Anda di halaman 1dari 7

Fraktur Acetabulum

Insidensi pasti pada fraktur asetabulum pada beberapa negara belum diketahui dengan
pasti. Studi pada center trauma level 1 menunjukkan tingkat perawatan di Rumah sakit untuk
fraktur pelvis dan asetabulum merupakan 0.5-7.5%. Fraktur asetabulum biasanya terjadi
sebagai akibat trauma kecepatan tinggi seperti kecelakaan lalu lintar atau terjatuh dari
ketinggian. Fraktur asetabulum terjadi karena trauma yang mengakibatkan kekuatan yang
mendesak melalui kaput femur ke asetabulum. Kaput femur berlaku seperti hammer dan
merupakan bagian terakhir dari rentetan kekuatan trauma yang di sebarkan dari trochanter,
knee dan kaki kepada asetabulum. Posisi femur pada saaat tumbukan terjadi dan arah kekuatan
trauma merupakan faktor penentu tipe fraktur.
Beberapa klasifikasi dari fraktur asetabulum telah diketahui, namun klasifikasi yang paling
mudah merupakan klasifikasi Judet and Letournel dimana menklasifikasi fraktur asetabulum
berdasarkan morfologi fraktur berdasarkan polanya dan hanya terdapat 1 garis fraktur :
Fraktur dinding posterior seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah. Fraktur ini
umumnya mempengaruhi pinggir asetabulum, permukaan retroasetabular dan beberapa
segmen dari kartilago artikular. Kartilago artikular dapat terkena sebagai akibat trauma. Hal ini
harus di diagnosa secara preoperatif melalui CT scan karena fragmen tersebut memerlukan
elevasi pada saat pembedahan dilakukan. Garis ilioischial umunya tetap intak pada
anteroposterior (AP).
Fraktur kolum posterior : Fraktur jenis ini hanya termasuk bagian ischial dari tulang. Seluruh
permukaan retroasetabular telah tergeser dengan kolum posterior. Garis vertikal yang
memisahkan antara kolum anterior dengan kolum posterior telah bergeser kearah inferior dan
memasuki foramen obrurator. Fraktur ramus inferior biasanya berhubungan dengan fraktur
kolum posterior. Terkadang, garis fraktur melewati posterior ke foramen obrurator dan
membelah tuberositas ischial. Garis ilioischial tergeser dan terpisah dari ujungnya. Namun,
ketika bagian besar dari permukaan quadrilateral tetap intak dengan kolum posterior, ujung dan
bagian pelvis tergeser dengan kolum posterior.
Fraktur dinding anterior : seperti yang dijelaskan oleh gambar dibawah, fraktur ini merupakan
cedera yang jarang terjadi. Fraktur dinding anterior biasanya terjadi bersamaan dengan
dislokasi anterior.
Fraktur kolum anterior : Fraktur rendah (low fracture) yang termasuk hanya bagian superior
ramus dan bagian pubik dari asetabulum. Fraktur tinggi (high fracture) dapat termasuk
didalamnya seluruh tepi anterior dari tulang.
Fraktur tranversus seperti yang terlihat pada gambar dibawah, fraktur ini membagi tulang
kedalam 2 bagian. Garis fraktur horizontal menggeser asetabulum kepada beberapa level.
Tulang pelbis dibagi menjadi bagian superior dan bagian bawah. Bagian superior termasuk
didalamnya illiac wing dan dasar dari asetabulum. Bagian bawah termasuk segmen ischiopubik
yang didalamnya terdapat foramen obrurator yang intak dengan dinding anterior dan posterior
asetabulum.

Fraktur dinding posterior dengan


dislokasi hip posterior

Fraktur dinding anterior dan raktur transversus


Trauma Ginjal
Trauma traktus urinarius dapat terjadi akibat jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan
lalu lintas, benturan benda keras pada ginjal, pukulan, dan luka tembak. Yang sering terkena
adalah ginjal, buli-buli, dan uretra.
Trauma sedang berupa ruptur kapsul dengan kalik yang masih utuh, atau ruptur kalik
dan kapsul. Arteri juga dapat sobek. Perdarahan dan ekstravasasi urin kedalam parenkim
ginjal dalam rongga di bawah kapsul.
Trauma ginjal hebat disebut juga shattered kidney yaitu terjadi avulsi arteri renalis
dan trombosis arteri renalis. Keadaan ini mencakup parenkim ginjal, sistem pelviokalik dan
kapsul renalis, laserasi ganda yang menyebab kan kematian ginjal. Arteri renalis terputar
tanpa atau dengan avulsi vena renalis. Untuk menyelamatkan jiwa penderita, harus segera
dilakukan nefrektomi. Pemeriksaan radiologi yang dikerjakan yaitu foto polos abomen,
pielografi intravena, CT-Scan, dan pada kasus pilihan, arteriografi ginjal.

-Kidney trauma. One-shot intravenous pyelogram, normal. Ten-minute


radiograph taken after intravenous contrast administration on a patient with a
stab wound to the back shows normal kidneys and ureters bilaterally.
_
Kidney trauma. Absent nephrogram. Abdominal radiograph after intravenous
contrast administration in a patient with hypotension after a motor vehicle
collision shows absent right nephrogram.

Kidney trauma. Grade 5 renal injury. Shattered kidney with renal vein thrombosis (incomplete).
Abdominal radiograph after intravenous contrast administration shows absent right
nephrogram.
Dislokasi Hip Joint
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik : merupakan kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak
dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, saraf, dan
sistem vas
1. Dislokasi Posterior
Dislokasi hip joint adalah suatu kejadian/peristiwa menyakitkan di mana komponen
peluru/bola/caput humeri tulang paha keluar dari tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita
mengalami rasa nyeri, karena caput humeri bergerak/bekerja bukan pada tempatnya lagi.
Dislokasi Hip sering terjadi pada laki-laki muda dari pada orang yang karena cedera
yang berhubungan dengan perilaku berisiko. Hip dislokasi akibat cedera traumatik (terutama
MVCs) lebih umum pada mereka yang lebih muda dari 35 tahun dibandingkan orang tua. Hip
dislokasi akibat jatuh lebih umum pada mereka dari 65 tahun lebih tua.

X-Ray dislokasi posterior


CT-Scan dislokasi posterior

2. Dislokasi central/obturator
Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi obturator disebabkan karena
gerakan abduksi yang berlebih (hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan
karena trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur
keluar dari asetabulum.

3. Dislokasi anterior
Pada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan
kaput femur di anterior asetabulum.
X-ray dislokasi anterior

CT-Scan dislokasi anterior

Anda mungkin juga menyukai