Anda di halaman 1dari 8

KANDUNGAN LOGAM BERAT (Cu dan Pb) PADA HATI DAN GINJAL ITIK YANG DIBERIKAN

IKAN SAPU-SAPU
Faizzaturrachmi (B1B009022), Dwi Kusuma Purnamasari, Budi Indarsih
Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Mataram

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat (Cu dan Pb) pada hati dan ginjal itik
yang diberikan ikan sapu-sapu (Hyposarcus Pardalis) dengan level yang berbeda. Perlakuan (A) diberikan 8
kg ikan sapu-sapu segar, dedak dan jagung, sedangkan perlakuan (B) diberikan 10 kg ikan sapu-sapu segar dan
dedak untuk diberikan ke 50 ekor itik umur 32 minggu selama 12 minggu masa percobaan. Pada akhir
penelitian, diambil 5 ekor itik dari masing-masing perlakuan untuk dipotong kemudian diambil bagian hati dan
ginjal untuk analisis Cu dan Pb menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Kadar
Cu pada hati perlakuan A dan B dengan rata-rata 34,66 17,21 ppm dan 25,66 16,44 ppm, sedangkan pada
ginjal sekitar 15,37 5,60 ppm dan 13,41 2,45 ppm. Kandungan logam Pb pada hati perlakuan A dan
B dengan rata-rata 1,51 0,83 ppm dan 2,01 0,58 ppm selanjutnya pada ginjal sekitar 2,08 0,58 ppm dan
2,25 0,98 ppm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kandungan logam berat Cu pada hati itik sudah
melebihi batas yang ditetapkan Badan POM yaitu (20 ppm) sedangkan kandungan Pb pada hati masih lebih
rendah dari yang ditetapkan (2 ppm). Akan tetapi, kandungan Cu di ginjal lebih rendah namun kandungan Pb
di ginjal lebih tinggi dalam laju deposisi.

Kata Kunci: Itik, Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus Pardalis),Hati dan Ginjal, Logam Berat

HEAVY METALS (COPPER AND LEAD) IN LIVER AND KIDNEY FROM LAYING
DUCKS WITH SAPU-SAPU FISH
(Hyposarcus pardalis) IN THE DIET
Faizzaturrachmi (B1B009022), Dwi Kusuma Purnamasari, Budi Indarsih
Study Program of Nutrition and Feed
Faculty of Animal Science, University of Mataram

ABSTRACT

This study was conducted to determine the content of heavy metals (Cu and Pb) in the liver and
kidneys from laying ducks fed sapu-sapu fish base ration with different levels. The first treatment (A) was
given 8 kg of sapu-sapu fish, rice bran, and yellow corn. The second (B) was offered 10 kg of sapu-sapu fish
and rice bran for feeding 50 ducks 32 weeks of age during 12 weeks of the experimental period. At the and of
the study, 5 ducks were taken from each treatment and then taken out the liver and kidney for Cu and Pb
analysis using Atomic Absorption Spectrophotometer metod (AAS). Cu content of the liver on treatment A
and B was 34.66 17.21 ppm and 25.66 16.44 ppm respectively, whilst Cu in the kidney was 15.37 5.60
ppm and 13.41 2.45 ppm respectively. Pb content of liver on treatment A and B was 1.51 0.83 ppm and
2.01 0.58 ppm whilst in the kidney was 2.08 0.58 and 2.25 0.98 ppm. It can be concluded that the heavy
metal content of Cu in the liver of duck already exceeds the recomended level by the National Agency of Drug
and Food Control (20 ppm). However, Pb conten in the liver is still lower than this recommendation (2 ppm). it
is interesting that Cu in the kidney was lower but its Pb was higher in terms of the deposition rate.

Keywords : Ducks , Hyposarcus pardalis, liver and kidney , heavy metal .


PENDAHULUAN
Itik merupakan hewan pemakan segala (omnivora) mulai dari biji-bijian, rumput, binatang air, dan
siput. Itik mempunyai peranan cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung
ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat (Ranto et al, 2005). Umumnya, itik masih
dipelihara secara tradisional tetapi semakin sempitnya areal penggembalaan dan banyaknya kasus kematian
ternak akibat keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya. Salah satu
usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan mengalihkan sistem pemeliharaannya dari
sistem tradisional ke sistem intensif. Pemeliharaan itik yang mengarah ke pola intensif terkendala masalah
pakan.
Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan beternak itik, hal ini karena biaya
pakan merupakan biaya terbesar dari biaya produksi, yaitu bisa mencapai sekitar 70%. Salah satu upaya untuk
menekan tingginya harga pakan yaitu dengan memberikan pakan alternatif yang mudah didapatkan dan aman
untuk dikonsumsi oleh ternak (Supriyadi, 2011).
Salah satu pakan alternatif yang digunakan oleh sekelompok peternak itik di Kota Mataram adalah
ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis). Ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) adalah salah satu jenis ikan yang
mampu hidup di perairan kotor dan berlumpur (Ratmini, 2009) sehingga ikan sapu-sapu ini cenderung
mengandung logam berat. Hasil penelitian Purnamasari et al., 2011 ikan sapu-sapu yang terdapat di Pulau
Lombok mengandung logam Cu sekitar 2,48 16,70 ppm dan logam berat Pb sekitar 4,22 15,23 ppm.
Menurut Darmono (1995) keberadaan logam berat dalam jaringan ternak terutama disebabkan oleh
cemaran pada pakan maupun air minum sehingga menimbulkan residu dalam jaringan ternak.
Pemberian pakan yang mengandung logam berat berlebihan dapat menyebabkan keracunan kronis,
pembengkakan pada hati dan ginjal yang dapat mengakibatkan kematian pada ternak. Akibat selanjutnya
berpengaruh pada kesehatan manusia karena mengkonsumsi ternak yang keracunan logam berat. Oleh karena
itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah logam berat khususnya Cu dan Pb yang terkandung pada
ikan sapu-sapu terdeposit pada hati dan ginjal itik yang diberikan ikan sapu-sapu ini.

MATERI DAN METODE PENELITIAN


Materi Penelitian
A. Bahan Penelitian:
1. Hati dan ginjal itik yang diperoleh dari itik petelur yang dipelihara di kandang kelompok
Mong Gelemong di kelurahan Dasan Cermen.
2. Pakan yang diberikan yaitu ikan sapu-sapu, dedak dan jagung.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis logam berat Cu dan Pb :
1. Sampel hati dan ginjal itik.
2. HNO3 (asam nitrat)
3. HClO4
4. Aquades
Alat-alat yang digunakan:
1. Mesin pencacah ikan sapu-sapu.
2. Timbangan untuk menimbang pakan
3. Ember sebagai tempat pakan
4. Kandang itik
5. Timbangan digital untuk menimbang berat sampel
6. Kantung plastik sebagai wadah sampel yang sudah dioven
7. Sendok untuk mengaduk sampel
8. Oven
9. Blender untuk menghaluskan sampel
10. Enlenmeyer sebagai tempat melarutkan sampel
11. Timbangan analitik untuk menimbang berat sampel
12. Pipet tetes untuk mengukur volume cairan yang akan ditambahkan pada sampel
13. Hot plate alat pemanas sampel
14. Gelas ukur untuk mengukur jumlah aquades yang ditambahkan ke dalam sampel
15. Kertas saring whatman 42 untuk menyaring sampel yang sudah dipanaskan
16. Atomik Absorpsi Spektrofometer untuk analisis Cu dan Pb.
Variabel yang diamati:
Kandungan logam berat Cu dan Pb pada hati dan ginjal itik
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
I. Pemeliharaan itik dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2012 di kandang
kelompok peternak itik Mong Gelemong Kecamatan Sandubaya Kota Mataram.
II. Analisis logam berat Cu dan Pb, dilakukan dalam dua tahap, yaitu
1. Preparasi sampel, dilakukan pada tanggal 8-15 Oktober 2012 di Laboratorium Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2. Analisis logam berat Cu dan Pb pada hati dan ginjal itik, dilakukan pada tanggal 24
Oktober - 5 November 2012 di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Universitas
Mataram
Pemeliharaan Itik
1. Itik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu itik petelur, dengan jumlah itik sebanyak 500
ekor umur 8 bulan. Pada tiap kandang jumlah itik yang dipelihara sebanyak 50 ekor itik
2. Pemberian pakan pada ternak itik dibagi menjadi dua kelompok yaitu perlakuan A (8kg ikan
sapu-sapu, dedak, dan jagung), dan perlakuan B (10kg ikan sapu-sapu, dan dedak).
3. Ikan sapu-sapu segar ditimbang terlebih dahulu kemudian digiling dengan mesin penggiling
dan diberikan ke ternak itik.

Penelitian di Laboratorium
Preparasi sampel hati dan ginjal itik
1. Pengambilan sampel hati dan ginjal itik,
2. Masing- masing sampel diberikan label
3. Menimbang berat sampel hati dan ginjal
4. Dipotong kecil-kecil
5. Dioven 600 C sampai kering
6. Menimbang berat sampel setelah dioven
7. Menghaluskan sampel hati yang sudah dioven
8. Sampel dimasukkan dalam kantong plastik
Analisis logam berat Cu dan Pb
1. Menimbang sampel hati dan ginjal itik masing-masing 1 gram
2. Memasukkan masing-masing sampel ke dalam enlenmeyer
3. Menambahkan HNO3 10 ml kedalam masing-masing sampel
4. Menambahkan HClO4 1 ml ke dalam masing-masing sampel
5. Semua sampel ditutup dan dibiarkan selama 24 jam agar semua sampel larut
6. Larutan yang dihasilkan dipanaskan (destruksi) di atas hot plate sampai larutan jernih
7. Setelah dipanaskan, ditambahkan dengan aquades sebanyak 20ml. Larutan disaring dengan
kertas saring
8. Mengukur kandungan logam berat dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) (
Darmono, 1995).
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis menggunakan T-test (uji t)
menurut Rancangan Simple Two Treatment (Steel and Torie, 1991). Penghitungan data
menggunakan program komputer Microsoft Exel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kandungan Logam Berat Cu dan Pb pada Hati dan Ginjal Itik
Logam dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu golongan logam esensial dan non esensial.
Logam esensial seperti Cu, Zn, Se diperlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga apabila kekurangan
dapat menyebabkan defisiensi mineral sedangkan logam non esensial seperti Hg, Pb, Cd, As, belum diketahui
kegunaannya dalam tubuh hewan sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan
keracunan (Darmono, 1995). Dalam penelitian ini logam yang dianalisis yaitu Cu dan Pb. Hasil analisis
kandungan logam berat Cu dan Pb pada hati dan ginjal itik ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Logam Cu dan Pb pada hati dan ginjal itik petelur
Cu(ppm) Pb (ppm)
Perlakuan Ulangan
Hati Ginjal Hati Ginjal
1 21,448 12,108 2,72 1,478
2 54,132 13,225 1,127 2,763
A 3 48,799 25,294 0,983 1,792
4 35,025 12,208 0,715 1,738
5 13,903 14,024 1,991 2,654
Total 173,307 76,859 7,536 10,425
Rata-rata 34,66 15,37 1,50 2,08
SD 17,21 5,60 0,83 0,58
B 1 21,228 13,134 1,21 2,26
2 54,584 10,216 1,899 1,631
3 15,421 12,005 2,84 2,695
4 21,678 15,83 2,189 1,067
5 15,428 15,877 1,942 3,637
Total 128,34 67,06 10,08 11,29
Rata-rata 25,66 13,41 2,01 2,25
SD 16,44 2,45 0,58 0,98
Keterangan: A. Ransum yang terdiri dari ikan sapu-sapu+dedak+jagung
B. Ransum yang terdiri dari ikan sapu-sapu+dedak
Berdasarkan hasil analisis pada Table 1, bahwa kandungan logam berat Cu pada hati perlakuan A
sekitar 34,66 ppm dan perlakuan B sekitar 25,66 ppm. sedangkan kandungan logam berat Cu pada ginjal
perlakuan A sekitar 15,37 ppm dan perlakuan B 13,41 ppm.
Kandungan logam berat Cu pada hati dan ginjal itik perlakuan A lebih tinggi dibandingkan perlakuan
B. Tingginya konsumsi Cu pada perlakuan A disebabkan karena penambahan jagung pada ransum A sehingga
kontaminasi logam berat Cu tidak hanya disebabkan oleh ikan sapu-sapu saja akan tetapi berasal dari jenis biji-
bijian yang diberikan ke ternak itik. Diperkuat dengan pendapat Anggorodi (1979) kandungan Cu pada jenis
biji-bijian seperti jagung sekitar 4,5 ppm.
Menurut inswiasri, et al (1997) batas normal logam Cu yang ditetapkan oleh Kep. Ditjen POM Nomor
03725/B/SK/VII/89 yaitu 20 ppm. Dengan demikian kandungan logam Cu pada hati dari hasil penelitian
ini melampaui batas normal yang ditentukan sedangkan kandungan Cu pada ginjal masih di bawah ambang
batas. Kandungan logam Cu pada hati lebih tinggi dibandingkan dengan ginjal. Disebabkan karena
fungsi dari hati yaitu tempat detoksikasi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, sehingga masuknya berbagai zat
organik seperti Cu, Zn, Hg akan di simpan didalam hati, kemudian ginjal berfungsi sebagai organ filtrasi
plasma yang menghasilkan urin.
Pemberian ikan sapu-sapu ke ternak itik tidak menunjukkan adanya kontaminasi logam Cu pada daging
dan telur itik. Berdasarkan hasil penelitian Hafizaturrahmah (2013) kandungan logam Cu pada daging sekitar
13,40ppm sedangkan pada telur sekitar 7,67ppm. kandungan logam Cu pada daging dan telur itik masih di
bawah ambang batas yang di tetapkan oleh badan POM yaitu 20ppm sehingga daging dan telur itik tidak
berbahaya untuk dikonsumsi oleh manusia.
Secara normal kadar Cu dalam jaringan cukup bervariasi tergantung pada tingkat konsumsi, umur, dan
status nutrisi hewan tersebut. keracunan logam tembaga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kadar logam
yang termakan, lamanya mengkonsumsi, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan makanan tertentu,
kondisi tubuh, dan kemampuan jaringan untuk mengkonsumsi logam tersebut (Arifin, 2007).
Berdasarkan data pada Tabel 1, Kandungan Pb pada hati perlakuan A sekitar 1,50 ppm dan pada
perlakuan B sekitar 2,01ppm. Sedangkan kandungan Pb pada ginjal itik perlakuan A yaitu 2,08 ppm dan
perlakuan B yaitu 2,25 ppm. Kandungan logam Pb pada hati maupun ginjal menunjukkan peningkatan sesuai
dengan jumlah konsumsi pakan terutama pemberian ikan sapu-sapu yang sudah terkontaminasi oleh logam
berat Pb. Kandungan logam Pb yang ditetapkan oleh SK Ditjen POM Nomor 03725/B/SK/VII/89 yaitu 2 ppm
(Suyanto et al., 2010), dari hasil penelitian ini kandungan logam Pb pada hati masih dalam batas normal
sedangkan pada ginjal melampaui batas.
Kontaminasi logam Pb pada ginjal disebabkan karena fungsi ginjal yang sangat sensitif terhadap unsur-
unsur asing yang beracun. Kedua ginjal memiliki fungsi utama sebagai organ untuk melepaskan sisa darah di
urin. Kehadiran Pb yang melebihi kapasitas ginjal akan menghasilkan kerusakan pada neurotoksin yang
merupakan kerusakan tubulus proksimal nefron (Kamil, et al., 2012).
Kontaminasi logam berat pada ternak dapat melalui pakan, air minum, dan udara, (Darmono, 1995).
Terdepositnya logam berat Pb dalam hati dan ginjal itik pada penelitian ini disebabkan melalui pakan, karena
pakan yang dikonsumsi yaitu ikan sapu-sapu yang mengandung logam Pb (8,66ppm) sehingga kontaminasi
pada pakan dapat menyebabkan terakumulasinya logam dalam jaringan ternak, terutama dalam hati dan ginjal
(Panggabean, et al. 2008)
Itik yang mengkonsumsi ikan sapu-sapu yang mengandung logam Pb tidak menunjukkan kontaminasi
dalam daging dan telur itik. Berdasarkan hasil penelitian Hafizaturrahmah (2013) kandungan logam Pb pada
daging sekitar 1,06 ppm dan telur sekitar 0,87 ppm, masih dibawah ambang batas yang ditetapkan Badan
POM yaitu 2 ppm, sehingga daging dan telur itik aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kandungan logam Pb dalam hati dan ginjal itik dipengaruhi oleh kadar logam berat pada
ikan sapu-sapu yang dikonsumsi, sedangkan logam Cu selain dipengaruhi oleh ikan sapu-
sapu yang dikonsumsi juga dipengaruhi oleh jagung dalam ransum itik.
2. Kandungan logam Cu pada hati itik sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh SK Ditjen
POM Nomor 03725/B/SK/VII/89 yaitu 20 ppm sedangkan kandungan logam berat Cu pada
ginjal dibawah ambang batas.
3. Kandungan logam Pb pada hati masih dalam batas dapat diterima oleh SK Ditjen POM
Nomor 03725/B/SK/VII/89 yaitu 2 ppm sedangkan pada ginjal itik melebihi ambang batas.
Saran
Pemberian ikan sapu-sapu ke ternak perlu diperhatikan level pemberiannya, karena ikan
sapu-sapu ini mengandung logam berat seperti Cu dan Pb yang cukup tinggi sehingga apabila
dikonsumsi oleh ternak secara terus menerus dan berlebihan, logam tersebut dapat terakumulasi
dalam hati dan ginjalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buletin Penelitian Kesehatan 25 (1):19-26. Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia.
Jakarta.
Arifin, Z. 2007. Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) Dalam Tubuh Hewan Dalam Hubungannya
Dengan Penyakit.
WARTAZOA 17 (2): 93-99 Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit
UI Press:Jakarta. 2011. Suplementasi Logam Dan Mineral Untuk Kesehatan
Ternak Dalam Mendukung Program Swasembada Daging. Balai Besar Penelitian
Veteriner.
Pengembangan Inovasi Pertanian 4(3) : 205-217 Hafizaturrahmah. 2013. Kandungan Logam Berat (Cu dan
Pb) pada Daging dan Telur Itik Yang Di Berikan Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus
Pardalis). Skripsi Fakultas Peternakan. Universitas Mataram
Inswiasri.,Tugaswati, A.T., Lubis, A. 1997. Kadar Logam Cu, Pb, Cd dan Cr Dalam Ikan Segar Dan Kerang
Dari Teluk Jakarta Tahun 1995/1996.
Kamil, K.A., Ruchyati, K., Sofjan, I. 2012. The Response Of Lead (Pb) In Liver And Kidneys Of Growing
Duck Given Phytate In Diet And Lead (Pb) In Drinking Water. University of Agricultural Sciences
and Veterinary Medicine Iasi. Lucrari Stiintifice - Seria Zootehnie, vol. 57:206-209.
Purnamasari, D.k., Asnawi dan A. Aziz. 2011. Evaluasi Nutrisi Kandungan Logam Berat Ikan Sapu-sapu
(Hypostomus luteus) (Kajian Potensi Pakan Alternatif Itik). Jurnal Penelitian 2(16). Universitas
Mataram.
Panggabean, T. A., Mardhiah, N., Silalahi. E.M. 2008. Logam Berat Pb (Timbal) Pada Jeroan
Sapi. Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008. Laboratorium Kesmavet DKI
Jakarta.
Ranto, dan Sitanggang, M. 2005. Panduan Lengkap Beternak Itik. AgroMedia Pustaka:Jakarta.
Ratmini, N.A. 2009. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Mercuri (Hg) Dan Cadmium (Cd) Pada
Daging Ikan Sapu-Sapu (Hyposarcus Pardalis) Di Sungai Ciliwung Stasiun Srengseng,
Condet Dan Manggarai. VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1.
Suyanto, A., Kusmiyati, A., Retnaningsih, Ch. 2010. Residu Logam Berat Dalam Daging Sapi Yang
Dipelihara Di Tempat Pembuangan Sampah Akhir. Jurnal Pangan dan Gizi 01(01).

Anda mungkin juga menyukai