Anda di halaman 1dari 15

Proposal Skripsi di PT.

CALTEX PACIFIC INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI
STUDI EFEK DIAGENESA
TERHADAP RESERVOIR FORMASI MENGGALA
LAPANGAN GAMMA, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

LATAR BELAKANG
Industri minyak dan gas bumi semakin menyadari bahwa reservoir memiliki variasi
yang kompleks, terutama yang berkaitan dengan ruangan pori-pori (porositas,
permeabilitas dan tekanan kapiler). Secara dimensi reservoir, perubahan tekstur primer
menjadi tekstur sekunder (diagenesa) merupakan pengontrol kualitas reservoir, dapat
merupakan pengaruh yang positif maupun negatif. Pemahaman akan perilaku
diagenesa ini membantu pengembangan lapangan yang akan mengoptimalkan
produksi. Hal ini berarti optimalisasi produksi sangat tergantung pada kekuatan kualitas
deskripsi reservoir.
Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan Tersier dengan batuan dasar
Pra-Tersier dangkal (G. Kempt, et.al, 1997) dan memiliki gradien geothermal yang
tertinggi dari cekungan cekungan di belakang busur yang terdapat pada bagian tepi
daratan Sunda (Eubank dan Makki,1981; Pulunggono dan Cameron, 1984). Dengan
potensinya yang sangat besar, maka Cekungan Sumatra Tengah telah menjadi salah
satu target utama kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi.

JUDUL PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka judul yang diangkat adalah
Studi Efek Diagenesa Terhadap Formasi Menggala, Lapangan Gamma, Cekungan
Sumatra Tengah .

TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan kurikulum yang ada di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN Veteran Yogyakarta, tahun ajaran 2003/2004 maka setiap mahasiswa

1
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

dalam mencapai gelar kesarjanaan program pendidikan Strata-1 harus menyelesaikan


Skripsi.
Adapun tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi
diagenesa yang berkembang sebagai evaluasi formasi.

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH


Geologi regional di sekitar daerah penelitian termasuk kedalam Cekungan Sumatra
Tengah yang merupakan cekungan yang terbentuk di belakang busur magmatik
selama Tersier Awal (Eosen Oligosen) sebagai rangkaian struktur setengah graben
yang dipisahkan oleh suatu block horst, sebagai hasil dari subduksi lempeng Samudra
Hindia dengan tepi Lempeng Benua Asia (Mertosono dan Nayoan, 1974). Subduksi
tersebut menimbulkan terbentuknya Shell Konveksi Mantel Bumi dan Diapir yang
menyebabkan terjadinya rezim regangan pada bagian kerak diatas dengan suatu
gejala pemekaran di belakang busur. Selanjutnya bentukan setengah graben ini diisi
oleh sedimen klastik non-marine dan lacustrine dari Kelompok Pematang di beberapa
bagian cekungan (graben) yang dalam.

GEOMORFOLOGI
Cekungan Sumatra Tengah berbentuk asimetris yang mengarah Baratlaut
Tenggara dan dibatasi di sebelah Baratdaya oleh sesar-sesar serta singkapan-
singkapan batuan Pra-Tertier yang terangkat sepanjang kaki Pegunungan Barisan
sehingga bagian ini menjadi bagian yang paling dalam dan melandai ke arah timur.
Di bagian Barat dan Baratdaya dibatasi oleh Bukit Barisan, bagian Timur oleh
Semenanjung Malaysia, bagian Utara dibatasi Tinggian Asahan, di sebelah Tenggara
dibatasi oleh Dataran Tinggi Tigapuluh dan di sebelah Timurlaut dibatasi oleh Paparan
Sunda, sedangkan batas bagian Selatan tidak diketahui secara baik (Heidrick dan
Aulia, 1993).
Empat bentukan khas dari Cekungan Sumatera Tengah yaitu :
1. Tinggian Kubu (Kubu High) dibagian baratlaut,
2. Central deep pada bagian tengah cekungan,
3. Bukit Barisan (Mountain Front) pada bagian barat cekungan, dan
4. Tinggian Rokan (Rokan Uplift) serta Dataran Pantai (Coastal Plain) di bagian timur
cekungan.

2
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

CEKUNGAN SUMATERA
Cekungan
TENGAH
Sumatera
Utara Malays
ia

Cekungan
Sumatera Temgah

Cekungan
Sumatera Selatan

Cekungan
Sunda

Arah Pergerakan Cekungan Jawa


Utara
Lempeng

Gunung Api Kuarter

Skala

0 500 Km

Gambar 1. Kerangka Tektonik Regional Cekungan Sumatra Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)

STRATIGRAFI
Batuan dasar yang berfungsi sebagai landas Cekungan Sumatra Tengah dapat
dibagi menjadi tiga kelompok batuan, yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan
Greywacke Terrane (Eubank & Makki, 1981 vide Heidrick & Aulia, 1993). Secara tidak

3
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

selaras di atas batuan dasar diendapkan suksesi batuan-batuan sedimen Tertier.


Mertosono dan Nayoan, 1974 dalam Heidrick dan Aulia, 1993 membagi stratigrafi
Tertier di Cekungan Sumatra Tengah menjadi 5 (lima) unit stratigrafi, dari yang tua ke
muda sebagai berikut :
1. Formasi Pematang
Menumpang secara tidak selaras di atas batuan dasar dan didominasi fasies danau
dan fasies sungai. Fasies danau terdiri atas batulempung dan batupasir halus
berselingan dengan serpih danau yang kaya akan organik. Fasies sungai terdiri
dari konglomerat, batupasir kasar dan batulempung aneka warna. Formasi ini
berumur Eo-Oligosen (50-24 Ma).
2. Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas dibagi menjadi 4 (empat) formasi, yaitu :
a. Formasi Menggala
Umur N4 atau Miosen Awal dengan ciri litologi batupasir halus sampai kasar
yang bersifat konglomeratan. Diendapkan di braided river sampai stacked river
(Dawson, et.al, 1997) di atas Formasi Pematang secara tidak selaras.
b. Formasi Bangko
Umur awal N5 atau Miosen Awal dengan ciri litologi serpih abu-abu yang
bersifat gampingan berselingan dengan batupasir halus sampai sedang.
Lingkungan pengendapannya open marine shelf. Diendapkan secara selaras di
atas Formasi Menggala.
c. Formasi Bekasap
Memiliki kisaran umur dari akhir N5 sampai N8. Diendapkan secara selaras di
atas Formasi Bangko. Litologi penyusunnya berupa batupasir dengan
kandungan glaukonit di bagian atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis
dan lapisan tipis batubara. Lingkungan pengendapan dari estuarin, intertidal,
inner-neritic sampai middle/outer neritic (Dawson, et.al, 1997)
d. Formasi Duri
Diendapkan tidak selaras di atas Formasi Bekasap pada N9 (Miosen Awal)
dengan ciri litologi batupasir halus sampai sedang diselingi serpih dan sedikit
batugamping. Lingkungan pengendapannya barrier bar complex dan delta front.
3. Formasi Telisa
Diendapkan menjari dengan Formasi Bekasap di sebelah Baratdaya, di sebelah
Timur menjari dengan Formasi Duri (Yarmanto dan Aulia, 1988) dan di beberapa
tempat ditemukan hubungan sejajar dengan formasi dibawahnya. Umur Miosen

4
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

Awal Miosen Tengah (N9 N14). Terdiri dari suksesi batuan sedimen yang
didominasi serpih dengan sisipan lanau yang bersifat gampingan. Lingkungan
pengendapannya mulai neritik sampai non-marine di bagian atas formasi (Dawson,
et.al, 1997)
4. Formasi Petani
Diendapkan tidak selaras di atas Formasi Telisa dan Kelompok Sihapas, berumur
Miosen Tengah Pleistosen. Formasi ini berisi sikuen monoton serpih-mudstone
dan berisi interkalasi batupasir minor dan lanau ke arah atas.
5. Formasi Minas
Merupakan endapan Kwarter yang diendapkan tidak selaras di atas Formasi
Petani. Formasi Minas tersusun atas lapisan tipis sedimen batupasir, lempung dan
gravel Formasi Minas yang berumur Holosen dan mencirikan endapan alluvial.
Proses pengendapan masih berlangsung sampai saat ini.

Gambar 2. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah


(Eubank dan Makki, 1981, lihat Heidrick dan Aulia, 1993).

5
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

STRUKTUR GEOLOGI
Tektonik cekungan Sumatra Tengah dicirikan oleh patahan blok dan patahan
transcurrent, seperti pengangkatan, tektonik gravitasi, pergerakan meluncur (gliding),
dan lipatan kompresi. Cekungan Sumatra Tengah ini mempunyai dua arah struktur
utama, yaitu yang lebih tua berarah cenderung ke Utara (NNW SSE) dan yang lebih
muda berarah Baratlaut (NW SW). Sistem patahan blok yang terutama berarah Utara
Selatan, membentuk suatu seri horst dan graben, yang mengontrol pola
pengendapan sedimen Tersier Bawah, terutama batuan batuan yang berumur
Paleogen (Mertosono dan Nayoan, 1974).
Struktur yang berarah ke Utara berasosiasi dengan orientasi Pre-Tersier yang
ditemukan di Semenanjung Malaysia. Ini adalah struktur yang mempengaruhi arah
pengendapan batuan berumur Paleogen. Struktur yang berarah Baratlaut, yang
berumur lebih muda dari struktur Tersier, mengontrol susunan struktur saat ini.
Keduanya mempengaruhi pengendapan sedimen Tersier, pertumbuhan struktur Tersier
dan sesar berikutnya. Menurut de Coster (1974) bentuk struktur yang saat ini ada di
Cekungan Sumatra Tengah dan Sumatera Selatan merupakan hasil sekurang
kurangnya tiga fase tektonik utama yang terpisah, yaitu orogenesa Mesozoikum
Tengah, tektonik Kapur Akhir - Tersier Awal dan Orogenesa PlioPleistosene.
Orogenesa Mesozoikum Tengah merupakan sebab utama termalihnya batuan
batuan endapan Paleozoikum dan Mesozoikum. Endapan endapan tersebut
tersesarkan dan terlipatkan menjadi blok blok struktural berukuran besar yang
selanjutnya diterobos oleh batolit batolit granit. Lajur lajur batuan metamorf ini
tersusun dengan litologi yang berbeda tingkat, metamofisme dan intensitas
deformasinya.
Heidrich dan Aulia (1993) membagi tatanan tektonik Tersier di Cekungan Sumatra
Tengah dalam tiga episode tektonik, yaitu :
1. F1 (50-26) Ma
Episode tektonik F1 berlangsung pada kala Eo-Oligocene (50-26) Ma. Akibat
tumbukan lempeng Hindia terhadap Asia Tenggara pada sekitar 45 Ma terbentuk
suatu sistem rekahan trans-tensional yang memanjang kearah selatan dari Cina
bagian Selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan
Selatan (Heidrich dan Aulia, 1996). Perekahan ini menyebabkan terbentuknya
serangkaian half graben di Cekungan Sumatra Tengah. Half Graben ini kemudian
menjadi danau tempat diendapkannya sedimen sedimen dari Kelompok
Pematang.

6
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

Pada akhir episode F1 terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan


cekungan ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan
pembentukan dataran peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosoil yang
diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed.
2. F2 (26-13) Ma
Episode tektonik F2 (26-13) Ma berlangsung pada Early Miocene Middle
Miocene. Pada awal dari episode ini atau akhir episode F1 terbentuk sesar geser
kanan yang berarah Utara Selatan. Dalam episode ini Cekungan Sumatra
Tengah mengalami transgresi dan sedimen sedimen dari Kelompok Sihapas
diendapkan.
3. F3 (13 recent).

KETERANGAN:

Antiklin Sesar naik


(inversi)

Sesar Geser NCekungan


pull apart 0 25
Km

Gambar 3. Struktur Geologi


Cekungan Sumatra Tengah

7
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

DASAR TEORI
Integrasi fasies dan diagenesa pada reservoir dapat dilakukan dengan melakukan
studi menggunakan data inti bor, data log dan data petrografis. Data inti bor berfungsi
sebagai sebagai acuan nilai porositas, dan permeabilitas, dan mengidentifikasi fasies
yang berkembang baik secara vertikal maupun lateral. Data log akan berfungsi sebagai
acuan korelasi geologi dan identifikasi litologi. Sedangkan data petrografis (sayatan
tipis) berfungsi sebagai acuan perkembangan diagenesa beserta tahapannya.
Log adalah suatu grafik kedalaman dari satu set data yang menunjukkan
parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Adapun
parameter-parameter yang bisa diukur adalah sifat kelistrikan (spontaneous potensial),
tahanan jenis batuan, daya hantar listrik, sifat keradioaktifan dan sifat meneruskan
gelombang suara. Metode perekamannya dengan menggunakan cara menurunkan
suatu sonde atau peralatan ke dasar lubang pemboran.
Log Density menghitung penipisan jumlah sinar Gamma Ray antara source dengan
detector. Log ini digunakan untuk menentukan porositas primer maupun sekunder
suatu formasi, mengidentifikasi litologi, mendeterminasi densitas hidrokarbon dan
mengidentifikasikan adanya kandungan gas.
Log Neutron mengukur konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu formasi. Di dalam
formasi bersih, log ini mencatat porositas yang diisi cairan. Log Neutron juga
digunakan untuk menentukan porositas primer dan sekunder, mengidentifikasi lithologi
dan gas.
Ketidakpastian nilai porositas akan muncul jika Log Neutron dan Density di-run
sendiri. Analisa log menjadi lebih akurat dan sederhana setelah interpretasi Log
Neutron Density dikombinasikan sehingga ketidakpastian litologi dapat diperkecil.
Log Sonic mengukur beda waktu antara kecepatan gelombang suara pada
transmitter dengan receiver (satuan dalam sec). Digunakan untuk menentukan harga
kesarangan primer, menentukan gas, dan mengidentifikasi litologi.
Log Resistivitas merupakan log elektrik yang digunakan untuk mendeterminasi
kandungan fluida dalam batuan reservoir, mengidentifikasi zona permeabel,
menentukan porositas dan menunjukkan litologi tertentu yang khas (batubara dan
bentonit). Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan nilai resistivitas yang besar
sedangkan keberadaan air akan ditunjukkan dengan nilai resistivitas yang kecil.
Kandungan fluida yang ditunjukkan menunjukkan juga besaran porositas yang dimiliki
batuan tersebut. Karena volume fluida akan berbanding lurus terhadap besaran
porositasnya.

8
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

Pengukuran besar porositas dapat dilakukan menggunakan log densitas, log


netron dan log sonic. Ketika mengukur densitas formasi, tidak hanya matriks formasi
yang terukur namun juga kadar fluida dalam ruang porinya. Nilai dari densitas yang
terukur terantung oleh densitas batuan, jumlah ruang pori dan densitas dari fluida
pengisi ruang pori. Hal ini mencerminkan porositas, karena porositas dinyatakan
sebagai banyaknya fluida yang mengisi pori,
Hasil korelasi dari log-log sumur tersebut yang dibantu dengan data core
diharapkan dapat mengetahui perkembangan pola geometri batuan reservoir pada
daerah penelitian baik secara vertikal maupun lateral serta asosiasinya dengan ruang
akomodasi sehingga dapat diketahui besarnya potensi yang dapat dimiliki oleh
lapangan yang diteliti.

EFEK DIAGENESA TERHADAP RESERVOIR


Diagenesa dapat terjadi di batupasir, batugamping sebagai batuan reservoir.
Pengaruh diagenesa di reservoir batupasir disebabkan oleh :
Pengaruh pembebanan (burial)
Pengaruh sementasi dan pelarutan
Diagenesa dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap batuan
reservoir.
Pyror (1973) melakukan penelitian terhadap batupasir Resen dari beberapa jenis
batupasir yang diambil dari beberapa daerah. Pada umumnya, batuan-batuan tersebut
di permukaan mempunyai porositas mendekati 40 50 % dengan permeabilitas sekitar
10 Darci. Sedangkan untuk batupasir reservoiryang terletak jauh dari permukaan pada
umumnya memiliki nilai porositas antara 10 20 % dan permeabilitas dalam ukuran
miliDarci. Dari data tersebut didapatkan persamaan :
D = P G . D
dimana D Porositas di kedalaman tertentu
P Porositas asal di permukaan
G Gradien porositas
D Kedalaman pembebanan
Dodge & Loucks (1979) mengatakan bahwa variabel utama terhadap nilai gradien
porositas adalah mineralogy, tekstur, regim tekanan dan geothermal.

9
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

Gambar 4. Diagram Alir Deposisi - Pembebanan

Nilai porositas pada batupasir yang lebih mature akan lebih stabil. Hal ini dapat
dibaca dengan kurva (Gambar 5) bahwa batupasir vulkanik klastik yang tersusun oleh
mineral kurang stabil akan cenderung kehilangan porositas dibandingkan batuan yang
10elative stabil (seperti batupasir kuarsa).
Pada skala regional, kontrol perubahan porositas reservoir batupasir adalah
mineralogi, tekstur, gradien tekanan dan gradien geothermal. Sedangkan secara
dimensi reservoir sekitarnya (lokal), perubahan tekstur primer menjadi tekstur sekunder
(diagenesa) merupakan pengontrol kualitas reservoir. Diagenesa yang terjadi pada
batupasir umumnya adalah sementasi dan pelarutan. Sementasi dapat merusak dan
memperkecil nilai porositas dan permeabilitas. Batupasir umumnya disusun oleh tiga
jenis semen, yaitu kuarsa/silika, kalsit, dan mineral lempung autigenik.

10
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

Gambar 5. Kurva Gradien Porositas (After Nagtegaal, 1978)

Semen silika pada umumnya akan mengalami overgrowth terhadap larutan asam
(terjadi peningkatan pH), sebaliknya semen kalsit akan mengalami pelarutan bila ada
penurunan pH sehingga akan terbentuk/tumbuh kristal kalsit, menempati ruang antar
pori, membentuk struktur corroded.
Kehadiran mineral lempung dalam batuan akan merusak porositas dan
permeabilitas reservoir. Ada beberapa jenis mineral lempung seperti kaolin, illit,
montmorilonit, dimana jenis-jenis ini akan memberi dampak yang berbeda terhadap
batuan reservoir. Seperti kaolin, kristalnya berbentuk blocky, keberadaaannya dapat
menurunkan nilai porositas reservoir tetapi tidak banyak mempengaruhi nilai
permeabilitasnya. Jenis illite, bentuk kristalnya fibrous, membentuk struktur bridge
over, dan keberadaannya akan merugikan nilai permeabilitas. Jenis montmorilonit
(smectit) dihasilkan dari ubahan gelas vulkanik. Jenis mineral ini bersifat mengembang
(swelling) bila bereaksi dengan air sehingga proses pengeboran dengan menggunakan
water base mud akan membahayakan karakter reservoir.

11
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

METODE PENELITIAN
Pendekatan masalah dilakukan secara diskriptif analitis dan dalam
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan data log sumur, data inti bor dan data
petrografis.
Sistematika kerja dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Studi pustaka :
Studi pustaka akan dilakukan dengan mempelajari studi regional Cekungan
Sumatra Tengah, buku-buku bacaan dan laporan yang berhubungan dengan
penelitian ini. Hal ini dipandang perlu karena salah satu modal dasar yang harus
dimiliki dalam suatu kegiatan penelitian adalah pemahaman yang baik mengenai
daerah telitian dan topik yang dipilih sebagai bahan penelitian.
2. Deskripsi inti bor :
Deskripsi inti bor dipakai untuk interpretasi dan analisa fasies yang berkembang
secara vertikal maupun lateral dari area penelitian. Selain itu melalui inti bor akan
dapat lebih dipastikan mengenai porositas, permeabilitas dan sifat fisik batuan
lainnya.
3. Analisa fasies (Petrofisik analisis) :
Analisa fasies diagenesa reservoir berdasarkan data data inti bor dilaksanakan
untuk mengidentifikasikan fasies yang berkembang baik secara vertikal maupun
lateral.
4. Stratigrafi Cross Section (Distribusi Lateral) :
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui perkembangan secara vertikal dan
lateral serta asosiasinya dengan ruang akomodasi. Pada tahap analisa ini
menggunakan data log dibantu dengan data inti bor.
5. Analisa Petrografi :
Analisa petrografi ini menggunakan sayatan tipis untuk mengetahui perkembangan
tekstur dan semen di setiap interval kedalaman tertentu.
6. Analisa Diagenesa :
Pada tahap analisa ini menggunakan data dari sayatan tipis dengan tujuan untuk
mengidentifikasi diagenesa yang berkembang serta tahapannya.
7. Integrasi Fasies dan Diagenesa :
Dengan mengkompilasikan hasil analisa yang didapat dari semua data yang
tersedia akan dihasilkan kesimpulan mengenai kontrol fasies diagenesa terhadap
kualitas dari reservoir yang diteliti.

12
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

Studi Pustaka

Latar Belakang

Masalah :
Kualitas Reservoir

Data Inti Bor Data Log Sumur Data Petrografis

Analisa : Analisa : Analisa :


1. Stratigrafi Cross 1. Analisa Petrografi
1. Deskripsi Inti Bor
Section 2. Analisa
2. Analisa Fasies Diagenesa
3. Stratigrafi Cross
Section

Integrasi Fasies dan Diagenesa

Data Analisa Kurva


Penurunan Produksi
Kesimpulan

Laporan Sementara

Konsultasi
Laporan Resmi

Presentasi

Gambar 6. Diagram Alir Kegiatan Penelitian sampai Interpretasi Akhir


KONTRIBUSI PENELITIAN

13
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

- Memberikan tambahan data dan analisa yang telah ada.


- Membantu memecahkan permasalahan geologi dalam menginterpretasikan
daerah penelitian.
- Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan proses produksi
dan kegiatan eksplorasi di daerah telitian.
- Untuk pengembangan ilmu kebumian.

WAKTU PENELITIAN
Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, maka waktu penelitian yang saya
rencanakan selama 2 (dua) bulan terhitung mulai dari awal Oktober s.d. akhir
November 2003.

Tabel 1. Usulan rencana kerja

Bulan ke 1 Bulan ke 2
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
2 Pengumpulan dan Analisis Data
3 Interpretasi dan Diskusi
4 Presentasi

ALAT DAN FASILITAS


Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa alat dan fasilitas
pendukung yang diantaranya:
1. Data inti bor (core)
2. Data log sumur
3. Data petrografis
4. Seperangkat komputer
5. Pustaka terkait
6. Akses ke fasilitas pendukung (Perpustakaan, Internet, Copy Center)
7. Peralatan dan perlengkapan lain yang menunjang selama penelitian.

14
Proposal Skripsi di PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA

PEMBIMBING
Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan oleh perusahaan,
sedangkan untuk pembimbing di kampus saya telah mendapatkan pembimbing dari
staf pengajar pada Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta.

PENUTUP
Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan skripsi ini akan
dapat membuka wawasan mahasiswa pada bidang teknologi geologi yang dipakai
dalam dunia perminyakan dan dalam kesempatan ini mahasiswa akan
memanfaatkanya semaksimal mungkin, serta hasil dari skripsi ini akan dibuat dalam
bentuk laporan dan akan dipresentasikan di perusahan terkait dan juga di Jurusan
Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Eubank, R.T., Makki,A.C., 1981, Structural Geology of The Central Sumatra Back Arc
Basin, Proceeding Indonesian Petroleum Association, 10 Annual Convention,
Mei 1981, Jakarta.
Harsono, A., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield Services,
Jakarta
Koesoemadinata, R.P., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi Edisi kedua, ITB Bandung
Mitchum, R.M., Vail, P.R., and Thopson S., 1977, Seismic Stratigraphy and Global of
Sea Level Change, part 2 : The Depositional Sequence as a Basic Unit for
Stratigraphic Analysis, Payton, C.E., Seismic Stratigraphy-Applications to
Hydrocarbon Exploration AAPG Memoir 26.
Sangree, J.B., and Mitchum, R.M., 1980, Exploration and Production Application of
Sequence Stratigraphy, Workshop Module, Sangree Exploration Inc.
Walker, R.G, 1992, Facies Model, Geological Association of Canada LAssociation
geologiue du Canada
Wagoner J.C. van., Mitchum, RM., Campion, K.M., dan Rahmanian, v.D., 1991,
Siliciclastics sequence Stratigraphy in Well Logs, Core and Outcrops: Concepts
for High-Resolution Correlation of Time and Facies, AAPG Methods in Series, No.
7, Tulsa USA, p. 1-55

15

Anda mungkin juga menyukai