Anda di halaman 1dari 14

A.

Jenis Pengujian
Praktikum Bahan Perkerasan kali ini diawali dengan pengujian pemanasan
aspal. Pengujian pemanasan aspal ini dilakukan sebelum pelaksanaan
pengujian penetrasi aspal. Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa
diharapkan dapat memahami cara dan proses pencairan aspal sebelum
digunakan. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan Perkerasan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Negeri
Yogyakarta.

B. Kajian Teori
Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia utama hidrokarbon,
hasil eksplorasi dengan warna hitam bersifat plastis hingga cair, tidak larut
dalam larutan asam encer, dan alkali atau air, tapi larut sebagian besar dalam
aether, CS2 bensol, dan chloroform (Saodang, 2004:158). Menurut Suprapto
(2004:11) aspal yang biasa digunakan sebagai bahan perkerasan jalan
memiliki beberapa jenis, yaitu:
1. Aspal alami
Aspal alami merupakan aspal yang biasanya banyak terdapat di alam.
Menurut Suprapto (2004:11) aspal alami terdiri dari beberapa jenis, antara
lain:
a. Aspal danau (lake asphalt)
Aspal danau (lake asphalt) banyak terdapat di Trinidad, Pulau
Bermuda. Aspal Trinidad ini jika diuraikan terdiri dari 40% bitumen,
30% bahan eteris, 25 % bahan mineral, dan 5% bahan organik
(Suprapto, 2004:11).
b. Batu aspal (rock asphalt)
Batu aspal (rock asphalt) atau yang biasa dikenal dengan
sebutan (aspal batu Buton) ini banyak terdapat di dalam batu karang di
daerah Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal jenis ini biasanya bercampur
dengan batu kapur (CaCO3) yang merupakan bahan penyusun batu

1
karang. Aspal ini umumnya tersusun dari 30% bahan bitumen, 65%
bahan mineral, dan 5% bahan lain (Suprapto, 2004:11)
2. Aspal minyak (petroleum asphalt)
Aspal minyak (petroleum asphalt) merupakan aspal yang diperoleh dari
penirisan minyak dan biasanya berbentuk padat atau semi padat. Aspal
minyak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Aspal semen (asphaltic cement)
Aspal semen (asphaltic cement) biasanya berbentuk padat pada
temperatur ruangan. Di Indonesia aspal semen dibedakan menjadi
bebrapa jenis berdasarkan nilai penetrasinya. Aspal semen dengan
penetrasi rendah digunakan di daerah yang bercuaca panas atau daerah
dengan lalu lintas tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi
digunakan di daerah yang bercuaca dingin dan daerah dengan lalu
lintas rendah.
b. Aspal dingin cair (cut back asphalt)
Aspal dingin cair (cut back asphalt) merupakan campuran
pabrik antara aspal panas dengan bahan pengencer dari hasil
penyulingan minyak bumi. Aspal ini digunakan dalam keadaan cair
dan dingin. Menurut Saodang (2005:160) jenis aspal dingin
berdasarkan bahan pengencer dan kemudahan menguap bahan
pelarutnya, yaitu:
1) Jenis RC (rapid curing)
Aspal dingin jenis ini bahan pelarutnya mudah menguap. Aspal
jenis ini bahan pengencernya berupa bensin dengan RC0 sampai
RC3.
2) Jenis MC (medium curing)
Aspal dingin jenis ini bahan pelarutnya memiliki tingkat
kemudahan menguap medium. Aspal jenis ini bahan pengencernya
berupa minyak tanah (kerosene) dengan MC0 sampai MC3.

2
3) Jenis SC (slow curing)
Aspal dingin jenis bahan pelarutnya sulit menguap. Aspal jenis ini
bahan pengencernya berupa solar dengan SC0 sampai SC3.
c. Aspal emulsi (emulsion asphalt)
Aspal emulsi (emulsion asphalt) merupakan aspal yang biasanya
tersedia dalam bentuk emulsi. Aspal emulsi menurut Suprapto
(2004:14) dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Berdasarkan jenis emulsi
Aspal emulsi berdasarkan jenis emulsinya dibedakan menjadi aspal
kationik (aspal emulsi asam) dengan emulsi bermuatan arus listrik
positif, dan aspal anionik (aspal emulsi alkali) dengan emulsi
bermuatan arus listrik negatif.
2) Berdasarkan penambahan air pada bahan pengemulsi (emulsifier)
Aspal emulsi berdasarkan penambahan air pada bahan pengemulsi
(emulsifier) dibedakan menjadi tipe rapid setting, tipe medium
setting, dan tipe slow setting.
C. Alat dan Bahan
Dalam praktikum pemanasan aspal ini alat dan bahan yang digunakan, yaitu:
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pemanasan aspal kali ini, antara lain:
a. Termometer
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu
benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
termometer. Berdasarkan penggunaannya, Menurut Sears &
Zemansky (2002:33) termometer dibedakan menjadi lima, yaitu:
1) Termometer laboratorium
Termometer laboratorium adalah termometer yang
menggunakan cairan raksa atau alkohol. Sistem kerja termometer
ini adalah jika cairan bertambah panas maka raksa atau alkohol
akan memuai sehingga pembacaan skala bertambah besar. Jenis
termometer inilah yang dipakai dalam praktikum pengujian titik

3
nyala dan titik bakar kali ini. Termometer yang digunakan harus
sesuai dengan SNI 19-6421-2000 tentang Spesifikasi Standar
Termometer.

Gambar 1. Termometer
2) Termometer klinis
Termometer klinis adalah termometer yang menggunakan
cairan air raksa atau alkohol. Termometer klinis dari segi cairan
pengisi memang sama dengan termometer laboratorium. Akan
tetapi, dari segi bentuk dan pemanfaatannya berbeda. Termometer
klinis digunakan untuk mengukur suhu tubuh dan berkaitan erat
dengan bidang kesehatan. Termometer ini mempunyai lekukan
sempit di atas wadahnya yang berfungsi untuk menjaga agar suhu
hasil pengukuran tidak berubah setelah termometer diangkat dari
tubuh. Skala pada termometer ini antara 35C sampai 42C (Sears
& Zemansky, 2002:35).
3) Termometer ruangan
Termometer ruangan berfungsi untuk mengukur suhu pada
sebuah ruangan. Pada dasarnya termometer ini sama dengan
termometer yang lain, hanya saja berbeda pada batas minimum dan
maksimum skala yang dapat terukur. Skala termometer ini antara -
50C sampai 50C. Termometer ruangan biasa dipasang di tempat-
tempat tertentu yang membutuhkan atau mengharuskan kestabilan
suhu.

4
4) Termometer digital
Termometer digital merupakan pengembangan dari
termometer sederhana. Prinsip kerja termometer ini sama dengan
termometer yang menggunakan pemuaian sebagai reaksi.
Termometer ini menggunakan logam sebagai sensor suhu yang
akan memuai. Pemuaian inilah yang diterjemahkan oleh rangkaian
elektronik dan ditampilkan dalam bentuk angka yang langsung bisa
dibaca.
5) Termokopel
Termokopel adalah termometer yang menggunakan bahan
bimetal sebagai alat pokok. Prinsip kerja termometer ini adalah jika
terkena panas maka bimetal akan bengkok ke arah yang
koefisiennya lebih kecil. Pemuaian ini kemudian dihubungkan
dengan jarum dan menunjukkan suhu hasil pengukuran (Sears &
Zemansky, 2002:34).
b. Cawan
Dalam praktikum pemanasan aspal ini, cawan digunakan sebagai
wadah aspal ketika dilelehkan. Cawan ini berdiameter kurang lebih 5
cm.

Gambar 2. Cawan
c. Piring seng
Dalam praktikum pengujian pemanasn aspal ini, piring seng digunakan
sebagai pengantar panasdari kompor listrik ke cawan, Piring seng juga

5
digunakan untuk menjaga agar cawan tidak bersinggungan langsung
dengan api dari kompor listrik.

Gambar 3. Piring seng


d. Kompor listrik
Dalam praktikum pengujian aspal kali ini , kompor listrik digunakan
sebagai sumber energi panas. Sumber energi panas yang dihasilkan
oleh kompor listrik inilah yang digunakan untuk memanaskan aspal.

Gambar 4. Kompor listrik


e. Pengaduk/Sendok
Dalam praktikum pemanasan aspal ini, sendok digunakan untuk
mengambil aspal. Selain itu, sendok juga digunakan untuk mengaduk
aspal ketika proses pemanasan.

6
Gambar 5. Sendok
f. Penjepit cawan
Dalam praktikum pemanasan aspal ini, penjepit digunakan untuk
meletakkan piring seng ke atas kompor. Selain itu, penjepit juga
digunakan untuk mengangkat cawan yang berisi aspal panas dari atas
piring seng.

Gambar 6. Penjepit cawan


g. Stopwatch
Stopwatch adalah alat ukur besaran waktu. Stopwatch yang sering
dipakai biasanya memiliki ketelitian 0,1 detik atau 0,2 detik.

7
Gambar 7. Stopwatch
2. Bahan
a. Aspal
Aspal merupakan bahan utama dalam praktikum penetrasi aspal. Aspal
yang digunakan untuk praktikum ini yaitu (80-90)% dari volume
cawan.

Gambar 8. Aspal
b. Minyak tanah
Minyak tanah disebut juga kerosene merupakan bahan bakar yang
tidak berwarna (jernih). Dalam prektikum kali ini, minyak tanah
digunakan untuk membersihkan alat-alat dari sisi-sisa aspal yang
menempel.

8
Gambar 9. Minyak tanah
D. Langkah Kerja
Tahapan-tahapan dari praktikum pengujian pemanasan aspal adalah sebagai
berikut:
1. Area kerja yang akan digunakan untuk praktikum dibersihkan.
2. Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
3. Aspal diambil secukupnya dari tempat penyimpanan kemudian
dimasukkan ke dalam cawan yang telah disiapkan.
4. Aspal yang telah dimasukkan ke cawan diukur suhunya menggunakan
termometer.
5. Kompor listrik dinyalakan dengan tingkat kepanasan yang cukup.
6. Piring seng diletakkan di atas kompor listrik yang menyala dengan
menggunakan penjepit.
7. Cawan yang berisi aspal diletakkan di atas piring seng yang berada di atas
kompor listrik, pada saat ini juga stopwatch dinyalakan.
8. Setelah beberapa saat, aspal yang ada di dalam cawan diaduk
menggunakan sendok.
9. Aspal diaduk sampai cair dan tidak berbuih.
10. Saat proses pengadukan berlangsung, aspal ditambahkan jika aspal di
dalam cawan dirasa kurang dari (80-90)% volume cawan.
11. Suhu aspal yang dipanaskan diukur dengan termometer dengan
meletakkannya di cawan yang berisi aspal.
12. Peletakan termometer diusahakan berada di tengah-tengah cawan dan
tidak terlalu ke bawah atau ke atas.

9
13. Termometer diamati sampai pembacaan suhu 120C.
14. Pada saat pembacaan duhu mencapai 120C, stopwatch dihentikan dan
hasil pembacaan waktu ditulis.
15. Piring seng yang berisi cawan diangkat dengan menggunakan penjepit dan
letakkan di atas meja dan kompor listrik dimatikan.
16. Cawan yang berisi aspal diangkat dengan menggunakan penjepit
kemudian cawan diletakkan pada meja yang permukaannya rata.
17. Cawan yang berisi aspal diberi tanda dan didinginkan kemudian disimpan
untuk digunakan kembali pada praktikum pengujian penetrasi aspal.
18. Alat yang kotor dibersihkan dan yang terkena aspal dibersihkan dengan
minyak tanah.
19. Semua alat disimpan kembali ke tempat semula.
20. Kesehatan dan keselamatan kerja pada pengujiaan pemanasan aspal harus
diperhatikan dan dilaksanakan.
E. Penyajian Data
Praktikum pemanasan aspal kali ini, didapat data sebagai berikut:
1. Waktu dan tempat pengujian
Tabel 1. Waktu dan tempat pengujian
No Keterangan
1 Hari : Senin
2 Tanggal : 27 Februari 2017
3 Jam : 10.50-14.40
4 Cuaca : Cerah
5 Tempat : Laboratorium Bahan Perkerasan

2. Data hasil pengujian


Tabel 2. Data hasil pengujian
Suhu (C) Waktu yang
No. Jenis Pengujian
Awal Akhir diperlukan
Pengujian pemanasan 14 menit 29
1 39 130
aspal detik

10
F. Pembahasan
Aspal memiliki kepekaan terhadap suhu atau temperatur, karena aspal
adalah material yang bersifat thermoplastis. Aspal akan menjadi keras atau
lebih kental jika temperaturnya berkurang dan akan lunak atau mencair jika
temperaturnya bertambah. Setiap jenis aspal mempunyai kepekaan terhadap
temperatur yang berbeda-beda., karena kepekaan tersebut dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi aspalnya, walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi
dan visikositas yang sama pada temperatur tertentu.
Dalam praktikum pengujian pemanasan aspal banyak komponen yang
menentukan cepat atau lambatnya aspal mencapai suhu 120C. Komponen
yang dapat mempengaruhi hasil praktikum ini, antara lain:
1. Alat dan bahan yang digunakan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum berperan penting
untuk menentukan hasil pengujian. Alat dan bahan yang sesuai dengan
standar dan spesifikasi yang ditentukan tentu akan menghasilkan data yang
valid dan reliable. Meskipun valid dan tidaknya data tidak hanya
bergantung dari alat dan bahan yang digunakan. Akan tetapi, alat dan
bahan yang digunakan cukup memberikan pengaruh besar terhadap data
hasil pengujian.
2. Suhu ruangan/laboratorium untuk praktikum
Suhu laboratorium yang stabil dan sesuai ketentuan memberikan pengaruh
terhadap data hasil pengujian.
3. Prosedur pengujian
Prosedur standar pengujian pemanasan aspal tentunya sudah ditetapkan.
Namun, dalam praktiknya banyak prosedur yang mungkin terlupa atau
dilaksanakan dengan kurang maksimal.

11
Setelah dilakukan praktikum pengujian pemanasan aspal, didapatkan
hasil bahwa untuk memanaskan aspal dengan suhu awal 39C sampai cair
(mencapai suhu 120C) membutuhkan waktu 14 menit 29 detik. Berdasarka
hasil pengamatan ini terjadi ketidaktepatan pada pengujian yang dilakukan
karena biasanya untuk memanaskan aspal dengan volume (80-90)% cawan
hanya membutuhkan waktu berkisar 10 menit.

G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum


Kesulitan yang dirasakan saat praktikum di Laboratorium Bahan Perkerasan,
antara lain:
1. Situasi dan kondisi laboratprium dirasa kurang mendukung proses
praktikum karena banyak orang yang berlalu lalang di sekitar
laboratorium.
2. Alat untuk praktikum yang kurang memadai. Hanya ada satu kompor
sehingga menjadi hambatan untuk melaksanakan praktikum.
3. Letak penyimpanan bahan yang cukup jauh dari laboratorium sehingga
mengurangi efisiensi waktu.

H. Kesimpulan
Dari hasil pengujian pemanasan aspal dapat disimpulkan:
1. Aspal mengalami titik cair pada kisaran suhu 115C hingga 120C.
2. Pemanasan aspal dapat dipengaruhi oleh besarnya sumber panas, lama
pemanasan, dan kondisi lingkungan sekitar tempat pengujian.
I. Saran-Saran
Pelaksanaan praktikum di laboratorium Bahan Perkerasan sebenarnya sudah
baik. Akan tetapi perlu ditingkatkan beberapa hal, antara lain:
1. Kedisiplinan mahasiswa ditingkatkan.
2. Penggantian atau pembaharuan alat-alat yang ada di laboratorium.

12
DAFTAR PUSTAKA

Saodang, Hamirhan. (2005). Konstruksi Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova


Sears & Zemansky. (2002). Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga
Tm, Suprapto. (2004). Bahan dan Struktur Jalan Raya. Yogyakarta: Biro Penerbit
KMTS FT UGM

13
LAMPIRAN

Gambar 10. Pemanasan aspal

Gambar 11. Pengadukan aspal

Gambar 12. Pengukuran suhu awal

14

Anda mungkin juga menyukai