Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah
maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala
menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah
salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa
anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental.
Konsensus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau
sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk
mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan
keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di
beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi
dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak
hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah
anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari
300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia
sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung
meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak
ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20
anak menderita ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor
seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh
alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu
makanan, dll (Verajanti, 2008).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan
Hiperaktif?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif.
2. Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Anak Dengan Hiperaktif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Pengertian
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan
perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,
hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.
(Nelson, 1994) Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang
menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau
diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau
impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak
Sehari-hari) Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal,
disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. (Sani Budiantini Hermawan, Psi.,)
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini
kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki
cirri-ciri : tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu
mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke
lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan sedang berada
diawang-awang, tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi
karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi
bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-
anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik,
lari ke sana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak
bicara, berisik. Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali,

3
begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons,
tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia
menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti
pelajaran.
c. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini
mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas
dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan
impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak
hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan
atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan
perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.
2. Etiologi
a. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol
juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak
yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini
banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi

4
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal,
daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
b. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat,
ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
c. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang
tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
d. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.

3. Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai
hingga lebih dari 5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan
kejadian ADHD mencapai 7%.

4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat
bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun
gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 9
tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal)

5
di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut
dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan
elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara auditorik
serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta
perawatan, maka angkaangka laboratorik menjadi lebih mendekati normal
serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan
tingkah laku yang lebih baik.

5. Gejala klinis
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena
gangguan ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anakanak kontrol yang normal, tetapi gerakan
gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka
selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang
pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka cenderung
untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat
tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap
perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orangorang yang
labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung
untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok,
tetapi secara sosial mereka bersikap kaku.
Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif,
tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahan
permasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya
sangat bergantung secara berlebihlebihan, namun yang lain lagi bersikap
begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono. Kesulitan-
kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya
sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka.
Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru
dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka.

6
Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik
mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup
mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang
olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang
buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali
mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai
ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta tulis tangan.
Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 2 tahun dan lebih sedikit
daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang
diukur.

6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan
diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami
hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang
lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa
disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang
progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu
EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
melakukan penilaian tentangketidakmampuan belajar pada anak itu.

7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.

7
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai
setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik
yang kuat dan keras.
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
b. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang
mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan
adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta
fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan
fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.
Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan
tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu
masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu
dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:

8
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan
tidur penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak
berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg
pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada
respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan
selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis
yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang
berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam.
Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak
akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah
berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam
rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi
yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah
10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita
hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan
pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat,
berkisar antara 10-20 mg/jam
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat
tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta
kejutan otot yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.

9
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut
diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut
bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka
terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu
dihentikan.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia anak antara lain :
a. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap
jari atau tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap suara atau bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri,
komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring

10
terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya
memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain,
mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut,
memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki,
memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan
meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara
dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai
mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum
bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah
manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu
terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal
dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya,
diam saja ketika ada orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri,
sudah mulai bisa duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi
beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan,
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke
tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu
singkat)?

11
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah
mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangsedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan
suara atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi
semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku
kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti
ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya
merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan
mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk
tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri,
berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari
dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan
mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,

12
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang
lain, main-main bola atau lainnya dengan orang)?
4) Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan
cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang
bolan dan mulai melompat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai
menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?
5) Masa Prasekolah (Preschool)
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan
bantuan)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?

13
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu sampai dua
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio
beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan suara yntum
mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai
bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap
panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga)?
6) Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar
rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan
dengan lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas
di sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan
teman sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
7) Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?

14
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang
tua di rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami
AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
1) Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan
mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang
tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah
atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang
kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan
menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin
mampu menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka
untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak
dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke
benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak
dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab
pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal
memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

15
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu
topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau
terlambat tingkat perkembangannya.
3) Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara
dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku
tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat
menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
4) Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan
usia atau tingkat perkembangan.
5) Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan
sensori atau persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau
berkonsentrasi tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD
yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih
ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali
menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti
memikirkan sesuatu.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan
jarang yang mampu menyelesaikan tugas.
6) Penilaian dan daya tilik diri

16
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan
penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum
bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan
tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari
tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik
pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu
menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak
menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari
perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka
sendiri.
7) Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil,
tetapisecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD
adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat
memiliki banyak teman, dan mengalami masalah dalam
mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku
mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8) Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara
akademis maupun sosial.

17
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan
orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras
kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai
anak yang didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak
menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang
tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental
maupun secara fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua
dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk
mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan
penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak
dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan
kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak
melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif.
b. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
c. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi
darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan penelantaran anak.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.

18
e. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep
diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
f. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan
balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan
penurunan makna diri.
g. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga
tentang perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak
dengan gangguan dalam jangka waktu yang lama.
h. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi.

19
3. Perencanaan
NO DIAGNOSA RENCANA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL
1 Harga diri rendah Tujuan :
situasional Anak memperlihatkan 1. Pastikan bahwa sasaran- 1. Hal ini penting untuk
berhubungan dengan perasaan-perasaan nilai diri sasaran yang akan dicapai pasien untuk mencapai
koping individu tidak yang meningkat saat adalah realistis. sesuatu, maka rencana untuk
efektif pulang, dengan criteria aktivitas-aktivitas di mana
hasil : 2. Sampaikan perhatian kemungkinan untuk sukse
1. Ekspresi verbal dari tanpa persyaratan untuk adalah mungkin dan
aspek-aspek positif tentang pasien. kesuksesan ini dapat
diri, pencapaian masalalu meningkatkan harga diri
dan prospek-prospek masa 3. Sediakan waktu bersama anak.
depan anak, keduanya pada satu ke
2. Mampu satu basis dan pada aktivitas- 2. Komunikasi dari pada
mengungkapkan persepsi aktivitas kelompok. penerimaan Anda terhadap
yang positif tentang diri anak sebagai makhluk hidup
3. Anak berpartisipasi 4. Menemani anak dalam yang berguna dapat
dalam aktivitas-aktivitas mengidentifikasi aspek-aspek meningkatkan harga diri.
baru tanpa memperlihatkan positif dari diri anak.
rasa takut yang ektrim 3. Hal ini untuk
terhadap kegagalan. 5. Bantu anak mengurangi menyampaikan pada anak
penggunaan penyangkalan bahwa Anda merasa bahwa
sebagai suatu mekanisme dia berharga untuk waktu
bersikap membela. Anda.

6. Memberikan dorongan 4. Aspek positif yang


dan dukungan kepada pasien dimiliki anak dapat

20
dalam mengalami rasa takut mengembangkan rencana-
terhadap kegagalan dengan rencana untuk merubah
mengikuti aktivitas-aktivitas karakteristik yang dilihatnya
terapi dan melaksanakan sebagai hal yang negatif.
tugas-tugas baru dan berikan
pengakuan tentang kerja keras
5. Memberikan bantuan
yang berhasil dengan yang positif untuk
penguatan positif untukidentifikasi amsalah dan
usaha-usaha yang dilakukan. pengembangan dari
perilaku-perilaku koping
7. Beri umpan balik positif yang lebih adaptif.
kepada klien jika melakukan Penguatan positif membantu
perilaku yang mendekati meningkatkan harga diri dan
pencapaian tugas. meningkatkan penggunaan
perilaku-perilaku yang
dapat diterima oleh pasien.

6. Pengakuan dan
pengyatan positif
meningkatkan harga diri.

7. Pendekatan ini yang


disebut shaping adalah
prosedur perilaku ketika
pendekatan yang beturut-
turut akan perilaku yang
diinginkan, dikuatkan secara
positid. Hal ini

21
memungkinkan untuk
memberikan penghargaan
kepada klien saat ia
menunjukkan harapan yang
sebenarnya secara bertahap.
2 Risiko cedera Tujuan :
berhubungan dengan Anak tidak akan melukai 1. Observasi perilaku anak 1. Anak anak pada resiko
hiperaktivitas dan diri sendiri atau orang lain secara sering. Lakukan hal ini tinggi untuk melakukan
perilaku impulsif. dengan kriteria hasil : melalui aktivitas sehari hari pelanggaran memerlukan
1. Darurat dipertahankan dan interaksi untuk pengamatan yang seksama
pada tingkat di mana menghindari timbulnya rasa untuk mecegahtndiak yang
pasien merasa tidak perlu waspada dan kecugiaan. membahayakan bagi diri
melakukan regresi. sendiri atau orang lain.
2. Anak mencari staf 2. Observasi perilaku
untuk mendiskusikan perilaku yang mengarah pada 2. Pernyataanpernyataan
perasaan perasaan yang tindakan bunuh diri. verbal seperti Saya akan
sebenarnya. bunuh diri, atau Tak lama
3. Anak mengetahui, 3. Tentukan maksud dan alat ibu saya tidak perlu lagi
mengungkapkan dan alat yang memungkinkan menyusahkan diri karena
menerima kemungkinan untuk bunuh diri. Tanyakan saya atau perilaku
konsekuensi dari perilaku apakah anda memiliki perilaku non verbal seperti
maladaptif diri sendiri. rencana untuk bunuh diri? membagi bagikan barang
dan bagaimana rencana anda barang yang disenangi, alam
untuk melakukannya? perasaan
berubah.Kebanyakan anak
4. Dapatkan kontrak verbal yang mencoba untuk bunuh
atau tertulis dari anak yang diri telah menyampikan
menyatakan persetujuannya

22
untuk tidak mencelakakan diri maksudnya baik secara
sendiri dan menyetujui untuk verbal atau nonverbal.
menemukan staf pada kondisi
dimana pemikiran kearah 3. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut muncul. yang langsung menyeluruh
dan mendekati adalah cocok
5. Bantu anak mengenali untuk hal seperti ini. Anak
kapan kemarahan terjadi dan yang memiliki rencana yang
untuk menerima perasaan- dapat digunakan adalah
perasaan tersebut sebagai beresiko lebih tinggi dari
miliknya sendiri. Apakah pada yang tidak.
anak telah menyimpan suatu:
buku catatan kemarahan 4. Diskusi tentang perasaan-
dimana catatan yang dialami perasaan untuk bunuh diri
dalam 24 jam disimpan. dengan seseorang yang
dipercaya memberikan
6. Bertindak sebagai model suatu derajat perasaan lega
peran untuk ekspresi yang pada anak. Suatu perjanjian
sesuai dari percobaan. membuat permasalahan
menjadi terbuka dan
7. Singkirkan semua benda- menempatkan beberpa
benda yang berbahaya dari tanggung jawab untuk
lingkungan anak. keamanan dengan anal.
Suatu sikap menerima anak
8. Coba untuk mengarahkan sebagai seseorang yang
perilaku kekerasan fisik untuk patut diperhatikan telah
ansietas anak (mis. Kantung disampaikan.

23
pasien untuk latihan tinju, 5. Informasi tentang sumber
jogging, bola voli). tambahan dari merahan,
respon perilaku dan
9. Usahakan untuk bisa tetap persepsia anak terhadapa
bersama anak jika tingkat situasi ini harus dicatat.
kegelisahan dan tegangan Diskusikan apapun data
mulai meningkat. dengan anak anjurkan juga
respon respon perilaku
alternatif yang diidentifikasi
sebagai maladaptif.

6. Hal ini vital bahwa anak


mengekspresikan perasaan
perasaan marah, karena
bunuh diri dan perilaku
merusak diri sendiri lainnya
seringkali terlihat sebagai
suatu akibat dari kemarahan
diarahkan pada diri sendiri.

7. Keamana fisik anak


adalah prioritas dari
keperawatan.

8. Ansietas dan tegangan


dapat diredakan dengan
aman dan dengan adanya

24
manfaat untuk anak dengan
cara ini.

9. Hadirnya seseorang yang


dapat dipercaya
memberikan rasa aman.
3 Ketidakefektifankoping Tujuan: 1. Pastikan bahwa sasaran- 1. Penting untuk anak
individu berhubungan Anak mengembangkan dan sasarannya adalah realistis. untuk nmencapai sesuatu,
dengankelainan fungsi menggunakan maka rencana untuk
dari sistem keluarga keterampilan koping yang 2. Sampaikan perhatian aktivitas-aktivitas di mana
dan perkembangan ego sesuai dengan umur dan tanpa syarat pada anak. kemungkinan untuk sukses
yang terlambat, serta dapat diterima sosial adalah mungkin. Sukses
penganiayaan dan dengan kriteria hasil: 3. Sediakan waktu bersama meningkatkan harga diri.
penelantaran anak. 1. Anak mampu anak, keduanya pada saty ke
penundaan pemuasan satu basis dan pada aktivitas- 2. Komunikasi dari pada
terhadap keinginannya, aktivitas kelompok. penerimaan Anda
tanpa terpaksa untuk terhadapnya sebagai
menipulasi orang lain. 4. Menemani anak dalam makhluk hidup yang
2. Anak mampu mengidentifikasi aspek-aspek berguna dapat
mengekspresikan positif dari dan dalam meningkatkan harga diri.
kemarahan dengan cara mengembangkan rencana-
yang dapat diterima secara rencana untuk merubah 3. Hal ini untuk
sosial karakteristik yang melihatnya menyampaikan pada anak
3. Anak mampu sebagai negatif. bahwa Anda merasa bahwa
mengungkapkan dia berharga untuk waktu
kemampuan-kemampuan 5. Bantu anak mengurangi Anda.
koping alternatif yang penggunaan penyangkalan
dapat diterima secara sosial sebagai suatu mekanisme

25
sesuai dengan gaya hidup bersikap membela. 4. Identifikasi aspek-aspek
dari yang ia rencanakan Memberikan bantuan yang positif anak dapat
untuk menggunakannya positif untuk identifikasi membantu mengembangkan
sebagai respons terhadap masalah dan pengembangan aspek positif sehingga
rasa frustasi dari perilaku-perilaku koping memiliki koping individu
yang lebih adaptif. yang efektif.

6. Memberi dorongan dan 5. Penguatan positif


dukungan kepada anak dalam membantu meningkatkan
menghadapi rasa takut harga diri dan meningkatkan
terhadap kegagalan dengan penggunaan perilaku-
mengikuti aktivitas-aktivitas perilaku yang dapat diterima
terapi dan melaksanakan oleh anak.
tugas-tugas baru. Beri
pangakuan tentang kerja keras 6. Pengakuan dan
yang berhasil dan penguatan penguatan positif
positif untuk usaha-usaha meningkatkan harga diri.
yang dilakukan
4 Gangguan pola tidur Tujuan: 1. Observasi pola tidur 1. Masalah harus
berhubungan dengan Anak mampu untuk anak, catat kondisi-kondisi diidentifikasi sebelum
ansietas dan hiperaktif. mencapai tidur tidak yang menganggu tidur. bantuan dapat diberikan.
terganggu selama 6 sampai
7 jam setiap malam dengan 2. Kaji gangguan-gangguan 2. Ansietas yang dirasakan
kriteria hasil: pola tidur yang berlangsung oleh anak dapat
1. Anak mengungkapkan berhubungan dengan rasa mengganggu pola tidur anak
tidak adanya gangguan- takut dan ansietas-ansietas sehingfga perlu
gangguan pada waktu tertentu. diidentifikasi penyebabnya.
tidur.

26
2. Tidak ada gangguan- 3. Duduk dengan anak 3. Kehadiran seseorang
gangguan yang dialamti sampai dia tertidur. yang dipercaya memberikan
oleh perawat. rasa aman.
3. Anak mampu untuk 4. Pastikan bahwa makanan
mulai tidur dalam 30 menit dan minuman yang 4. Kafein adalah stimulan
dan tidur selama 6 sampai 7 mengandung kafein SSP yang dapat
jam tanpa terbangun. dihilangkan dari diet anak. mengganggu tidur.

5. Berikan sarana 5. Sarana-sarana ini


perawatan yang membantu meningkatkan relaksasi dan
tidur (misalnya: gosok membuat bisa tidur.
punggung, latihan gerak
relaksasi dengan musik 6. Tubuh memberikan
lembut, susu hangat dan reaksi menyesuaikan kepada
mandi air hangat). suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas.
6. Buat jam-jam tidur yang
rutin, hindari terjadinya
deviasi dari jadwal ini. 7. Kehadiran seseorang
yang dipercaya memberikan
7. Beri jaminan rasa aman.
ketersediaan pada anak jika
dia terbangun pada malam
hari dan dalam kondisi
ketakutan
5 Ansietas (sedang Tujuan: 1. Bentuk hubungan 1. Kejujuran, ketersediaan
sampai berat) Anak mampu kepercayaan dengan anak. dan penerimaan
berhubungan dengan mempertahankan ansietas Bersikap jujur, konsisten di meningkatkan kepercayaan

27
ancaman konsep diri, di bawah tingkat sedang, dalam berespons dan siap. pada hubungan anak dengan
rasa takut terhadap sebagaimana yang ditandai Tunjukkan rasa hormat yang staf atau perawat.
kegagalan, disfungsi oleh tidak adanya perilaku- positif dan tulus.
system keluarga dan perilaku yang tidak 2. Tegangan dan ansietas
hubungan antara orang perilaku yang tidak mampu 2. Sediakan aktivitas- dilepaskan dengan aman dan
tua dan anak yang tidak dalam menanggapi aktivitas yang diarahkan pada dengan manfaat untuk anak
memuaskan. terhadap stres. penurunan tegangan dan melalui aktivitas-aktivitas
pengurangan fisik.
ansietas(misalnya berjalan
atau joging, bola voli, latihan 3. Anak-anak cemas
dengan musik, pekerjaan sering menolak hubungan
rumah tangga, permainan- antara masalah-masalah
permainan kelompok. emosi dengan ansietas
mereka.Gunakan
3. Anjurkan anak untuk mekanisme-mekanisme
mengidentifikasi perasaan- pertahanan projeksi dan
perasaan yang sebenarnya dan pemibdahan yang dilebih-
untuk mengenali sendiri lebihkan.
perasaan-perasaan tersebut
padanya. 4. Ansietas dengan mudah
dapat menular pada orang
4. Perawat harus lain.
mempertahankan suasana
nyaman pada pasien.
5. Keamanan anak adalah
5. Tawarkan bantuan pada prioritas keperawatan.
waktu-waktu terjadi
peningkatan ansietas.

28
Pastikan kembali akan 6. Sebagaimana ansietas
keselamatan fisik dan dapat membantu
fisiologis. mengembangkan
kecurigaan pada beberapa
6. Penggunaan sentuhan individu yang dapat salah
menyenangkan untuk menafsirkan sentuhan
beberapa anak. sebagai suatu agresi.
Bagaimanapun juga anak
harus berhati-hati terhadap 7. Rencana tindakan
penggunaan. memberikan anak perasaan
aman untuk penanganan
7. Dengan yang lebih berhasil terhadap
berkurangntaansietas, temani kondisi yang sulit jika
anak untuk mengetahui terjadi lagi.
peristiwa-peristiwa tertentu
yang mendahului 8. Obat-obatan terhadap
serangannya. Berhasil pada ansietas (misalnya
respons-respons alternatif diazepam,
pada kejadian selanjutnya. klordiasepoksid,alprazolam)
memberikan perasaan lega
8. Lakukan kolaborasi terhadap efek-efek yang
dengan dokter dalam tidak berjalan dari ansietas
pemberian obat penenang dan mempermudah
sesuai dengan yang kerjasama anak dengan
diperintahkan. Kaji untuk terapi.
keefektifitasannya, dan beri
petunjukkepada anak
mengenai kemungkinan efek-

29
efek samping yang memberi
penharuh berlawanan.
6 Koping defensif Tujuan: 1. Kenali dan dukung 1. Memfokuskan pada
berhubungan dengan Anak akan kekuatan-kekuatan ego dasar. spek-aspek positif dari
harga diri rendah, mendemonstrasikan kepribadian dapat
kurang umpan balik kemampuan untuk 2. Beri semangat kepada membantu untuk
atau umpan balik berinteraksi dengan orang anak untuk menteahui dan memperbaiki konsep diri.
negatif yang berulang lain tanpa menjadi mengungkapkan dan
yang mengakibatkan defensif, perilaku bagaimana perasaan ini 2. Identifikasi masalah
penurunan makna diri. merasionalisasi atau menimbulkan perilaku adalah langkah pertama
mengekspresikan pikiran defensif, seperti menyalahkan pada proses perubahan ke
waham kebesaran dengan oprang lain karena prilakunya arah resolusi.
kriteria hasil: sendiri.
1. Anak mengungkapkan 3. Anak mungkin kurang
dan menerima tanggung 3. Beri cepat sebenarnya pengetahuan tentang
jawab terhadap umpan balik yang tidaj bagaiamna dia diterima oleh
perilakunya sendiri. mengancam untuk perilaku- orang lain. Berikan
2. Anak mengungkapkan perilaku yang tidak dapat informasi ini dengan cara
korelasi antara perasaan- diterima yang tidak mengancam
perasaan dapat membantu untuk
ketidakseimbangan dan 4. Bantu anak untuk mengeliminasi perilaku
kebutuhan untuk mengidentifikasi situasi- yang tidak diinginkan.
mempertahankan ego situasi yang menimbulkan
melalui rasionalisasi dan sifat defensif dan praktik 4. Bermain peran
kemuliaan. bermain peran dengan memberikan percaya diri
3. Anak tidak respons-respons yang lebih untuk menghadapi situasi-
menertawakan atau sesuai. situasi yang sulit jika hal-hal
mengkritik orang lain. tersebut benar-benar terjadi.

30
4. Anak berinteraksi 5. Beri dengan segera
dengan orang lain dengan umpan balik positif untuk 5. Umpan balik positif
situasi-situasi kelompok perilaku-perilaku yang dapat meningkatkan harga diri dan
tanpa bersikap defensif. diterima. memberi semangat untuk
mengulangi perilaku-
6. Membantu anak untuk perilaku yang diinginkan.
menetapkan sasaran-sasaran
yang realistis, konkret dan 6. Keberhasilan akan
membutuhkan tindakan- meningkatkan harga diri.
tindakan yang cocok untuk
mencapai sasaran-sasaran ini. 7. Karena keterbatasan
kemampuan untuk
7. Evaluasi dengan anak memecahkan masalah,
keefektifan perilaku-perilaku bantuan mungkin
yang baru dan diskusikan diperlukan untuk mengatur
adanya perubahan untuk kembali dan
perbaikan. mengembangkan strategi
baru, pada kondisi di mana
metode-metode koping baru
tertentu terbukti tidak
efektif.
7 Penurunan koping Tujuan: 1. Berikan informasi dan 1. Pengetahuan dan
keluarga berhubungan Orang tua material yang berhubungan ketrampilan yang tepat
dengan perasaan mendemonstrasikan dengan gangguan anak dan dapat meningkatkan
bersalah yang metode intervensi yang teknik menjadi orang tua yang keefektifan peran orang tua.
berlebihan, marah atau lebih konsisten dan efektif efektif.
saling menyalahkan dalam berespons perilaku 2. Konseling suportif
diantara anggota anak dengan kriteria hasil: dapat membantu keluarga

31
keluarga tentang 1. Mengungkatkan dan 2. Dorong individu untuk dalam mengembangkan
perilaku anak, mengatasi perilaku negatif mengungkapkan perasaan strategi koping.
kepenatan orang tua pada anak. secara verbal dan menggali
karena menghadapi 2. Mengidentifikasi dan alternatif cara berhubungan 3. Penguatan positif dapat
anak dengan gangguan menggunakan sistem dengan anak meningkatkan harga diri dan
dalam jangka waktu pendukung yang mendorong kontinuitas
yang lama. dibutuhkan. 3. Beri umpan balik positif upaya.
dan dorong metode menjadi
orang tua yang efektif. 4. Masalah keluarga
mempengaruhi semua
4. Libatkan saudara kandung anggota keluarga dan
dalam diskusi keluarga dan tindakan lebih efektif bila
perencanaan interaksi setiap orang terlibat dalam
keluarga yang lebih efektif. terapi tersebut.

5. Libatkan dalam konseling 5. Terapi keluarga dapat


keluarga. membantu mengatasi
masalah global yang
6. Rujuk pada sumber mempengaruhi seluruh
komunitas esuai indikasi, struktur keluarga. Gangguan
termasuk kelompok pada salah satu anggota
pendukung orang tua, kelas keluarga akan
menjadi orang tua. mempengaruhi seluruh
anggota keluarga.

6. Mengembangkan
sistem pendukung dapat
meningkatkan kepercayaan

32
diri dan keefektifan orang
tua.Pemberian model peran
atau harapan untuk masa
depan.
8 Defisit pengetahuan Tujuan: 1. Berikan lingkungan yang 1. Peredaan dalam stimulasi
tentang kondisi, Mengungkapkan secara tenang, ruang kelas berisi lingkungan dapat
prognosis, perawatan verbal pemahaman tentang dirinya sendiri, aktivitas menurunkan distraktibilitas.
diri dan kebutuhan penyebab masalah kelompok kecil. Hindari Kelompok kecil dapat
terapi berhubungan perilaku, perlunya terapi tempat yang terlalu banyak meningkatkan kemampuan
dengan kurang sumber dalam kemampuan stimulasi, seperti bus sekolah, untuk tepat pada tugas dan
informasi, interpretasi perkembangan dengan kafetaria yang ramai, aula membantu klien
yang salah tentang kriteria hasil: yang banyak. mempelajari interaksi yang
informasi. 1. Berpartisipasi dalam tepat dengan orang lain,
pembelajaran dan m, ulai 2. Beri materi petunjuk menghindari rasa terisolasi.
bertanya dan mencari format tertulis dan lisan
informasi secara mandiri. dengan penjelasan langkah 2.Keterampilan belajar yang
2. Mencapai tujuan demi langkah. terurut akan meningkat.
kognitive yang konsisten Mengajarkan anak
sesuai tingkat temperamen. 3. Ajarkan anak dan keterampilan pemecahan
keluarga tentang penggunaan masalah, mempraktekkan
psikostimulan dan antisipasi contoh situasional.
respons perilaku. Keterampilan efektif dapat
meningkatkan tingkat
4. Koordinasi seluruh kinerja.
rencana terapi dengan sekolah
personel sederajat, anak, dan 3. Penggunaan
keluarga psikostimulan mungkin
tidak mengakibatkan

33
perbaikan kenaikan kelas
tanpa perubahan pada
ketrampilan studi anak.

4. Keefektifan kognitif
paling mungkin meningkat
ketika terapi tidak
terfragmentasi, juga tidak
terlewatkannya intervensi
signifikan karena kurangnya
komunikasi interdisiplin.

34
4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan /
ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan hiperaktif antara lain:
a. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang
meningkat saat pulang.
b. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
c. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping
yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
d. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7
jam setiap malam.
e. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang,
sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang
tidak perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi terhadap stres.
f. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau
mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
g. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih
konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak.
h. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab
masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.

35
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan
perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-
anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994). Ada
tiga tipe anak hiperaktif yaitu Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
(in-atensi), Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive dan tipe gabungan. Etiologi
dari hiperaktif yaitu Faktor neurologic, Faktor toksik, Faktor genetic dan Faktor
psikososial dan lingkungan.
Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai
7%. Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Terdapat angka kejadian tinggi
mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta tulis
tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 2 tahun dan lebih sedikit
daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga
mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami
gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat
tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara
bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di
dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi
serta impulsivitas.

36
DAFTAR PUSTAKA

Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif. From


:http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/ definisi-anak-hiperaktif.html.
[diakses 7 april 2012]

Baniah Sri Handayani. 2011. Penyebab Anak Hiperaktif. From


:http://www.ibudanbalita. com/diskusi/pertanyaan/59679/penyebab-anak-
hiperaktif. [diakses 7 april 2012]

Erfansyah, H.R. 2011. Keperawatan Anak Hiperaktif. From :


http://erfansyah.blogspot.com /2011/01/kep-anak-hiperaktif.html [diakses: 8 April
2012 ]

Heri. 2012. Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF. From:


http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-
dengan_8226.html [diakses: 8 April 2012]

Santhya, Kadek. 2012. Contoh Askep Anak Hiperaktif. Terdapat di :


http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html
diakses pada Sabtu, 15 Maret 2014 pk. 17.00 wita

Surana, Taufan. 2003. Mengarahkan Anak Hiperaktif. From:


http://www.balitacerdas.com/perilaku/hiperaktif.html[diakses: 8 April 2012]

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


bedahBrunner&Suddarth. Jakarta: EGC

37

Anda mungkin juga menyukai