Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam pada intinya adalah sebagai wahana pembentukan manusia yang
bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari
keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang
berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman
adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk
perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.
Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak akan terpisah dari
keimanan, dalam al-Quran juga sering dijelaskan bahwa setelah ada pernyataan orang-
orang yang beriman, maka langsung diikuti oleh beramal saleh. Dengan kata lain amal
saleh sebagai manifestasi dari akhlak merupakan perwujudan dari keimanan seseorang.
Pemahaman moralitas dalam bahasa aslinya dikenal dengan dua istilah yaitu al-akhlaq al-
karimah dan al-akhlaq al-mahmudah. Keduanya memiliki pemahaman yang sama yaitu
akhlak yang terpuji dan mulia, semua perilaku baik, terpuji, dan mulia yang diridlai
Allah. Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini
semakin marak, Oleh kerena itu persoalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian
yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik
beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan
moral dikalangan remaja
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang keha-dirannya
hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis dan teologis
tampil untuk mengawal dan memandu perjalanan umat Islam agar bisa selamat di dunia
dan di akhirat. Dan tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa misi utama dari
kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,
begitulah yang telah disabdakan oleh beliau, dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang
mulia, hingga Allah SWT sendiri memuji akhlak mulia Nabi Muhammad SAW dalam

1
firman-Nya, dan menjadikan beliau sebagai uswah hasanah dalam berbagai hal agar kita
bisa selamat di dunia dan akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah
pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, kesusilaan dan
kesopanan adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila
dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak,
sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah
menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya
sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan
baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak
boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis
a. Sebagai salah satu syarat memenuhi tugas Al Islam
b. Untuk mengetahui dan memahami akhlak, etika dan moral
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian akhlak
b. Untuk mengetahui dan memahami tenatang perbedaan dan persamaan antara
akhlak, etika dan moral
c. Untuk mengetahui dan memahami tenatang sumber akhlak dalam islam
d. Untuk mengetahui dan memahami tenatang akhlak sebagai sumber sosial bagi
penghasilan hidup seseorang

2
BAB II
KONSEP TEORITIS

A. Akhlaq
1. Definisi
Akhlak merupakan pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada
kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati
atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran (Nata, 2014). Menurut bahasa
(etimologi) perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak disamakan dengan
kesusuilaan, sopan dan santun. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini di
samakan dengan kata ethios atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan bathin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethios kemudian berubah menjadi
etika (Abdullah, 2007). Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya hamba yang paling
dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya" (Ihsan, 2005).
Akhlak menurut Imam Al Ghazali (1015 1111 M) yang dikenal sebagai
Hujjatul Islam (pembela islam), akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya lhya
Ulumuddin mencangkup dau syarat. Pertama, perbuatan itu harus konstan, yaitu
dilakukan dalam berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi
kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan dan
pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan
pengaruh pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya (TIM Dosen PAI,
2016).
Diantaranya adalah yang dikemukakan Al-Ghazali:


3
Artinya : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan
terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila
yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang
buruk.
Sedangkan menurut Dr. Ahmad Muhammad Al-Hufi (1978) dalam buku Min
Akhlaq al-Naby menyatakan bahwa akhlak adalah adat yang dikehendaki dengan
sengaja adanya atau adat yang disengaja adanya. Pada definisi ini dapat dijelaskan
bahwa akhlak adalah kemauan yang kuat tentang suatu perbuatan yang dilakukan
berulamgkali sehingga menjadi kebiasaan yang mengarah kepada kebaikan atau
keburukan (Syukur, 2010). Dalam pandangan islam, akhlak merupakan cermin dari
apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan
dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku
nyata sehari-hari. Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada
dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam
diri seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan perilaku yang
tampak apabila syariat islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah yang benar
(Srijanti, 2007: 10).
Di dalam Dairatul Maarif dikatakan:




Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.

Pesan-pesan akhlak berkaitan dengan aktualisasi dan penyempurnaan iman seorang


muslim. Akhlak mulia menjadi hal yang sangat penting dalam tata hubungan antar
sesama manusia. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus kedua ini juga dalam rangka
memperbaiki akhlak sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya. Akhlak dalam
Islam memiliki tujuan untuk kebahagiaan kehidupan di dunia dan akhirat karena
memuat tentang bagaimana muslim berakhlak, baik itu dalam konteks dengan sang
penciptaa, masyarakat, diri sendiri dan keluarga.
2. Macam Macam Akhlak

4
Ada dua jenis akhlak dalam islam, yaitu akhlaqul mahmudah (akhlak terpuji) ialah
akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaqul madzmumah (akhlak
tercela) ialah akhlak yang tidak baik benar menurut Islam.
a. Akhlak Terpuji ( akhlaqul mahmudah)
Adapun bentuk-bentuk dari Akhlak Mahmudah menurut Yatimin Abdullah
dalam bukunya Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran (2007: 41-46) adalah
sebagai berikut:
1) Bersifat Sabar
2) Bersifat Benar (istiqomah)
3) Memelihara Amanah
4) Bersifat Adil
5) Bersifat Kasih Sayang
6) Bersifat Berani
7) Bersifat Kuat
8) Menepati Janji
9) Dermawan
10) Ikhlas
11) Al-Afwu (sifat pemaaf)
b. Akhlak Tercela ( akhlak madzmumah)
Akhlaqul Madzmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang
tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain. Sifat-sifat buruk itu secara umum sebagai berikut:
1) Sifat dengki
2) Sifat Iri Hati
3) Sifat Angkuh (sombong)
4) Sifat Dusta
5) Sifat Riya
6) Menghina, menertawakan dan merendahkan orang lain.

3. Ruang Lingkup Akhlak

5
a. Akhlak terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah. Adapun perilaku yang dikerjakan adalah:
1) Bersyukur kepada Allah
Manusia diperintahkan untuk memuji dan bersyukur kepada Allah karena
orang yang bersyukur akan mendapat tambahan nikmat sedangkan orang yang
ingkar akan mendapat siksa.
2) Meyakini kesempurnaan Allah
Meyakini bahwa Allah mempunyai sifat kesempurnaan. Setiap yang
dilakukan adalah suatu yang baik dan terpuji.
3) Taat terhadap perintah-Nya
Tugas manusia ditugaskan di dunia ini adalah untuk beribadah karena itu taat
terhadap aturanNya merupakan bagian dari perbuatan baik.
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk
mengenai hal itu tidak hanya berbentuk larangan melakukan hal-hal yang negative
seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, melainkan juga menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib sesama. Di
sisi lain, manusia juga didudukkan secara wajar. Karena nabi dinyatakan sebagai
manusia seperti manusia lain, namun dinyatakan pula beliau adalah Rasul yang
memperoleh wahyu Illahi. Atas dasar itu beliau memperoleh penghormatan
melebihi manusia lainnya.
c. Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa.
Dasar yang digunakan sebagai pedoman akhlak terhadap lingkungan adalah tugas
kekhalifahannya di bumi yang mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan pencitaannya.

B. Etika

6
1. Definisi
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos, artinya adat
kebiasaan Menurut Hamzah Yaqub, etika adalah kajian filsafat moral yang tidak
mengkaji fakta-fakta, tetapi meneliti nilai-nilai dan perilaku manusia serta ide-ide
tentang lahirnya suatu tindakan. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia,
prinsip - prinsip yang disistematisasi dari hasil pola pikir manusia. Dalam Ensiklopedi
Winker Prins, dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat yang
mengembangkan teori tentang tindakan dan alasan-alasan diwujudkannya suatu
tindakan dengan tujuan yang telah dirasionalisasi. ethos dan ethikos, ethos yang
berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik.
Dalam bahasa Gerik etika diartikan: Ethicos is a body of moral principles or
value. Ethics arti sebenarnya adalah kebiasaan. Namun lambat laun pengertian etika
berubah, seperti sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang
dapat dinilai buruk dengann memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat dicerna akal pikiran (Istighfarotur, 2010).

2. Macam Macam Etika


Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis,
ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam
rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya,
antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan
penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang
dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
a. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta
secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat

7
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai
dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.
b. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat


diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut
tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya
ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang
deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
c. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya
terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya
fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini
lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.

C. Moral
1. Definisi
Kata moral berasal dari kata latin yaitu kaya mos atau mores yang berarti
kebiasaan. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia

8
yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak
memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak
yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Menurut
pandangan islam kriteria moral yang benar adalah: 1) Memandang martabat manusia,
2) Mendekatkan manusia kepada Allah. Moral adalah segala tingkah laku manusia
yang mencangkup sifat baik dan buruknya dari tingkah laku manusia, yang menjadi
ukurannya adalah tradisi yang berlaku di masyarakat (Achmad, 2009).

D. Perbedaan dan Persamaan Antara Akhlak, Etika dan Moral


Tentang kata moral, perlu diperhatikan bahwa kata ini bias dipakai sebagai
nomina (kata benda) atau sebagai adjektiva (kata sifat). Jika kata moral dipakai sebagai
kata sifat artinya sama dengan etis yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. dan jika
dipakai sebagai kata benda artinya sama dengan etika. Dari pemaparan di atas
diperoleh beberapa titik temu bahwa antara akhlak, etika dan moral memiliki kesamaan
dan perbedaan.
Kesamaannya adalah dalam menentukan hukum/nilai perbuatan manusia dilihat
dari baik dan buruk, sementara perbedaannya terletak pada tolak ukurnya. Akhlak
menilai dari ukuran ajaran al-Quran dan Al-Hadits, etika berkaca pada akal fikiran dan
moral dengan ukuran adat kebiasaan yang umum di masyarakat. Maka dapat disimpulkan
dari pemaparan di atas bahwa akhlak yang dimaksud adalah "pengetahuan menyangkut
perilaku lahir dan batin manusia" (K. Bertens, 2011).

9
Haidar bagir menyamakan ahklak dengan moral, yang lebih merupakan suatu
nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia. Istilah moral, etika dan akhlak
diantara ketiganya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Secara bahasa terdapat
perbedaan diantara ketiganya. Menurut Bertens (1993: 4-5), c. Ketiga kata tersebut secara
etimologis memiliki makna yang sama yaitu adat kebiasaan, perangai dan watak.
Sedangkan persamaannya sama-sama membicarakan baik buruk, benar salah dari
tindakan manusia. Amin Syukur (2010: ix) berpendapat bahwa, orang yang belajar moral,
etika dan akhlak tidak serta merta akan menjadi orang yang berakhlak (bermoral), karena
moral berarti filsafat mengenai bidang moral bagaimana manusia bertindak tanduk,
sedangkan moral (akhlak) adalah perbuatan aplikatif tentang baik buruk yang dilakukan
tanpa dipikir dan direnungkan terlebih dahulu.
Selain perbedaan dari segi bahasa, maupun dari obyek pembahasan antara moral,
etika dan akhlak terdapat pula perbedaan diantara ketiganya adalah etika dan moral
bersumber dari adat istiadat, atura-aturan atau norma - norma yang digunakan
masyarakat, sedangkan akhlak bersumber dari al - Quran dan hadits nabi. Etika
merupakan istilah lain dari moral dan akhlak, tetapi jelas memiliki perbedaan yang
substansial karena konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku
manusia, konsep etika pandangan tentang tingkah laku manusia dalam perspektif filsafat,
sedangkan konsep moral lebih cenderung dilihat dalam perspektif sosial normatif dan
ideologis.

E. Sumber Akhlaq Dalam Islam


Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau
mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlaq adalah Al
Quran dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada
konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mutazilah (Ilyas. 2014).
Dalam konsep akhlaw, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau
tercela, semata mata karena Syara (Al-Quran dan Sunnah) menilainya demikian.
Kenapa sifat sabar, syukut, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya dinilai baik? Tidak lain
karena Syara menilai semua sifat itu baik. Bgitu juga sebaliknya, kenapa marah, tidak

10
bersyukur,dendam kikir dan dusta misalnya dinilai buruk?tidak lain karena Syara
menilainya demikian.
Apakah islam menafikan peran hati nutani, akal, pandangan masyarakat dalam
menentukan baik atau buruk? Atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal tersebut
dijadikan ukuran baik dan buruk? Hati nurani atau fitrah dalam Al-Quran memang dapat
memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (Qs, ar-Rum 30:30). Karena fitrah
itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati
nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran
ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak akan di dapat kecuali dengan Allah sebagai
sumber kebenaran mutlak. Namun, fitrah manusia tidak selalu menjamin dapat berfungsi
dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan.
Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu di pelihara dan dikembangkan.
Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lahgi
melihat kebenaran. Oleh sebab itu, ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Harus dikembalikan
kepada penilaian Syara. Semua keputusan Syara tidak akan bertentangan dengan hati
nurani manusia, karena kedua duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanyalah salah satu kekuatan yang
dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan keputusannya bermula
dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh
karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subjektif.
Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bahgaimana dengan pandangan
masyarakat? Pandangan masyarakat juga bias dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk,
tetapi sangat relative, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan
kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup
dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu
tidak bias dijadikan ukuran (Ilyas. 2014).
Dari uraian di atas jelas bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif),
objektif, komrehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruknya hanyalah al-
Quran dan Sunnah, bukan yang lain lainnya.. Tingkah laku Nabi Muhammad SAW

11
merupakan contoh suri tauladan bagi semua umat manusia. Ini ditegaskan oleh Allah
dalam Al Quran:

Artinya Sesungguhnya telah ada ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapakan rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah ( QS. Al-Ahzab (33):21).

F. Akhlak Sebagai Sumber Sosial Bagi Penghasilan Hidup Seseorang

Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada
dunia, dan menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT. Maka, tidak ada lagi
sesuatu yang dicintai selain berjumpa dengan dzat Ilahi rabbi, dan tidak menggunakan
semua hartanya kecuali karenaNya.
Allah merupakan sumber cinta dalam manusia dan kebenaran yang memuaskan
rohani. Implikasi etis, jiwa manusia meninggalkan segala hal duniawi supaya mengalami
kebahagiaan jiwa. Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan
hidupnya secara bijak. Semua perbuatannya/amalnya diyakini keterarahan kepada Allah
yang telah menanamkan segala yang baik dalam ciptaan. Dengan keseimbangan jiwanya,
ia tidak membiarkan diri hanyut akan hal-hal bersifat material sejauh hal itu bisa
menambah kesempurnaan akhlak.
Kebahagiaan itu diyakini mampu diwujudkan dalam keutamaan-keutamaan hidup.
Jalan keutamaan itu sendiri perlu dilatihkan dan diterangi dengan prinsip akhlak di mana
terjadi perpaduan anugerah Tuhan dan rasionalitas manusia untuk terarah
pada kebaikan moral. Bahkan, dalam daya jiwa difokuskan suatu perbuatan mesti
diorientasikan pada tindakan yang mengarah pada keadilan dan memandang kebebasan
mutlak setiap individu.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akhlak merupakan pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada
kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati
atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran. Dalam definisi tersebut dapat
difahami bahwa akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang dalam bentuk
perilaku dan perbuatan. Akhlak dibagi menjadi 2 macam akhlak terpuji (akhlak
mahmumah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Etika ialah suatu ilmu yang
membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai
baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengann memperlihatkan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran. Etika dibagi menjadi 2 macam yaitu
etika defkriptif dan etika normative. Moral adalah segala tingkah laku manusia yang
mencangkup sifat baik dan buruknya dari tingkah laku manusia, yang menjadi
ukurannya adalah tradisi yang berlaku di masyarakat. Persamaan ketiganya adalah
Sama-sama membicarakan baik buruk, benar salah dari tindakan manusia. Sedangkan
perbedaannya adalah Etika dan moral bersumber dari adat istiadat, atura-aturan atau
norma - norma yang digunakan masyarakat, sedangkan akhlak bersumber dari al -
Quran dan hadits Nabi, orang yang belajar moral, etika dan akhlak tidak serta merta
akan menjadi orang yang berakhlak.

B. SARAN
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Wahyuddin. 2009. Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi.


Surabaya: Grasindo.
Al-Ghazali. 2007. 40 prinsip agama jalan mudah menggapai hidayah. Bandung:
Pustaka Hidayah.
Alwan Khoiri, dkk. 2005. Akhlak tasawuf. Yogyakarta: Pokja akademik UIN Sunan
Kalijaga.
Ihsan, Muhammad. 2005. Terjemahan pengantar study ilmu hadist. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Ilyas, Yunahar. 2014. Kuliah akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Istighfarotur, Rahmaniyah. 2010. Pendidikan Etika Konsep Jiwa dan Etika Prespektif
Ibnu Maskawaih. Malang: Aditya Media.
K. Bertens. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Marzuki. 2012. Pendidikan agama islam. Yogyakata: GPL Gostscript 861
Nata, Abuddin. 2013. Akhlak tasawuf dan karakter mulia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Quraish, Shihab. 2000. Wawasan al-Qur'an. Bandung: Mizan. PDF
Syukur, Amin. 2010. Studi akhlak. Ngaliyan Semarang: Walisongo Press.
Tanyid, Maridiyantus. 2014. Etika dalam pendidikan: kajian etis tentang krisis moral
berdampak pada pendidikan. Jurnal Jaffray, vol. 12, no. 2. STAKN Toraja.
TIM Dosen PAI. 2016. Bunga rampai penelitian dalam pendidikan agama islam, Ed
1, Cet, 1. Yogyakarta: Deepublish.

14

Anda mungkin juga menyukai