Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN TETAP KIMIA FISIKA

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nama Anggota :

Amrina Rosyada 061630400291 M. Raid Muizzu 061630400303

Charina pakpahan 061630400991 Nia Veronika 061630400305

Faza Dwi Juliarti P. 061630400296 Nur Haudi 061630400306

Indri Tridias W.P. 061630400297 Panzurli 061630400307

Lismayani 061630400300 Seri Astina 061630400309

M.Ichsan Assalam 061630400302 Tiara Putri Isalah 061630400310

Kelas : 2 KA

Instruktur : Ir. Aisyah Suci Ningsih, M.T

Endang Supraptiah, S.T, M.T

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
tetap ini sebagai tugas kuliah kimia fisika sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian tengah semester.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan
dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang
agar lebih baik dari sebelumnya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan,dorongan, dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai tugas akhir semester
mata kuliah kimia fisik tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan yang
diharapkan. Kami mengucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dari semua
pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya laporan tetap kami sajikan khusus untuk membahas tentang
praktek Kimia Fisika. Untuk lebih jelas simak laporan tetap. Mudah-mudahan
laporan tetap ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang praktik
kimia fisika kepada kita semua.
Laporan tetap ini masih banyak memiliki kekurangan. Tak ada gading
yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-
teman untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya
kami ucapkan terimakasih.

Palembang, 18 April 2017

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BERAT MOLEKUL ............................................................................................... 3

PANAS NETRALISASI ....................................................................................... 13

PANAS PELARUTAN ......................................................................................... 27

PENURUNAN TITIK BEKU .............................................................................. 50

HASIL KALI KELARUTAN ............................................................................. 49

TITIK LELEH DAN TITIK NYALA .................................................................. 69


BERAT MOLEKUL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
Dapat menghitung berat molekul senyawa yang mudah
menguap dengan pengukuran massa jenis gas
Dapat menggunakan alat dengan terampil dan teliti

II. DASAR TEORI


Menentukan berat molekul dengan metode penentuan massa
jenis gas menggunakan alat Victor Meyer. Persamaaan gas ideal
bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatile.

Dari persamaan gas ideal didapat :

= : =

= ()

= ( ) =

Keterangan :

- BM = beratmolekul

-P = tekanan gas (atmosfer,atm)

-V = volume gas (liter)

-R = tetapan gas ideal (atm liter mol-1 K-1)

-T = temperaturabsolut (K)

- = massajenis (gram/liter)
Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari
1000C di tempatkan dalam labu erlenmeyer (labugodok) bertutup yang
mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya, kemudian labu
Erlenmeyer dipanaskan, cairan akan menguap dan uapnya akan
mendorong udara yang terdapat pada labu Erlenmeyer keluar melalui
lubang kecil tadi. Setelah semua udara keluar, uap cair sendiri yang
akan keluar, sampai akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila keadaan
kesetimbangan dicapai yaitu tekanan udara luar. Pada kondisi
kesetimbangan ini, labu Erlenmeyer hanya berisi uap cair an dengan
tekanan sama dengan tekanan atmosfer, volume labu Erlenmeyer, dan
suhu sama dengan titik didih air dalam penangas air (sekitar 1000C).
labu Erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air, di dinginkan
dan di timbang sehingga massa gas yang terdapat di dalamnya dapat
diketahui. Kemudian dengan menggunakan persamaan :

= () , .

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


ALAT YANG DIGUNAKAN
Labu Erlenmeyer 250 ml atauLabugodok 250 ml
Gelaskimia 600 ml
Termometer
Penangas air atau Hot plate
Alumunium foil
Karetatautali
Jarum
Pipetukur 10 ml, 25 ml
Bola karet
Desikator
BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN
Aquadest
Khloroform
Aseton
IV. PROSEDUR KERJA

1. Mengambillabu Erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan


kering, menutup dengan alumunium foil, kemudian
mengencangkan dengan menggunakan karet atau tali.
2. Menimbanglabu Erlenmeyer tadi dan alumunium foil.
3. Mengambil 5 ml cairan yang mudah menguap kedalam labu
Erlenmeyer, kemudian menutup kembali dengan menggunakan
alumunium foil dan mengencangkan kembali dengan karet,
sehingga tutup ini bersifat kedap gas. Dengan jarum membuat
sebuah lubang kecil pada alumunium foil agar uap dapat
keluar.
4. Menaruh Erlenmeyer dalam penangas air mendidih (1000C)
sampai air kira-kira 1 cm dibawah alumunium foil.
Membiarkan labu Erlenmeyer tersebut dalam penangas air
sampai semua cairan volatile menguap. Mencatat suhu
penangas air terebut.
5. Setelah semua cairan volatile dalam Erlenmeyer menguap,
mengangkat labu Erlenmeyer dari penangas dan mngeringkan
air yang terdapat pada bagian luar labu Erlenmeyer dengan lap,
kemudian menempatkan labu Erlenmeyer dalam desikator
untuk mendinginkannya. Udara akan masuk kembali kedalam
labu Erlenmeyer melalui lubang kecil tadi dan uap cairan
volatile yang terdapat dalam labu Erlenmeyer akan kembali
mengembun menjadi cair.
6. Menimbang labu Erlenmeyer yang telah dingin tadi dengan
menggunakan neraca analitik.
7. Menentukan volume labu Erlenmeyer dengan jalan mengisi
labu Erlenmeyer dengan air sampai penuh dan mengukur massa
air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer tersebut. Mengukur
suhu air sehingga massa jenis air pada suhu tersebut = m/v.
8. Mengukur tekanan atmosfer dengan barometer.
V. DATA PENGAMATAN
Menentukan berat molekul kloroform
Labu erlenmeyer, aluminium foil, karet
= 109,9450 gr
Labu erlenmeyer, aluminium foil, karet, dan cairan X / kondensat
= 110,4 gr
Massa cairan X / kondensat
= 0,451 gr
Massa erlenmeyer kosong
= 109,9490 gr
Massa labu erlenmeyer + air
= 422,7 gr
Massa air
= 312,751 gr
Suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer
= 280C
Suhu penangan air
= 820C
Tekanan atmosfer
= 760 mmHg

VI. PERHITUNGAN
7.1 Menghitung volume labu erlenmeyer dengen menggunakan
massa jenis air dalam tabel berikut ini
Suhu 00C 20C 40C 60C 80C
10 0C 0,9997 0,9995 0,9993 0,9990 0,9986
20 0C 0,9981 0,9973 0,9973 0,9968 0,9963
30 0C 0,9957 0,9951 0,9944 0,9937 0,9930

Massa jenis air pada 280C yaitu 0,9963 gr/l


Massa jenis air = (massa labu erlenmeyer+air)-(labu erlenmeyer
kosong)
= 422,7 gr 109,9490 gr
= 312,751 gr


= =28C
312,751
=
0,9963

1
= 313,9125 1000

= 0,3139 L

7.2 Menghitung massa jenis gas X, dengan menggunakan massa


cairan gas dan volume erlenmeyer

Massa cairan CHCl3= (massa labu erlenmeyer, aluminium foil, karet


dan cairan X / massa Labu erlenmeyer,
aluminium foil, karet

= 110,4 gr 109,9490 gr

= 0,451 gr

3
3 =
0,451
=
0,3139

= 1,4367 gr/l

7.3 Menyatakan suhu penangas air dalam kelvin

3 = 82 + 273 = 355

7.4 Menentukan beret molekul CHCl3


=

0,451 .
1 0,3139 = 0,08206 355
.

13,1382 ../
0,3139 / =

13,1382 ../
BM = 0,3139 /

BM = 41,8547 gr/mol

7.5 Menentukan persen kesalahan


% KesalahanCHCl3= 100 %

119,3841,8547
= 100 %
119,38
77,5253
= 100 %
119,38

= 64,9399%

VII. PERTANYAAN
Jika berat molekul gas x = 120 gram/mol
Dan dianalisa menunjukkan bahwa :
Karbon = 10 %
Klor = 89,0 %
Hydrogen = 1,0 %
Bagaimana rumus molekul senyawa tersebut.

JAWABAN :
10
Ar C = 120 gr/mol = 12 gr/mol
100
12 /
n= =1
12 /
89
1. Ar Cl = 120 gr/mol = 106,8 gr/mol
100
106,8 /
n= =3
35,5 /
1
2. Ar H = 120 gr/mol = 1,2 gr/mol
100
1,2 /
n= =1
1,00797/

Jadi rumus molekul senyawa tersebut adalah CHCl3

VIII. ANALISIS PERCOBAAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul


senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan
menggunakan persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini sampel
yang digunakan yaitu kloroform. Persamaan gas ideal dan massa jenis
dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatile.

Pada prinsipnya saat dilakukan penguapan dianggap tidak ada


massa zat yang hilang , dengan mengubah cairan menjadi gas maka
sesuai dengan sifatnya yang mudah menguap, pada saat temperatur
kloroform 61 0C. Gas tersebut akan menempati seluruh ruang labu
erlenmeyer dan akan berhenti ketika tekanan sama atara tekanan
didalam erlenmeyer dan tekanan udara diluar erlenmeyer .

Dengan menggunakan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan


volatile tersebut. Dalam perhitungan didapat nilai BM kloroform yaitu
41,8547 gr/mol, sedangkan BM kloroform secara teoritis yaitu 119,38
gr/mol. Hasil yang didapat jau dari BM teoriti. Maka % kesalahannya
yaitu 64,9399 %. Kesalahan dapat terjadi karena kurang teliti dan
tedapat udara dalam labu erlenmeyer pada saat pendinginan.

Dalam percobaan kali ini digunakan larutan volatile yaitu zat


kloroformyaitu zat kloroform. Saat kloroform dipanaskan maka zat ini
akan lambat menguapnya. Hal ini disebabkan karena berat molekul
dari kloroform itu besar sehingga perubahan fasenya lambat.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1) Volume labu erlenmeyer yaitu 0,4367 gr/l
2) Massa jenis dari gas kloroform yaitu 1,4367 gr/l
3) Suhu penangas air yaitu 355 K
4) Berat molekul dari kloroform secar teoritis yaitu 119,38 gr/mol
5) Berat molekul dari kloroform secar praktek yaitu
41,8567gr/mol
6) Dan % kesalahan yaitu 64,9399 %
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Erlenmeyer

\Kaca Arloji
Labu Takar

Spatula Pipet Ukur

Buret Neraca Analitis

Bola karet Pengaduk


PANAS NETRALISASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan,

1. Dapat menghitungpanas netralisasi sesuai dengan percobaan


2. Dapat menunjukan proses reaksi netralisasi

II. DASAR TEORI


Panas netralisai adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air
terbentuk akibat reaksi netralisasi antara asam dan basa atau sebaliknya.
Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur perubahan
panas.Hal ini karena mengisap panas, sehingga tidak semua panas
terukur.Kalorimeter yang digunakan dalam keadaan sederhana adalah
calorimeter adiabatik.Di laboratorium alat ini merupakan alat ukur yang teliti,
dan secara sederhana kita mengatakan bahwa bejana panas mengalir ke dalam
atau keluar dari sistem.Pada tekanan tetap hokum pertama untuk suatu
transformasi kalorimeter :

H = Qp = 0
Perubahanpanasdalamkeadaaninidapatdinyatakan :

K (T1) + R (T1) K (T2) + R (T2) P = Konstan

Dimana :

K adalah kalorimeter

R adalah reaktan, dan

P adalah produk( hasilreaksi)


Karena system terisolasi, temperature akhir T2berbeda denganT1 .kedua
temperatur diukur seteliti mungkin dengan termometer yang peka.

Perubahan dalam keadaan dinyatakan dalam dua step yaitu :

1. R (T1) P (T1) H1

2. K (T1) + R (T1) K (T2) + R (T2) H2

H = 0, maka H1 + H2= 0 atau H1 = H2

Step kedua adalah sederhana suatu perubahan temperature dari kalorimeter dan
hasil reaksi :

H2 = [Cp (k) + Cp (p)] dt

Dan kita peroleh panas pada T1

H1 = - [Cp (k) + Cp (p)] dt

Jika kapasitas panas calorimeter dan hasil reaksi diketahui, panas reaksi T1 dan
dapat dihitung dari pengukuran temperatur T1 dan T2

Dalam keadaan encer dari asam kuat dan basa kuat dapat reionisasi
sempurna menjadi ion-ionnya. Begitu juga garamnya yang berasal dari asam
kuat dan basa kuat akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya dalam
larutan. Reaksi asam kuat dengan basa kuat disebut reaksi.

Netralisasi yang dapat dituliskan sebagai berikut :

H+ + OH- H2O
Prinsip pada kalor netralisasi adalah asas black yang menyatakan
bahwa kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang diterima sedangkan
metode yang digunkan adalah kalorimetri yang berdasarkan pada hl
penyeimbangan suhu dua larutan dalam suatu sistem adiabatik. Kalor
netralisasi adalah panas yang ditimbulkan pada penetralan asam kuat atau basa
kuat tetapi untuk tisap tiap mol H2O yang terbentuk, bila asam lemah kalor
netralisasi tidak tetap, karena adanya kalor ionisasi.

Panas yang terjadi tidak bergantung sifat dari anion asamnya dan kation
basanya. Jika asam atau basa tidak terionisasi sempurna, sebagai contoh : asam
asetat reionisasi sebagian dalam larutan dan ternetralisasi oleh natrium
hidrokasida yang reaksinya sebagai berikut :

CH3COOH + OH- CH3COO-+ H2O

Mekanis menyaber langsung dua tingkat reaksi yaitu :

CH3COOH H3COO- + H+

H++ OH- H+

Panas netralisasi pada reaksi ini merupakan pans penggabungan ion H+


dan OH- melepaskan energi yang
harusdigunakanpadadisosiasimolekulasamasetat yang tidak terionisasi. Panas
netralisasi dapat ditentukan dengan kalorimeter.

Ada beberapa jenis kalorimeter seperti

1. Kalorimeter termos
2. Kalorimeter bom
3. Kalorimeter themman,dll.
Kalorimeter yang sederhanan dapat dibuat dari sebuah bejana plasik yang
ditutup rapat sehingga bejana ini merupakan sistem yang terionisasi. Cara kerja
kalorimeter adalah sebagai berikut ,sebelum zat pereaksi direaksikan didalam
kalorimeter, terlebih dahulu suhunya diukur, dan usahakan masing-masing
pereaksi ini memiliki suhu yang sama, setelah suhunya diukur kedua larutan
tersebut dimasukkna kedalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi
dengna baik , kemudian suhu air diukur .

Jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara eksoterm maka kalor


yang ditimbulkan akan dibebaskan kedalam larutan itu sehingga suhu larutan
akan naik,. Dan jika reaksi dalam kalorimeter berlangsung secara endoterm
maka reaksi ini akan menyerap kalor dari larutan itu sendiri , sehingga suhu
larutan akan turun . besar kalor yang diserap akan dibebaskan reaksi itu adalah
sebanding dengan perubahan suhu kalor jenis dan masa larutan

III. ALAT DAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN :


3.1 Alat yang digunakan :

Labu Dewar ( Kalorimeter)


Termometer 100
Labutakar 50 ml, 250 ml
Gelaskimia 100 ml
Kacaarloji
Pipetukur 10 ml, 25 ml
Pipettetes
Batangpengaduk
Spatula
Bola karet
Botolaquadest

3.2 Bahankimia yang digunakan :

LarutanNaOH 1N
Larutan HCl 1N
Larutan asam asetat anhidrat 1N
Aquadest
IV. GAMBAR ALAT (terlampir)

V. LANGKAH KERJA
5.1 Penentuan tetapan kalorimeter

1. Mengambil 50 ml aquadest dan memasukanya ke dalam calorimeter


(Labudewar) yang dilengkapi termometer. Kemudian mencatat suhunya
(T1)
2. Memasukan 50 ml aquadest kedalam calorimeter (Labudewar) , yang
beradadalam temostat yang dioperasikan pada temperature 30oC atau
temperature diatas T1 sekitar 10oC, calorimeter (labudewar)dan isi
merupakan panas kesetimbangan. Temperatur air merupakan (T2)
3. Setelah itu air dituangkan dengan cepat kedalam calorimeter (labudewar),
diaduk dengan cepat dan dicatat suhu tertinggi (T3)

Catatan :Untuk mendapatkan T3dapat mencatat setiap 30 detik setelah


pencampuran sampai menit keempat dan T3intersepnya, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat gembar berikut ini :

Waktu (detik) Temperatur (T)


30 ...............................
60 ...............................
90 ...............................
Dst ...............................
Contoh grafik

t3

5.2 Penentuan panas netralisasi

1. Mengambil 50 ml larutan NaoH dan memasukanya kedalam calorimeter


(Labudewar) dan dicatat suhu larutan NaOH dalam calorimeter (T4).
2. Mengambil 50ml larutan HCL yang telah tersedia dan mencapampurkanya
dengan larutan NaoH, kemudian mengaduk dengan baik dan mencatat
suhu maksimum (T5) atau seperti mencari T3. Catat temperature setiap 30
detik sampai menit keempat
3. Mengulangi percobaan dengan menggunakan larutan asam asetat, asam
sulfat dan asam nitrat menggantikan asam klorida. Lakukan setiap
percobaan minimal dua kali.

VI. KESELAMATAN KERJA


Dalam rangka menjaga keselamatan kerjausahakan dalam bekrja hati-hati
dan gunakan jas lab dan kacamata pelindung.Jika anggota tubuh kena bahan
kimia yang digunakan cuci dengan air yang mengalir.Lakukan praktikum
sesuai denagan prosedur yang telah ditentukan
VII. DATA PENGAMATAN
a. Penentuan tetapan kalorimeter
T1= 27.2

T2= 37,0

T3=31,0

Waktu (detik) Suhu


30 31,5
60 31,5
90 31,4
120 31,2

b. Penentuan panas netralisasi NaOH 1N dan HCL 1N


T4 = 28

T5= 31,7

Waktu (detik) Suhu


30 31,5
60 31,7
90 31,7
120 31,5

c. Penentuan panas nertalisasi NaOH 1N dan (CH3CO)2O 1N


T4= 28

T5 =31,5

Waktu (detik) Suhu


30 31,5
60 31,3
90 31,2
120 31,1
VIII. DATA PERHITUNGAN
1. Pembuatan larutan NaOH 1N dalam 250 ml
Gr = M .V . BE

= 1 N . 0,25 L .40 GR/EK

= 10 GR

2. Pembuatan Larutan HCL 1N 250 ml


% . .1000
N1 =


0,37 . 1,18 . .1000
=
36,5

= 11,9616

N1. V 1 = N2 .V 2

1 0,25
V1=
11,9616

= 20,9ml

3. Larutan asetat anhidrat (CH3CO)2O


% . .1000
N1 =


0,97 .1,049 .1000
=
102,09

=9,9669 N

N1. V 1= N2 .V 2

2.2
V1 = 1

1 0,1
V1= 9,9669

=10,0332ml
4. Menentukan tetepan kalorimetri
Diketahui: T1 = 27,2

T2 =27,0

T3 =31,5

Tetapankalorimeter (x)

. (22(3)1)
X= (31)

X( T3 T1) = 50 gr x 4,2 j/gr (37,0- 2(31,5) + 27,2)

X( T3 T1) = 50 gr x 4,2 j/gr x 1,2

252
X =31,5 27,2

X = 58,6046J/

5. Menetukan panas netralisasi NaOH 1 N danHCL 1N


Massa larutan= 50 ml + 50ml x 1 gr/ml

=100x 1 gr /ml

=100 gr

C= 4,2 j/gr

T4 = 28

T5 = 31,7

= T5 -T4

=31,7 28

=3,7

= M.Cp (T5-T4) + X (T5 -T4)

=100gr (4,2 J/g ) 3,7 + 58,6046 J/ (3,7)


=1554 J+ 216,837 J

=1770,837 J

6. Pada pencampuran NaOH 1 N DAN (CH3CO)2O 1N


Massa larutan= 50 ml + 50ml x 1 gr/ml

=100x 1 gr /ml

=100 gr

C= 4,2 j/gr

T4 =28

T5 = 31,5

= T5 -T4

=31,5 28

=3,5

= M.Cp (T5-T4) + X (T5 -T4)

=100gr (4,2 J/g ) 3,5+ 58,6046 J/ (3,5)

= 1470 J + 205,1161J

= 1675,1161 J
IX. ANALISIS PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini, dapat dianalisis bahwa untuk menentukan


panas netralisasi digunakan sebuah alat yang bernama kalorimeter (labu
dewar). Kalorimeter itu sendiri merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur panas (berdasarkan pada kalor). karena kalorimeter menghisap
panas jadi tidak semua panas terukur. Panas netralisasi adalah panas yang
dihasilkan dari reaksi asam basa.

Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan tetapan kalorimeter dan


menghitung entalpi reaksi antara larutan NaOH dan HCl dan larutan NaOH
dengan CH3(CO)2O. Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah larutan
NaOH, larutan HCl, larutan CH3(CO)2O dan air aquadest.

Untuk menetapkan larutan kalorimeter digunakan data T1, T2 dan T3.


Untuk mencari T1 dilakukan dengan memasukkan 50 ml aquadest k dalam
kalorimeter lalu diukur suhunya, T2 didapatkan dengan cara memanaskan
aquadest sampai suhunya 37oC pada hot plate dan T3 didapatkan setelah
pencampuran aquadest dalam kalorimeter, lalu diaduk dengan magnetic
stirrer dan mencatat perubahan suhu selama 2 menit dan dicatat setiap 30
detik sekali.

Setelah didapatkan tetapan kalorimeter selanjutnya menentukan panas


netralisasi. Bahan yang digunakan yaitu lautan HCl 1N dengan NaOH 1N dan
larutan CH3(CO)2O 1N dengan NaOH 1N. Panas antara larutan asam kuat
dengan basa kuat dilakukan dengan cara mencampurkan 50 ml NaOH 1N dan
50 ml HCl 1N didalam kalorimeter, lalu mengaduk dan mencatat suhu
campuran setiap 30 detik sekali selama 2 menit. Kemudian mengulangi
dengan cara yang sama dengan mencampurkan 50 ml NaOH 1N dengan 50
ml CH3(CO)2O 1N ke dalam kalorimeter kemudian mengaduk campuran
tersebut dengan magnetic stirrer lalu mencatat suhu campuran yang berubah
setiap 30 detik selama 2 menit.
X. KESIMPULAN

Pada praktikum penentuan panas netralisasi kali ini, setelah dilakukan


percobaan dapat disimpulkan bahwa :

1. Panas netralisasi dapat ditentukan dengan menggunakan kalorimeter.


2. Tetapan kalorimeter yang didapatkan sebesar 58,6046 J/0C.
3. Panas netralisasi yang dihasilkan dari percampuran antara NaOH 1N
dengan HCl 1N sebesar 1770,8 J.
4. Panas netralisasi yang dihasilkan dari percampuran antara NaOH 1N
dengan CH3(CO)2O 1N sebesar 1675,1161 J.
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Neraca Analitik

Pengaduk Kaca Arloji

Pipet Ukur Bola Karet


Labu Ukur Kalorimeter

Spatula Hot Plate

Termometer Gelas Ukur


PANAS PELARUTAN

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat menentukan panas pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan menggunakan hukum HESS

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Alat yang digunakan :
- Kalorimeter ( labu kalorimeter )
- Mortar
- Termometer 1000C
- Gelas ukur 100 ml
- Stopwatch
- Pipet ukur 10 ml, 25 ml
- Bola karet
- Kaca arloji
- Spatula
- Batang pengaduk
- Botol aquadest

b. Bahan kimia yang digunakan :


- CuSO4.5H2O
- Air aquadest

III. DASAR TEORI


Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa disebut panas
pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang menyertai
pencampuran secara kimiawi. Energi ionisasi bila senyawa yang dilarutkan
mengalami peristiwa ionisasi. Pada umunya panas pelarutan untuk garam-garam
netral dan tidak mengalami diosiasi adalah positif, sehingga reaksinya isotermis
atau larutan akan menjadi dingin dan proses pelarutan berlangsung secara
adiabatis. Panas hidrasi, khusunya dalam sistem berair, biasanya negatif dan
relatif besar. Perubahan entalpi pada pelarutan suatu senyawa tergantung pada
jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutannya temperatur dan konsentrasi awal dan
akhir dari larutannya.

Jadi panas pelarutan standar awal ddidefinisikan sebagai perubahan entalpi


yang terjadi pada suatu sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam n 1 mol
pelarut pada temperatur 250C dan tekanan atmosfir.

Kalor pelarutan adalah entalpi suatu larutan yang mengandung 1 mol zat
terlarut, relatif terhadap zat terlarut atau pelarut muni pada suhu dan tekanan
sama. Entalpi suatu larutan pada suhu T relatif terhadap larutan dan zat terlarut
murni pada suhu To dinyatakan sebagai :

H = n1H1 + n2H2 + n2Hs2

Dimana :

- H = entalpi dari n1+ n 2 mol pelarut dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
realtif terhadap suhu To
- H1 dan H 2 = entlpi molal dari komponen 1 dan 2 murni pada suhu relatif
terhadap temperatur To
- HS2 = Panas pelarutan integral dari komponen 2 pada suhu T

Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan
deferensial. Panas pelarutan integral didefinisikan sebagai entalpi jika suatu mol
zat dilakukan dalan n mol pelarut. Panas pelarutan differensial didefinisikan
sebagai perubahan entalpi jika suatu mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah
larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak berubah dalam penambahan 1
mol zat terlarut. Secara matematik didefinisikan sebagaimana di m/dm, yaitu
perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan panas pelarutan
differensial dan dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan.
Perubahan entalpi yang menyerti pelarutan suatu senyawa disebut panas
pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang menyertai
pencampuran kimia, energi ionisasi bila senyawa yang dilarutkan mengalai
peristiwa ionisasi.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan mencari pnas
pelarutan dua senyawa yaitu tembaga(II) sulfat 5H2O dan tembaga (II) sulfat
anhidrat. Dengan menggunakan hukum Hess dapat dihitung panas reaksi :
CuSO4(S) + aq CuSO4. 5H2O
Menurut hukum Hess bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak
tergantung kepada jalannya reaksi tetapi hanya tergantung kepada keadaaan
awal dan akhir dari suatu reaksi :
Sebagai contoh penggunaan hukum Hess :
CuSO4(S) + aq CuSO4(aq) 0 = a kj
CuSO4 . 5H2O + aq CuSO4(aq) + 5H2O(aq) 0 = b kj
Sehingga :
CuSO4. 5H2O(S) + aq CuSO4(aq) + 5H2O(aq) 0= (a-b) kj

IV. CARA KERJA

1. Menentukan tetapan harga kalorimeter

1) Memasukan air aquadeat kedalam kalorimeter sebanyak 50 ml


2) Suhu air di dalam kalorimeter diukur dan dicatat ( t1 )
3) Memanaskan air sebanyak 50 ml ke dalam gelas piala sekitar 100C diatas
temperatur kamar ( t2 )
4) Menuangkan dengan segera air panas kedalam kalorimeter
5) Diaduk dan dicatat suhu campuran yang merupakan suhu tertinggi

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi

1) Memasukan 10 ml air aquadest ke dalam kalorimeter sebanyak 100 ml dan


diaduk.
2) Suhu mula mula dicatat dan setiap 30 detik sampai suhu tidak berubah.
3) Menambahkan 5 gr CuSO4.5H2O kedalam kalorimeter dan diaduk.
4) Mencatat perubahan suhu setiap 30 detik selam 5 menit.
5) Mengulangi langkah a sampai dengan d dengan menggunakan serbuk CuSO4
anhidrat.

Catatan :

Serbuk CuSO4 penta hidrat dihaluskan pada mortar

Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4 penta hidrat
sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan dalam desikator
sampai dingin dan selanjutnya ditimbang.

V. KESALAMAT KERJA

Dalam menjaga keselamatan kerja usahakan dalam berkerja hati hati dan
gunakan jas lab, dan kaca mata pelindung. Jika anggota tubuh kena bahan kimia
yang digunakan cuci dengan air mengalir.

VI. DATA PENGAMATAN


1. Menentukan harga kalorimeter
Suhu mula-mula (air) (t1) = 270C
(t2) = 370C
(t3) = 310C

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


Waktu Penambahan CuSO4. 5 Penambahan CuSO4 anhidrat
(menit) H2O (0C)
(0C)
0,5 27 28,8
1,0 26,9 28,8
1,5 26,9 28,8
2,0 26,9 28,7
2,5 26,9 28,7
3,0 26,9 28,7
3,5 26,8 28,7
4,0 26,8 28,7
4,5 26,8 28,7
5,0 26,8 28,7

Serbuk CuSO4 pentahindrat = 5 gram

Serbuk CuSO4 anhidrat = 5 gram

VII. DATA PERHITUNGAN


1. Menentukan Tetapan Harga Kalorimeter.

X(T3 T1) 0C = m.c. (T2 - 2T3 + T1)0C

X(31 27)0C = 50 gr . 4,2 J/g0C. (37 2(31) + 27)0C

4X = 210 (2)

X = 105 Joule

2. Menentukan Panas Pelarutan


a. Panas Pelarutan dari CuSO4. H2O
Diketahui : t4 = 270C
t5 = 26,80C
X = 105 J/0C

m = 100 mL = 1gr/mL x 100 mL


= 100 gr

mol CuSO4. 5H2O = 5 gr


249,7 gr/mol
= 0,02 mol.
Panas Pelarutan = Mair x Cairx T + X. T
= 100 gr x 4,2 J/g0C x (-0,2)0C + 105 J/0C x (0,2)0C
= - 84 J + (-21J)
= -105 J
Q reaksi = - Hs
= - (-105 J)
= + 105 J

H = + 105 J
0,02 mol
= 5250 J/mol
= 5,25 kJ/mol

b. Panas Pelarutan dari CuSO4 anhidrat


Diketahui : : t4 = 270C
t5 = 28,70C
X = 105 J/0C
C = 4,2 J/gr0C

Mair = 100 mL x 1 gr/mL


= 100 gr

Panas Pelarutan = Mair x Cairx T + X. T


= 100 gr x 4,2 J/g0C x 1,70C + 105 J/0C x 1,70C
= 714 J + 148,5 J
= 892,5 J

Q reaksi = - Hs

= - 892,5 J

H = -892,5 J
0,0313 mol
= - 28514,377 J/mol
= - 28,51437 kJ/mol

3. Menentukan Panas Reaksi


Dengan menggunakan Hukum Hess maka panas reaksi adalah

CuSO4 + aq CuSO4(aq) H = - 28,51437kJ/mol

CuSO4. 5H2O CuSO4 H = 5,25 kJ/mol

Jadi :

CuSO4 + aq CuSO4(aq) H = - 28,51437 kJ/mol

CuSO4 CuSO4 . 5H2O H = - 5,25 kJ/mol +

CuSO4 + aq CuSO4. 5H2O H = - 33,764 kJ/mol

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Pada percobaan praktikum (Hs) yang telah dilakukan, dapat dianalisa
bahwa suhu mula-mula (t1) adalah 270C yang diukur dengan termometer,
dipanaskan diatas hot plate 50ml, lagi dengan suhu 100 diatas suhu awal sehingga
didapatkan suhu 370C, air yang telah dipanaskan tersebut langsung dicampur
dengan air yang berada dalam kalorimeter dan langsung diukur suhunya, sehingga
suhu yang didapatkan 310C. Hal ini dikarenakan air yang bersuhu 270C dicampur
dengan air suhu 370C. Didapatkan dari perhitungan tetapan kalorimeter 100 J
Selain air(aquadest) sampel yang digunakan adalah tembaga(II) sulfat penta
hidrat(CuSo4. 5H2O) dan CuSo4 anhidrat untuk menentukan panas pelarutan dan
panas reaksi. CuSo4. 5H2O ditimbang 5gr kemudian dimasukkan kedalam 100ml
air yang berada dikalorimeter. Sebelum menuangkan, aduk air dengan magnetik
spiral . Kegunaan magnetik spiral agar homogen, didapatkan suhu 26,90C
selama kurun waktu 30 detik dilakukan selama 6 kali didaptkan suhu menuru 30
deti pertama 270C sampai 26,80C dimenit ke 5, membuktikan bahwa terjadinya
pelepasan kalor sebesar -104j, sehingga reaksi tersebut tergolonG reaksi eksoterm.
Pada sampel CuSo4 anhidrat yang dipanaskan terlebih dahulu didalam oven
sampai CuSo4. 5H2O dari warna biru menjadi putih yang dikarenakan kehilangan
hidratnya. Kemudian ditimbang sebanyak 5gr. Pada saat dimasukkan ke
kalorimter yang telah berisi 100 ml air aquadest dan diaduk dengan mgnetik
spiral, 30 detik pertama didapatkan suhu 28,80C. CuSo4 anhidrat ialah tembaga(II)
sulfat kehilangan air sehingga tergolong reaksi endoterm9menerima
kalor).Didapatkan panas pelarutan sebesar 896,5 J. Panas reaksi yang didapatkan
dengan menggunakan Hess sebesar 33,764 K J/mol.
IX. KESIMPULAN
Pada praktikum panas pelarutan yang telahh dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tetapan kalorimeter yang didapat = 105 J/0C
2. Panas pelarutan dari sampel CuSo4. 5H2O = -104 J
3. Panas pelarutan dari sampel CuSo4 anhidrat = 896,5 J
4. Panas reaksi (menggukn hukum Hess) = 33,764 kJ/mol
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Neraca Analitik

Pengaduk Kaca Arloji

Pipet Ukur Bola Karet


Labu Ukur Kalorimeter

Spatula Hot Plate

Termometer Gelas Ukur


TITIK BEKU (Penurunan Titik Beku)

1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat diharapkan :

Dapat menentukan harga Kf suatu pelarut.


Dapat menghitung berat molekul suatu zat yang tidak mudah menguap
dengan metode titik beku.

2. DASAR TEORI
Bila suatu zat sukar menguap dilarutkan dengan zat pelarut, akan terjadi
suatu peristiwa penurunan tekanan uap. Akhirnya pada suhu tertentu tekanan uap
zar pelarut dalam larutan akan selalu lebih rendah dari keadaan murninya.
Besarnya tekanan uap ini akan tergantung dari banyaknya zat yang dilarutkan.
Perubahan tekanan mengakibatkan adanya gangguan kesetimbangan dinamis dari
larutan.

P1 : Tekanan Uap Murni

P2 : Tekanan Uap sesudah diberi zat


terlarut

P1 P2

Murni Larutan

Semakin besar penambahan mol zat terlarut makin banyak penurunan


tekanan uap. Untuk larutan yang sangat encer maka tekanan uap zat terlarut dapat
diabaikan.
Menurut Hukum Roult : P = X1 P0

X1 = P/P0

Dimana : P = tekanan uap pelarut, P0 = tekanan uap pelarut murni, dan X1


= mol zat padat murni = 1, maka persamaan diatas dapat disederhanakan terlarut.

Dari persamaan diatas, dapat ditarik ln, sehingga persamaan menjadi :

ln P/P0 = ln X1

X1 + X2 = 1 X1 = 1 X1

Ln P/P0 = ln (1 X2)

Menurut Hukum Clausius Clapeyron :

ln P/P0 = -Hf / R (1/T0 1/T) dimana : T0 = Tf murni, T = Tf larutan

ln P = Hf (T T0) = Hf . Tf

P0 R T0T R T0 T

Karena T0 dan T hamper sama T0T ~ T02

ln P = Hf (T T0)

P0 R T02
Menurut persamaan Roult maka ln P/P0 = ln (1 X2), sehingga terjadi persamaan
dibawah ini :

ln (1 X2) = Hf Tf / R T02

Untuk larutan yang sangat encer maka ln (1 X2) = X2

X2 = Hf Tf

R T02

Tf = R T02 X2

Hf

Tf = R T02 G2 / M2

Hf G1 / M1

= R T02 M1 1000 G2

1000 Hf M1 . G1

= Kf 1000 G2

M2 G1

M2 = 1000 Kf G2

Tf G1

Dimana : G1 : Berat Pelarut

G2 : Berat Zat Terlarut


Tf : Penurunan titik beku

Kf : Penurunan titik beku molal yaitu merupakan sifat khusus


pelarut menunjukkan

Penurunan titik beku apabila 1 mol zat terlarut dilakukan dalam 1000 gr pelarut.

Penurunan titik beku adalah selisih titik beku pelarut dan titik beku larutan
dimana titik beku larutan lebuh rendah ddari titik beku pelarut. Titik beku pelarut
murni adalah 0C. Titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molaritas
dengan tetapan penurunan titik beku pelarutan (Kf) dinyatakan dengan persamaan
:

Tf = Kf.M atau Tf = Kf (n x 1000 / p)

Dimana : Tf : penurunan titik beku

Kf : tetapan penurunan titik beku

N : jumlah mol zat terlarut

P : massa pelarut

Nilai Kf beberapa larutan

PELARUT RUMUS TITIK BEKU (0C) PADA 1 Kf


MOLEKUL atm
Air H2O 0 0C 1,86
Asam cuka CH3COOH 16,5 0C 3,82
Benzena C6H6 5,5 0C 5,12
Fenol C6H5OH 40 0C 7,3
Kamfer C10H6O 180 0C 40
Nitrobenzena C6H5NO2 5,6 0C 6,9
kloroform CHCl3 63,5 0C 4,68
3. ALAT YANG DIGUNAKAN
Gelas Kimia
Kaca Arloji
Pipet Volume
Spatula
Pengaduk
Thermometer

4. BAHAN YANG DIGUNAKAN


Larutan asam asetat glacial
Larutan standar naftalena
Zat x yang dicari berat molekulnya
Es batu
Garam dapur

5. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

6. KESELAMATAN KERJA
Untuk menjaga keselamatan dalam melakukan percobaan gunakanlah jas
lab dan kacamata pelindung.

7. PROSEDUR KERJA
1. Menetukan berat jenis asam asetat glacial dengan menggunakan
piknometer atau aereometer.
2. Mengambil 50 ml pelarut, memasukkan kedalam alat sampai/sambil
didinginkan, mencatat suhunya untuk setiap 30 detik, hingga suhu konstan,
kemudian melihat sudah membeku atau belum.
3. Mencairkan pelarut kembali, kemudian menambahkan zat yang sudah
diketahui berat molekulnya (naftalena) 2 gr, didinginkan lagi dan mencatat
suhunya setiap 30 detik hingga suhu tetap sampai membeku.
4. Mencatat selisih titik beku dari percobaan 2 dan 3.
5. Mengulangi percobaan 2 dan 3 dengan mengambil zat terlarut yang akan
dicari berat molekulnya (zat x).

8. DATA PENGAMATAN
1) Penentuan titik beku naftalena
a. Titik beku Asam Asetat Glasial (Naftalena) (suhu awal 260C)
Waktu setiap 30 detik 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Suhu asam asetat glasial 18 14,5 15 15 15 15 15 15 15
(0C)

b. Titik beku Asam Asetat Glasial + Naftalena (suhu awal 26,90C)


Waktu setiap 30 detik 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Suhu asam asetat glasial + 20 15,2 12,2 13,1 13 12,8 12,1 12 11,4
Naftalena (0C)

2) Penentuan titik beku Natriun Oksalat (Na2C2O4)


c. Titik beku Asam Asetat Glasial (suhu awal 260C)
Waktu setiap 30 detik 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Suhu asam asetat glasial 18 14,3 15 15 15 15 15 15 15
(0C)

d. Titik beku Asam Asetat Glasial + Natrium Oksalat (suhu awal


30C)
Waktu setiap 30 detik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Suhu asam asetat glasial + 20 18 16 16 15 15 15 14 13 12 12
Natrium oksalat (0C)
9. DATA PERHITUNGAN
1. menentukan volume piknometer
berat piknometer kosong = 60,06710 gr
berat piknometer + aquadest 200C = 160,3350 gr
berat aquadest = (berat piknometer +
aquadest 200C) (berat
piknometer kosong)
=(160,3350gr)(60,06710 gr)
= 100,164 gr

Volume piknometer = berat aquadest


Berat jenis aquadest 200C
= 100,164 gr
0,9982 gr/ml
=100,4448 gr

2. Menentukan berat jenis Asam Asetat Glasial


berat piknometer kosong = 60,1267 gr
berat piknometer + Asam Asetat Glasial = 165,6367 gr
berat jenis Asam Asetat Glasial =(berat piknometer+asam
asetat glasial) -( berat
piknometer kosong)
volume piknometer
= (165,6367 gr) (60,1267 gr)
100,448 ml
= 1,0504 gr/ml
3. massa Asam asetat glasial
Asam asetat = m asam asetat
v asam asetat
1,0504 gr/ml = m asam asetat
50 ml
M asam asetat = 1,0504 gr/ml x 50 ml
= 52,52 gr

4. Kf asam asetat glasial


Dik= Tf0 Asam asetat glasial = 150C
Tf0 Asam asetat glasial + Naftalena = 11,40C

Tf (Asam asetat glasial + Naftalena) = (Tf0 (Asam asetat


glasial Asam asetat
glasial + Naftalena))
= 150C 11,40C
= 3,60C

Mr Naftalena (C10H8) = 10.Ar C + 8.Ar H


=10(12) + 8 (1)
= 128 gr/mol

Gram naftalena = 2 gram

Jawab :
Kf = Tf x Mr naftalena x m Asam asetat
Gram naftalena x 1000
=3,6C x 128 gr/mol x 52,52 gr
2 gr x 1000
= 24201,216 grC/mol
2000
= 12,1006 gr0C /mol

5. Berat molekul zat x (natrium oksalat)


Dik : Tf (Asam asetat glasial) = 150C
Tf (Asam asetat glasial + natrium oksalat) = 11,40C

Gram zat x = 2 gr
Kf = 12,1006 gr0C /mol

Jawab :
Mr zat x = 1000 x Kf x gram zat x
m.asam asetat x Tf
= 1000x 12,1006 gr0C /mol x 2 gr
52,52 gr x 3,60C
= 153,5998 gr/mol

6. % kesalahan
a. % kesalahan penentuan berat jenis Tf0 asam asetat glasial
% kesalahan = Tf0 teori - Tf0 praktek x 100%
Tf0 teori

= 16,7 15 x 100%
16,7

= 10,17 %

b. % kesalahan berat jenis asam asetat glasial


%kesalahan = berat jenis teori berat jenis praktek
x 100%
Berat jenis teori

= 1,049 gr/ml 1,0504 gr/ml


x 100%
1,049 gr/ml

= 0,1334 %

c. % kesalahan berat molekul zat x


Mr Na2C2O4 = 2 . Ar Na + 2. Ar C + 4. Ar O
= 2 (23) + 2 (12) + 4 (16)
= 134 gr/mol

% kesalahan = Mr Teori Mr praktek x 100%


Mr Teori

= 134 gr/mol 153,5998 gr/mol x100%


134 gr/mol

= 14,62 %
10. PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan titik beku suatu zat ?

Titik beku uatu zat adalah temperatur pada suatu zat setimbang
dengan pelarut padatnya atau suhu dimana suatu fase zat berubah
dari fase cair ke fase padat.

2. Apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku molal ?

Penurunan titik beku adalah sifat khusus pelarut yang


menunjukkan penurunan titik beku apabila 1 molal zat terlarut
dilakukan dalam 1000 gr pelarut.

3. Apa yang menyebabkan turunan tekanan uap pada pemberian zat terlarut ?

Karena adanya molekul-molekul zat terlarut dipermukaan,


sehingga akan menghalangi lepasnya molekul-molekul pelarut
menjadi gas.
11. ANALISA PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan titik beku (penurun titik beku), dapat di


analisa bahwa percobaan kali ini bertujuan untuk memnentukan Kf dari asam
asetat glacial dan menghitung berat molekul suatu zat yang tidak diketahui.
Titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya. Pada percobaan dalam praktek kali ini dapat dilihat bahwa
pengaruh jumlah zat terlarut akan menurunkan titik beku dari larutan tersebut.

Penentuan titik beku dilakukan dengan memipet 50 ml asam asetat glasial


lalu didinginkan hingga mencapai suhu yang konstan. setelah itu di cairkan
kembali lalu ditambahkan naftelena sebanyak 2 gr kemudian didinginkan
kembali sehingga mencapai suhu yang konstan. Untuk mwngetahui penurunan
titik beku pada asam asetat glasial dengan menggunakan natrium
oksalatdilakukan dengan cara memipet asam asetat glasial 50 ml lalu
didinginkan hingga mencapai suhu yang konstan lalu dicairkan kembali sampai
suhu konstan.

Titik beku larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kosentrasi


larutan, keelektrolitan larutan dan jumlah partikel.

12. KESIMPULAN

Dari percobaan titik beku yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Volume piknometer = 100,4448ml


2. Berat jenis asam asetat glasial = 1,0504 gr/ml
3. Massa asam asetat glasial = 52,52 gr
4. Kf asam asetat glasial =12,1006 grC/mol
5. Berat molekul natrium oksalat = 153,5998 gr/mol
6. a. % kesalahan berat jenis Tf0 asam asetat glasial = 10,17%
b. % kesalahan berat jenis asam asetat glasial = 0,1334 %
c. % kesalahan berat molekul natrium oksalat = 14,62 %
GAMBAR ALAT

TERMOMETER PIPET UKUR

PENGADUK BOLA KARET

GELAS KIMIA
HASIL KALI KELARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan dapat menghitung
kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas kelarutan
PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan Ksp pada suhu.

II. LANDASAN TEORI


Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia senyawa obat yang
penting dalam meramalkan derajat absorpsi obat dalamsaluran cerna. Obat-obat
yang mempunyai kelarutan kecil dalam air (porly soluble drugs) seringkali
menunjukkan ketersediaan hayati rendah dan kecepatan disolusi merupakan tahap
penentu (rate limiting step) pada proses absorpsi obat (Zaini, 2011: 205).
Istilah kelarutan untuk mengacu pada konsentrasi sebuah larutan jenuh
dari sebuah larutan (disini kristalin padat) dalam sebuah pelarut pada sebuah
temperatur tertentu. Dalam sebuah kesetimbangan larutan jenuh hadir antara
benda padat dan ion-ionnya. Dalam larutan, seperti untuk barium sulfat:
BaSO4(S) Ba2+ + SO42-
Tetapan kesetimbangan untuk proses ini umumnya adalah tetapan hasil kali
kelarutan
Ksp = [Ba2+] [SO42-]
Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan penambahan zat
terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai atau dengan meningkatkan
konsentrasi dari ion-ion sampai pengendapan terjadi. Hasil-hasil pengendapan
dalam analit secara fisik dipisahkan dari zat-zat lainnya dalam larutan. Seperti
juga dari pelarut itu sendiri. Sampai tahun-tahun terakhir ini pengendapan
merupakan merupakan metode yang paling luas dipergunakan oleh para
analisdalam memisahkan sebuah sampel (Day dan Underwood, 1986:231).
Secara umum semua garam akan larut dalam air. Jika air terus menerus
dilarutkan dalam air, maka akan tercapai suatu titik yang disebut dengan titik
jenuh, pada penambahan sedikit garam saja maka akan terjadi endapan. Atau
dengan kata lain larutan garam tersebut mengalami lewat jenuh. Larutan jenuh
suatu garam misalnya garam perak, yang telah berada dalam keadaan lewat jenuh,
sistem membentuk kesetimbangan antara endapan dengan larutannya.
AgCl Ag+ + Cl-
Kesetimbangan heterogen tersebut dapat dituliskan dalam bentuk tetapan
kesetimbangan sebagai berikut:
K=
Konsentrasi perak klorida (AgCl) realtif tetap, sehingga dapat digabung dengan
tetapan (K) menjadi tetapan baru (Ksp). Tetapan baru ini dinamakan tetapan hasil
kali kelarutan (Solubility product constant). Ksp merupakan persamaan yang
menunjukkan hasil kali konsentrasi ion-ion pembentuknya yang harganya sangat
tergantung pada suhu kelarutan (Partana, 2003: 39).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah
temperatur dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut. Termasuk
dalam kategori terakhir ini adalah ion-ion yang mungkin dan mungkin juga tidak
tergabung dalam ion-ion pada benda padat, seperti juga ion-ion atau molekul-
molekul yang membentuk molekul-molekul yang terurai atau ion-ion dari benda
padat tersebut (Day, 1986: 231).
Bila suatu elektrolit kuat ditambahkan ke suatu elektrolit lemah atau ke
suatu larutan yang mengandung garam sukar larut, kekuatan ionis dari larutan
akan berubah (elektrolit kuat akan terdisosiasi sempurna). Oleh karena itu
koefisien aktivitas dan konstanta disosiasi elektrolit lemah atau kelarutan garam
yang sukar larut akan berubah. Asumsi dibuat bahwa = 1 dapat diuji dengan
bantuan hukum pembatasan Debye-Huckel yakni dengan
menggunakanpersamaan:
= [Ba2+] + [SO42-] ]
= [(10-5)(+2)2+ (10-5)(-2)2]
= 4,0 x 10-5 mol dm-3
Daya kelarutan suatu zat berkasiat memegang peranan penting dalam
formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang
ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat
hidrofobik. Kegunannya menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya kelarutan,
dimana akan menyebabkan kecilnya penetrasi obat tersebut di dalam tubuh.
Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/mL mempunyai tingkat
disosiasi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat
tersebut sangatlah dapat berkaitan (Jufri, 2004: 160).
Beberapa metode un tuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi suatu
obat telah banyak dilaporkan seperti pembuatan dispersi padat, pembentukan
produk, kompleks inklusi obat dengan pembawa dan modifikasi senyawa menjadi
bentuk garam dan solvat. Salah satu metode menarik dan sedrhana yang baru-baru
ini dikembangkan dalam bidang ilmu bahan dan rekayasa kristal untuk
meningkatkan laju pelarutan dan ketersediaan hayati dan obat-obat yang sukar
larut adalah teknik kokristalisasi untuk menghasilkan kokristal (senyawa
molekuler) dengan sifat-sifat fisika dan fisiko kimia yang lebih unggul. Kokristad
merupakan material padar yang membantuk satu kisi kristal (Zaini, 2011: 206).
Salah satu cara yang diterapkan oleh industri frmasi saat ini untuk
mrningkatkan kelarutan sautu obat yang bersifat lipofilik atau hidrofobik adalah
dengan membuat sediaan emulsi. Penerimaan oleh pasian menjadi alasan yang
paling penting mengapa emulsi menjadi bentuk sediaan farmasi (Jufri, 2004: 160).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Buret 50 mL
c. Spatula
d. Erlenmeyer 250mL
e. Erlenmeyer 1000mL
f. Gelas kimia 250mL
g. Gelas kimia 100mL
i. Corong biasa
j. Thermometer 1100C
k. Botol semprot
l. Klem kayu
m. Pipet tetes
n. Pengaduk
2. Bahan
a. Larutan kalium klorida (KCl) 1,0 M
b. Larutan Timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2) 0,075 M
c. Aquadest (H2O)

IV. PROSEDUR KERJA


1. Menempatkan larutan Pb(NO3)2 dan KCl pada dua buret yang berbeda.
2. Menyiapkan larutan seperti pada tabel di bawah ini dengan cara pertama-tama
menambahkan 10mL 0,075 MPb(NO3)2 kedalam tiap tabung reaksi, kemudian
menambahkan KCl sebanyak yang dicantumkan. Pada saat pencampuran dan
setelah setelah pencampuran tabung reaksi harus dikocok. Membiarkan selama 5
menit dan mengamati apakah sudah terbentuk endapan atau belum.
No.Campuran Volume Pembentukkan Suhu 0C
Pb(NO3)2 Volume KCl endapan
0,075M (ml) 1M (ml) (sudah/belum)
1 10 0,5
2 10 1,0
3 10 1,2
4 10 1,4
5 10 1,5
6 10 2,0
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada table 2.1 pada tabung yang sudah
terbentuk endapan dan tabung yang belum terbentuk endapan, mengulangi langka
diatas untuk menentukan banyaknyana volume KCl 1,0 M yang dapat
menyebabkan terbentuknya endapan sampai ketelitian 0,1 M. Mencatat hasil
pengamatan pada table 2.1 mencatat pula volume KCl 1,0 M yang dapat
menyebabkan terjadinya pengendapan suhu.

4. Pada tabung reaksi yang lain, menyiapkan larutan berikut table 2.2 :
No.Campuran Volume Pembentukkan
Pb(NO3)2 Volume KCl endapan Suhu0C
0,075M (ml) 1M (ml) (sudah/belum)
1 10 1,5
2 10 2,0
3 10 2,5
4 10 3,0
5 10 3,5
6 10 4,0
5. Menempatkan campuran yang terbentuk endapan pada penangas atau labu
Erlenmeyer yang dipanaskan seperti terlihat pada gambar, ketika penangas
dipanaskan menggunakan thermometer untuk mengaduk larutan secara perlahan-
lahan (kecepatan pemanasan penangas kira-kira 1C per menit) mencatat suhu
ketika endapan tepat larut. Melakukan hal yang sama untuk campuran-campuran
lain, mencatat semua hasil yang diperoleh pada table 2.2

V. DATA PENGAMATAN
6.1 Tabel 2.1

No Volume Pb(NO3)2 Volume KCl 1M Pembentukan Endapan Suhu


0,075 M (ml) (ml) (Sudah/Belum) ()
1. 10 0,5 Belum 25
2. 10 1,0 Belum 25
3. 10 1,2 Belum 25
4. 10 1,4 Sudah 25
5. 10 1,5 Sudah 25,5
6. 10 2,0 Sudah 25,5
6.2 Tabel 2.2

No Volume Pb(NO3)2 Volume KCl 1M Pembentukan Endapan Suhu


0,075 M (ml) (ml) (Sudah/Belum) ()
1. 10 2,5 Sudah 26
2. 10 3,0 Sudah 26
3. 10 3,5 Sudah 26
4. 10 4,0 Sudah 26
6.3 Tabel 2.3Kelarutan pada saat pemanasan

Sampel Volume Pb(NO3)2 Volume KCl 1M Suhu Endapan menjadi


0,075 M (ml) (ml) Terlarut ()
1. 10 1,5 75
2. 10 2,0 75
3. 10 2,5 78
4. 10 3,0 79
5. 10 3,5 80
6. 10 4,0 85

VI. DATA PERHITUNGAN

Volume Pb(NO3)2 Volume KCl 1M Pembentukan Endapan Suhu ()


0,075 M (ml) (ml) (Sudah/Belum)
10 1,5 Sudah 25,5
10 2,0 Sudah 25,5
10 2,5 Sudah 26
10 3,0 Sudah 26
10 3,5 Sudah 26
10 4,0 Sudah 26

Reaksi Pencampuran :

Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

6.1 Penentuan Ksp

a. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 1,5 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

0,075 M 1M
Mol : 0,75 mmol 1,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

- - 0,75 mmol 1,5 mmol

0,75
[PbCl2] = = = 0,0652 M
11,5

PbCl2 2+ + 2

s 2s

Ksp = x 2 2 = 4 3 = 4 (0,0652)3

Ksp = 11,0867 104

b. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 2,0 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

0,075 M 1M

Mol : 0,75 mmol 2,0 mmol - -

Bereaksi :0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

- 0,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

0,75
[PbCl2] = = = 0,0625 M
12

PbCl2 2+ + 2

s 2s

Ksp = x 2 2 = 4 3 = 4 (0,0625)3

Ksp = 9,765 104

c. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 2,5 ml


Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

0,075 M 1M

Mol : 0,75 mmol 2,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

- 1,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

0,75
[PbCl2] = = = 0,06 M
12,5

PbCl2 2+ + 2

s 2s

Ksp = x 2 2 = 4 3 = 4 (0,06)3

Ksp = 8,64 104

d. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 3,0 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

0,075 M 1M

Mol : 0,75 mmol 3,0 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

- 1,5 mmol0,75 mmol 1,5 mmol

0,75
[PbCl2] = = = 0,0567 M
13

PbCl2 2+ + 2

s 2s

Ksp = x 2 2 = 4 3 = 4 (0,0567)3

Ksp = 7,64 104


e. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 3,5 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

0,075 M 1M

Mol : 0,75 mmol 3,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

- 2,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

0,75
[PbCl2] = = = 0,0555 M
13,5

PbCl2 2+ + 2

s 2s

Ksp = x 2 2 = 4 3 = 4 (0,0555)3

Ksp = 6,83 104

f. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 4,0 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCL PbCl2 + KNO3

0,075 M 1M

Mol : 0,75 mmol 4,0 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

- 2,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

0,75
[PbCl2] = = = 0,0535 M
14

PbCl2 2+ + 2

s 2s

Ksp = x 2 2 = 4 3 = 4 (0,0535)3
Ksp = 6,12 104

6.2 Penentuan log Ksp

a. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 1,5 ml

Diketahui : Ksp = 11,0867 104

Maka log Ksp = log 11,0867 104

Log ksp = -2,955

b. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 2,0 ml

Diketahui : Ksp = 9,765 104

Maka log Ksp = log 9,765 104

Log ksp = -3,01

c. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 2,5 ml

Diketahui : Ksp = 8,64 104

Maka log Ksp = log 8,64 104

Log ksp = -3,06

d. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 3,0 ml

Diketahui : Ksp = 7,64 104

Maka log Ksp = log 7,64 104

Log ksp = -3,11

e. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 3,5 ml

Diketahui : Ksp = 6,83 104

Maka log Ksp = log 6,83 104


Log ksp = -3,16

f. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 4,0 ml

Diketahui : Ksp = 6,12 104

Maka log Ksp = log 6,12 104

Log ksp = -3,21


6.3 Penentuan ( )

a. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 1,5 ml

T = 75

1 1
T = 273 + 75 = 348 b = = 0,00287
348

b. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 2,0 ml

T = 77

1 1
T = 273 + 77 = 350 b = = 0,00286
350

c. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 2,5 ml

T = 78

1 1
T = 273 + 78 = 351 b = = 0,00285
351

d. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 3,0 ml

T = 79

1 1
T = 273 + 79 = 352 b = = 0,00284
352

e. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 3,5 ml


T = 80

1 1
T = 273 + 80 = 353 b = = 0,00283
353

f. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M 10 ml dengan larutan KCl 1 M 4,0 ml

T = 83

1 1
T = 273 + 83 = 356 b = = 0,00280
356

Tabel 2.2
Volume Volume Suhu Pelarutan Ksp Log 1
( )
No Pb(NO3)2 KCl (104 ) Ksp
1. 10 ml 1,5 ml 75 348 11,08 -2.95 0,00287
2. 10ml 2,0 ml 72 350 9,76 -3,01 0,00286
3. 10 ml 2,5 ml 78 351 8,64 -3,06 0,00285
4. 10ml 3,0 ml 79 352 7,64 -3,11 0,00284
5. 10 ml 3,5 ml 80 353 6,83 -3,16 0,00283
6. 10 ml 4,0 ml 83 336 6,12 -3,21 0,00280

-Tabel Kurva Ksp sebagai fungsi suhu ()

X (Suhu) Y (Ksp) 2 xy

75 0,001108 5625 0,0831


77 0,000976 5929 0,07515
78 0,000864 6084 0,06739
79 0,000764 6241 0,06035
80 0,000683 6400 0,05464
83 0,000612 6889 0,0508

= 472 = 0,005007 2 = 37132 = 0,39143

. .
Slope = 2
. 2 ( )

(6 0,39143)(472 0,005007)
=
(6 37132)(4722 )

2,34852,63304
=
22279222784

0,28454
=
8

= -0,03557
2
Intersep =
. 2 ( 2 )

(10,005007 37132)(472 0,39143)


= (6 37132)(4722 )

(185,9199)(184,7544)
=
222792222784

1,165
=
8

= 0,1456

Persamaan y = -0,03557 x + 0,145

- Kurva log Ksp terhadap 1

X (1) Y (log Ksp) 2 (106 ) xy

0,00287 -2.95 8,24 -0,0085


0,00286 -3,01 8,18 -0,0086
0,00285 -3,06 8,12 -0,0087
0,00284 -3,11 8,06 -0,0088
0,00283 -3,16 8,00 -0,0089
0,00280 -3,21 7,84 -0,0090

= 0,01705 = 18,5 2 = 48,44 = 0,0438

. .
Slope = 2
. 2 ( )

(6 0,0438)(0,01705 18,5)
=
(6 48,44 106 )(0,01705)2

0,26280,3154
=
0,00029060,0002907
0,0526
=
0,0000001

= 526 103

2
Intersep =
. 2 ( 2 )

(18,5 48 106 )(0,01705 0,0438)


= (6 48,44 106 )(0,01705)2

(0,000896)(0,0007468)
=
0,0000001

0,0001443
=
0,0000001

= -14493

Persamaan y = 526000 x -1443

Kelarutan PbCl2dalam air (gr/L) sebagai fungsi suhu

Sampel Volume Pb(NO3)2 Volume KCl Konsentrasi Pb(NO3)2 Kelarutan


0,075 M (ml) 1M (ml) 0,075 M (ml) PbCl2
1. 10 1,5 0,0652 18,13
2. 10 2,0 0,0625 17,38
3. 10 2,5 0,06 16,61
4. 10 3,0 0,0576 16,02
5. 10 3,5 0,0555 15,43
6. 10 4,0 0,0535 14,87
Diketahui : Berat molekul PbCl2 = 278,1 gr/mol

X (Suhu) Y (Kelarutan) 2 Xy

75 18,13 5625 1359,75


77 17,38 5929 1338,26
78 16,61 6084 1301,04
79 16,02 6241 1265,58
80 15,43 6400 1234,4
83 14,87 6889 1234,21

= 472 = 98,51 2 = 37132 = 7732,24

. .
Slope = 2
. 2 ( )

(6 7732,24)(472 98,51)
=
(6 37132)(4722 )

46393,4446496,51
=
22279222784

103,28
=
8

= -12,91

2
Intersep =
. 2 ( 2 )

(98,81 37132)(472 7732,24)


= (6 37132)(4722 )

(3657878,37)(3649617,28)
=
222792222784

18256,04
=
8

= 1032,005Persamaan

y = -12,91 x + 1032,005
Kurva Ksp terhadap Suhu
0.0012

0.001

0.0008

0.0006

0.0004

0.0002

0
74 76 78 80 82 84

Kurva 1/T Terhadap Log Ksp


-2.9
0.00279 0.0028 0.00281 0.00282 0.00283 0.00284 0.00285 0.00286 0.00287 0.00288
-2.95

-3

-3.05

-3.1

-3.15

-3.2

-3.25

Kelarutan PbCl2 terhadap suhu


pelarutan
84
82
80
78
76
74
72
70
14,87 15,43 16,02 16,61 17,98 18,13
VII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini yaitu hasil kali kelaruitan yang bertujuan untuk
memperlihatkan prinsip hasil kali kelarutan, menghitung kelarutan elektrolit yang
bersifat sedikit larut. Sampel yang digunakan adalah Pb(NO3)2 dan KCl
sebagaizat yang dapat menyebabkan pengendapan suatu larutan.Dalam melakukan
percobaan kali ini, volume KCl divariasikandengan tujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh volume yang diberikanKCl sehingga terbentuk atau tidak
endapan pada larutan Pb(NO3).

Variasi volume KCl yang kami buat adalah 0.5,1.0,1.2,1.4,1.5,2.0


mL.Pada table 1 terlihat bahwa volume KCl 0.5 mL tidak menghasilkanendapan,
sedangkan pada volume 1,5 mL menghasilkan endapan yang sedikit.Untuk
volume 2 mL didapatkan endapannya semakin banyak seiring dengan
bertambahnya konsentrasi. Hal ini terjadi karena Ksp dengan konsentrasitinggi
akan besar dari Qspnya sehingga membentuk endapan.Pengujian endapan juga
dilakukan melalui pemanasan. Larutan yang dicampur tersebut yang telah
membentuk endapan menjadi larut setelahdilakukan pemanasan. Hal ini terjadi
karena gerakan partikel-partikel yang terdapat dalam larutan semakin cepat
mengalami penguraian sehingga pelarutanyang terjadi akan semakin
cepat.Larutan yang telah ditambahkan KCl 1.1 mL sampai 1.4 mLmengalami
endapan yang sangat besar. Setelah melakukan pemanasan untuk penambahan
KCl 1.5;2.0;2.5 ml maka suhu yang diperoleh adalah semakin besardengan
bertambahnya volume KCl yang diberikan. Hal ini terjadi karena semakinbanyak
volume yang ditambahkan akan semakin lama untuk terurai didalam airpanas dan
akan menghasilkan suhu yang tinggi pula.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan


sebagai berikut :

1. Semakin besar volume dari penambahan KCl maka endapan semakin


banyak
2. Semakinbanyak endapan maka membutuhkan suhu yang tinggi untuk
melarutkan endapan.
3. Nilai Ksp berbanding terbalik dengan penambahan KCl.
GAMBAR ALAT

Penjepit Pipet Tetes Tabung Reaksi

Bola Karet Gelas Kimia Labu Ukur

Pipet Ukur Termometer Erlenmeyer

Spatula Hot plate Kaca Arloji


TITIK LELEH DAN TITIK NYALA
(PENENTUAN TITIK LELEH DAN TITIK NYALA SUATU
ZAT)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
a. Menetapkan besarnya titik leleh suatu zat padat dengan alat penentu titik
leleh
b. Menetapkan besarnya titik nyala suatu zat cair dengan alat penentuan
titik nyala.

II .ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


A. Alat yang digunakan :
Untuk penentuan titik leleh :
a. Pipet kapiler
b. Pipet gelas
c. Kaca arloji
d. Spatula
e. Digital point apparatus
Untuk penentuan titik nyala
a. Gelas kimia
b. Pipet ukur
c. Bola karet
d. Termometer
e. Flash point testers

B. Bahan yang digunakan


Untuk penentuan titik leleh
a. Asam oksalat
b. Asam benzoat
Untuk penentuan titik nyala
a. Asam benzoat
b. Asam asetat glasial
c. Parafin dan oil

III. DASAR TEORI


Titik nyala adalah temperatur terendah dimana campuran senyawa dengan
udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi. Titik leleh
adalah teperatur senyawa padat dan cair berada keadaan kesetimbangan pada
tekanan 1atm.

Sifat fisik dan kimia asam oksalat: berwarna putih, dan tidak berbau,
mempunyai berat molekul 126 gr/mol dan mempunyai densitas sebesar 1,653
gr/cm3. Asam oksalat banyak digunakan di industri untuk: bahan pelapis yang
melindungi logam dari kerak, Menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan
sebagai blenching, bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat,
sebagai indikator dalam pabrik polimer.

Pada penentuan titik nyala menggunakan zat asam asetat glasial, bejana
logam bagian atas harus dijaga agar tetap kering. Suhu diukur dengan
menggunakan termometer, penentuan titik nyala ditandai dengan percikan api.
Dan didapat kan titik nyala asetat glasial sebesar 59 o

ASAM BENZOAT
Asam benzoat merupakan padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam
karboksilat aromatik yang paling sederhana. Asam lemah ini beserta garam
turunannya digunakan sebagai pengawet makanan.Asam benzoat adalah
prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.

SIFAT-SIFAT BAHAYA

Efek terhadap Kesehatan :


KESEHATAN Berbahaya jika tertelan, terhirup, mengiritasi kulit,
mengiritasi mata, menyebabkan gangguan mata berat.
Asam benzoat beracun untuk paru-paru, sistem saraf,
membran mukosa. Paparan berulang atau berkepanjangan
untuk asam benzoat dapat menghasilkan kerusakan organ.

Gejala yang ditimbulkan: efek iritan, diare, mual,


muntah, kelainan usus, resiko cedera serius pada mata.

Mudah terbakar pada suhu tinggi, titik nyala 121C.


Produk pembakaran berupa karbon oksida (CO, CO2).

Media dan instruksi pemadam kebakaran:


KEBAKARAN
Api kecil: menggunakan serbuk kering

Api besar: gunakan semprotan air, kabut atau busa. Jangan


gunakan air jet.

Produk stabil. Reaksi eksotermik dengan basa dan


REAKTIVITAS oksidator. Stabiltas kimia dapat menyublim.

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA

Bentuk : padat Suhu menyala : 570 C

Warna zat : putih Densitas curah : Ca.500 kg/m3

Titik leleh : 122,4 C Berat jenis uap relatif : 4,21

Titik didih : 249,2 C Berat jenis : 1,321 g/cm3


pada 20 C
Tekanan uap : 0,001 hPa pada 20 C
Kelarutan dalam air : 2,9 g/L pada
Titik nyala : 121 C
25 C
Titik sublimasi: >100 C
Larut dalam alkohol, aseton,
benzena, chloroform, etanol. Sedikit
larut: petroleum eter dan heksana.

KESELAMATAN DAN PENGAMANAN


Penanganan:

Jauhkan dari panas. Jangan ditelan. Jangan menghirup


debu. Pakailah pakaian pelindung yang sesuai. Ventilasi
PENANGANAN ruangan cukup, pakai peralatan pernapasan yang sesuai.

DAN Jika tertelan, segera bawa ke dokter dan tunjukkan wadah


atau label. Hindari kontak dengan mata dan kulit.
PENYIMPANAN
Penyimpanan:

Wadah pastikan tertutup rapat. Simpan di tempat yang


dingin dan berventilasi cukup.

Menggunakan alat yang tepat untuk menempatkan bahan

TUMPAHAN buangan ke dalam wadah pembuangan yang sesuai. Jika


perlu menetralisir residu dengan larutan encer natrium
DAN
karbonat. Setelah bubuk dibersihkan, gunakan air
KEBOCORAN dipermukaan yang terkontaminasi dan membuangnya
sesuai persyaratan daerah lokal dan regional.

Pernafasan : jika operasi laboratorium menghasilkan


debu, asap atau kabut, gunakan
pembuangan lokal atau kontrol teknik
yang tepat untuk menjaga paparan
ALAT
Mata/muka kontaminan udara dibawah batas
PELINDUNG
Kulit pemaparan. Dan gunakan respirator untuk
DIRI
menghindari inhalasi produk.

: goggles atau perisai muka (face shield)

: jas laboratorium, gloves (karet), dan boots

Penghirupan : pindahkan korban ke tempat udara segar.


Bila sulit bernafas beri oksigen dan bawa
PERTOLONGAN Terkena kulit
ke dokter
PERTAMA
: cuci dengan air atau air sabun dan bilas
dengan air bersih. Jika kontak dengan
Terkena mata kulit serius, maka cuci dengan sabun dan
tutup dengan cream antimikroba. Segera
hubungi dokter, bila terjadi iritasi.
: periksa dan buka lensa kontak. Cuci
Tertelan dengan air bersih, alirkan air minimal
selama 15 menit. Bawa ke dokter, bila
terjadi iritasi.

: segera beri korban minum air putih (dua


gelas paling banyak). Jika dalam jumlah
besar asam benzoat ditelan. Periksakan ke
dokter.

INFORMASI LINGKUNGAN

Limbah harus dibuang sesuai petunjuk mengenai limbah 2008/98/EC serta


peraturan nasional dan lokal lainnya. Tinggalkan bahan kimia dalam bahan
aslinya. Jangan dicampurkan dengan limbah lain. Jangan dibuang ke saluran
pembuangan.

ASAM OKSALAT

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asamorganik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asamasetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak
larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-
COOCa), penyusun utama jenis batuginjal yang sering ditemukan.Asam oksalat
pertama kali disintesis oleh Carl W.Scheele pada tahun 1776 dengan cara
mengoksidasi gula dengan asan nitrat. Pada tahun 1784 telah dibuktikan asam
oksalat terdapat pada tanaman sorrel. Pada tahun 1829, Gay Lussac menemukan
bahwa asam oksalat dapat diproduksi dengan cara meleburkan serbuk gergaji
dalam larutan alkali. Asam oksalat merupakan turunan dari asam karboksilat yang
mengandung dua gugus karboksil yang terletak pada ujung-ujung rantai karbon
yang lurus yang mempunyai rumus molekul C2H2O4 tidak berbau, higroskopis,
berwarna putih sampai tidak berwarna dan mempunyai berat molekul 90 gr/mol.
Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8%
pada 10o C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral
dengan logam alkali (Na,K), yang larut dalam air (5-25 %), sementara itu dengan
logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat, mempunyai
kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat secara praktis tidak
larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat digunakan untuk
menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat.
Asam oksalat mempunyai massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol
(dihidrat), rupa putih, kepadatan dalam fase 1,90 g/cm (anhidrat) dan 1.653 g/cm
(dihidrat), kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15C), 14,3 g /100 mL (25C?), dan
120 g/100 mL (100C), dan titik didih sebesar 101-102C (dihidrat) (Anonim, 22
oktober 2010).

Sifat-sifat Asam Oksalat Dihidrat


Asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O)
Berwarna putih, berbentuk kristal dan tidak berbau
Melting point : 101,5 0C
Densitas : 1,653 gr/cm3
Hf (18 0C) : -1422 kJ/mol
Berat molekul : 126 gr/mol
PH (0,1 M) : 1,3
Kegunaan Asam Oksalat
Asam oksalat merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan pada
industri, yang mempunyai kegunaan lain sebagai berikut :
_ Sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari kerak.
_ Menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleching.
_ Bahan pencampur zat warna dalam industry tekstil dan cat.
_ Sebagai inisiator dalam pabrik polimer
IV. LANGKAH KERJA
4.1 Untuk penentuan titik leleh :
1. Memasukan zat yang akan diketahui titik lelehnya (dari kaca arloji) yakni
asam oksalat dan asam benzoat kedalam pipa kapiler, kemudian
memadatkan dengan cara menjatuhkan pipa kapiler tersebut di dalam pipa
gelas secara berulang-ulang.
2. Meletakan pipa kapiler pada bagian pemanasan pada alat penentu titik
leleh dan menutup lubang lainnya dengan logam penutupnya (seperti
jarum).
3. Menyalakan pemanas alat penentuan titik leleh
4. Mengatur pemanasan dengan mengatur tombol course temperatur control
serta fine temperatur control, sehingga kecepatan pemanas menunjukan
kenaikan suhu 1-20C per menit atau sesuai dengan kartu petunjuk yang
ada pada bagian alas alat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil yang teliti. Sebab jika melebihi kecepatan pemanasan tersebut maka
hasil yang didapatkan akan menunjukan hasil yang lebih besar dari hasil
yang sesungguhnya.
5. Setelah suhu mendekati titik leleh, memperhatikan zat yang diselidiki pada
saat meleleh maka menekan tombol display (display hold control)sehingga
suhu pelelehan dapat dibaca langsung.

4.2 Untuk penentuan titik nyala


1. Sebelum percobaan dimulai, tester (peralatan) harus dibersihkan terlebih
dahulu untuk menghilangkan sisa-sisa minyak ataupun solvent.
2. Mengisi bejana logam dengan zat(asam asetat glacial) yang akan ditest
tersebut dengan penutupnya dengan tanda batas, lalu menutup kembali
bejana tersebut dengan penutupnya dan memasang stirrer serta
termometernya. Pada saat mengerjakan, dinding logam bagian atas di atas
tanda batas, harus dijaga kering (jangan samapi basah).
3. Memasang kabel penyambung arus dan menghubungkan juga selang gas
pembakar.
4. Menyalakan gas pembakar dan mengatur nyala sehingga diperleh nyala
yang sesuai, kemudian menyalakan pemanas listriknya.
5. Mengatur pemanasan (pemanas listrik) sedemikian rupa sehingga kenaikan
suhu pemanasan kira-kira 50C/menit. Jika termometer sudah menunjukan
suhu 150C sebeum titik nyala yang diperlukan, maka melakukan test nyala
dengan cara sebagai berikut ;
Memutar tombol pembakar sehingga api gas masuk kedalam bagian atas
bejana logam yang berisi zat yang sedang ditest, dan melakukan setiap
selang kenaikan suhu 10C selama kenaikan 1 detik, sampai uap zat yang
sedang ditest terbakar. Maka pada saat pertama kali uap zat terbakar di
termometer menunjukan titik nyala dari zat tersebut.
Test nyala ini harus jelas dan diatur untuk jarak 4 mm, dan pada saat
dilakukan test nyala maka kecepatan pemanasan dikurangi menjadi 3-4
0
C/menit.
6. Setelah selesai menaikan kembali alat penentu titik nyala (pemanas listrik
maupun pembakar gas), dan menyimpan kembali zat yang sudah ditest
serta membersihkan logam bejana sehingga benar-benar bersih.

4.3 Penentuan Melting Point


1. Memasang perangkat Melting Point 9200 ke saklar arus listrik
2.Memasukkan pipa kapiler ke dalam kolom Melting Point letakkan ditengah
kolom(yang terdapat 3 kolom)
Misal zat x secara teoritis 101 maka diset ke temperatur 110
3.Lalu menekan 1,0 lalu amati sampai zat di dalam pipa kapiler
meleleh
Pendinginan Melting Point
1. Setelah mendapat nilai zat x atau nilai temperatur zat x
2. Maka menekan Clear 2x
3. Lalu menekan Recall lihat temperatur apakah sudah turun atau belum, jika
temperatur sudah 0 maka cabut kabel dari stop kontak.
2.4 Flash Point
1. Memasang kabel pada stop kontak
2. Mengisi bejanan dengan zat x ( pada kesempatan kali ini kami
mengggunakan kerosene atau minyak lampu)
3. Memasukkan alat pemantik api pada bejana
4. Memasang stering ke alat pemantik api
5. Memasang termometer ke alat pemantik api yang berwarna putih
6. Menenkan tombol power lalu sensor sampai suhu ruang
7. Membuka kran ke kiri
8. Menghidupkan pemantik aapi dengan korek api
9. Mensetting Set Heating sampai suhu 50C( karena kita tidak mengetahui
PH aslinya)
10. Menunggu sampai api benar-benar besar
11. Lalu memutar tuas, samapi api masuk kebejana

IV. KESELAMATAN KERJA


Menggunakan alat flash point dengan hati hati dan mengikuti prosedur sebaik
mungkin karena jika salah sedikit saja bisa memicu kebakaran

V. DATA PENGAMATAN
4.1 Titik leleh
No Senyawa Nilai teoritis Nilai praktik
1 Asam benzoat 121-123 C 116,5-126,5 C
2 Asam oksalat 104-106 C 96,0-108,3 C
4.2 Titik nyala
No Senyawa Nilai teoritis Nilai Praktik
1 Kerosin 38-72 C 41,3 C
VI. PERTANYAAN
1. Tuliskan definisi titik leleh dan titik nyala suatu zat?
Jawab :
Titik leleh adalah temperatur di mana padatan menjadi cairan pada tekanan
normal.
Titik Nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran senyawadengan
udara pada
tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi,misalnya dengan
adanya
percikan api.
2. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui basarnya titik leleh dan titik nyala
suatu zat?
Jawab :
Agar kita dapat berhati-hati dalam melakukan suatu percobaan dan agar bisa
tau tingkat
bahayanya jika sebelumnya kita tau titik leleh ataupun titik nyala yang normal
dari suatu
zat tertentu.
VII. ANALISA DATA
Pada percobaan kali ini yaitu penentuan titik leleh dan titik nyala dimana
bahan yang digunakan untuk penentuan titik leleh umumnya berupa padatan,
sedangkan untuk penentuan titik nyala berupa cairan. Adapun bahan yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah asam benzoat dan asam oksalat untuk
penentuan titik leleh, sedangkan untuk titik nyala menggunakan kerosene
(minyak tanah).
Pada penentuan titik leleh harus memperhatikan penempatan senyawa dalam
pipa kapiler. Senyawa/sampel dimasukkan dalam pipa kapiler dengan salah satu
ujungnya ditutup dengan cara dibakar. Mengupayakan agar sampel dalam pipa
kapiler tidak terdapat ruang kosong/udara, harus dipadatkan dengan cara
menjatuhkan pipa kapiler ke dalam pipa gelas secara berulang-ulang. Kecepatan
pemanasan diatur pada range 2-3 dan suhu diatur sesuai dengan yang dianalisis.
Titik leleh dapat dilihat dari proses mencairnya padatan, namun hal yang perlu
diperhatikan adalah tetesan pertama karena tetesan pertama dari zat tersebut
merupakan suhu titik lelehnya.
Pada penentuan titik nyala menggunakan bahan kerosene. Hal yang
dilakukan adalah memeperhatikan range suhu yang dianalisis. Bila telah
mendekati range secara teori harus memperhatikan apakah sudah muncul atau
tidak api pada permukaan logam karena titik nyala diindikasikan dengan
munculnya api pada permukaan dan pinggiran yang melingkari logam. Bila telah
mendapat titik nyala maka segera mematikan alat karena apabila pemanasan
dilakukan terlalu lama akan terjadi kebakaran.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
Titik leleh adalah suhu dimana suatu padatan berubah menjadi cair, sedangkan
titik nyala adalah suhu terendah dari suatu larutan dimana akan timbul
penyalaan api sesaat, apabila permukaan larutan tersebut didekatkan nyala api.
Titik leleh (teori)
Asam benzoat = 121-123 C
Asam oksalat = 104-106 C
Titik leleh (praktik)
Asam benzoat = 116,5-126,5 C
Asam oksalat = 96,0-108,3 C
Titik Nyala Kerosine
Teori = 38-72 C
Praktik = 41,3
GAMBAR ALAT

bola karet Pipet ukur

Pipa kapiler
Thermometer

Gelas kimia Spatula

Digital melting point apparatus


Pipa gelas

Flash point
Tabung Elpiji
DAFTAR PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.

Palembang : Teknik Kimia.

Anonim. 2017. Pengertian Panas Netralisasi. Www.pengertianahli.com.

Diakses tanggal 27 Februari 2017.

Jobsheet.Penuntun Pratikum Kimia Fisika.Titik Leleh dan Titik

Nyala.Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang ; 2017

http://ilmualambercak.blogspot.co.id/2013/03/asam-oksalat.html diakses pada


tanggal 11 April 2017 jam 13:40 WIB

https://sufyants.wordpress.com/2013/03/12/msds/#respond diakses pada tanggal


11 April 2017 jam 16:2

Politeknik Negeri Sriwijaya.2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisika : Hasil Kali

Kelarutan . 2017.Pelembang.

Kasie laboratorium kimia fisika.2017. jobsheet penuntun praktikum kimia fisika

TK 133208. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang

Sisilia,wahyu. 2015. Laporan berat molekul.

(https://wahyusisilia.blogspot.co.id/2015/10/laporan-barat-molekul.html)

Jobsheet.2017.Penuntun Pratikum Kimia Fisika.Politeknik Negeri

Sriwijaya.Palembang.

Internet :www.scribd.com

http :// www.meidinurha.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai