Anda di halaman 1dari 3

Jika setelah tanggal perkiraan kelahiran bayi Anda belum juga menunjukkan tanda-tanda

akan melahirkan dan tidak ada masalah kesehatan serius, dokter biasanya akan menunggu
hingga dua minggu. Jika kandungan telah mencapai usia 42 minggu, perlu dipikirkan cara
untuk mendatangkan bayi ke dunia. Kenapa demikian? Karena setelah masa ini risiko
komplikasi bayi dan risiko persalinan akan makin tinggi. Mekonium atau tinja bayi jika
tertelan dapat menyebabkan gangguan pernapasan atau infeksi paru-paru pada bayi. Untuk
menghindari risiko tersebut, diperlukan induksi untuk mempercepat proses persalinan.

Induksi umumnya dilakukan pada kondisi-kondisi berikut ini:

Jika air ketuban Anda telah pecah dan Anda belum merasakan kontraksi.

Risiko infeksi meninggi ketika air ketuban Anda telah pecah lebih dari 1 hari dan belum
bersalin. Pada situasi ini, Anda biasanya membutuhkan operasi caesar. Pemberian opsi
induksi akan berbeda pada berbagai usia kehamilan:

Jika air ketuban pecah pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu, induksi hanya
akan ditawarkan jika ada faktor lain yang menegaskan bahwa pilihan tersebut adalah
jalan terbaik.
Jika ketuban pecah pada kehamilan 34-37 minggu, opsi induksi tersedia bagi Anda.
Tapi diskusikan hal ini terlebih dahulu dengan dokter kandungan Anda.
Jika air ketuban pecah setelah kehamilan 37 minggu, umumnya Anda akan
ditawarkan induksi atau manajemen kehamilan. Pilihan kedua dilakukan dengan
memonitor kondisi bayi dalam kandungan. Jika dinyatakan sehat, maka persalinan
dapat tetap dilakukan dengan proses normal.

Jika kandungan Anda melewati waktu perkiraan persalinan.

Jika bayi belum juga ada tanda-tanda akan keluar saat kandungan Anda telah melebihi 42
minggu, maka risiko bayi meninggal dalam kandungan dan masalah lain akan makin tinggi.
Saat inilah induksi biasanya ditawarkan.

Jika Anda mengalami gangguan kesehatan.

Jika Anda mengidap penyakit tertentu, seperti praeklamsia atau diabetes yang mungkin
berdampak kepada kondisi dan pertumbuhan bayi, dokter akan menawarkan opsi induksi
demi kesehatan Anda dan bayi.

Induksi juga dapat ditawarkan pada kondisi tertentu lainnya, seperti terjadi infeksi pada
rahim, bayi berhenti berkembang, kurangnya cairan ketuban yang cukup untuk melindungi
bayi, atau jika plasenta luruh dari dinding rahim bagian dalam sebelum persalinan.

Pada situasi tertentu, seperti ketika kehamilan telah mencapai lebih dari 39 minggu dan sang
ibu tinggal jauh dari rumah sakit, induksi dapat direncanakan untuk mengurangi risiko
gangguan pada ibu dan bayi.

Berbagai Metode Induksi

Ada berbagai metode yang dapat dilakukan untuk menjalani induksi. Opsi yang diambil
sangat bergantung pada kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing wanita.
Menyapu selaput pada leher rahim

Sebelum menjalani induksi, dokter akan menjalankan penyapuan membran atau penyapuan
leher rahim untuk memicu proses persalinan. Cara ini dilakukan dokter atau bidan dengan
menyapukan jari mereka di sekeliling leher rahim untuk memisahkan lapisan kantung
ketuban dengan leher rahim. Saat pemisahan, terjadi pelepasan hormon prostaglandin yang
berperan memicu persalinan. Umumnya proses ini dapat membuat Anda merasa tidak
nyaman dan menyebabkan sedikit pendarahan.

Jika pengelupasan membran tidak berhasil memicu persalinan, maka dokter akan
menawarkan opsi induksi. Proses tersebut dijalankan dengan mekanisme sebagai berikut:

Gel, atau pessary (seperti tablet) akan dimasukkan ke vagina untuk memicu kontraksi.
Perlu waktu 1 hari bagi pessary untuk dapat bereaksi. Jika tidak terjadi kontraksi
hingga 1 hari kemudian, dokter mungkin akan menawari Anda pessary atau gel
berikutnya.

Setelah kontraksi terjadi, persalinan dapat dilakukan secara normal. Namun ada kalanya
dibutuhkan infus hormon untuk mempercepat persalinan.

Mematangkan leher rahim

Dilakukan dengan mengonsumsi hormon prostaglandin sintetis melalui mulut atau


meletakkannya di dalam vagina. Pada kasus lain, kateter dengan balon kecil dapat juga
digunakan dengan cara dimasukkan melewati bukaan serviks.

Memecahkan air ketuban

Proses ini dilakukan jika kepala bayi telah sampai pada panggul bawah dan leher rahim telah
setengah terbuka. Detak jantung bayi Anda akan terus dimonitor sebelum dan sesudah
prosedur.

Menggunakan obat-obatan yang diinfuskan ke pembuluh darah

Hormon sintetis yang dapat menyebabkan kontraksi rahim, yaitu oksitosin, diinfuskan ke
pembuluh darah. Proses ini dilakukan jika leher rahim telah mulai menipis dan melunak. Hal
ini bertujuan memicu kontraksi juga.

Tidak jarang dokter menggunakan kombinasi beberapa metode di atas untuk melancarkan
persalinan. Waktu yang dibutuhkan tiap wanita bisa beragam. Jika leher rahim telah melunak
dan tidak ada gangguan berarti, maka setelah induksi Anda dapat menggendong bayi Anda
pada beberapa jam kemudian. Namun jika tidak, induksi baru akan mendatangkan hasil
hingga 2x24 jam. Jika induksi tidak berhasil, maka mungkin akan dijalankan operasi caesar.

Risiko yang Dapat Timbul dari Induksi

Perlu diingat bahwa induksi adalah tindakan yang mengandung risiko dan karena itu tidak
bisa dilakukan tanpa alasan yang kuat. Intervensi apa pun terhadap persalinan yang
diharapkan berjalan normal hanya akan meningkatkan risiko. Berikut ini beberapa
konsekuensi yang bisa dialami wanita yang menjalani induksi.
Persalinan dengan induksi biasanya lebih terasa sakit dibandingkan persalinan normal,
sehingga kebanyakan wanita meminta diberikan pereda nyeri selama proses ini.
Persalinan dengan induksi lebih mungkin membutuhkan alat bantu forceps untuk
mengeluarkan bayi.
Induksi yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi lahir prematur. Pada situasi ini,
induksi dapat membuat bayi menjadi sulit bernapas.
Jika leher rahim Anda tidak kunjung terbuka, induksi dapat berujung pada operasi
caesar.
Oksitosin atau prostaglandin adalah obat-obatan yang digunakan untuk induksi.
Kedua bahan ini berpotensi memicu beberapa komplikasi, antara lain membuat detak
jantung bayi Anda menjadi lebih lemah, serta mengurangi suplai oksigen kepada bayi.
Risiko dan manfaat obat perlu dipertimbangkan.
Induksi dapat mempertinggi risiko gangguan pada tali pusat masuk ke dalam vagina
sebelum persalinan. Situasi ini dapat menekan tali dan mengurangi aliran oksigen
untuk bayi.
Beberapa metode induksi, seperti pengelupasan lapisan leher rahim, menempatkan
kateter balon pada leher rahim, atau memecahkan air ketuban dapat meningkatkan
risiko infeksi pada ibu dan bayi.
Induksi dapat meningkatkan risiko otot kandung kemih Anda tidak berkontraksi
setelah persalinan, sehingga dapat meningkatkan risiko pendarahan setelah bayi lahir.
Komplikasi yang jarang terjadi tapi sangat serius adalah pecahnya rahim karena bayi
keluar dari dinding rahim ke rongga perut ibunya. Kondisi yang mengancam nyawa
ini ditangani dengan operasi caesar.

Induksi tidak disarankan bagi wanita yang mengalami beberapa kondisi berikut ini: mengidap
infeksi herpes genital, pernah mengalami operasi caesar dengan sayatan besar atau klasik,
pernah menjalani operasi besar pada rahim, leher rahim yang tertutup plasenta, atau ketika
jalan lahir terlalu sempit untuk bayi.

Jika sedang mempertimbangkan induksi, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter


kandungan Anda. Pastikan situasi Anda cocok untuk Anda menjalani prosedur ini.

Anda mungkin juga menyukai