Sindrom Nefrotik-1
Sindrom Nefrotik-1
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan
cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital)
yang tampak pada pagi hari, dan berlanjut ke abdomen terjadi penumpukan cairan
pada rongga pleura yang menyebabkan efusi pleura, daerah genitalia dan ekstermitas
bawah yaitu pitting (penumpukan cairan) pada kaki bagian atas, penumpukan cairan
1. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa, volume urin berkurang, warna
agak keruh dan berbusa, selama beberapa minggu mungkin terdapat hemturia dan
oliguri terjadi karena penurunan volume cairan vaskuler yang menstimulli sistem
renin-angio-tensin, yang mengakibatkan disekresinya hormon anti diuretik
(ADH)
2. Pucat
3. Hematuri
4. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
5. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnya terjadi.
6. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)
7. Proteinuria > 3,5 gr/hr pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hr pada anak-anak
8. Hipoalbuminemia < 30 gr/l
9. Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia
10. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko trombosis vena dan arteri
11. Kenaikan berat badan secara progresif dalam beberapa hari/minggu.
12. Klien mudah lelah atau lethargie tapi tidak kelihatan sakit payah.
13. Hipertensi (jarang terjadi) karena penurunan voulume intravaskuler yang
mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi renal yang mengaktifkan sistem
renin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah.
14. Pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air
2.4 Patofisiologi
2.5 Klasifikasi
lahir premature (90%), plasenta besar (beratnya kira-kira 40% dari berat
badan). Gejala asfiksia dijumpai pada 75% kasus. Gejala pertama berupa
edema, asites, biasanya tampak pada waktu lahir atau dalam minggu
kelainan congenital pada muka seperti hidung kecil, jarak kedua mata
lebar, telinga letaknya lebih rendah dari normal. Prognosis jelek dan
meninggal Karen ainfeksi sekunder atau kegagalan ginjal. Salah satu cara
meninggi.
1. Laboratorium
a. Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna
negatif).
b. Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
serum electrophoresis).
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan
a. Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa
thoraks akan menyebabkan sesak nafas. Berikan alas bantal pada kedua
bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah dan akan
b. Terapi cairan: Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester
atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester
cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak
mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab
siklofosfamid.
h. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali
hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada
keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara
periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka
mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan
frustasi akan timbul pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa
i. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
2.8 Komplikasi
KONSEP ASKEP
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Umur: lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6
th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6
kebersihan diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini
juga sering bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini
c. Agama
d. Suku/bangsa
e. Status
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
2. Keluhan Utama
acites).
3. Riwayat Penyakit
a. Pemeriksaan Umum
b. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya hgangguan pola nafas dan jalan
nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada
fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola
nafas dan jalan nafas yang merupakan respons terhadap edema
pulmoner dan efusi pleura.
B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume .
B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya
azotemia pada sistem saraf pusat.
B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan
asites pada abdomen.
B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder
dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.
6. Pemerikasaan Diagnostik
membran glomerulus.
makan.
hospitalisasi).
pertahanan tubuh.
8. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi
pernafasan
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal