TINJAUAN PUSTAKA
2. Oksidasi
Oksidasi yang terjadi pada minyak pelumas/oli berlangsung
lambat di bawah kondisi ruangan. Oksidasi minyak dalam
5
6
3. Korosifitas
Ikatan sulfur terutama hidrogen sulfida dan polisufida yang
terkandung di dalam minyak mempunyai sifat korosif yang
menyebabkan iritasi. Oleh karena itu di dalam proses pengolahan
sulfat sulfat tersebut dikurangi sampai mencapai kadar sulfat
yang sedikit.
4. Emulsifikasi
Minyak mineral murni dicampur dengan air murni di dalam
waktu yang singkat akan terjadi pemisahan. Apabila minyak
terkontaminasi (terkotori) kekuatan tingkat pemisahannya akan
menurun dan terjadi emulsi.Kontaminasi terjadi pada minyakpada
minyak dikarenakan oleh bahan bahan seperti partikel partikel
logam, partikel debu, sejumlah asam logam alkali dan sebagainya.
5. Titik Nyala
Titik nyala secara prinsip untuk mengetahui bahaya
terbakarnya produk produk minyak bumi. Minyak Pelumas / oli
mempunyai titik nyala 2240C dan titik leleh sebesar 540C.
1. Bahan organik
Pada dasarnya terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak
yang menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dengan
cara menstimulasi pertumbuhan jasad renik.
2. Hara makanan tumbuhan
Makanan yang mengandung unsur hara biasanya kaya akan
nitrogen dan fosfor, dan mampu menstimulasi pertumbuhan
tanaman secara berlebihan.
3. Zat zat beracun
Kelompok ini mengganggu metabolisme dan aktivitas
fisiologis dalam cara yang merugikan dalam kepekatan
rendah.
4. Padatan Tersuspensi
Senyawa ini mempunyai pengaruh yang mirip dengan
senyawa beracun namun bertindak melalui hubungan
timbal balik fisik pada kepekatan yang cukup tinggi.
5. Energi
Pencemaran energi terutama disebabkan oleh pelepasan
panas. Pengaruhnya mirip dengan pengaruh zat beracun
namun aktivitas ini disebabkan masuknya energi panas.
6. Jasad renik patogen
Ini menyebabkan suatu pengaruh beracun pada makhluk
hidup dibandingkan dengan senyawaan kimia.
2.5 Toksikologi
Pengertian toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek
merugikan dari zat zat kimia terhadap organisme hidup dan
toksikologi juga mempelajari kemampuan racun pada biota uji
untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan
lokasi organ yang rentan terhadapnya toksisitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan,
konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi pemaparan, sifat
lingkungan, dan spesies biota penerima (USEPA, 2002).
Secara sederhana dan ringkas toksikologi dapat
didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek
berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan system biologi lainnya.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 6
disebutkan bahwa limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber
11
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleastei
Ordo : Percomorphi
15
Klas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Bentuk tubuh ikan nila mirip ikan mujair namun
warnanya lebih cerah dan dapat tumbuh lebih besar, panjang
tubuhnya dapat mencapai 50 cm. Ikan nila bersaudara dekat
dengan ikan mujair yang telah tersebar luas di Indonesia. Hal ini
dikarenakan kedua ikan tersebut berasal dari genus yang sama.
Ciri ikan nila adalah garis vertikal yang bewarna gelap di sirip
ekor sebanyak 6 buah. Garis seperti itu juga terdapat di sirip
punggung dan sirip dubur sedangkan ikan mujair tidak memiliki
garis garis vertikal di ekor, sirip punggung dan sirip dubur
(Suyanto, 2003).
Ikan Nila terkenal sebagai ikan yang tahan terhadap
perubahan lingkungan hidup. Ikan nila dapat hidup di lingkungan
air tawar,air payau dan air asin. Pemindahan ikan nila secara
mendadak ke dalam air yang kadar garamnya berbeda dapat
mengakibatkan stress dan kematian pada ikan. Ikan Nila yang
masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan
dibandingkan ikan nila yang sudah besar. Nilai pH air tempat
hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5 tetapi pertumbuhan
optimalnya terjadi pada pH 7 8 (Suyanto,2003).
1. Oksigen
Oksigen (O2) terlarut adalah jenis gas terlarut dalam air
dengan jumlah yang banyak. Oksigen merupakan satu faktor
pembatas, sehingga bila ketersediaannya di dalam air tidak
mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas ikan akan
terhambat. Menurut Zonneveld dan kawan-kawan (1991)
kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
terkandung pada keadaan metabolisme ikan. Meskipun beberapa
jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan
konsentrasi 3 ppm, namun konsentrasi minimum yang masih
dapat diterima sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan
baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen
dibawah 4 ppm, ikan mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu
makan ikan mulai menurun.
2. pH
pH pada air menunjukkan terdapatnya aktivitas ion hidrogen
dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion
hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu atau dapat
ditulis pH = - log (H)+. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi)
kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik, dan selera
makan akan berkurang. Pengaruh hubungan pH terhadap
kebutuhan hidup ikan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
18
3. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme
organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan
maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.
Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan adalah 25-52 C.
Bila suhu rendah, ikan akan kehilangan napsu makan dan
pertumbuhannya terhambat, begitu juga sebaliknya bila suhu
tinggi ikan akan stress bahkan mati dan kehabisan oksigen.
4. Pencemaran
Air yang digunakan sebagai kehidupan ikan harus terbebas
dari bahan pencemar. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah
rumah tangga seperti deterjen, limbah pertanian seperti pestisida,
dan limbah industri seperti logam-logam berat. Selain berbahaya
bagi ikan, bahan pencemar tersebut juga berbahaya bagi manusia
yang mengkonsumsi ikan tersebut.
dalam air dan diukur dalam satuan milligram per liter. Oksigen
adalah gas yang tak berbau,tak berasa dan hanya sedikit terlarut.
Oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran dalam menentukan
kualitas air dan makhluk hidup yang tinggal dalam air sangat
bergantung pada oksigen terlarut. Oksigen terlarut ini digunakan
untuk tanda derajat pengotoran limbah yang ada, semakin besar
oksigen terlarut maka menunjukkan derajat pengotoran yang
relatif kecil.
2. Suhu
Pada Badan Air yang digunakan untuk perikanan,
temperature mempunyai peranan yang sangat penting dimana
tingkat metabolism ikan akan berhubungan secara langsung
dalam temperatur air. Huet dan Timmermans (1971) dalam Yanti
(2007) menyatakan bahwa temperatur mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam atifitas vital ikan seperti pernapasan,
pertumbuhan dan reproduksinya. Peningkatan temperatur dengan
rendahnya kadar DO dalam air akan menyebabkan banyak
oksigen (Polpasert,1989 dalam Yanti 2007).
3. pH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas air. Kadar
ph yang baik adalah kadar yang masih memungkinkan kehidupan
biologis di dalam air berjalan dengan baik. Keadaan air dengan
konsentrasi yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis
sehingga mengganggu proses penjernihannya. Ph yang baik bagi
kualitas air adalah netral (7) (Sugiharto,1987 dalam Yanti 2007).