BAB I
A. Latar Belakang
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang
berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam
sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus
disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam
banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya.
Sumber daya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh
sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara
lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat
ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan
oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas
manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas
manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya.
Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh
kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang
kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan
manusia itu sendiri.
Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya
alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan
merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas
lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di
lapangan, oleh sebab itu dalam makalah ini dicoba diungkap secara umum sebagai gambaran
potret lingkungan hidup.
Globalisasi ekonomi, politik dan sosial membawa hubungan antar negara semakin dekat
dan erat serta membawa dampak yang positif maupun negatif bagi suatu negara. Salah satu
akibat yang paling nyata dari globalisasi adalah berkembangnya perusahaan-perusahaan
multinasional didunia. Prospektif bangsa pasar dan kemudahan-kemudahan lainya yang
mendorong perusahaan multinasional mencari negara-negara yang dapat dijadikan sasaran
investasinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia mempunyai jumlah
penduduk yang sangat besar tidak lepas dari sasaran investasi perusahaan-perusahaan
tersebut. Tetapi dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut membawa akibat yang
positif maupun negatif di indonesia.Salah satu akibat yang negatif hasil produksi dari
perusahaan tersebut adalah banyaknya hasil produksi yang diproduksi tanpa memikirkan
kendala yang akan dihadapi dikemudian hari. Pada dasarnya semua usaha dan pembangunan
menimbulkan dampak dikemudian hari. Perencananaan awal suatu usaha atau kegiatan
pembangunan sudah harus memuat perkiraan dampaknya yang penting dikemudian hari,
guna dijadikan pertimbangan apakah rencana tersebut perlu dibuat penanggulangan
dikemudian hari atau tidak.
Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana dalam rangka mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Pembangunan tersebut dari masa
kemasa terus berlanjut secara berkesinambungan dan selalu ditingkatkan pelaksanaanya guna
memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.
Secara umum Perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya dibarengi
dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan-perkembangan tersebut
membawa perubahan dalam kehidupan di dunia. Disamping itu perkembangan teknologi
yang semakin pesat membawa manusia pada suatu masa dimana banyak barang dapat dibuat
secara sintesis. Hidup menjadi lebih praktis dan mudah, seolah-olah manusia tidak
bergantung lagi pada alam dan dapat memperlakukanya tanpa batas. Namun apa yang
diperlakukan oleh manusia terhadap alam akan berbalik kepada dirinya karena manusia
adalah bagian dari alam. Alam mempunyai hukumnya sendiri, segala sesuatu akan kembali
kepada siklus alam walaupun bahan sintesis hasil rekayasa manusia seperti plastik, tetapi
akan menimbulkan masalah yang sangat besar terhadap bahan tersebut dikemudian hari jika
sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi
dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah
baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan
lagi oleh si empunya yang mengakibatkan timbulnya sampah.
B. Pokok permasalahan
Dari penjelasan latar belakang diatas maka penulis menetapkan pokok permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apakah defenisi dari penduduk, lingkungan hidup dan kerusakan lingkungan hidup?
2. Mengapa kependudukan merupakan salah satu sumber kerusakan lingkungan hidup?
3. Bagaimana cara menanggulangi kerusakan lingkungan hidup yang bersumber dari
kependudukan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
a. Pengertian Penduduk
Penduduk adalah mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili di
dalam suatu wilayah negara (menetap)-lahir secara turun-temurun dan besar di negara
tersebut. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi 2, yaitu :
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang
mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi
memilih tinggal di daerah lain.
lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu
tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi
hidupnya. Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam
bahasa Belanda disebut dengan millieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan
l’environment.
Otto Soemarwoto
mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment.
Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada
pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. Contoh,
pada hewan seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada
keberlangsungan hidup kucing tersebut maka itulah lingkungan hidupnya. Demikian pula
pada suatu jenis tumbuhan tertentu, misalnya pohon mangga atau padi di sawah, segala
sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman tersebut itulah ling
kungan hidupnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat-sifat fisik dan hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu
kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.
Semua kebutuhan manusia dipasok dari lingkungan yang merupakan sumber daya
alam.Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang dapat diperoleh dari lingkungan untuk
keperluan manusia. Semakin meningkat jumlah popolasi semakin banyak sumber daya alam
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Contoh: kebutuhan pangan, kebutuhan air
bersih, kebutuhan udara bersih dan kebutuhan lainnya. Apabila jumlah populasi meningkat
akan timbul berbagai masalah, misalnya kepadatan arus lalu Lintas yang mengakibatkan
udara terjadi pencemaran, banyak lahan pertanian dijadikan pemukiman penduduk akibatnya
terjadi perkampungan yang kumuh, dan ahkirnya air bersih ikut menjadi permasalahan.
Apabila hal ini dibiarkan maka akan terjadi penurunan kwalitas lingkungan yang nantinya
juga akan merusak lingkungan.
Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang sadar lingkungan. Beberapa hal yang
mempengaruhi populasi manusia, yaitu:
Kelahiran atau natalitas.
Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan. Selain itu pertumbuhan penduduk akan
semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukkan
korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. kepadatan populasi akan
bertambah. Angka kelahiran diperoleh menghitung jumlah kelahiran hidup tiap 1000
penduduk per tahun
Kematian atau mortalitas.
kepadatan populasi akan berkurang. Angka kematian diperoleh menghitung jumlah kematian
tiap 1000 penduduk per tahun. Semakin bertambah angka harapan hidup berarti perlu adanya
peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas penampungan dan penyediaan gizi yang
memadai bagi anak balita. Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak
terhadap reputasi indonesia di mata dunia.
Imigrasi.
adanya penduduk yang datang akan menambah kepadatan populasi.
Emigrasi, adanya penduduk yang pindah atau pergi akan mengurangi kepadata populasi.
Ketersediaan Pangan
Jadi dapat dipahami bahwa semakin tinggi kepadatan penduduk, maka kebutuhan oksigen
semakin banyak. Oleh karena itu pemerintah kota di setiap wilayah gencar
mengkampanyekan penanaman pepohonan. Selain sebagai penyejuk dan keindahan,
pepohonan berfungsi sebagai hutan kota untuk menurunkan tingkat pencemaran udara.
Thomas Robert Maltus seorang sosiolog Inggris, mengemukakan teori yang berjudul Essay
on The Principle of Population. Maltus menyimpulkan bahwa pertambahan penduduk
mengikuti deret ukur, sedangkan pertambahan produksi pangan mengikuti deret hitung. Jadi
semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin tinggi pula kebutuhan pangan. Oleh
karena itu peningkatan produksi pangan perlu digalakkan. Penduduk yang kekurangan
makanan akan menyebabkan gangguan pada fungsi kerja tubuh dan dapat terjangkit penyakit
seperti busung lapar, anemia, dan beri-beri.
Ketersediaan Lahan
Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan untuk tempat
tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk
mengatasi kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian
produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Selain itu
pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan
pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu
merusak lingkungan hidup yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Jadi peluang
terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan
penduduk.
Pencemaran lingkungan
Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering menimbulkan dampak
buruk pada lingkungan. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas,
maka kayu di hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka hutan
dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, didirikan
pabrik tekstil. Untuk mempercepat transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan
bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat laun
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem. Misalnya penebangan
hutan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan tanah
longsor, serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan tersebut.
Apabila daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan kebutuhan penduduk selanjutnya
menjadi tidak terjamin.
Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu
daerah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah
mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk
meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar
dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk dari dalam ke luar.
Dinamika kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari
waktu ke waktu.
Rumus menghitung pertumbuhan penduduk :
p = (I - m) + (i - e)
Keterangan lengkap :
- p = pertumbuhan penduduk
- l = total kelahiran
- m = total kematian
- e = total emigran atau pendatang dari luar daerah
- i = total imigran atau penduduk yang pergi
Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret
ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan
deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa
depan di mana kita akan kerurangan stok bahan makanan.
2. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk:
-Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan
banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat
pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
- Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol,
maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga
berencana.
3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah
diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju
pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak
ketergantungan dengan daerah lainnya. [3]
Sekarang kita mencoba mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang disebabkan tingkah laku
manusia yaitu masalah kependudukan. Berikut identifikasi masalah kependudukan yang
dapat merusak lingkungan :
1. Jumlah penduduk yang meningkat tiap tahun, baik secara kelahiran maupun arus
urbanisasi/imigrasi, menyebabkan banyaknya lahan untuk dijadikan pemukiman sehingga
lahan hijau terutama di daerah perkotaan semakin sempit.
2. Penduduk suku-suku primitif yang masih memakai sistem berpindah tempat tinggal
menyebabkan banyak lahan hutan yang dibuka sebagai pemukiman penduduk menjadi
gundul karena tidak adanya penggantian pohon kembali (reboisasi).
3. Meningkatnya jumlah penduduk berarti juga peningkatan produksi sampah harian atau
limbah. Limbah-limbah itu ada kalanya berupa sampah biologis manusia (feses), sampah
rumah tangga, pertanian, industri, transportasi, dan lain-lain. Sampah-sampah tersebut
merupakan sumber polusi, baik polusi tanah, air, maupun udara dan ini sangat berpengaruh
pada kesehatan.
4. Tuntutan bahan pangan yang terus meningkat menyebabkan pengalihfungsian suatu lahan
menjadi tempat penghasil bahan pangan tersebut, seperti penggundulan bukit resapan air
menjadi lahan bercocok tanam sayur dan akibatnya terjadi longsor.
5. Terjadinya ekplorasi ataupun eksploitasi besar-besaran terhadap lingkungan maupun
sumber daya alam, seperti kegiatan pertambangan, penimbunan rawa-rawa untuk
pemukiman, dan pendirian bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7. Pada suatu lingkungan padat penduduk berarti semakin banyak dilakukan pembangunan
tempat tinggal yang berarti dilakukan pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
yang mengakibatkan menurunya tingkat produktivitas tanah, yang tadinya subur menjadi
gersang karena berkurangnya tumbuhan penghasil zat hara.
8. Pada lingkungan padat penduduk di hasilkan banyak gas buang seperti gas karbon
monoksida (CO) maupun gas karbon dioksida (CO2) yang tidak diimbangi dengan
berlimpahnya O2 karena berkurangnya jumlah tanaman di lahan tersebut sehingga hal ini
menyebabkan menurunya kualitas udara.[4]
Dilihat dari komposisi sampah di DKI Jakarta terlihat bahwa secara umum sampah
terdiri dari sampah organik (65,05 %) dan unorganik (34.95 %). Dari perbandingan
komposisi sampah pada tahun 1996 dan 2001 terlihat adanya kenaikan jenis sampah plastik,
kayu dan kain sedangkan sampah organik menurun.
Hasil estimasi jumlah sampah di DKI Jakarta berkisar antara 5.900 – 6.000 ton/hari
atau 25.000 m3/hari dan berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang dapat
tertangani ± 87,72 persen dan sisanya masih dibuang ke sungai, dibakar atau dipakai untuk
menimbun.
Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di
Tempat Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi
dengan luas yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan
sistim pemusnahan yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah
dipergunakan sebesar 85 persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah
sampai tahun 2004, sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif
lain sistim penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran terhadap badan air
di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya kebakaran karena terbakarnya gas
methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara
lain :
1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan sehingga
kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.
3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan ambulance.
Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah dari sumber
penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Baru sekitar 75 m3 yang
didaur ulang atau dibuat kompos. Sementara itu, sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja
tanpa pengolahan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS.
Tak heran bila sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan
menjadi cepat terpenuhi. Besarnya volume sampah di TPA juga mempengaruhi biaya
pengelolaan. Tahun 2005, sedikitnya dibutuhkan Rp 8 milyar untuk mengelola sampah.
Tanpa adanya kebijakan penanganan sampah terpadu, sampah akan terus menjadi masalah.
Langkah Pertama, faktor penyebab secara INTERNAL. Dilihat dari sudut pandang
internal, faktor penyebab mencuatnya masalah sampah antara lain adalah minimnya
kesadaran warga untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan sampah di lingkungan
rumah tangganya sendiri. Banyak warga yang merasa bahwa dengan membayar retribusi
sampah berarti tanggung jawab sampah menjadi tanggung jawab PD Kebersihan. Faktor
internal lain adalah munculnya pola pikir / paradigma yang salah tentang sampah seperti:
Masalah sampah adalah masalah kecil yang tidak perlu mendapat prioritas perhatian
Sampah adalah barang yang tidak berguna, bukan sebagai sumber energi / pendapatan
Sindrom “not in my backyard” / Urusan sampah “bukan urusan gue”
Filosofi pengelolaan sampah : dikumpulkan → ditampung → dibuang di tempat akhir.
Faktor internal yang tidak kalah pentingnya adalah masalah minimnya kualitas SDM
yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti
sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar. Penyebab
utamanya adalah selama ini pengelolaan sampah cenderung menggunakan pendekatan end of
pipe solution, bukan mengacu pada pendekatan sumber.
Kedua, faktor penyebab secara EKSTERNAL. Faktor penyebab eksternal yang paling
klasik terdengar adalah minimnya lahan TPA yang hingga saat ini memang menjadi kendala
umum bagi kota-kota besar. Akibatnya, sampah dari kota-kota besar ini sering dialokasikan
ke daerah-daerah satelitnya seperti TPA Jakarta yang berada di daerah Bekasi, Depok, dan
Tangerang serta TPA Bandung yang berada di Cimahi atau di Kabupaten Bandung. Alasan
eksternal lainnya yang kini santer terdengar di media massa adalah aksi penolakan keras dari
warga sekitar TPA yang merasa sangat dirugikan dengan keberadaan TPA di wilayahnya.
Faktor lain adalah tidak adanya AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) melalui kajian
geologi, hidrogeologi, transportasi, sosial-ekonomi, dan lain-lain dimana dengan tidak adanya
AMDAL membuat pemerintah tidak dapat memantau perkembangan yang terjadi akibat
kerusakan lingkungan. yang mendukung masalah AMDAL sehingga seringkali kita temui
TPA yang berada di tempat tinggi meskipun struktur tanah di sebagian besar Jawa Barat
bersifat labil. Faktor eksternal dominan lainnya adalah pengelolaan sampah / kebersihan kota
yang belum dimasukkan ke dalam prioritas pembangunan perkotaan sehingga alokasi
anggaran yang ada sama sekali kurang.
Salah satu kelemahan pengelolaan sampah di TPA adalah masalah minimnya kualitas
SDM yang berakibat fatal pada buruknya teknologi pengelolaan sampah yang saat ini terbukti
sudah tidak lagi mampu menampung kuantitas sampah yang semakin besar.
Sampah diturunkan dari DAM (Kendaran pengangkut sampah) dan dibiarkan saja
terbuka di lokasi tanpa penimbunan. Cara ini merupakan cara yang sangat tradisional,
ketinggalan zaman dan sudah lama ditinggalkan oleh negara-negara lain. Pak Nu’man Abdul
Hakim bahkan pernah memaparkan bahwa teknologi semacam ini merupakan warisan lama
yang telah berkembang sejak tahun 1970-an. Meskipun demikian, cara inilah yang justru
digunakan oleh mayoritas TPA pada saat ini padahal dampak yang ditimbulkan sangat besar
dan beresiko tinggi seperti yang terjadi pada kasus TPA bantar gebang. Penggunaan
teknologi ini menjadi sumber malapetaka di sana di mana timbunan sampah yang dibiarkan
menggunung secara terbuka dalam jangka waktu lama, pada suatu fase tertentu menghasilkan
gas metana yang terus-menerus terakumulasi dan akhirnya meledak. Gas metana yang
berdekomposisi biasanya menghasilkan panas yang sangat tinggi ketika tekanan udara datang
dari atas sementara bagian sampah di bawah mengandung bakteri anaerob yaitu bakteri yang
tidak bisa bersenyawa dengan udara. Akibatnya, tekanan udara berbalik ke atas yang hasilnya
berupa ledakan besar mirip bom berkekuatan tinggi.
2. LANDFILL SYSTEM
Landfill pun bukan merupakan alternatif yang sesuai karena landfill tidak berkelanjutan,
membutuhkan lahan yang sangat luas dan menimbulkan masalah lingkungan.
a. Sanitary Landfill
Sampah diratakan dan ditimbun dengan menggunakan lapisan tanah dan pasir
c. Controlled Landfill
a. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan lingkungan apa yang harus
dilakukan
b. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka akan ditetapkan cara pengelolaan yang
bagaimana yang akan dilakukan atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai
dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah
c. Karena berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan melakukan pengelolaan
lingkungan hidup secara terpadu, maka teknologi yang akan digunakan tergantung pada
kemampuan biaya yang akan dikeluarkan, terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai
sumber pencemar.
Permasalahan umum yang terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA , khususnya
kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain.
Karena itu pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Dalam menangani masalah sampah dikota jakarta, pemerintah dalam hal ini membuat
kebijakan-kebijakan, dimana masalah sampah tersebut juga merupakan masalah lingkungan
hidup. Permasalahan lingkungan hidup merupakan masalah pemerintah dan juga masyarakat,
namun perlu disadari untuk semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran (sampah)
atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, dimana faktor penyebabnya antara
lain:
Upaya lain yang telah ditempuh adalah melalui EPR (Extended Producer
Responsibility) atau perluasan tanggung jawab produsen. EPR adalah suatu pendekatan
kebijakan yang meminta produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya.
Kebijakan ini memberikan insentif kepada mereka untuk mendesain ulang produk mereka
agar memungkinkan untuk didaur ulang tanpa material-material yang berbahaya dan beracun.
Banyak komunitas yang telah mampu mengurangi 50% penggunaan landfill dan incenerator
(incenerator = alat pembakar sampah untuk membakar sampah non organik yang tidak
memiliki nilai jual hingga menjadi bubuk terkecil yang tidak berbahaya bagi manusia.
Dalam hal ini pemda DKI Jakarta seharusnya melakukan seperti apa yang diuraikan
diatas agar permasalahan sampah dapat ditanggulangi. Selama ini pengelolaan sampah DKI
jakarta yang dilakukan oleh pengelola tidak dilakukan dengan profesional seolah-olah
menutupi anggaran yang dikeluarkan yang akibatnya membuat pencamaran lingkungan
semakin menjadi-jadi didaerah bantar gebang.
Makin tinggi taraf hidup manusia, makin bertambah pula macam ragam dan
kebutuhannya. Hal ini ditambah pula dengan tersedianya ilmu dan teknologi yang
memungkinkan ragam dan macam kebutuhan itu dipenuhi. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang tersedia
disekitarnya dengan berbagai kegiatan baik langsung maupun tidak.
Pada umumnya suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk berbagai alternatif kegiatan
seperti pemukiman, industri, pertanian, dan sebagainya. Apabila suatu kegiatan tertentu telah
dilakukan disuatu ruang tertentu pada waktu yang sama tidak dapat dilakukan sutu kegiatan
yang lain. Karena itu dapat terjadi konflik atau persainagn dalam pemanfaatan ruang antar
berbagai macam kegiatan.
Masalah tata ruang dikota-kota besar sepeupakan contoh yang dapat disaksikan setiap
hari. Berbaurnya kegiatan primer dan kegiatan sekunder sekitar pusat kota menyebabkan
campur baurnya lalu-lintas antarkota dengan lalu-lintas lokal menimbulan kemacetan dan
berbagai gangguan kegiatan lainnya. Oleh karena itu kebijakan penataan ruang harus
memperhatikan aspek lingkungan hidup. [8]
Prawirodirjo dkk., 1988 mengatakan bahwa, Masalah lingkungan hidup pada hakekatnya
adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, adat istiadat, sosial,
dan agama. Oleh karena itu, cara mengatasi masalah lingkungan hidup tidak dapat hanya
dengan melakukan usaha–usaha yang bersifat teknis semata, tetapi harus ditunjang dengan
upaya yang bersifat edukatif dan persuasif.
Karena semakin mendesaknya keperluan penanganan masalah pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup, maka pada tahun 1972 PBB mengadakan konferensi tentang
lingkungan hidup manusia di Stockholm, yang melahirkan 26 azas tuntunan pelestarian dan
perbaikan lingkungan hidup. Pada azas ke 19 dikatakan bahwa “Mengenai hal-ikhwal
pendidikan lingkungan hidup, baik untuk generasi muda maupun kaum dewasa, dilakukan
dengan cara memberikan perhatian yang lebih layak kepada mereka yang kurang
mendapatkan kesempatan. Hal ini penting dilakukan untuk memperluas dasar pemikiran, dan
tindak-tanduk yang bertanggungjawab dari orang perorangan, perusahaan atau masyarakat
dalam melindungi dan memperbaiki lingkungan hidup menurut ukuran manusia sepenuhnya”
(Soerianegara, 1997).
Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan
sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi lingkungan hidup di Stockholm, memiliki
kewajiban untuk ikut menyelamatkan kelestarian lingkungan hidup yang dari waktu kewaktu
semakin memprihatinkan, dengan tetap memikirkan upaya peningkatan kesejahteraan
penduduknya melalui pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di bumi ibu pertiwi
ini. Serta mencari solusi terbaik untuk mengatasi konflik kepentingan antara lingkungan fisik
dengan lingkungan social.
E. Cara penanggulangan kerusakan Lingkungan hidup bersumber dari kepadatan
penduduk
Adapun solusi yang bisa ditempuh untuk menangani permasalahan lingkungan yang
bersumber dari kepadatan penduduk diantaranya adalah :
Menggalakan program keluarga kecil bahagia sejahtera yang tidak bertentangan dengan
kehidupan beragama, dan kondisi social budaya masyarakat.
Mensosialisasikan arti pentingnya program keluarga kecil bahagia sejahtera secara jelas dan
transparan.
Meningkatkan kualitas pendidikan manusia Indonesia
Menciptakan lapangan pekerjaan
Membuat peraturan perundangan pengelolaan sumberdaya alam yang berpihak pada
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
Mensosialisasikan peraturan perundangan itu kepasa seluruh lapisan masyarakat
Melaksanakan peraturan perundangan itu secara konsekwen
Menerapkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
Menselaraskan pembangunan ekonomi dan lingkungan
Merencanakan tata ruang yang lebih optimal dan tidak memihak[9]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penduduk adalah mereka yang berada di dalam dan bertempat tinggal atau berdomisili
di dalam suatu wilayah negara (menetap)-lahir secara turun-temurun dan besar di negara
tersebut. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu
Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa
lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu
tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi
hidupnya
Kerusakan lingkungan hidup adalah deteorisasi lingkungan dengan hilangnya suber
daya air, udara, dan tanah. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman
yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Pan dari PBBkerusakan lingkungan
terdiri dari beberapa tipe. Ketika alam rusak dihancurkan oleh sumber daya menghilang,
maka lingkungan sedang mengalami kerusakan
Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan dengan kehidupan
penduduk berikut ini:
2. Penduduk suku-suku primitif yang masih memakai sistem berpindah tempat tinggal
menyebabkan banyak lahan hutan yang dibuka sebagai pemukiman penduduk menjadi
gundul karena tidak adanya penggantian pohon kembali (reboisasi).
3. Meningkatnya jumlah penduduk berarti juga peningkatan produksi sampah harian atau
limbah. Limbah-limbah itu ada kalanya berupa sampah biologis manusia (feses), sampah
rumah tangga, pertanian, industri, transportasi, dan lain-lain. Sampah-sampah tersebut
merupakan sumber polusi, baik polusi tanah, air, maupun udara dan ini sangat berpengaruh
pada kesehatan.
4. Tuntutan bahan pangan yang terus meningkat menyebabkan pengalihfungsian suatu lahan
menjadi tempat penghasil bahan pangan tersebut, seperti penggundulan bukit resapan air
menjadi lahan bercocok tanam sayur dan akibatnya terjadi longsor.
Saran
Seperti kita ketahui bahwa salah satu sumber kerusakan lingkungan hidup adalah
kependudukan yang mana dengan adanya penduduk dapat mengakibatkan mencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah dari kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk.
Maka dari itu kita sebagai bagian dari penduduk harus dapat menjaga alam sekitar kita atau
lingkungan kita agar tetap bersih agar kita dapat menghirup udara yang bersih tanpa tercemar
oleh sampah ataupun polusi. Kita dapat menjaga lingkungan hidup dengan mengurangi
tingkat pertumbuhan penduduk dengan cara melaksanakan [rogram pemerintah seperti
Keluarga Berencana (KB) dan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Daftar Pustaka
http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-
kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian-
http://www.artikelbiologi.com/2012/05/pengaruh-kepadatan-populasi-terhadap-
lingkungan.html
John Salideho, undang-undang gangguan dan masalah Lingkungan, sinar grafika
Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7, Gajah Mada University Press-
2000
[1]http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-
pengertian-kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian-
[2]John Salideho, undang-undang gangguan dan masalah Lingkungan, sinar grafika, hlm183-
185
[3] http://www.artikelbiologi.com/2012/05/pengaruh-kepadatan-populasi-terhadap-
lingkungan.html.
[4] Harjasumantri Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi.7, Gajah Mada University Press-2000, hlm 20
[5] N, H. T. Silalahi, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pemangunan, Erlangga-2004, hlm 108
[6] Sudrajat H.R.., Solusi Mengatasi masalah Sampah kota Dengan Manajemen Terpadu dan Mengolahnya
Menjadi Energi Listrik dan Kompos., Cet.1., (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006) .
[7] Subagyo.P.Joko., Hukum Lingkungan: Masalah dan penanggulanganya., cet.3., (jakarta:Rineka Cipta,2002).
[8] Prof.Dr. M. Daud silalahi, S.H, Hukum Lingkungan dan sistem penegakan hukum
lingkungan Indonesia, Alumni, Bandung-2001, hlm 80-87
[9] Intanghina’s weblog ruang-terhadap-lingkungan-hidup, intanghina.wordpress.com
Diposting oleh Yeni Sutriya di 02.54
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Yeni Sutriya
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (10)
o ▼ Oktober (10)
ARBITRASE APS(Alternatif penyelesaian sengketa) se...
Hukum Humaniter perang, pertikaian senjata dan dam...
Makalah hukum udara dan ruang angkasa, batas wilay...
Hukum Internasional dan HAM pengertian dan contoh ...
Tugas hukum lembaga-lembaga negara UUD 1945 sesuda...
makalah hukum laut landasan kontingen berdasarkan ...
makalah hukum lingkungan kerusakanLingkungan Hidup...
makalah Hukum Internasional Khusus
Contoh perjanjian sewa menyewa ruko materi hukum p...
hukum internasional berdasarkan konvensi Janewa da...