ANEMIA
DISUSUN OLEH :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Pengertian ....................................................................................................... 2
B. Etiologi / Predisposisi ..................................................................................... 3
C. Patofisiologi .................................................................................................... 4
D. Menifestasi Klinik ........................................................................................... 5
E. Penatalaksanaan .............................................................................................. 6
F. Pengkajian Fokus ............................................................................................ 8
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 10
H. Pathways Keperawatan ................................................................................... 12
I. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 13
J. Fokus Intervensi dan Rasional ........................................................................ 13
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya masyarakat mengetahui penyakit anemia hanya menyerang
orang dewasa. Tetapi pada kenyataanya, penyakit anemia tidak hanya menyerang
orang dewasa melainkan menyerang anak-anak dan bayi yang masih rentan sekali
terhadap berbagai penyakit.
Fakta yang menunjukkan bahwa anemia tidak hanya menyerang orang dewasa
adalah berdasarkan hasil-hasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat
di Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70 %, anak
balita 30-40 %, anak sekolah 25-35 % dan pekerjaan fisik berpenghasilan rendah 30-
40 % (Husaini, 1989).
Dengan adanya banyak fakta yang disebutkan diatas, maka mengenai penyakit
anemia pada anak, penulis mencoba untuk mengulas tentang bagaimana cara
perawatan terhadap anak yang menderita penyakit anemia secara spesifik dan cara
pencegahan terhadap penyakit anemia pada anak secara dini. Hal ini bertujuan agar
masyarakat lebih tahu tentang anemia pada anak anak, sehingga apabila terdapat
tanda tanda yang muncul mengenai penyakit anemia dapat segera diatasi dan
dirawat secara intensif.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Anemia adalah istilah menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit melainkan merupkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terjadi kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkat oksigen ke jaringan. ( Smeltzer .2002 ).
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin
serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal. ( Handayani.2008 )
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah. (Price.2006).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb
dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah.1997).
Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan etiologi :
1. Klasifikasi morfologi :
a) Anemia Normositik Normokrom
b) Anemia Makrositik Normokrom
c) Anemia Mikrositik Hipokrom
2. Klasifikasi etiologi :
a) Hemolisis : merupakan penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi,
terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang
memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang
mengakibatkan penghancuran sel darah merah.
B. ETIOLOGI
Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahahan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelia, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1 mg/ dl atau kurang ; kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)
Apabila sel darah merah mengalami pengancuran dalam sirkulasi, seperti yang
terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya
(misal: Apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl ) hemoglobin akan terdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
F. PENATALAKSANAAN
a) Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan :
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat Fe
c) Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
b) Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
a. Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung,
maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfuse sel darah
merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah
jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung pada jenis
anemia yang di jumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defesiensi
besi.
c. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit
dasar yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defesiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan sebelum
diagnosis dapat dipastikan jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat
dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tersedia fasilitas diagnosis yang
mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi
dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika
tidak terdapat respon, maka harus dilakukan evaluasi kembali.
(Wiwik&Hariwibowo, A. S (2008)
G. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi
Nama :
Usia :
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Suku Bangsa :
Tanggal Masuk :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : kelemahan, kelelahan, malaise
b. Riwayat konsumsi obat
c. Riwayat minum alcohol
d. Riwayat terjadinya kehilangan darah berlebihan
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat nutrisi : kekurangan nutrisi esensial seperti besi, Vitamin B12 dan
asam folat
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Wiwik&Hariwibowo (2008) pemeriksaan laboratorium pada klien
dengan anemia adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap sebagai
berikut :
1) Tes penyaring
Tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini :
kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah
tepi.
2) Pemeriksaan rutin
Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap
darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia
untuk mendapatkan diagnosis defenitif meskipun ada beberapa kasus yang
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus
Pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai dugaan
diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan
diagnosis tersebut.
Pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini:
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin
serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
Hipoksia Jaringan
Gangguan
Resiko tinggi gangguan
pemenuhan aktivitas
perfusi jaringan
sehari-hari
Nyeri dada
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual / Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan
jumlah sel-sel darah merah disirkulasi.
2. Aktual / Resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya
suplai darah ke miokardium.
3. Aktual / resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan diparu sekunder dari
edema paru akut.
4. Aktual / Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan intake, mual, muntah, anoreksia.
5. Aktual / Resiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status mental klien secara teratur. Mengetahui derajat hipoksia dalam otak.
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi Mengetahui derajat hipoksemia dan
perifer, dan diaforesis secara teratur. peningkatan tahanan perifer.
3. Catat adanya keluhan pusing. Keluhan pusing merupakan manifestasi
penurunan suplai jaringan otak yang parah.
4. Patau frekuensi dan irama jantung . Perubahan dan frekuensi irama jantung
menunjukkan komplikasi distritmia.
INTERVENSI RASIONAL
1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien karena
intensitas,serta lama penyebarannya. nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
2. Anjurkan pada klien untuk Nyeri berat dapat menyebabkan syok
melaporkan nyeri dengan segera. kardiogenik yang berdampak pada kematian
mendadak.
3. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan
dalam. menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan otak.
3. DX : Aktual / resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal kelebihan cairan diparu sekunder dari
edema paru akut.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria Hasil :
1. Klien tidak sesak napas
2. RR dalam batas normal
3.Respons batuk berkurang
INTERVENSI RASIONAL
1. Auskultasi bunyi napas (krakels). Indikasi edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung.
2. Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif/ kelebihn volume cairan.
3. Ukur intake dan output. Penurunan curah jantung, mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urine.
4. Kolaborasi Natrium meningkatkan retensi cairan dn volume
Diet tanpa garam. plasma yang berdampak terhadap peningkatan
beban kerja jantung dan akan meningkatkan
kebutuhan miokardium.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan tentang manfaat makan bila Dengan pemhaman klien akan lebih kooperatif
dikaitkan dengan kondisi klien saat mengikuti aturan.
ini.
2. Ajurkan agar klien memakan makanan Untuk menghindari makanan yang justru dapat
yang disediakan rumah sakit. mengganggu proses penyembuhan klien.
3. Beri makanan dalam keadaan hangat Untuk meningkatkan selera dan mencegah
dan porsi kecil serta diet tinggi kalori mual , mempercepat perbaikan kondisi, serta
tinggi protein. mengurangi beban kerja jantung.
4. Pemberian multivitamin. Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari
penurunan asupan nutrisi secara umum dan
memperbaiki daya tahan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Catat frekuensi dan irama jantung Respons klien terhadap aktivitas dapat
serta perubahan tekanan darah selama mengindikasikan penurunan oksigen
dan sesudah aktivitas. miokardium.
2. Tingkatkan istiraha, batas aktivitas, Menurunkan kerja miokardium / konsumsi
dan berikan aktivitas senggang yang oksigen.
tidak berat.
3. Pertahankan klien tirah baring Untuk mengurangi beban jantung.
sementara sakit.
4. Pertahankan rentang gerak pasif Meningkatkan kontraksi otot sehingga
selama sakit kritis. membantu aliran vena balik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Jakarta : EGC
Wiwik. H., & Haribowo, A. S .2008. Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskular dan
hematologi. Jakarta : Salemba Medika