Anda di halaman 1dari 18

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

SISWA SMP DAN SMA

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Seminar Matematika

Oleh :
Saumi Malini
RSA1C214012

Dosen Pengampu:
1. Dra. Sofnidar, M.Si
2. Sri Winarni, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PEND.MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
AGUSTUS 2017
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ............................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Penulisan Masalah ....................................................... 1
1.2 Masalah atau Topik Bahasan ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan Masalah .................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 4


2.1 Kemampuan Penalaran Matematis ....................................................... 4
2.2 Metode-metode Penalaran .................................................................... 6
2.3 Indikator Penalaran Matematika ........................................................... 7
2.4 Karakteristik Siswa SMP dan SMA dalam Pembelajaran
Matematika ........................................................................................... 9
2.5 Karakteristik materi FPB dan KPK .................................................... 11
2.6 Karakterisitik materi persamaan linear dua variabel .......................... 11
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 12
3.1 Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
SMP pada materi FPB dan KPK ......................................................... 12
3.2 Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
SMP pada materi PLDV ..................................................................... 12
3.3 Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP
pada materi FPB dan KPK dan Kemampuan Penalaran siswa
SMA pada materi Persamaan Linear Dua Variabel ............................ 13
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 14
4.2 Saran ............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah


Penalaran adalah proses tindakan atau pemikiran untuk menyimpulkan
kesimpulan atau membuat pernyataan baru berdasarkan pernyataan sebelum dan
kebenaran telah terbukti. Turmudi (2008) menyatakan bahwa kemampuan
penalaran matematika adalah huni otak sebagai tempat tinggal lain yang harus
dikembangkan secara konsisten menggunakan banyak konteks, mengetahui dan
membuktikan adalah aspek mendasar dalam matematika. Dengan penalaran
matematika, siswa dapat memberikan suppostion dan dari mengatur bukti dan
chech kebenaran argumen untuk masalah matematika dan mengambil kesimpulan
dengan baik.
Pentingnya penalaran matematika di matematika, menurut Shivakumar
dan Suvarna (2014: 1) menyatakan bahwa keterampilan Penalaran berkembang
secara bertahap meskipun seumur hidup seseorang dan pada tingkat yang berbeda
untuk individu yang berbeda keterampilan Penalaran diakui sebagai kemampuan
utama bagi manusia untuk membuat, belajar , dan mengeksploitasi pengetahuan.
Keterampilan ini juga merupakan faktor penting dalam proses peradaban manusia.
Oleh karena itu, pentingnya keterampilan penalaran telah menjadi perhatian besar
dalam pengaturan pendidikan dan dunia kerja.
Di sekolah menengah diberikan soal-soal yang berbentuk cerita, hal ini sangat
bermanfaat karena dalam kehidupan sehari-hari matematika tidak hanya muncul
sebagai soal hitung, tetapi juga sering muncul sebagai soal cerita. Pada umunya
masih banyak yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan soal-soal cerita.
Keadaan ini disebabkan kurangnya pemahaman terhadap langkah-langkah yang
perlu dilakukan dan kurangnya latihan dalam menggunakan penalaran yang
dimiliki.
Keraf menjelaskan penalaran (jalan pikiran atau reasoning) sebagai: Proses
berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-
evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Lebih lanjut Shadiq
mendefinisikan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan

1
baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Menurut Suherman (2005:159), Penalaran matematika adalah suatu kegiatan
menyimpulkan fakta,menganalisa data, memperkirakan,menjelaskan dan
membuat suatu kesimpulan.Sebagai kegiatan berpikir penalaran mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut: (1) adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut
Logika.Dengan kata lain, tiap penalaran mempunyai sitem berpikir formal sendiri-
sendiri untuk menarik kesimpulan, (2) proses berpikir bersifat analitik. Penalaran
adalah suatu kegiatan berpikir yang menggunakan logika alamiah. Proses bernalar
terbagi menjadi penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif menurut Barnes dan Nobel merupakan suatu metode
penarikan kesimpulan yang sangat valid. Ini berarti bahwa kesimpulan yang
diperoleh dengan menggunakan penalaran deduktif merupakan hasil dari
kumpulan fakta atau data yang diketahui sebelumnya. Aturan penarikan
kesimpulan dengan menggunakan penalaran deduktif lebih kuat.Ini berarti jika
sebuah argumen valid dan anggapannya benar maka kesimpulannya akan dijamin
benar. Jika dalam penarikan kesimpulan bernilai salah, maka yang salah bukan
aturannya tetapi ada premis yang salah.
Penalaran induktif adalah proses berpikir berupa penarikan kesimpulan yang
bersifat umum atas dasar pengetahuan tentang hal-hal khusus. Adapun Indikator
dari penalaran induktifadalahmenjelaskan keterkaitan antar konsep matematika
dan menarik kesimpulan logis dari hubungan antar konsep dengan situasi
matematis(Shadiq, 2007:13).
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian untuk melihat kemampuan penalaran matematis siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika dalam sajian cerita, sajian gambar dan sajian
symbol khususnya materi sistem persamaan linear dua variabel karena sistem
persamaan linear dua variabel ini akan diterapkan juga untuk materi selanjutnya
dan untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan
soal cerita materi FPB dan KPK di kelas VII B SMP Negeri 10 Jember dan aspek
kemampuan penalaran apa saja yang jarang muncul dalam penyelesaian siswa.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diduga yang menyebabkan rendahnya
kemampuan bernalar siswa adalah sajian-sajian soal yang diberikan sangat klasik
yaitu tidak bervariatif sehingga siswa tidak mampu menggali penalaran mereka

2
dengan memberikan alasan yang sesuai dan menarik kesimpulan dengan tepat atas
solusi pengerjaan yang dilakukannya.
Dikarenakan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul tentang
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
DAN SMA

1.2 Masalah atau Topik Bahasan


Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
Kemampuan Penalaran Matematis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada materi FPB
dan KPK?
2. Bagaimana Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA pada materi
Persmaan Linear Dua Variabel?
3. Bagaimana Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada
materi FPB dan KPK dan Kemampuan Penalaran siswa SMA pada materi
Persamaan Linear Dua Variabel?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah
1. Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada materi
FPB dan KPK
2. Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA pada materi
Persamaan Linear Dua Variabel
3. Membandingkan Kemampuan Penalaran Matematis siswa SMP pada materi
FPB dan KPK dan Kemampuan Penalaran siswa SMA pada materi Persamaan
Linear Dua Variabel

3
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Kemampuan Penalaran Matematis


Penalaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui
dan mengerjakan permasalahan matematika. Fondasi dari matematika adalah
penalaran (reasoning). Ross (dalam Rahmatika, dkk, 2014 : ) menyatakan bahwa
salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan
kepada siswa penalaran logika (logical reasoning). Logika adalah argumen-
argumen, yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip untuk
menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang
dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbol-
simbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa
yang biasa kita gunakan sehari-hari. Bila kemampuan bernalar tidak
dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi
materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa
mengetahui maknanya. Banyak penelitian yang dilakukan para psikolog dan
pendidik berkaitan dengan penalaran.
Penalaran yang mula-mula dikenalkan oleh Aristotles adalah penalaran
silogisme yang idenya muncul ketika orang ingin mengetahui apa yang terjadi
dibenak dalam memecahkan masalah yang memuat logika. Lebih dari 2000
tahun yang lalu Aristotles mengenalkan suatu sistem penalaran atau validasi
argumen yang disebut silogisme. Silogisme memuat tiga urutan argumen: sebuah
premis utama (a major premise); sebuah premis minor (a minor premise); dan
sebuah kesimpulan (a conclusion). Suatu kesimpulan yang dicapai berdasarkan
penalaran silogisme dinilai benar atau valid, jika premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar dan disusun dalam bentuk yang benar
(Rahmatika,dkk,2014 : ).
Beberapa pengertian penalaran menurut para ahli sebagaimana dirangkum dari
Jacob (dalam Sumartini, 2015:2) adalah sebagai berikut:
Copi (1979) mengemukakan bahwa penalaran adalah bentuk
khusus dari berpikir dalam upaya pengambilan penyimpulan
konklusi yang digambarkan premis. Glass dan Holyoak (1986)
mengatakan bahwa penalaran adalah simpulan berbagai

4
pengetahuan dan keyakinan mutakhir. Galloti (1989) penalan
adalah menstransformasikan informasi yang diberikan untuk
menelaah konklusi. Dapat dikatakan bahwa Penalaran adalah
daya pikir seseorang dalam menarik dan menyimpulkan sesuatu.
Suherman dan Winataputra (1993) penalaran adalah proses
berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk menarik
kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar,
didasarkan pada pengamatan datadata yang ada sebelumnya dan
telah diuji kebenarannya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq (dalam Sumartini, 2015 : ) yang
mengemukakan bahwa penalaran adalah suatu proses atau suatu aktifitas berpikir
untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar
berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau
diasumsikan sebelumnya. Kemampuan penalaran matematis membantu siswa
dalam menyimpulkan dan membuktikan suatu pernyataan, membangun gagasan
baru, sampai pada menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika. Oleh
karena itu, kemampuan penalaran matematis harus selalu dibiasakan dan
dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika. Pembiasaan tersebut harus
dimulai dari kekonsistenan guru dalam mengajar terutama dalam pemberian soal-
soal yang non rutin.
Turmudi (dalam Sumartini, 2015 : ) menyatakan bahwa penalaran matematis
merupakan suatu kebiasaan otak seperti halnya kebiasaan yang lain yang harus
dikembangkan secara konsisten dengan menggunakan berbagai macam konteks.
Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal
yang umum menuju hal yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut
Pesce (dalam Sumartini, 2015 : ) , penalaran deduktif adalah proses penalaran dan
pengetahuan prinsip atau pengalaman umum yang menuntun kita memperoleh
kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa, perlu
diketahui tingkatan kemampuan berpikir matematika. Shefer dan Foster (dalam
Rahmatika, dkk, 2014 : ) mengajukan tiga tingkatan kemampuan berpikir
matematika, yaitu tingkatan reproduksi, tingkatan koneksi, dan tingkatan analisis.

5
Masing-masing tingkatan terdiri atas komponen-komponen sebagai indikatornya,
yaitu sebagai berikut:
2.1.2Tingkatan I Reproduksi
2.1.2.1Mengetahui fakta dasar
2.1.2.2Menerapkan algoritma standar
2.1.2.3 Mengembangkan keterampilan teknis
2.1.3Tingkatan II Koneksi
2.1.3.1Mengintegrasikan informasi
2.1.3.2Membuat koneksi dalam dan antar domain matematika
2.1.3.2.1 Menetapkan rumus yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah
2.1.3.2.2 Memecahkan masalah tidak rutin
2.1.4Tingkatan III Analisis
2.1.4.1 Matematisasi situasi
2.1.4.2 Melakukan analisis
2.1.4.3 Melakukan interpretasi
2.1.4.4 Mengembangkan model dan strategi baru
2.1.4.5 Mengembangkan argumen matematika
2.1.4.6 Membuat generalisasi.

2.2 Metode Metode Penalaran

Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) menjelaskan bahwa secara garis
besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang
bersifat umum. Sedangkan penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan
yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.
Menurut Suria sumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah
suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar
pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat
ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu
penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan
umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar,
belum tentu berlaku untuk semua kasus.

6
Penalalaran induktif merupakan suatu proses berpikir dengan mengambil
suatu kesimpulan yang bersifat umum atau membuat suatu pernyataan baru dari
kasus-kasus yang khusus. Seperti yang dikemukakan oleh Pierce (dalam
Sumartini, 2015 : ) penalaran induksi adalah proes penalaran yang menurunkan
prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-hal atau contoh-contoh khusus.
Sedangkan menurut Copi (dalam Sumartini, 2015 : ), penalaran induktif
merupakan proses penalaran yang kesimpulannya diturunkan dari premis-
premisnya dengan suatu probabilitas. Sumarmo (dalam Sumartini, 2015 : )
mengemukakan beberapa kegiatan yang tergolong penalaran induktif yaitu
sebagai berikut
2.2.1 Transduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu kasus atau
sifat khusus yang satu diterapkan pada kasus yang khusus lainnya.
2.2.2 Analogi yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan
data atau proses.
2.2.3 Generalisasi yaitu penarikan kesimpulan umum berdasarkan
sejumlah data yang teramati.
2.2.4 Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan,
interpolasi, dan ekstrapolasi.
2.2.5 Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan,
atau pola yang ada.
2.2.6 Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi dan
menyusun konjektur.

Penalaran deduktif Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 :


14) Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang
bersifat umum. Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-
fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Penalaran
deduktif menurut Sumarmo (dalam Ramdani, 2012 : ) adalah proses penalaran
dari pengetahuan prinsip atau pengalaman umum yang menuntun kita kepada
kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.

7
2.3 Indikator Penalaran Matematis
Adapun indikator kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo (dalam
Sumartini, 2015 : ) dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1. Menarik kesimpulan logis
2. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan.
3. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
4. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis
5. Menyusun dan mengkaji konjektur
6. Merumuskan lawan Mengikuti aturan inferensi, memeriksa vaiditas argumen
7. Menyusun argumen yang valid
8. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi
matematis.

Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal


11 November 2004 Musthafa (2014 : ) menguraikan bahwa indikator siswa
memiliki kemampuan dalam penalaran adalah sebagai berikut.
1. Mampu mengajukan dugaan (conjectures).
2. Mampu melakukan manipulasi matematika
3. Mampu menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap beberapa solusi
4. Mampu menarik kesimpulan dari pernyataan e. mampu memeriksa
kesahihan suatu argumen
5. Mampu menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk
membuat generalisasi.

Sumarno (2002 : ) memberikan indikator kemampuan yang termasuk pada


kemampuan penalaran matematika, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat analogi dan generalisi
2. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model
3. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi
matematika
4. Menyusun dan menguji konjektur
5. Memeriksa validitas argumen
6. Menyusun pembuktian langsung
7. Menyusun pembuktian tidak langsung
8. Memberikan contoh penyangkal
9. Mengikuti aturan enferensi

Indikator diatas sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan penalaran


peserta didik karena memilki alur yang membantu guru dalam menyusun strategi
belajar unutk siswa.
Indikator kemampuan penalaran matematis yang dikemukakan oleh TIM
PPPG Matematika (dalam Damayanti, 2012:15) adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan dugaan.

8
2. Melakukan manipulasi matematik.
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
kebenaran solusi.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen.
6. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
Indikator penalaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator
penalaran yang dikemukakan oleh TIM PPPG Matematika.

2.4 Karakteristik Siswa SMP dan SMA dalam Pembelajaran Matematika


Pembelajaran matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Menurut
Soedjadi (2000:37) hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam beberapa hal
yaitu: 1) penyajiannya yang disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta
didik; 2) menggunakan pola pikir deduktif namun dalam proses pembelajaran
dapat digunakan pola pikir induktif; 3) keterbatasan semestanya yang lebih
dipersempit dari aspek matematika yang kompleks dan selanjutnya semakin
diperluas seiring dengan peningkatan perkembangan perseta didik; 4) tingkat
keabstrakannya yang lebih dikurangi dan selanjutnya sifat abstraknya semakin
banyak seiring dengan peningkatan perkembangan perseta didik. Oleh karena itu
pada pembelajaran matematika di sekolah anak didik memerlukan tahapan belajar
sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya. Potensi yang ada pada diri
anak pun berkembang dari tingkat rendah ke tingkat tinggi, dari sederhana ke
kompleks. Karakteristik pembelajaran matematika tidak dapat begitu saja
diterapkan tanpa menyesuaikan dengan perkembangan anak didik.
Untuk mata pelajaran matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar
kompetensi (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen,
Depdiknas; 2003:2) sebagai berikut:
2.4.1 Menggunakan operasi dan sifat serta sifat manipulasi aljabar dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma;
persamaan kuadrat dan fungsu kuadrat; sistem persamaan linear-kuadrat;
pertidaksamaan satu variabel; logika matematika.

9
2.4.2 Menggunakan perbandingan fungsi, persamaan, dan identitas persamaan
trigonometri dalam pemecahan masalah.
2.4.3 Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan
titik, garis dan bidang; jarak; sudut; dan volum.
2.4.4 Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data
dengan berbagai cara serta memberi tafsiran; menyusun dan menggunakan kaidah
pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan; dan menggunakan aturan
peluang dalam menentukan dan menafsirkan peluang kejadian majemuk.
2.4.5 Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang rumus trigonometri dan
menyusun bukti.
2.4.6 Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis
singgungnya; menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan teorema
faktor dalam pemecahan masalah; menggunakan operasi dan manipulasi aljabar
dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi komposisi dan fungsi
invers.
2.4.7 Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
2.4.8 Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
2.4.9 Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta
menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks,
vektor, transformasi, fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah.
Sardiman (2001:118): Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan
lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-
citanya. Setiap siswa mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda.
Siswa juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan,
pembawaan, dan lingkungan sosial siswa membentuknya menjadi sebuah karakter
tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola perilaku yang terbentuk
tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita siswa,
tentunya dengan bimbingan guru.
Khodijah (2011:181): Perbedaan individual di antara anak didik
merupakan hal yang tidak mungkin dihindari, karena hampir tidak ada kesamaan
yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauhmana individu
berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi

10
dari berbagai unsur perbedaan tersebut. Pola perilaku yang dimiliki masing-
masing siswa menyebabkannya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
antara satu dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan hal yang
sudah pasti, tidak ada satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan lainnya.
Apabila ada satu aspek yang sama maka aspek yang lainnya pasti berbeda.
Perbedaan setiap individu merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung
untuk mewujudkan kualitas masing-masing individu.
Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang
pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional,
sosial, dan lain-lain yang sifatnya khusus (Arikunto 2009:296). Karakteristik
siswa antara lain ditemukan ada siswa yang pandai, siswa kurang pandai, dan
siswa yang tidak pandai. Siswa yang pandai akan lebih mudah menerima materi
pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai dan yang tidak
pandai. Belum lagi perbedaan dalam bakat, emosional, dan sosial. Siswa yang
berbakat, emosi stabil, dan lingkungan sosial yang baik akan lebih mudah
mengikuti proses pembelajaran bila dibandingkan dengan siswa yang tidak
berbakat, emosi tidak stabil, dan siswa yang berasal dari lingkungan sosial yang
buruk. Perbedaan karakteristik ini menuntut guru untuk bersikap arif
menyikapinya.

a. Karakteristik Materi FPB dan KPK


KPK adalah dengan memilih kelipatan terkecil dari 2 bilangan yang
ditanyakan, sedangkan untuk mencari FPB yaitu dengan memilih faktor terbesar
dari 2 bilangan yang ditanyakan. Bilangan prima adalah bilangan asli yang hanya
memiliki 2 faktor yaitu bilangan itu sendiri dan 1, yaitu {2,3,5,7,11,.....}.
Faktorisasi prima adalah menguraikan bilangan menjadi perkalian faktor-faktor
prima. Untuk melakukan faktorisasi prima ini bisanya menggunakan bantuan
pohon faktor untuk mempermudah.

b. Karakteristik MateriSistem Persamaan Linear Dua Variabel


Persamaan linear dua variabel ialah persamaan yang mengandung dua
variabel dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu. Cara
menentukan himpunan penyelesaian SPLDV dengan Grafik, Substitus, dan
Eleminasi

11
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada


materi FPB dan KPK
Untuk mengetahui kemampuan bernalar siswa terhadap materi FPB dan KPK
dapat terlihat pada indikator penalaran yang selanjutnya dilakukan penskoran
yang merupakan data siswa berupa penguasaan indikator penalaran. Selanjutnya
kemampuan bernalar siswa terlihat saat siswa benar dalam menjawab yaitu siswa
menarik kesimpulan dengan tepat pada tiap sajian soal. Siswa dikatakan mampu
bernalar dengan benar apabila siswa mampu menarik kesimpulan dengan tepat
dan sesuai dengan solusi yang dikerjakannya
Dilihat dari indikator Penalaran Matematis siswa pada aspek
1. Mengajukan dugaan : siswa masih kurang mampu mengajukan dugaan,masih
butuh bimbingan dari guru.
2. Melakukan manipulasi matematik : siswa masih kurang mampu melakukan
manipulasi matematik,masih butuh bimbingan dari guru.
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi : siswa sudah bisa menarik kesimpulan , menyusun
bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi tetapi masih
butuh bimbingan dari guru.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan : siswa sudah bisa melakukannya
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen : guru yang melakukannya
6. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
: guru yang melakukannya

3.2 Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA pada


materi SPLDV
Untuk mengetahui kemampuan bernalar siswa terhadap materi SPLDV
dapat terlihat pada indikator penalaran yang selanjutnya dilakukan penskoran
yang merupakan data siswa berupa penguasaan indikator penalaran.
Selanjutnya kemampuan bernalar siswa terlihat saat siswa benar dalam
menjawab yaitu siswa menarik kesimpulan dengan tepat pada tiap sajian soal.
Siswa dikatakan mampu bernalar dengan benar apabila siswa mampu menarik
kesimpulan dengan tepat dan sesuai dengan solusi yang dikerjakannya.

12
Dilihat dari indikator Penalaran Matematis siswa pada aspek
1. Mengajukan dugaan : siswa sudah mampu mengajukan dugaan, tetapi masih
butuh bimbingan dari guru.
2. Melakukan manipulasi matematik : siswa sudah mampu melakukan
manipulasi matematik, tetapi masih butuh bimbingan dari guru.
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi : siswa sudah bisa menarik kesimpulan , menyusun
bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi tetapi masih
butuh bimbingan dari guru.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan : siswa sudah bisa melakukannya.
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen : siswa sudah mampu melakukannya.
6. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi
: siswa sudah mampu melakukannya.

3.3 Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada


materi FPB dan KPK dan Kemampuan Penalaran siswa SMA pada
materi Persamaan Linear Dua Variabel
Disini pemakalah ingin melihat persamaan dan perbedaan ditinjau dari
indikator penalaran matematis siswa SMP pada materi FPB dan KPK dan
Kemampuan Penalaran siswa SMA pada materi Persamaan Linear Dua Variabel
,perhatikan tabel dibawah ini.
NO PERSAMAAN PERBEDAAN
1. Menarik kesimpulan, menyusun Mengajukan dugaan
bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap kebenaran solusi
2. Menarik kesimpulan dari Melakukan manipulasi matematika
pernyataan
3. - Memeriksa kesahihan suatu argumen
4. - Menentukan pola atau sifat dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi

13
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perbandingan ini ditinjau dari indikator kemampuan penalaraan matematis
yaitu : Mengajukan dugaan, Melakukan manipulasi matematik ,Menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi, Menarik kesimpulan dari pernyataan, Memeriksa kesahihan suatu
argumen, Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kemampuan
Penalaran Matematis siswa SMP dan SMA memiliki perbedaan dan persamaan
ditinjau dari indikator kemampuan penalaran matematis siswa. Kemampuan
penalaran matematis siswa SMP lebih rendah daripada siswa SMA karena siswa
SMP masih membutuhkan bimbingan dari guru sedangkan siswa SMA suah
mampu bernalar sendiri ini disebabkan oleh pengalaman siswa SMA yang lebih
dari siswa SMP.

4.2 Saran
Untuk peneliti selanjutnya , penulis mengharapkan untuk mengkaji lebih
banyak lagi sumber maupun referensi terkait perbandingan kemampuan penalaran
matemtis siswa SMP dan SMA .

14
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti,R. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)


terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP. Skripsi. Sarjana Pendidikan
Matematika. FKIP UNPAS.Bandung.

Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika.

Herman,Tatang. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan


Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama.
FMIPA. Univesitas Pendidikan Indonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4. (2013). Salinan Permendikbud No. 68 tahun


2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4. (2013). Salinan Permendikbud No. 69 tahun


2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.. Jakarta: Kemendikbud.

Rahmatika,dkk. (2014). PENALARAN. Makalah. Program Pascasarjana Pendidikan


Matematika. Universitas Negeri Medan.

Ratnasari, Gamarina Isti. (2015). Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Model


Brain Based Learning dalam Pendekatan Saintifik ditinjau ari KemampuanMetakognisi
dan Sikap Bertanggung Jawab Siswa SMAN 1 Kasihan Bantul.Skripsi.UNY

Rizqi, Nur Rahmi. Surya, Edy.2017. An Analysis of Students Mathematical Reasoning


Ability in VIII Grade of Sabilina Tembung Junior High School. Journal of Mathematics
Education. Vol-3 Issue-2.

Saadah, Widayannti Nurma. 2010. Peningkatan Kemapuan Penalaran Matematis


SiswaKelas VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika melalui
Pendekatan PMRI. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Shofiah,S.M. (2007). Pembelajaran matematika Melalui Pendekatan Kontruktivisme


dalam Upaya MeningkatkanKemampuan Penalaran Induktif Siswa. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Matematika. FPMIPA UPI. Bandung.

Sumarno. (2002). Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Sumartini. (2015). PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA


MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH. Jurnal Pendidikan Matematika.

Susilowati, Jati Putri Asih. (2016). Profil Penalaran siswa SMP dalam Pemecahan
Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gender. Pendidikan Matematika, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

15
Yani, Ahmad. 2015. Analisis Kemampuan Penalaran Matematika Siswa pada Materi
Penggunaan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMAN 7 Banjarmasin
Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan. IAIN Antasari.

Yurianti, Syarifah, dkk.2014. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada Materi


Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X SMA. Program Studi Pendidikan
Matematika. FKIP. UNTAN.

Jeranopendidikan.blogspot.co.id/2012/09/Pembelajaran-matematika-di-sekolah.html

Sharingposting.blogspot.co.id/2012/10/Karakteristik-dan-peserta.html

16

Anda mungkin juga menyukai