Anda di halaman 1dari 5

ILMU AKUNTANSI DALAM PERSPEKTIF ETIKA

Ontologi adalah ilmu yang mempelajari kenyataan atau realitas konkrit. Epistemologi adalah
ilmu yang mempelajari cara memperoleh ilmu pengetahuan berdasarkan kenyataan. Axiology
adalah ilmu yang mempelajari praktik manusia dalam menggunakan ilmu ontologi. Ketiga dimensi
ilmu tersebut mempelajari benas-salah ilmu pengetahuan berdasar realitas konkrit. Hal ini berbeda
dengan etika dan moral manusia.

Etika mempelajari perlaku benar-salah perilaku manusia, sedangkan moral mempelajari


baik-buruk perilaku manusia berdasar adat-istiadat dan ajaran agama. Etika berbicara penilaian
terhadap realitas konkret atau fakta, artinya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Moral
berbicara apa yang ada dibalik realitas konkret atau fakta, yang bersifat non empiris, yaitu baik-
buruk yang berbasis pada adat-istiadat atau agama. Perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat
itu harus berdasarkan pada : 1) ilmu pengetahuan, jika ia ingin memecahkan masalah, menjelaskan
dan memprediksi realitas konkret maka manusia harus tunduk pada hukum positif yang bersifat
relatif ; 2) Moral, jika ia ingin berinteraksi dengan manusia lain, maka manusia harus tunduk pada
hukum moral yang bersifat absolut (Poepowardoyo dan Seran, 2015:272).

Etika itu bersifat praktis karena mengutamakan pertimbangan atau refleksi mengenai
seharusnya manusia berprilaku, sedangkan ilmu pengetahuan sifatnya empiris karena
mengutamakan teknis penguasaan dan pengelolaan realitas konkret (fakta) (Poepowardoyo dan
Seran, 2015:273). Etika terbagi menjadi :
1. Etika teologis, yaitu prilaku itu baik berdasar tujuannya baik; telos artinya tujuan
2. Etika deontologis, yaitu prilaku itu baik berdasar kehendak bebas dan motif pribadi.

Kedua jenis etika itu dikembangkan oleh Emanuel Kant (1724-1804), Karl Marx (1818-
1883) dan Hubermas (1929 -….).

6.1 ETIKA KANTIAN (1724-1804)


Etika Kantian membahas benar-salah berdasarkan sintesis a priori (pemikiran
metafisika), sistesis a posteriori (pemikiran praktis), dan kehendak bebas manusia yaitu
kehendak baik sebagai dasar perilaku (Poepowardoyo dan Seran, 2015:282). Kehendak baik
itu sesuatu yang universal bagi manusia merupakan prinsip kebebasan manusia dan perintah
moral yang timbul dari diri manusia yang ditentukan adat-istiadat dan ajaran agama. Perintah
moral itu terdiri dari : 1). Imperatif kategoris, suatu perintah tanpa ada syarat; 2). Imperatif
hipoteis, suatu perintah dengan syarat.
Hakikat Etika Kantian adalah etika idealisme, karena peranan kemampuan pikiran
(ide) dominan dalam membangun etika. Etika Kantian dapat diterapkan dalam akuntansi,
jika akuntan berpikir metafisika artinya akuntan harus mampu berprilaku “diatas atau diluar”
fisika, berprilaku benar berdasar ilmu akuntansi. Moral Kantian juga dapat diaplikasikan
dalam akuntansi, jika akuntan berprilaku baik sesuai adat-istiadat dan ajaran agama.
6.2 ETIKA MARXIAN (1818-1883)
Etika Marxian membahas perilaku benar-salah berdasarkan kelas sosial
(Poepowardoyo dan Seran, 2015:276). Dalam masyarakat kapitalis, kelas sosial pemilik
capital menentukanbenar-salah anggota masyrakat. Perilaku yang pro pemilik modal itu
benar, dan perilaku yang anti pemilik modal itu salah.
Etika kaum pemilik modal atau kaum kapitalis dan kaum buruh selalu bertentangan
karena hatinurani, pikiran, perasaan,keinginan kepentingan) sikap dan tidakan berbeda.
Etika Marximan itu etika praktik dalam kehidupan nyata dalam masyarakt kapitalisme.
Dalam masyarakat terdiri dua kelas yaitu kelas kapitalisme dan kelas buruh yang berkonflik
saling menghancurkan.
Etika Marxian dapat diaplikasikan dalam akuntansi, pemilik capital menentukan
perilaku sebagian besar orang yang diupahnya, termasuk akuntan. Akuntan berperilaku
menurut perintah pemilik modal, seperti yang terjadi dalam kasus “Enron” di Amerika
Serikat yang berakibat ditutupnya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen oleh Pemerintah
AS.

6.3 ETIKA HUBERMASAN (1929 -….)


Menurut Hubermas, manusia mampuberbicara dan bertindak. Tetapi manusia itu
mikro, ia berbicara dan bertindak harus sesuaidengan keinginan negara; negara itu makro.
Jika manusia berbicara dan bertindak yang berlawanan dengan keinginan negara, manusia
(individu) akan ditangkap dan dipenjara oleh negara, karena negara memiliki pemerintahan,
angkaran bersenjata dan penjara.
Kemapuan berbicara adalah proses komunikasi. Ilmu sebagai produk dari praktik
harus dikomunikasikan kepada masyarakat agar supaya berkembang, karena dalam
komunikasi terjadi dialog untuk mendiskusikan kebenarandan kesalahan ilmu, kemudian
hasilnya direkontruksi menjadi ilmu pengetahuan yang lebih sempurna.
Etika Hebermasan juga dapat diaplikasikan dalam akuntansi melalui komunikasi
antara penyaji dan penggunaa informasi akuntansi. Informasi itu sebagai media komunikasi
untuk menyampaikan pesan yang disajikan dalam laporan akuntansi kepada para pihak-
pihak penggunanya.

6.4 KODE ETIK PROFESI


Semua profesi mempunyai kode etik uantuk mengatur perilaku manusia profesional.
Tetapi manusia profesional dalam bisnis yang mengejar laba seringkali melanggar kode etik
profesinya. Misalnya, akuntan yang dapat merekayasa laba seperti yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen di Amerika Serikat yang dikenal dengan kasus
Enron. Erthur Andersen adalah salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak
1913, selam perjalannnya perusahaan ini memiliki reputasi tinggi. Di masa-masa awalnya
Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi yang bagus sehingga menjadi idola
para pengguna jasanya dan menjadi idola para akuntan. Namun dalam perjalanan karirnya,ia
terjerumus dalamkasus Enron, terjadi moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian.
Berdasarkan kasus Enron, sangat dibutuhkan kode etik profesi yang dapat menopang
praktik yang sehat bebas dari kecurangan. Kodeetik mengatur anggotanyadan menjelaskan
halyang baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota
profesi baik dalam hubungan dengan kolega, klien, public dan karyawan sendiri. Kode etik
akuntan diantaranya :
1. Auditor harus jujur,objektif dan bertanggung jawab atas profesinya
2. Auditor tidak boleh melanggar hukum
3. Auditor harus menjunjung tinggi profesi audit
4. Auditor harus tidak menciptakan konflik dalam melaksanakan tugasnya
5. Auditor tidak boleh menerima “sesuatu” dari pihak manapun yang dapat mempengaruhi
opininya
6. Auditor harus bekerja sesuai dengan kompetensinya
7. Auditor harus hati-hati dan menjaga rahasia atas informasi yang diterimanya
8. Auditor harus bekerja efektif dan efisien
9. Auditor harus mengungkapkan fakta-fakta yang ditemuinya
10. Auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan berdasar perkembangan ilmu audit
(sumber : Softskill, Code of Etics & Standard of Conduct)

6.5 MORAL MOZARD


Moral Hazard dapat diartikan “kerusakan moral”. Kerusakan moral dapat diartikan
dari dua sudut pandang, yaitu : pertama, sudut pandang manusia, kerusakan moral
disebabkan : 1) Kurangnya iman dan taqwa kepada Tuhan; 2) tidak mempunyai pendirian
teguh. Kedua sudut pandang sistem sosial, kerusakan moral manusia disebabkan : 1) adanya
kelas-kelas penindas dalam masyarakat; 2) system budaya individualisme dan liberalisme.
Berdasarkan sudut pandang system sosial, kerusakan moral itu merupakan dampak
dari kondisi sosial yang mengeksploitatif sehingga baik individu yang dieksploitasi dan
individu yang mengekploitasi sama-sama rusak moralnya. Dalam akuntansi, pihak akuntan
adalah pihak yang diekploitasi karena mereka adalah ”pekerja upahan”, sedangkan pihak
perusahaan yang mempekerjakan akuntan adalah pihak yang mengeksploitasi untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam system sosial yang demikian,
berlaku tesis Hobbes “ homo homini lupus”, manusia sebagai serigala yang saling
memangsa.
Kerusakan moral dalam sistem sosial yang eksploitatif dan kompetitif dapat
dikategorikan :
1. Kerusakan moral mudah diamati
2. Kerusaka moral yang relatif sulit diamati
3. Kerusakan moral yang sulit diamati
(sumber : http://ferizalramli.wordpress.co/2009/02/11/diskusi-ekonomi-seri-2-das-
ende-des-kapitalismus-moral-hazard/, diakses 11/7/2013).

Masalah “kerusakan moral atau moral Hazard’, Muhammad Syafii Antonio pada
tanggl 08 Juli 2002 menulis dalam harian Republika sebagai berikut : WorldCom dan Moral
Economi. Minggu-minggu ini tampaknya kita di sibukkan dengan runtuhnya beberapa
perusahaan raksasa AS baikkarena kecurangan maupun penipuan pelaporan akuntansi.
Setelah kasus Enron Energy, perusahaan terbesar ketujuh di AS dan pemimpin pasar di Wall
Street, kini kita dihebohkan lagi oleh WorldCom, Xerox, AOI, dan Vivendi Universal.
Viven Universal misalnya, pemilik rumah produksi film raksasa Universal Studio dan
jaringan telekomunikasi Akbar Prancis, terpaksa harus memecat Jean Marie Messier (CEO)
dan jajaran direksinya karena memanipulasi laporan keuangan tahun 2001 sebesar 1,5 miliar
dolar (sumber : Reuters, 4 Juli 2002).
Modus penipuan dan amoral ekonomi juga ternyata sering melibatkan pejabat. Dalam
jajaran kabinet George W Bush tercatat beberapa nama mantan saudagar minyak. Dick
Cheney, misalnya, terkenal sangat dekat dengan CEO Enron Kenneth Lay. Dia memberikan
banyak kemudahan kepada Lay. Demikian juga halnya dengan Donald Evans, yang
mengatur lalu lintas dana politik untuk suksesnya kampanye Bush dalam kapasitasnya saat
itu sebagai manager kampanye Bush. Di Indonesia sendiri, kita mencatat keterlibatan
beberapa mantan presiden dalam kasus Bulog, berbagai yayasan, demikian juga dengan
ketua DPR dalam kasus yang hampir sama.
Abu Ya’la Ma’qil bin Yasir meriwayatkan Rasulullah Saw bersabda ”setiap hamba
yang diserahi tugas untuk memimpin rakyat oleh Allah, kemudian pada saat matiya ia dalam
menipu rakyatnya, maka pasti Allah haramkan surga baginya”. (HR. Bukhari Muslim).
Menyadari hal ini islam menegaskan bahwa pertanggungjawaban laporan keuangan
dan bisnis seorang muslim tidak akan berakhir di meja Arthur Andersen, Ernst & Young,
atau KMPG, tetapi baru berakhir di meja hijau Allah SWT. Dimensi inilah yang harus kita
hayati dan terapkan lebih jauh.

6.6 FILSAFAT MORAL DAN ETIKA


Filsafat membahas moral dan etika. Sebagian praktik akuntansi sering melanggar
moral dan etika, seperti :
1. Coopers & Laybrand di perusahaan Phar-Mor Amerika Serikat pada tahun 1992
2. Eanst & Young di perusahaan Informix Corporation Amerika Serikat tahun 1996
3. Price Waterhouse Cooper di perusahaan Micro Strategy Amerika Serikat tahun 2000
4. Deloitte & Touch di perusahaan Unify Corporation Amerika Serikat tahun 2000
5. KMPG di perusahaan Computer Associates Amerika Serikat 2000
6. Arthur Andersen di perusahaan Enron Amerika Serikat tahun 2001
7. mcKinsey & Company di perusahaan Swissair Switzerland tahun 2001
(https://en.wikipedia.org/wiki/accounting_scandals). Diakses 11/7/2013
Dari ketujuh KAP terbesar di dunia itu menujukkan bahwa moral dan etika tidak
menjadi landasan berpikir dan bekerja. Mereka bekerja berdasarkan “upah”, oleh sebab itu,
mereka tunduk kepada pemberi upah. Keadaan yang demikian bukan kemauan akuntan dan
KAP tetapi karena mekanisme system ekonomi kapitalisme yang bertujuan
memaksimumkan keuntungan, mereka dilahirkan dan dibesarkan oleh nya, kemudian
dirusak karena persaingan untuk mendapat order kerja.
KAP merupakan organisasi intelektual para akuntanyang berciri “ploretariat” yang
menjualtenaga dan kahlianyakepada pemikil capital. Hidup mereka ditentukan oleh pemilik
Kapital, ia menjadi bagian dari pemilik kapitaluantuk melegitimasi kepentingannya; faktor
moral dan etika dalah faktor sekunder dalam hidupnya; yang menjadi faktor primer adalah
kerja dan upah. Dalam hal ini secara filsafat dikatakan bahwa keadaan sosial menentukan
kesadaran sosial; it is not the consciousness of men that determines their being, but, on the
contrary, their social being determines their consciousness (Karl Mar,Preface, 1859).
Keadaan yang demikian itu menunjukkan bahwa praktik akuntan menetukan pikiran
akuntan.
Dalam system sosial kapitalisme, sebagian profesi menjadi barang dagangan untuk
mencari keuntungan. Profesi seharusnya merupakan kehormatan yang berbasis kejujuran,
kecerdasan intelektual, kecerdasan psiko motorik, kecerdasan sosial dan kecerdasan
spiritual,ini merupaka nilai luhur kehidupan. Namun sebagian professional rela
mengorbankan nilailuhur itu karena dideterminasi oleh system kapitalisme yang telah
mencengkram kehidupan. Pada hakekatnya kaum professional di segala bidang itu
berperilaku baik seperti tesis yang ditulis oleh Immanuel Kant (1724-1804) “Impeatif
kategori” yaitu perintah moral tanpa syarat, misalnya jangan berbohong,jangan menipu,
jangan mencuri dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai