Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Prevelensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu
mencapai 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita. Degenerasi sendi yang menyebabkan
sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan
tulang belakang (spine) meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia. Pasien OA biasanya
mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi
yang terkena. Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga
sangat mengganggu mobilitas pasien. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang usia lanjut di
Indonesia menderita cacat karena OA. Oleh karena itu tantangan terhadap dampak OA
akan semakin besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia tua. Osteoartritis
seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali sebagai idiopatik.
Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan,
kelainan neurologi dan metabolik. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari
perubahan sel dan matriks yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago
artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Osteoartritis?
2. Bagaimana etiologi dari Osteoartritis?
3. Apa saja klasifikasi dari Osteoartritis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Osteoartritis?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada klien Osteoartritis?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Osteoartritis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Osteoartritis?
8. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada Osteoartritis?
9. Apa saja terapi pada klien Osteoartritis?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Osteoartritis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Osteoartritis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteoartritis.
5. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis.
6. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Osteoartritis.
8. Untuk mengetahui terapi yang bias terjadi pada Osteoartritis.
9. Untuk mengetahui terapi pada Osteoartritis.
BAB II
TINJUAN TEORI

2.1 Pengertian

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau


osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang


menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas
60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi
(Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis


merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat
digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang
karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru
pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi,
sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan
patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan
tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).

2.2 Etiologi

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat menge
ndapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium
urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
2.3 Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 :

a. Tipe primer ( idiopatik) yaitu penyebabnya tidak diketahui dan tidak berhubungan
dengan kelainan sistematik.
b. Tipe sekunder disebabkan oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, kelainan
pertumbuhan dan herediter, jejas makro dan mikro, dan imobilisasi yang terlalu lama.

2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri
dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul
pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

2.6 Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan.
- Pencegahan cedera.
- Screening sendi paha.
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja.
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul.
c. Terapi konservatif : kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-
alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Sinar X : yaitu gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi
pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2. Radiologi : Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoarthritis ialah:
a. Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian sendi
yang menanggung beban).
b. Kista tulang.
c. Osteofit pada pinggir sendi.
d. Perubahan struktur anatomi sendi.
3. Pengamatan dengan kamera (Artroskopi) ialah alat kecil berupa kamera yang
diletakkan dalam engsel tulang.

2.8 Komplikasi
1. Asam urat
Asam Urat atau Goult adalah salah satu jenis penyakit yang terjadi pada persendian.
Penyakit ini dapat timbulnya peradangan sendi karena tingginya asam urat yang
menyebabkan Kristal Natriun Urat membentuk didalam dan disekitar sendi.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan akibat penyakit Osteoarthtritis
dapat mendorong pembentukan Kristal dalam sendi.
2. Gangguan atau Kesulitan gerak.
3. Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
4. Patah tulang.
2.9 Terapi
1. Terapi Non Farmakologis :
- Edukasi.
- Terapi fisik dan rehabilitasi
- Penurunan berat badan.
2. Terapi Farmakologis :
- Analgesic.
- Obat anti inflamasi non steroid (OAINS).
- Terapi bedah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Triger Case
Tn. S usia 70 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan
kiri, nyeri lutut dialami sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri pertama kali dirasakan pada lutut
kanan, 3 bulan kemudian nyeri mulai dirasakan pada lutut kiri. Nyeri dirasakan memberat
saat berjalan. Pasien mengeluh sering merasa kaku pada lutut pada pagi hari, pasien
menggunakan alat bantu untuk berjalan (tongkat). Riwayat penyakit Hipertensi dan DM.
Pemeriksaan fisik didapatkan TTV dengan TD 120/70 mmHg, Nadi 82x/menit, RR
18x/menit, Suhu 36,6C, pergerakan motorik kedua sendi lutut terbatas, ada tanda-tanda
inflamasi dan teraba hangat, oedem sendi lutut tidak ada, nyeri gerak ada, dan nyeri tekan
tidak ada.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas
Pengkajian dilakukan pada (hari, tanggal, bulan, tahun) jam .......
1. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 70 tahun
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Alamat : ds. Jetis , kec. jetis
No. RM : 3245
Tanggal MRS : 23 - 02 - 2017
Diagnosa Medis : Osteoarthritis

3.1.2. Keluhan utama


Pasien mengatakan nyeri pada bagian lutut kanan dan kiri.

3.1.3. Riwayat kesehatan


1. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RS Bina Sehat dengan keluhan nyeri pada bagian
lutut kanan dan kiri. Lalu klien diperiksa oleh dokter dan dokter
mendiagnosa bahwa klien mengalami penyakit osteoarthritis dan klien
disarankan untuk dirawat inap dan sekarang klien dirawat diruang Mawar
1 No 8 RS Bina Sehat Mojokerto untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.

2. Riwayat penyakit dahulu


Klien sebelumnya sudah memiliki riwayat hipertensi dan DM,
namun belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya. Klien
mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok atau minum-minuman
keras.

3. Riwayat keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam anggota keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti yang dialami klien, dan keluarga ada
yang mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, ataupun diabetes
militus. Klien mengatakan tinggal serumah dengan istri dan anaknya.

3.1.4. Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Compos Mentis G-C-S = 4-5-6
b. Kesadaran : Baik
c. TTV : TD = 120/70 mmHg
Nadi = 82x/menit
RR = 18x/menit
Suhu = 36,6C

Pemeriksaan Fisik (B1-B6)

a. B1 (Breathing)
Inspeksi = Bentuk dada simetris,tidak menggunakan otot bantu
nafas,,tidak ada luka.
Palpasi = Vocal Fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi = Sonor
Auskultasi= Vesikuler
b. B2 (Blood)
Palpasi dan inspeksi ditandai dengan,

TD = 120/70 mmHg
Nadi = 82x/menit
Palpasi= Tidak ada nyeri tekan
Perkusi = Pekak
Auskultasi = Tidak ada suara jantung tambahan
c. B3 (Brain)
Inspeksi = Kesadaran compos mentris, G-C-S= 4-5-6, pupil
isokor
Palpasi = Kemampuan panca indra normal
Perkusi = Tidakada
Auskultasi = Tidakada
d. B4 (Bldder)
Inspeksi = Urin berwarana kuning jernih , BAB berwarna
kuning kecoklatan, konsistensi lembek
Palpasi = tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
Perkusi = tidak ada
Auskultasi = Tidak ada
e. B5 (Bowell)
Inspeksi = tidak ada luka,tidak Ascites.
Perkusi = Timpani
Palpasi = Tidak ada pembesaran Hati dan terdapat nyeri tekan
pada perut bagian kiri atas
Auskultasi = Bising Usus 15x/menit
f. B6 (Bone)
Inspeksi = Terpasang infus RL 20 Tpm di sebelah tangan
kiri, tidak ada perubahan bentuk tulang
Perkusi = Tonus otot 5-5-3
Palpasi = Akral hangat
Auskultasi = Tidak ada
3.2. Analisa Data
No Data Etiologi Problem

1. Ds: klien mengeluh nyeri Perubahan metabolisme TRS. Nyeri (kronik)


sendi.

TTV
Matriks makromolekul TRS
TD = 120/70 mmHg rusak.

Nadi = 82x/menit,

RR = 18x/menit Antibodi membentuk


kompleks imun diruang sendi.
Suhu = 36,6C

Permeabilitas makrovaskuler
Do: sinovial meningkat
- ekspresi wajah
meringis.
Antigen menetap pada jaringan
sendi.

Destruksi sendi.

Nyeri akut atau kronik.

2. Ds : klien mengatakan destruksi sendi Mobilitas fisik,


sendinya merasa kaku dan kerusakan

bengkak.
perubahan fungsi dan struktur
Do : sendi

adanya
pembengkakan mengurangi aktifitas pada
pada sendi yang sendi yang terkena
terkena.
Adanya
rentan gerak terbatas
keterbatasan
pergerakan. mobilitas fisik, kerusakan
Penurunan
kekuatan otot.

3. Ds: Destruksi sen andi Gangguan citra


tubuh
- Klien merasa
tidak berdaya. Perubahan fungsi dan strutur
- Klien merasa sendi

terisolasi dari
lingkungan Mengurangi aktivitas pada
sosialnya. sendi yang terkena

Do: perubahan struktur


atau fungsi dari bagian- Rentang gerak terbatas
bagian yang sakit.

Ketidakseimbangan antara
mobilitas dan aktivitas

Gangguan citra tubuh

3.3. Diagnosa

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan otot,
intoleransi aktivitas.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan mobilitas fisik.
3.4 Intervensi

Tujuan dan kriteria


No Diagosa Intervensi Rasional
hasil

1. Nyeri akut/kronis Tujuan : 1. Beri kenyamanan 1. Menurunkan


berhubungan den tekanan pada
seperti penggunaan
gan distensi Setelah dilakukan
jaringan oleh kasur atau matras sendi yang sakit.
akumulasi asuhan Keperwatan 2. Meningkatkan
yang lembut.
cairan/proses Dalam waktu 3 x 24
inflamasi, distruksi Tinggikan linen relaksasi,
sendi. jam, diharapkan nyeri mengurangi
tempat tidur sesuai
yang dirasakan Tn.S tegang otot.
kebutuhan.
dapat berkurang atau 3. Sebagai
2. Dorong teknik
hilang. indikator untuk
managemen
Kriteria Hasil: relaksasi dan mengurangi

bombing imajinasi. rasa nyeri/


Klien tampak
3. Observasi TTV nyeri dapat
tenang dan
4. Kolaborasi berikan terkontrol
rileks.
analgetik 4. Mengurangi
Tidak ada
nyeri
keluhan nyeri
Menunjukkan
perilaku
penanganan
nyeri
TTV dalam
rentang normal
2. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Tingkat
mobilitas fisik tindakankeperawatan aktifitas/
mengunyah,
berhubungan selama 2 x 24 jam
dengan nyeri, menelan, reflex latihan
klien memperlihatkan
penurunan kekuatan tergantung
otot, intoleransi peningkatan kekuatan
dan fungsi dalam dari
aktivitas.
melakukan aktifitas perkembanga
2. Gunakan bantal
fisik. n/ resolusi
kecil/ tipis
dari
dibawah leher.
inflamasi
Kriteria Hasil : 2. Mencegah
3. Berikan fleksi leher
Peningkatan kekuatan
otot. lingkungan yg 3. Menghindari
nyaman. cidera akibat
bergerak dengan aktif
kecelakaan/
tanpa nyeri.
4. Bantu dengan jatuh.
Tidak adanya rentang gerak 4. Memertahan
keterbatasan
aktif/ pasifsecara kan /
pergerakan
bertahap. meningkatka
n fungsi

5. Dorong klien sendi

untuk sering 5. Menghilangk


an tekanan
mngubah posisi,
pada
antu klien untuk
jaringan dan
bergerak
meningkatka
ditempat tidur.
n sirkulasi
6. Memaksimal
6. Anjurkan klien
kan fungsi
untuk
sendi,
mempertahanka mempertaha
n postur tegak nkan
dan duduk mobilitas.
tinggi, berdiri,
danberjalan
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan c. Kaji pengetahuan a. Pengetahuan yang
b.d kemampuan tindakankeperawatan kurang tentang
klien tentang
untuk melakukan selama 2 x 24 jam
tugas-tugas umum, pentingnya nutrisi nutrisi
klien memperlihatkan
ketidak seimbangan mempengaruhi
mobilitas peningkatan kekuatan bagi tubuh
dan fungsi dalam dalam pemenuhan
d. Beri penjelasan
melakukan aktifitas kebutuhan nutrisi
tentang pentingnya
fisik. b. Informasi yg jelas
nutrisi yang adekuat
dapat
bagi tubuh terutama meningkatkan
Kriteria Hasil:
pada lansia pemahaman klien
a. Dapat
e. Anjurkan klien tentang nutrisi
berinteraksi makan sedikit tapi bagi tubuh
dengan baik sering c. Meningkatkan

b. Tidak merasa f. Anjurkan klien asupan makanan


d. Pola yang baik
malu atau membiasakan makan
dapat
canggung pagi
meningkatkan
g. Ajaran jenis-jenis
asupan makanan
makanan yang harus
disamping
dikonsumsi oleh usila menghindari
dan pentingnya tinggi kekosongan
serat bagi tubuh lambung
h. Ciptakan lingkungan e. Dengan
tempat makan yang mengetahui
nyaman makanan yang

i. Pantau berat badan dikonsumsi serta


pentingnya serat
klien setiap 2 hari
akan memperbaiki
sekali
pencernaan
j. Kolaborasi dengan
usus/proses
petugas panti menu
absorpsi
klien lansia yang f. Lingkungan yang
adekuat nyaman akan
meningkatkan
selera makan
g. Dengan
pemantauan BB
dapat mengetahui
klien mengalami
peningkatan/penur
unan BB
h. Sebagai upaya
perbaikan menu
agar meningkatkan
nafsu makan.
3.5 Implementasi

Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial.
Kemudian dilakukan pelaksanaan keperawatan Pelaksanaan keperawatan merupakan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencara yang telah ditetapkan. Selama
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan
kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien (Santosa, 1989)

No Waktu/ Tanggal Implementasi Ttd

1) Kaji ulang karakteristik nyeri


yang dirasakan klien.
Hasil:

2) Berikan istirhat dengan posisi


semifowler dan kontrol
lingkungan
Hasil:

3) Anjurkan klien untuk


menghindari makanan yang
dapat meningkatkan asam
lambung
Hasil:

4) Observasi TTV
Hasil:

5) Diskusikan dan ajarkan teknik


relaksasi seperti pengalihan
aktifitas dan nafas dalam
Hasil:

6) Kolaborasi dengan tim medis


dalam pemberian obat
analgesik.
3.6 Evaluasi
4. Tgl/jam No SOAP Ttd
Dx
1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
O: klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

2 S : klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa


kesulitan dan paham akan cara evaluasi lingkungan
untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk
diri sendiri
O: klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi, pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program latihan
3 S: klien mengatakan rasa cemas berkurang
O: klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan
kemungkinan keterbatasan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi, anjurkan perawat memotivasi
klien mengenai masalah penyakit
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang
menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami
nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi

4.2 Saran
A. Mahasiswa
1. Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang
cemerlang.
2. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sirosis hepatis.

B. Akademik
1. Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan
keperawatan yang baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai