MAKALAH
Oleh:
PENDIDIKAN
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2010
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Setiap bangsa memiliki sistem nasional. Pendidikan nasional setiap bangsa
berdasarkan pada dan dijiwai oleh kebudayaan masing-masing bangsa yang sarat
dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang melalui sejarah.
Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun belandaskan pada
kebudayaan bangsa Indonesia, Pancasila, dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-
nilai hidup bangsa Indonesia. Penyelenggaraan sistem pandidikan nasional
disusun sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari
bangsa Indonesia yang secara geografis, demografis, historis, dan cultural berciri
khas.
A. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional
Indonesia. Sistem pendidikan nasional (sisdiknas) adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
System pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta
di bawah tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri
lainnya. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui
bentuk-bentuk kelembagaan beserta program-programnya.
1. Kelembagaan Pendidikan
a. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas melalui dua jalur, yaitu:
1) Jalur pendidikan sekolah, yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan
serta bersifat formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan
pemerintah, dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional.
2) Jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan dan tidak formal (tidak ada keseragaman pola yanng
bersifat nasional), kegiatan belajar mengajar tidak berjenjang dan tidak
berkesinambungan.
b. Jenjang Pendidikan
1) Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk member bekal dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Dalam UU RI No. 20
Tahun 2003 Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan bahwa, Setiap warga negara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi
sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan
ke atas mempersiapkan peserta didikuntuk mengikuti pendidikan tinggi
ataupun memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan
menengah luar biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan menengah
keagamaan.
3) Jenjang Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau kesenian. Output pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi
kebutuhan yang beraneka ragam dalam masyarakat.
2. Program Pendidikan Nasional
a. Jenis Program Pendidikan Nasional
1) Pendidikan Umum, pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan
yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
2) Pendidikan Kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja pada bidang pekerjaan tertentu.
3) Pendidikan Luar Biasa, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
4) Pendidikan Kedinasan, pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi
pegawai atau calon pegawai suatu departemen pemerintah atau
lembaga pemerintah nondepartemen.
5) Pendidikan Keagamaan, pendidikan khusus yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama.
b. Kurikulum Program Pendidikan
Dalam hubungan dengan pembangunan nasional, kurikulum
pendidikan nasional mengisi upaya pembentukan SDM untuk
pembangunan. Dalam kaitan ini, kurikulum mengandung dua aspek (UU
RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 1 dan 2), yaitu:
a) aspek kesatuan nasional
b) aspek lokal
1) Kurikulum Nasional
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 3 menyatakan
bahwa kurikulum disusun dengan memperhatikan:
a) peningkatan iman dan takwa;
b) peningkatan akhlak mulia;
c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) tuntutan dunia kerja;
g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) agama;
i) dinamika perkembangan global; dan
j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Kurikulum menjembatani tujuan pendidikan nasional dengan
tujuan satuan pendidikan yang dapat dilakukan dengan praktek belajar riil
di lapangan atau sekolah. Dalam hubungan ini Soedijarto (Soedijarto,
1991: 145) merinci kurikulum atas lima tingkata, yaitu:
a) Tujuan institusional, yang menggambarkan berbagai kemampuan yang
harus dikuasai oleh peserta didik dari suatu satuan pendidikan.
b) Kerangka materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang
pelajaran yang perlu dipelajari peserta didik untuk menguasai
serangkaian kemampuan yang disebut struktur program kurikulum.
c) Garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang telah dipilih, biasa
disebut GBPP atau silabi.
d) Panduan dan buku-buku pelajaran yang disusun untuk menunjang
terjadinya proses pembelajaran.
e) Bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang dialami oleh peserta
didik, yaitu strategi mengajar.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 menyebutkan
bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a) pendidikan agama;
b) pendidikan kewarganegaraan;
c) bahasa;
d) matematika;
e) ilmu pengetahuan alam;
f) ilmu pengetahuan sosial;
g) seni dan budaya;
h) pendidikan jasmani dan olahraga;
i) keterampilan/kejuruan; dan
j) muatan lokal.
Ayat 2 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat:
a) pendidikan agama;
b) pendidikan kewarganegaraan; dan
c) bahasa.
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa kurikulum nasional
mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a) Diberakukan sama pada setiap macam satuan pendidikan di seluruh
Indonesia.
b) Ditetapkan oleh pemerintah.
c) Tujuannya untuk menggalang kesatuan nasional dan pengendalian
mutu pendidikan secara nasional.
2) Kurikulum Muatan Lokal
a) Latar belakang
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap daerah Indonesia
memiliki ciri khas mengenai adat istiadat, tata cara dan tata krama
pergaulan, kesenian, bahasa (lisan maupun tulisan), kerajinan, dan
nilai-nilai kehidupannya masing-masing. Oleh karena itu,
keanekaragaman ciri khas daerah perlu dilestarikan dan dikembangkan
melalui upaya pendidikan yang nantinya akan memelihara jalinan
antara sekolah dengan lingkungannya. Dan dalam pengembangan
kurikulum sekolah, daerah perlu dilibatkan, agar sekolah
berkesempatan menyusun program muatan lokal yang sesuai untuk
lingkungannya.
Kesungguhan pemerintah dalam merealisasikan pemikiran
mengenai muatan lokal tersebut, yang dimulai pada sekolah dasar,
diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan
Lokal Sekolah Dasar. Kemudian disusul dengan penjabaran
pelaksanaanya dalam keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah No. 173/C/Kep/87 Tanggal 7 Oktober 1987.
b) Pengertian muatan lokal
Muatan lokal yaitu program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan
sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. Isi dan media
penyampaian muatan lokal diambil dari dan menggunakan sumber
lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik.
c) Tujuan muatan lokal
Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional, muatan
lokal dapat:
a. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
b. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke arah
yang positif.
Dari sudut kepentingan peserta didik, muatan lokal dapat:
a. Mengakrabkan dan meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan
lingkungannya.
b. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari untuk
memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya.
c. Memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang terdapat di
lingkungannya.
d. Mempermudah peserta didik menyerap materi pelajaran.
d) Cara merancang pengajaran
Pada kegiatan ini sudah harus dimanfaatkan wawasan tentang
pendekatan yang digunakan, strategi belajar, metode/teknik, sarana,
dan seterusnya.
Contoh:
BS : IPS
PB : Transportasi Umum
SPB : Kesopanan dalam menggunakan transportasi umum
Kelas : .
Waktu : .
Sifat : Pengembangan nilai-nilai
1. Sintaks: (terdiri dari empat jenjang I-IV)
I. Kejelasan sasaran
a. Menghargai kepentingan orang lain melalui sejumlah
perbuatan.
b. Menghargai waktu.
II. Kejelasan teoritis/pemahaman
a. Tanya jawab/mendiskusikan tentang kesopanan dalam
menggunakan transportasi umum.
b. Menyusun daftar perilaku yang sopan dan yang tidak sopan
melalui metode curah pendapat.
c. Mendiskusikan hasil kegiatan b.
d. Observasi lapangan tentang kesopanan dan penghematan
waktu, gangguan pada pemakai jalan yang lain.
e. Laporan hasil observasi diskusi.
f. Pemecahan masalah (diskusi).
III. Simulasi/ bermain peran
Sopir/penumpang yang sopan dan yang tidak sopan,
penumpang yang menghargai waktu dan yang tidak.
IV. Pameran
2. Sistem sosial:
Guru menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
mendorong terjadinya interaksi dinamis antara guru dan peserta
didik, antara peserta didik dengan temannya yang dijiwai semangat
kerja, keterbukaan, dan tanpa ada tekanan.