Disusun oleh :
Diah Puspitasari
Tharah
Mandi wajib ..
Penutup ..
Latar Belakang
Pada zaman era globalisasi dan modern, banyak pada generasi muda bangsa
yang meninggalkan bahkan melupakan ajaran agamanya. Seperti yang kita ketahui,
angka rendahnya moral pemuda bangsa saat ini sangat memperihatinkan. Jika hal
ini terus berlangsung, maka tidak heran jika kehancuran dunia ini yang menjadi
tanggungannya. Perusakan moral oleh para generasi muda bangsa sudah setiap hari
dapat kita lihat, seperti contohnya ; seks bebas, hamil diluar nikah, tawuran,
kekerasan yang dilakukan para siswi, dll.
Hal ini harus segera ditangani, apa jadinya bangsa ini bila para generasi
mudanya telah hancur sebelum meneruskan pembangunan di Negara tercinta kita
ini. Perusakan moral diatas disebabkan oleh berbagai macam factor. Seperti salah
satunya ; kurangnya perhatian orang tua terhadap kehidupan sang anak, kurangnya
pembibitan dan pengamal nilai-nilai luhur maupun agama yang kuat terhadap diri
anak itu sendiri. Masalah ini bukanlah masalah yang sepele apalagi masalah yang
setiap harinya bisa dibicarakan tanpa adanya upaya penanggulan.
Salah satu upaya yang paling simple yang dapat dilakukan adalah dengan
mengadakan penyuluhan ataupun pesantren kilat mengenai penanaman pendidikan
agama khususnya agama Islam, agama yang kita cintai ini.
Bab II
ISI
Pembukaan
Pembukaan dilakukan setelah solat Ashar pada pukul 15.00-15.30 WIB oleh
Kepala Sekolah. Kemudian pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan Ayat Al-
Quran oleh salah satu siswi SMP N 2 Tempel yaitu Agustin Nayani. Setelah
pembacaan ayat Al-Quran, pembukaan juga dihiasi dengan sepatah duapatah kata
dari Guru Agama Islam yaitu Bpk.Khoirul Anam.
Pemberian Materi
Pada pukul 15.30 16.15 WIB para siswa/i mendapatkan materi Pesantren
Kilatya yang pertama, yang diisi oleh Bapak Sumaryana. Dalam materinya Pak
umaryana menjelaskan mengenai Penanaman Iman dan Taqwa
Iman dan taqwa merupakan hal yang pertama dan paling utama dalam ajaran
islam yang mesti tetanam dalam setiap individu, sehingga pendidikan keimanan
merupakan fondasi dari ilmu pengetahuan dan aspek pendidikan lainnya serta
merupakan pedoman dan pandangan hidup seorang muslim. Sehingga dalam
memahami dan mendalami serta meyelidiki ajaran Islam, menghayati dan
mengamalkannya harus berlandaskan keimanan yang kuat bahkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dengan keulatan iman manusia akan dapat mengokohkan kehidupan batin,
dapat mengembangkan perasaan moral, susila, dan akhlak dapat membangun
spritual yang stabil. Maka dapat dikatakan bahwa pendidikan keimanan merupakan
asa dari segala upaya pendidikan dan dasar penompang bagi kehidupan manusia
baik sebagai individu maupun masyarakat.
Penyampaian Materi kedua
Pada materi kali ini, tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan diatas.
Materi kedua ini disampaikan oleh Bapak Khoirul Anm pada pukul 16.15 17.20
WIB. Pada materi ini, Pak Anam membahas tentang afalan teori beribadah ;
Wudhu ; Wudhu adalah membasuh,mengalirkan dan membersihkan dengan
menggunakan air yang suci dan mensucikan,pada setiap anggota wudhu (
wajah/muka,kedua tangan,kepala/rambut,dan kedua kaki),sebagai persiapan
seorang muslimuntuk beribadah kepada Allah SWT.
Adapun dalil Al-Qurannya yaitu surat Al-Maidah ayat 6,
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit [403] atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh [404] perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur
Tayyamun ;
Tayamum menurut arti bahasa adalah menyengaja, sedangkan menurut arti
syara' adalah mengusapkan debu pada wajah dan kedua tangan dengansyarat
syarattertentu.
Tayammum merupakan salah satu sarana bersuci dari hadast kecil atau
hadast besar, sebagai pengganti wudlu' atau mandi, disaat seseorang tidak bisa
menggunakan air dikarenakan terdapat suatu halangan.
Rukun rukun Tayammum
1. Niat
2. Memindah debu
3. Mengusap wajah
4. Mengusap kedua tangan sampai siku-siku
5. Tartib
Buka Puasa
Akhirnya tiba juga saat yang kita tunggu-tunggu. Jam telah menyatakan
pukul 17.30 WIB dan itu tandanya untuk berbuka puasa. Kami membaca doa
bersama-sama kemudian menyantap hidangan yang telah disuguhkan.
Seusai berbuka puasa, kami melanjutkan dengan shalat magrib bersama.
Setelah shalat magrib kami pun menikmati kembali nasi yang telah disediakan
disana. Semua orang terlihat sangat menikmati nasi yang disediakan. Tawa kami
pun ikut menghiasi persaudaraan akrab yang terjalin saat itu. Hanya dalam sehari
saja, kami telah menjadi satu kesatuan saudara yang akrab.
Sholat Tarawih
Tadarus
Tidur
Setelah acara selesai tepatnya pukul 22.00 para pesrta Pesantrn Kilat di
Perbolehkan untuk Tidur hingga pukul 03.20.
Sahur
Setelah peserta bangun mereka mencuci muka lalu mengamblil makanan dan
bersahur bersama dikelas masing-masing.
Solat Subuh
Setelah bersahur parapesrta pun menggosok gigi dan lalu mengambil air
wudhu dan segera menuju ke masjid untuk melaksanakan solat Subuh berjamaah,
yang diimami oleh Bapak H.Sudarto dan kemudian member kultum yang berisi:
-Bila kita mendengar azan sebiknya kita segera meningalkan seluruh pekerjaan
kita dan segera melakukan solat, solat dapat dikatakan khusuk itu apaila ketika
kita melaksanakan salat kita melupakn atau tidak mengingat sejenak apapun
diluar salat.
Kajian ini disampaikan oleh Bapak H.Sudarto pada hari ke dua tepatnya
pukul 07.30-09.00. Isi materi yang disampaikan adalah :
-Solat tidak akan diterima salatnya tanpa bersuci (H.R.Musli)
-Bersuci ada dua yaitu :
Air Tayamum
3. Membasuh muka sebanyak tiga kali sambil mengucapkan doa niat wudhu.
4. Mencuci / membersihkan tangan kanan dan kiri, mulai dari ujung jari hingga
pangkal / batas siku, masing-masing sebanyak tiga kali.
5. Mengusap kepala mulai dari dahi hingga batas rambut bagian atas sebanyak tiga
kali.
6. Menyapu / membersihkan kedua telinga mulai bagian daun telinga bawah dan
menuju bagian atas, sebanyak tiga kali.
7. Mencuci / membersihkan kaki kanan dan kiri, mulai dari ujung jari merata
hingga mata kaki, masing-masing sebanyak tiga kali.
1. Semua yang keluar dari dua jalan qubul dan dubur (kemaluan dan
anus). Baik air seni, kotoran (tinja), atau angin.
atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus) [Al-Maa-
idah: 6].
Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian jika ia berhadats
hingga dia berwudhu
Seorang laki-laki dari Hadhramaut berkata, Apakah hadats itu, wahai Abu
Hurairah? Dia menjawab, Kentut, baik yang bersuara ataupun tidak. [1]
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma,, dia berkata, Mani, wadi, dan madzi.
Adapun mani, maka ia mewajibkan mandi. Sedangkan wadi dan madzi, beliau
berkata:
2. Tidur nyenyak
Yaitu, tidur yang menghilangkan kesadaran. Baik dalam keadaan duduk di atas
lantai ataupun tidak.
Dasarnya adalah hadits Shafwan bin Assal Radhiyallahu anhu. Dia berkata,
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami jika kami dalam
keadaan safar agar tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga malam. Kecuali
dalam keadaan junub. Bahkan ketika buang hajat, kencing, dan tidur.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyamakan antara tidur, kencing, dan buang
hajat. [2]
Dari Ali Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:
.
Mata adalah wikaanya sah. Barangsiapa tertidur hendaklah berwudhu.[3]
Al-Wikaa, dengan wawu dikasrah, yaitu benang pengikat tempat air minum dari
kulit.
As-Sah, dengan siin tidak bertitik yang difat-hah dan ha yang dikasrahkan serta
tidak bertasydid, yaitu dubur.
Artinya, keadaan jaga adalah wikaa-nya dubur. Yaitu, menjaga apa yang di
dalamnya agar tidak keluar. Karena selama dia terjaga dia bisa merasakan apa yang
keluar darinya. [4]
Ia adalah salah satu bagian tubuh Anda jika tidak disertai syahwat saat
menyentuhnya. Karena dalam keadaan ini, dapat disamakan antara menyentuhkan
satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lain. Lain halnya jika menyentuhnya
disertai syahwat. Maka dalam keadaan seperti itu tidak diserupakan antara
menyentuh satu bagian tubuh dengan menyentuh bagian tubuh lain yang biasanya
tidak disertai dengan syahwat. Ini adalah perkara yang jelas, sebagaimana Anda
lihat. [7]
Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu anhu, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam, Haruskah aku berwudhu karena (makan) daging
kambing? Beliau menjawab, Kalau kau suka berwudhulah. Jika tidak, maka
janganlah berwudhu. Dia berkata lagi: Haruskah aku berwudhu karena (makan)
daging unta? Beliau menjawab: Ya, berwudhulah karena (makan) daging
unta.[9]
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerja-kan shalat, maka
basuhlah mukamu [Al-Maa-idah: 6]
.
Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci (wudhu).
Alasan Tayamum
1. Sakit.
Akan makin parah sakitnya bila badan terkena air.
2. Mendesak.
Saking sibuknya bekerja hingga tiada waktu untuk berwudhu sekalipun.
3. Kurang Air.
Air hanya pas untuk minum saja.
4. Kondisi Bahaya.
yang bisa mengancam jiwa manusia.
5. Binatang Buas.
Di dekat air ada binatang buas.
6. Safar atau bepergian.
Perjalanan jauh.
Cara bertayamum
1. Membaca basmalah
2. Tempelkan kedua telapak tangan dengan merengganggkan jari pada tanah
atau debu.
3. Angkat tangan mu dan tiup kedua telapak tangan yang sudah menempel
pada debu, atau usapkan pada pakaian secara perlahan. ( Jika meniup,
tiuplah kearah lain dari tempat mengambil debu )
4. Baca doa atau niat tayamum.
5. Usapkan debu pada wajah.
6. Usapkan debu pada telapak tangan.
7. Ambil debu lagi dan lakukan seperti langkah ke 3 diatas.
8. Usapkan debu ke lengan kanan dan kiri
, : , ,
: ( )
Artinya:
Makan dan minum adalah salah satu perbuatan yang dapat membatalkan shalat.
Apabila seseorang makan atau pun minum ketika melaksanakan shalat dengan
sengaja, maka shalatnya batal. Hal ini disebabkan karena akan menghilangkan
kemulian dalam shalat. perbuatan makan dan minum dalam shalat ini, baik sedikit
ataupun banyak selama dilakukan dengan sengaja tetap akan membatalkan
shalatnya.
Adapun jika perbuatan makan dan minum dalam shalat ini dilakukan tanpa
disengaja, maka disyaratkan dalam hal tersebut tidak lebih dari kadar humsah
( tidak bisa dibakar ataupun di masak kembali), yaitu kadar/batasan yang
menjadi kebiasaan dalam kehidupan. Maka shalatnya tidak batal. Dan apabila di
dalam mulut seseorang ada sisa gula atau sesuatu yang bisa mencair atau pun
meleleh ketika melaksanakan shalat, maka jika ia menelannya akan membatalkan
shalatnya.
Yang dimaksud adalah gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus dan bukan
merupakan gerakan yang terdapat dalam shalat. Mazhab Imam Syafii memberikan
batasan sampai tiga kali gerakan berturut-turut sehingga seseorang batal dari
shalatnya.
Namun bukan berarti setiap ada gerakan langsung membatalkan shalat. Sebab
dahulu Rasulullah SAW pernah shalat sambil menggendong anak (cucunya).
Rasulullah SAW shalat sambil mengendong Umamah, anak perempuan dari anak
perempuannya. Bila beliau SAW sujud, anak itu diletakkannya dan bila berdiri
digendongnya lagi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan beliau SAW memerintah orang yang sedang shalat untuk membunuh ular
dan kalajengking (al-aswadain). Dan beliau juga pernah melepas sandalnya sambil
shalat. Kesemuanya gerakan itu tidak termasuk yang membatalkan shalat.
Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan sengaja, atau di dalam
shalatnya melakukan gerakan hingga badannya bergeser arah hingga
membelakangi kiblat , maka shalatnya itu batal dengan sendirinya.
Hal ini ditandai dengan bergesernya arah dada orang yang sedang shalat itu,
menurut kalangan Ulama Syafiiyah dan Ulama Hanafiyah. Sedangkan menurut
Ulama Mazhab Malikiyah, bergesernya seseorang dari menghadap kiblat ditandai
oleh posisi kakinya. Sedangkan menurut Mazhab Hanabilah, ditentukan dari
seluruh tubuhnya.
Kecuali pada shalat sunnah, dimana menghadap kiblat tidak menjadi syarat shalat.
Rasulullah SAW pernah melakukannya di atas kendaraan dan menghadap kemana
pun kendaraannya itu mengarah.
Namun yang dilakukan hanyalah shalat sunnah, adapun shalat wajib belum pernah
diriwayatkan bahwa beliau pernah melakukannya. Sehingga sebagian ulama tidak
membenarkan shalat wajib di atas kendaraan yang arahnya tidak menghadap kiblat.
Namun, dalam kondisi darurat, tidak menghadap kiblat dibolehkan, selama yang
bersangkutan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menghadap kiblat,
misal orang yang habis operasi berat dan tidak mungkin menggeser-geser tempat
tidurnya atau orang yang berada dalam bus umum yang perjalanannya tidak
mengarah ke arah kiblat, sementara sopirnya tidak toleran terhadap orang-orang
yang mau shalat. Maka jika mungkin, di waktu takbiratul ihram, tetap menghadap
kiblat, tapi jika tidak mungkin (misalnya karena menghadap kiblat berarti
menghadap ke sandaran kursi), maka dibolehkan menghadap sesuai arah bus.
Namun, jika bisa mengusahakan bus berhenti di waktu shalat, maka ini adalah
yang terbaik.
Bila seseorang yang sedang melakukan shalat tiba-tiba terbuka auratnya secara
sengaja, maka shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan dalam waktu yang
singkat ataupun terbuka dalam waktu yang lama. Namun jika auratnya terbuka
tanda disengaja dan bukan dalam waktu yang lama, maksudnya hanya terbuka
sekilas dan langsung ditutup lagi, para Ulama dari mazhab Syafiiyah dan Ulama
Hanabilah mengatakan tidak batal.
Namun Ulama Mazhab Malikiyah mengatakan secepat apapun ditutupnya, kalau
sempat terbuka, maka shalat itu sudah batal dengan sendirinya.
Namun perlu diperhatikan bahwa yang dijadikan sandaran dalam masalah terlihat
aurat dalam hal ini adalah bila dilihat dari samping, atau depan atau belakang.
Bukan dilihat dari arah bawah seseorang. Sebab bisa saja bila secara sengaja
diintip dari arah bawah, seseorang akan terlihat auratnya. Namun hal ini tidak
berlaku.
Bila seseorang mengalami hadats besar atau kecil, maka batal pula shalatnya. Baik
terjadi tanpa sengaja atau secara sadar.
Namun harus dibedakan dengan orang yang merasa ragu-ragu dalam berhadats.
Para ulama mengatakan bahwa rasa ragu tidak lah membatalkan shalat. Shalat itu
baru batal apabila memang ada kepastian telah mendapat hadats.
Bila seseorang yang sedang shalat terkena benda najis, maka secara langsung
shalatnya menjadi batal. Namun yang dijadikan patokan adalah bila najis itu
tersentuh tubuhnya atau pakaiannya dan tidak segera ditepis/tampiknya najis
tersebut maka batallah shalatnya tersebut. Adapun tempat shalat itu sendiri bila
mengandung najis, namun tidak sampai tersentuh langsung dengan tubuh atau
pakaian, shalatnya masih sah dan bisa diteruskan.
Demikian juga bila ada najis yang keluar dari tubuhnya hingga terkena tubuhnya,
seperti mulut, hidung, telinga atau lainnya, maka shalatnya batal.
Namun bila kadar najisnya hanya sekedar najis yang dimaafkan, yaitu najis-najis
kecil ukuran, maka hal itu tidak membatalkan shalat.
8. Tertawa
Orang yang tertawa dalam shalatnya, batallah shalatnya itu. Maksudnya adalah
tertawa yang sampai mengeluarkan suara. Adapun bila sebatas tersenyum,
belumlah sampai batal shalatnya.
Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya.
Demikian juga bila mengalami kematian. Dan orang yang tiba-tiba menjadi gila
dan hilang akal saat sedang shalat, maka shalatnya juga batal.
Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat di
dalam hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak,
meski dia belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya.
Apabila ada salah satu rukun shalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja, maka
shalat itu menjadi batal dengan sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca
surat Al-Fatihah lalu langsung ruku, maka shalatnya menjadi batal. Namun jika
lupa, dan ingat selama masih dalam shalat maka dia harus melakukan sujud syahwi
sebelum salam, jika lupa pula untuk sujud syahwi, maka bisa dilakukan setelah
salam.
Kecuali dalam kasus shalat berjamaah dimana memang sudah ditentukan bahwa
imam menanggung bacaan fatihah makmum, sehingga seorang yang tertinggal
takbiratul ihram dan mendapati imam sudah pada posisi rukuk, dibolehkan
langsung ikut ruku bersama imam dan telah mendapatkan satu rakaat.
Demikian pula dalam shalat jahriyah (suara imam dikeraskan), dengan pendapat
yang mengataka bahwa bacaan Al-Fatihah imam telah menjadi pengganti bacaan
Al-Fatihah buat makmum, maka bila makmum tidak membacanya, tidak
membatalkan shalat.
12. Mendahului Imam dalam Shalat Jamaah
Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu ketika shalat tiba-tiba terdapat
air yang bisa dijangkaunya dan cukup untuk digunakan berwudhu, maka shalatnya
batal. Dia harus berwudhu saat itu dan mengulangi lagi shalatnya.
Niat adalah salah satu rukun dalam shalat, jika rukun tersebut tidak terpenuhi maka
tidak sah shalatnya tersebut. Seseorang yang sedang melaksanakan shalat,
kemudian dia berniat keluar dari shalatnya tersebut, atau ada sesuatu kejadian yang
membuat (mushalli) keluar dari shalatnya, maka shalatnya tersebut akan menjadi
batal dengan berubah niatnya tersebut, karena shalat harus dimulai dengan niat
yang pasti.
Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar, maka shalatnya
batal. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW yang menyatakan bahwa salam adalah
hal yang mengakhiri shalat. Kecuali lafadz salam di dalam bacaan shalat, seperti
dalam bacaa tahiyat.
2. Angkat kedua tangan sejajar pundak atau telinga, hadapkan telapak tangan ke
arah kiblat, dan ucapkan Allahu akbar.
8. Ucapkanlah amiin setelah selesai Al-fatihah, baik jadi imam, makmum, maupun
shalat sendiri.
12. Mulai rukuk dengan mengangkat kedua tangan sejajar pundak atau telinga,
ucapkan Allahu akbar sambil bergerak turun.
16. Bangkit, sambil mengucapkan:
19. Durunlah menuju sujud sambil bertakbir: Allahu akbar dan letakkan tangan
sebelum lutut.
20. Sujud dengan bertumpu pada 7 anggota badan: wajah (kening dan hidung), dua
telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki.
21. Posisi jari tangan dirapatkan menghadap kiblat, telapak tangan sejajar pundak
atau sejajar telinga.
22. Tangan membentang ke samping, punggung posisi tengah dan kaki hampir
menyiku.
24. Bangkit dari sujud sambil membaca takbir: Allahu akbar, kemudian duduk
iftirasy.
25. Punggung tegak, letakkan telapak tangan di atas paha atau lutut, posisi jari
agak renggang
27. Kemudian bergerak turun sambil bertakbir. Dan sujudlah sebagaimana cara
yang pertama.
28. Bangkit dari sujud, tanpa membaca takbir, lakukanlah duduk istirahat sejenak,
dengan Posisi duduk iftirasy.
29. Kemudian berdiri ke rakaat berikutnya dengan bertumpu pada kedua tangan,
sambil bertakbir.
32. Setelah anda mendapatkan dua rakaat, bertakbir kemudian duduk tasyhud awal.
duduk iftirasy,
letakkan telapak tangan di atas paha atau lutut, posisi jari agak renggang, acungkan
jari telunjuk tangan kanan
35. Bangkit dengan membaca Allahu akbar. Dan setelah sempurna berdiri
angkatlah kedua tangan dan bersedekaplah.
36. Setelah di rakaat terakhir, duduknya tanyahud akhir dengan posisi tawarruk.
Posisi tangan di atas paha, acungkan telunjuk tangan kanan.
*
38. Berdoalah memohon perlindungan dari 4 hal:
40. Selanjutnya salam, menoleh ke kanan sampai kelihatan pipi kanan dari
belakang dengan mengucapkan:
41. Dan salam ke kiri sampai kelihatan pipi kiri dari belakang dengan
mengucapkan:
42. Baca istighfar dan lanjutkan berdzikir. Semoga Allah menerima ibadah kita.
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas
menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.
Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam
beberapa macam ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6
A. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal
dan lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri
dari najis adalah membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari
kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4
B. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan
perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan
taubatan nashoha yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya
lagi.
Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang
boleh dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.
Macam-macam air
Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air danau/ telaga
6. Air salju
7. Air embun
QS Al- Anfal ayat : 11
Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk
diminum tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup,
air kelapa dll.
Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain
emas dan perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak
boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun
warnanya
Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah
rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang
sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)
CARA-CARA THAHARAH
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan
mandi junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah
yaitu dengan bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu
(tissue atau kertas itu masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang
belum makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2
tahun. Cara membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang
terkena najis.
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil
yang pasti (qati) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan
menghilangkan barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih
sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah atau batu.
Mandi Wajib
Pengertian : Mandi Wajib sendiri ialah cara untuk menghilangkan suatu Hadast
besar atau menyucikan diri dari Hadats Besar yg terdapat didlm tubuh atau diri kita
dg cara membasuh atau mandi dg air diseluruh tubuh dari mulai ujung rambut
hingga ujing kaki. Kemudian untuk Manji Wajib sendiri banyak di kenal di
kalanganmasyarakat umum dg sebutan Mandi Besar, Mandi Junub atau Berjunub
dan Manji Janabah.
Untuk Manji Wajib ini memegang peranan yg sangat penting bagi umat Islam
karena seorang Muslim sebelum melakukan ibadah Shalat harus memperhatikan
kesucian dalam dirinya dari Hadats besar maupun Hadast Kecil sehingga jika diri
anda mengalami atau terkena Hadats besar maka ada baiknya anda langsung
mengambil Mandi Wajib ini.
Pentingnya Mandi Wajib Di Islam sendiri seperti sudah di ucapkan oleh Alloh Swt
dalam firmanya yg berbunyi, Dan Jika kalian sd dlm keadaan Hadats maka
Bersucilah atau Mandi . Sedangkan untuk Hukum Mandi Wajib bagi setiap
umat muslim ialah Wajib atau Harus dilakukan karena jika anda sedang Berhadast
dan tidak mandi maka Shalat anda tidak akan sah.
Cara Mandi Wajib : Tata cara mandi wajib yang Betul selepas bersetubuh, haid,
bersalin atau tidak , adalah perkara yang mesti diketahui setiap orang muslim, dan
tentu setiap muslim tidak sekedar mencukupkan dirinya dengan perkara yang
sifatnya mubah, tapi berusaha beranjak kepada perkara-perkara sunnah/mustahab,
yakni mencontoh apa yang biasa dikerjakan oleh rasulullah shallahu alaihi wa
sallam.
Adapun perkara sunnah dalam tata cara mandi wajib atau mandi junub/besar yang
sah sempurna bisa diambil dari dua hadis yakni hadis aisyah dan hadis maimunah
radiyallahu anhuma.Niat Mandi Wajib Dan Tata Caranya terkadang kita
menyepelehakan permasalahan yang satu ini mengenai Mandi wajib atau janabah,
atau junub adalah mandi yang dilakukan ketika kita mengalami mimpi basah atau
habis bersenggama. Nah, pada saat seperti inilah kita diwajibkan untuk mandi
wajib janabah mandi besar. Namun tidak seperti hanya dikala mandi biasa, mandi
wajib ini harus diperhatikan niat dan tata caranya, Namanya juga mandi wajib,
hukumnya pasti harus dikerjakan sebelum kita melaksanakan pekerjaan lain
utamanya kewajiban beribadah seperti sholat.
Niat mandi besar atau mandi jinabat itu seperti niat niat dalam ibadah yang lain,
yaitu di dalam hati, adapun kalimat dan arti Doa Niat Mandi Wajib niatnya adalah
sebagai berikut yang di kelompkan dalam tiga bagian :
1. Jika mandi besar disebabkan junub Mimpi basah, keluar mani, senggama maka
niat mandi besarnya adalah
2. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi besarnya adalah
3. Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat mandi besarnya adalah
1. Dimulai dengan niat untuk menghilangkan hadas besar. Mulailah segala sesuatu
hal dengan niat. Bisa bahasa Arab atau bahasa Indonesia saja.
5. Mengguyur air pada kepala sebanyak 3 kali hingga sampai ke pangkal rambut
8. Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan, lalu kiri.
Disunnahkan untuk melaksanakan mandi besar junub jinabat itu dengan tertib
seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa aalihi
wasallam.
Tambahan:
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy
Mengguyur tubuhnya yang sebelah kanan dengan air, membersihkannya dari atas
sampai ke bawah, kemudian bagian yang kiri seperti itu juga berturut-turut sambil
membersihkan bagian-bagian yang tersembunyi pusar, bawah ketiak, lutut, dan
lainnya, dan diriwatkan Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda:
Barangsiapa yang meningggalkan bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi
janabat walaupun satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan
diperlakukan kepadanya demikian dan demikian dari api neraka . HR. Abu
Dawud
Penutup
Inilah kegiatan terakhir yang kami jalani. Setelah Solat Dhuha, kami pun
berpamitan untuk pulang dengan Guru-guru dan saudara-saudara lainnya. Rasanya
tidak rela untuk berpisah dengan saudara-saudara baru kami. Rasanya tidak rela
untuk mengakhiri kegiatan pada hari itu.
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran