNA bereplikasi bergantung pada transkripsi RNA intermediate
dalam nukleus. Lalu, virus berkembang dalam sitoplasma dan dihilangkan
oleh hepatosit.7
Integrasi HBV ke dalam genom host terlihat sebagai karsinogenetik.
Beberapa gen HBV ditemukan dalam jaringan yang terinfeksi, sepert gen
pre-S2/S hepatitis Bx (HBx) dan HB spliced protein (HBSP), protein
berekspresi dari gen-gen yang berinteraksi tersebut yang telah menunjukkan
efek intraseluler, termasuk efek dalam pertumbuhan sel dan apoptosis. 154
asam amino yang diproduksi virus telah menunjukkan peranan penting
untuk infeksi HBV in vivo. Hal ini dapat menjadi kandidat primer yang
memediasi efek patologi HBV. HBx dapat menginaktivasi tumor supresor
p53 dan menurunkan regulator pertumbuhan gen p55 dan dapat menurunkan
regulasi p21 dan sui 1 yang dapat menghambat pertumbuhan HCC.7
Selain itu, HBx juga dapat berpengaruh melalui efeknya dalam
homeostasis Ca+ dan aktivasi Ca dependen kinase dalam NF-kB
(Kumar,2007). Faktor transkripsi untuk mengontrol respon imun yang juga
berhubungan dengan HCV polipeptida. Protein HBV lain yang berpengaruh
adalah protein pembungkus (L dan M) yang secara tidak langsung dapat
memediasi terjadinya HCC melalui protein pembungkus karena stres
seluler.6
15
Gambar 1.Perjalanan Penyakit Hepatoma
16
tersering pada HCC adalah hepatomegali, dengan atau tanpa „bruit hepatic,
splenomegali, asites, ikterus, demam atau atrofi otot. Sebagian dari pasien
yang dirujuk di rumah sakit karena perdarahan esophagus atau peritonitis
bacterial spontan ternyata sudah menderita HCC.5
Perjalanan alamiah kanker hati primer (HCC dan kolangiokarsinoma)
memperhatikan. Kesintasan median adalah 7 bulan, dengan kematian akibat
(1) kakeksia berat (2) perdarahan esophagus atau saluran cerna (3) gagal
hati disertai dengan koma hepatikum atau (4) walaupun jarang, rupture
tumor disertai dengan perdarahan fatal. Satu-atunya harapan untuk
kesembuhan adalah reseksi tumor kecil secara bedah, angka kekambuhan
tetapi lebih besar dari 605 selama 5 tahun. Pada pasien yang beruntung,
HCC secara tidak sengaja terangkat pada saat trasplantasi hati atas indikasi
penyakit hati stadium akhir, sebelum tumor tersebut menyebar ke organ
lain.8
17
empedu atau invasi tumor ke pembuluh darah di luar hati seperti
pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior
atau adanya metastase keluar dari hati.
18
3.7 Diagnosis Hepatoma
Melakukan pemeriksaan berkala bagi kelompok risiko tinggi seperti
pengidap virus Hepatitis B dan C, dokter, promiskus, dan bagi orang yang
mempunyai anggota keluarga penderita kanker hati. Pemeriksaan dilakukan
setiap 3 bulan sekali pada penderita sirosis hati dengan HBsAg positif dan
pada penderita hepatitis kronis dengan HBsAg negatif atau penderita
penyakit hati kronis atau dengan sirosis dengan HBsAg negatif pernah
mendapat transfusi atau hemodialisa diperiksa 6 bulan sekali.
Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesis
Sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam fase lanjut
dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Sifat nyeri ialah nyeri
tumpul,terus-menerus, kadang-kadang terasa hebat apabila bergerak. Di
samping keluhan nyeri perut ada pula keluhan seperti benjolan di perut
kanan atas tanpa atau dengan nyeri, perut membuncit karena adanya
asites. Dan keluhan yang paling umum yaitu merasa badan semakin
lemah, anoreksia, perasaan lekas kenyang.
2) Pemeriksaan fisik
Bila pada palpasi abdomen teraba hati membesar, keras yang berbenjol-
benjol, tepi tumpul lebih diperkuat, bila pada auskultasi terdengar bising
pembuluh darah maka dapat diduga sebagai kanker hati.
3) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan Alfa-
fetoprotein (AFP) yaitu protein serum normal yang disintesis oleh
sel hati fetal. Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/ml, kadar
AFP meningkat pada 60%-70% pada penderita kanker hati.23 Selain
itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan HBsAg karena pada penderita
penyakit hati seperti kanker hati ditemukan HBsAg.
b. Ultrasonografi (USG) Abdomen
19
Dengan USG, hati yang normal tampak warna keabu-abuan dan
tekstur merata. Bila ada kanker akan terlihat jelas berupa benjolan
berwarna kehitaman, atau berwarna putih campur kehitaman dan
jumlahnya bervariasi pada tiap pasien, benjolan dapat terdeteksi
dengan diameter 2-3 cm Untuk meminimalkan kesalahan hasil
pemeriksaan AFP, pasien sirosis hati dianjurkan pemeriksaan USG
setiap tiga bulan.
c. Computed Tomography Scanning (CT Scann)
CT Scann adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan prinsip
daya tembus sinar-X digunakan untuk mendeteksi ukuran, jumlah
tumor, lokasi dan sifat kanker hati dengan tepat. Pemeriksaan
dengan CT scann letak kanker dengan jaringan tubuh sekitarnya
terlihat jelas, dan kanker yang paling kecil pun sudah dapat
terdeteksi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan gelombang
magnet (nonradiasi). Pemeriksaan dengan MRI dilakukan bila ada
gambaran CT scann yang masih meragukan atau pada penderita ada
risiko bahaya radiasi sinar-X. MRI dapat menampilkan dan membuat
peta pembuluh darah kanker hati serta menampilkan saluran empedu
dalam hati, memperlihatkan struktur internal jaringan hati dan
kanker hati.5,8,11
20
tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi vascular atau penyebaran
ekstrahepatik, yang tidak dapat diterapi secara radikal. Sebaliknya bagi
pasien yang dalam keadaan gagal hati (Child-Pugh B-C), serangan iskemik
akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat.12
Adapun beberapa jenis terapi lain untuk HCC yang tidak resektabel
seperti imunoterapi dengan interferon, terapi antiesterogen, antiandrogen,
oktreotid, radiasi internal, kemoterapi arterial atau sistemik masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan penilaian yang
pasti.12
Pemilihan pengobatan kanker hati ini sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan pengobatan hendaklah
dipastikan besarnya ukuran kanker, spesifik lokasi kanker, lesi kanker serta
ada tidaknya penyebaran ke tempat lain.
Berikut pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker hati yaitu :
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian anti tumor pada penderita kanker
untuk memperpanjang umur. Dilakukan dengan memberikan obat anti
kanker ke dalam arteri hepatika sehingga obat secara langsung masuk
sel-sel kanker pada hati. Obat tersebut akan mengecilkan tumor. Obat
kemoterapi yang banyak digunakan adalah 5 Fluorourasil dan
Adriamisin.
2. Pembedahan
Pembedahan hati pada stadium dini penyakit merupakan
pengobatan yang paling baik dan paling bisa diharapkan memberikan
penyembuhan Pembedahan hanya dapat dilakukan bila tumor pada hati
hanya 1 lobus saja serta tidak terdapat tanda-tanda sirosis hati, karena
pembedahan penderita kanker hati yang disertai sirosis hati akan
menimbulkan risiko yang tinggi dalam pembedahan.
3. Radiasi
Radiasi tidak banyak peranannya dalam pengobatan kanker hati.
Hal ini disebabkan karena pada umumnya keganasan yang mengenai
21
hati bersifat relatif resisten terhadap pengobatan radiasi dan sel hati
yang normal peka terhadap radiasi.
4. Embolisasi
Pengobatan kanker dengan cara memasukkan kateter ke dalam
arteri hati lalu menyuntikkan potongan-potongan kecil berupa gel foam.
Embolisasi merupakan salah satu pengobatan penderita kanker hati
yang tidak bisa lagi dibedah. Hanya saja, jika tidak berhasil malah dapat
semakin memperburuk proses sirosis hati dan menimbulkan tejadinya
metastase.
5. Transplantasi Hati
Transpalantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari
orang lain ke dalam tubuh seseorang. Bila kanker hati ditemukan pada
pasien yang sudah ada sirosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang
berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena kaknker atau
sudah adda sel-sel kanker yang masuk ke vena porta maka tidak ada
jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati.13
Sistem BCLC merupakan sistem yang banyak dianut saat ini.5 Sistem BCLC
ini telah disahkan oleh beberapa kelompok di Eropa dan Amerika Serikat,
dan direkomendasikan sebagai klasifikasi yang terbaik sebagai pedoman
pengelolaan, khususnya untuk pasien dengan stadium awal yang bisa
mendapatkan terapi kuratif. Sistem ini menggunakan variabel-variabel yang
berhubungan dengan stadium tumor, status fungsional hati, status fisik
pasien, dan gejala-gejala yang berhubungan kanker. Hubungan antara
keempat variabel tersebut akan menggambarkan hubungannya dengan
algoritma pengelolaan. (Gambar 2)
22
Gambar 2. Klasifikasi Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) dan jadwal
pengelolaan. PST adalah Tes Status Performan; CLT/LDLT, transplantasi
hati cadaver/transplantasi hati dengan donor hidup; PEI/RF, injeksi ethanol
perkutan/ablasi termal radiofrekuensi; ttc, terapi; yr, tahun.
23
BAB IV
ANALISIS KASUS
24
Pengobatan definitif pada pasien dengan hepatoma ialah dengan
transplantasi hepar, tindakan pembedahan, dan kemoterapi. Pengobatan hanya
paliatif, yaitu untuk mengurangi gejala subjektif. Tatalaksana pada pasien ini
terbagi menjadi non farmakologis yaitu istirahat dan edukasi. Tatalaksana
farmakologis pada pasien ini adalah IVFD D5% X/m gtt mikro, Inj. Ketorolac
3x30mg IV, Inj. Ceftriaxon 1g/12 jam IV, Inj, Inj. Spironolakton 2x50mg IV, Inj.
Omeprazole 40mg/24jam IV, Domperidome 10mg/8jam PO.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
11. Jordi bruix et al. 2001. Clinical Management of Hepatocellular Carcinoma.
Conclusions of the Barcelona-2000 EASL Conference. Journal of Hepatology
35 (2001) 421–430.
12. Husodo, U. B. (2014). Kanker hati.pdf. In S. S. Ari W Sudoyo, Bambang
Setiyohadi, Idrus Alwi (Ed.), Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi VI,.
jakarta: Interna Publishing, pp. 3030–3036.
13. Parkin DM, Hakulinen T. Analysis of Survival. Available from:
http://www.iarc.fr/en/publications/pdfs-online/epi/sp95/sp95-chap12.pdf.
14. Greten TF, Papendorf F, Bleck JS, Kirchhoff T, Wohlberedt T, Kubicka S, et
al. Survival rate in patients with hepatocellular carcinoma: a retrospective
analysis of 389 patients. British Journal of Cancer. 2005;92:1862-1868.
27