RSU AT MEDIKA
KOTA PALOPO
2017
DAFTAR ISI
ii
8
HALAMAN PENGESAHAN
BAB I
DEFENISI
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan tehnologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan pelayanan
yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat peningkatan
mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi rumah sakit sebagai
penyedia layanan kesehatan. Begitu juga bagi pelayanan bedah dan anestesi merupakan proses yang
umum dan komplek di rumah sakit, tindakan ini membutuhkan asessmen pasien yang lengkap dan
komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang berkesinambungan dan
kriteria transfer untuk pelayanan yang berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer dan pemulangan
pasien.
Standar prabedah untuk mencegah terjadinya kesalah dalam operasi, maka dilakukan penandaan area
operasi (site marking). Penandaan area operasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan insisi.
B.PENGERTIAN
Menurut surgery checklist WHO : penandaan area operasi merupakan kunci utama dalam
menciptakan keselamatan pasien sebelum operasi. Penandaan area operasi merupakan hal yang paling
penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian saat operasi, akibat salah insisi, salah
pasien, salah letak .
Time out dalam WHO merupakan hal terpenting sebelum dilakukan insisi, dimana team operasi
yang dipimpin oleh dokter operator dan dipandu oleh sirkulair melakukan konfirmasi terhadap
penandaan area operasi.
TUJUAN.
Tujuan dari penandaan area operasi untuk mengklarifikasi dan memberikan informasi tetang
daerah yang akan diinsisi, sehingga pasien akan mengerti tentang tentang prosedur operasi, dengan
dilakukan penandaan.
Selain itu tujuan dari penandaan area operasi antara lain :
- meminimalkan resiko kesalahan insisi dan salah pasien.
- meminimalkan resiko kesalahan prosedur operasi.
1
-
-
-
dengan memberikan penandaan pada kulit dan daerah operasi dokter operator,
melakukan inform consent tindakan operasi dan pendidikan kesehatan.
memberikan penandaan pada daerah anatomi yang akan dilakukan operasi.
dengan memberikan penandaan merupakan inform consent.
2
BAB II
TATA LAKSANA
1. Penandaan harus dilakukan operator bedah, saat pasien dalam kondisi sadar. Penandaan
dilakukan sebelum pasien dipindahkan ke kamar operasi dari ruang rawat inap. Penandaan
area operasi yang dilakukan dapat membuat pasien lebih nyaman dan tenang, sebelum pasien
dipindahkan ke ruang premedikasi.
2. Penandaan dilakukaan dengan memberi tanda cheklist () dan dokter operator menuliskan
inisial nama.
3. Penandaan dilakukan dengan menggunakan spidol permanent yang berwarna hitam, sehingga
tetap terlihat setelah dilakukan desinfeksi dan drapping.
4. Tata cara penandaan area operasi (site marking) :
Prosedur :
1. Selamat pagi bapak/ibu/sdr/sdri saya dokter ..
2. Tolong sebutkan nama dan tanggal lahir bapak/ibu/sdr/sdr ..
3. Dokter operator melakukan edukasi tindakkan operasi dan
melakukan penandaan area operasi () dan inisial dokter
operator.Penandaa lokasi operasi harus melibatkan pasien dan
4. dibuat saat pasien masih sadar.
Lokasi operasi ditandai pada kasus operasi sisi (laterality),
5. struktur multiple (jari tangan, jari kaki) atau level multiple (tulang
belakang).
Proses verifikasi praoperatif (sebelum insisi/ time out) harus
dilakukan dan didokumentasikan.
Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan
dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin penandaan harus melibatkan pasien untuk
menghindarkan kekeliruan. Meskipun jarang, pasien boleh menolak penandaan setelah dijelaskan
maksud dan tujuannya.
Penandaan harus dibuat menggunakan surgical marking pen yang tidak hilang bila dicuci
saat preparasi lapangan operasi. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh digunakan warna
selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada
kasus- kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan
preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan interspace spesifik intraoperatif
menggunakan radiographic marking.
Jika terdapat beberapa prosedur dalam satu operasi, maka time-out harus dilakukan
sebelum setiap prosedur. Prosedur tidak boleh dimulai sebelum tercapai kata sepakat oleh semua
anggota tim (dalam time-out) atau sebelum semua pertanyaan atau masalah terjawab. Time-out ini
harus terdokumentasikan, minimal berbentuk suatu pernyataan bahwa time-out telah dilakukan
dan tercapai kata sepakat.
4
BAB III
DOKUMENTASI
BAB IV
PENUTUP
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.
Instalasi kamar operasi merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit
khususnya dalam bidang pembedahan, oleh karena itu penulisan laporan operasi wajib
dilakukan oleh dokter spesialis bedah dalam melakukan perawatan dan pengobatan lanjutan
untuk pasien.
Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang dari hari ke hari semakin maju, maka
pelayanan pembedahan harus juga mengikuti perkembangan tersebut, pendokumentasian setiap
pelayanan yang dilakukan pada pasien harus tersusun dengan baik untuk mempermudah
perawatan dan pengobatan lanjutan dari pasien tersebut.
Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan dan
pelayanan di Instalasi Kamar Operasi.
6
Palopo,.
() ()
Pasien / Keluarga Pasien Dokter Operato
7
r
Palopo,.
() ()
Pasien / Keluarga Pasien Dokter Operator