Anda di halaman 1dari 2

Jurnal 1

Cici

Faktor resiko pasca pembedahan MCI

Dalam penelitian Hao, 2014 menunjukan bahwa pasien dengan trauma EDH akut memiliki
pemulihan yang baik dengan lama rawat dirumah sakit kurang dari 7 hari. Pasca trauma yang beserta
adanya edema otak memerlukan perawatan medis atau dilakukannya tindakan kraniatomi. Bila tidak
disertai dengan resiko seperti transtemporal lokasi, volume lebih besar dari 100ml, syock prabedah
lebih dari 30 min. Bilateral midriasis, hernia otak, dan GCS 3-5. Apabila faktor resiko yang ditemukan
3-6 perlu ditinjau kembali karena mengindikasikan bahwa pasien mengalami EDH.

Jurnal 2

Kejadian, hasil, dan faktor resiko hematoma epidural progresif

Penelitian Chen, 2012 Kejadian hematoma yang sering terjadi adalah tabrakan kendaraan bermotor,
jatuh, serangan benda berat (seperti batu-bata, tongkat atau benda yang jatuh) dan kasus serangan.
Kasus PEDH ditemukan setalah 1 hari cedera, dimana pasien laki-laki memiliki peningkatan yang
signifikan dalam ukuran hematoma epidural 7 hari setelah trauma dan akhirnya diperlukan operasi.
Tindakan CT scan merupakan faktor penting untuk memprediksi terjadinya hematoma epidural,
dimana semakin cepat scan pertama dilakukan, kemungkinan besar pembentukan peidural
hematoma tidak mencapai ukuran maksimum. Sehingga tindakan kraniatomi merupakan jalan
terakhir bagi pasien hematoma epidural progresif.

Jurnal 3

Faktor resiko yang berhubungan dan hasil evakuasi pasien post trepanasi hematoma epidural

Dalam jurnal niryana, 2017 upaya mendeteksi faktor resiko sejak dini penting dilakukan sehingga
dapat menghasilkan tindakan cepat dan hasil yang baik. Faktor resiko post trepanasi yang
terindetifikasi yaitu usia, GCS, kelainan pupil, volume dan lokasi EDH, pergeseran midline dan lesi
fokal. Pasien dengan GCS 8 dan durasi praoperasi lebih dari 12 jam menghasilkan keadaan pasien
yang tidak baik.

Jurnal 4

Dalam jurnal Sheng, 2017 membahas tentang pelaksanaan invasiv dengan merawat pasien anak-
anak sebanyak 17 orang dengan cara triksinasi mini kraniektomi untuk mengevaluasi adanya
hematoma memakai hasil skor glasgow dengan rata-rata kurang lebih 30 bulan, apakah pasien
mengalami pemulihan tanpa komplikasi, dan memberikan efek masa yang parah atau tidak.

Jurnal 5

Hematoma epidural setelah postoperasi lumbal dikompresi


Dalam jurnal Kao, 2014 menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan hematoma epidural post
operasi adalah tekanan darah diastolik, keluaran drainase, kehilangan darah, dan penggunaan anti
koagulan. Tekanan darah diastolik berpengaruh terhadap viskositas darah yang dapat dengan mudah
menyebabkan disfungsi dan pembekuan darah. Oleh karena itu, darah vena keluar dan terakumulasi
di epidural dan menyebabkan kompresi akar lumbal dan efek masa.

Jurnal 6

Resiko terhambatnya hematoma epidural pada pasien yang menjalani dekompresi kraniatomi

Dalam jurnal Talbon, 2014 menunjukan bahwa pasien yang menjalani kraniatomi dapat
menghambat komplikasi epidural hematoma. Dimana komplikasi yang timbul dari efek tamponade
dan pembentukan haemoragic pada arteri meningeal yang terluka, dural vena atau diploe retak. Jika
terkena komplikasi maka resiko kematian sangat tinggi.

Jurnal 7

Menurut Fujiwara, et al., 2017 menunjukan bahwa tekanan darah tinggi pada penerimaan
dan drainase pasca bedah yang buruk adalah faktor risiko penting untuk PSEH, faktor- factor
yang mempengaruhi pasca bedah yaitu usia, obesitas, kehilangan darah intraoperatif, waktu
operasi, tekanan darah pra-operasi , pasca operasi, peningkatan besar tekanan darah setelah
ekstubasi, dan keadaan buruk paska bedah. Hasil jurnal menurut Fujiwara, et al., 2017 ada
signicant perbedaan dalam tekanan darah pra-operasi dan pasca operasi, peningkatan besar
tekanan darah setelah ekstubasi, dan keadaan buruk paska operasi. Dimana hasil dalam jurnal
ini bertolak belakang dengan penelitian hasil awad, et all dimana menunjukan bahwa
prabedah hipertensi pengobatan bukanlah faktor risiko.

Jurnal 8

Hematoma epidural setelah dilakukannya laminektomi

Dalam jurnal Mourfarrij, 2016 menjelaskan bahwa tindakan laminetomi dapat menyebabkan
perdarahan pada epidural, dimana dura terkena lebih dari daerah yang lebih luas untuk patologi
seperti tumor, tengah kanal stenosis, patah tulang, berukuran lebih,seperti epidural abses, dan
hernia. Laminektomi bebas-SCS memiliki insiden yang lebih tinggi dari berukuran lebih
epidural. Dayung mungkin membuka ruang epidural potensial yang pernah begitu sedikit
untuk memungkinkan masuknya darah antara dura dan atasnya lamina. Penyisipan dayung
atau instrumen di bawah lamina dapat menyebabkan melemahnya atau cedera vascular
dinding dengan pecah ketika pasien batuk, bersin, atau memiliki puncak hipertensi. Mungkin
bahwa kehadiran lamina dalam kelompok non-SCS batas hematoma untuk Ruang yang lebih
kecil, sehingga membuat kompresi saraf gejala lebih mungkin.

Anda mungkin juga menyukai