Anda di halaman 1dari 4

Cara Menghitung OEE (Overall Equipment

Effectiveness) TPM

Cara Menghitung OEE (Overall Equipment Effectiveness) TPM – Overall


Equipment Effectiveness atau disingkat dengan OEE adalah suatu cara untuk
mengukur kinerja mesin produksi dalam penerapan program TPM (Total Productive
Maintenance) Pengukuran Kinerja dengan OEE (Overall Equipment Effectiveness)
terdiri dari 3 komponen utama pada mesin produksi yaitu Availability (Waktu
Kesediaan Mesin), Performance (Jumlah unit yang diproduksi) dan Quality (Mutu
yang dihasilkan). Hasil perhitungan OEE adalah dalam bentuk Persentase (%).
Dalam Bahasa Indonesia, Overall Equipment Effectiveness ini disebut dengan
Efektivitas Peralatan Keseluruhan.

Pengukuran OEE (Overall Equipment Effectiveness) sangat penting untuk mengukur


keberhasilan dari program TPM (Total Productive Maintenance) yang diterapkan
dalam suatu perusahaan. Dengan kata lain, hasil OEE merupakan KPI (Key
Performance Index) Utama dari hasil penerapan TPM.

Cara Menghitung OEE


(Overall Equipment Effectiveness)

Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) menggunakan data dari “Enam


Kerugian Besar (The Six Big Losses)”, yaitu :

1. Availability, yang terdiri dari Breakdowns dan Setup/Adjustments


2. Performance, yang terdiri dari Small Stops dan Slow Running
3. Quality, yang terdiri dari Startup Defects dan Production Defect

Availability

Kita selalu mengharapkan Mesin Produksi kita tersedia saat kita memerlukannya.
Tetapi kadang-kadang Mesin tersebut tidak dapat beroperasi sesuai dengan
harapan kita dalam memenuhi kebutuhan yang diinginkan pelanggan. Terdapat dua
kemungkinan terjadinya ketidaksediaan Mesin Produksi, diantaranya adalah :
– Breakdown

Yang dimaksud dengan Breakdown adalah kerusakan mesin yang biasanya lebih
dari 10 menit. Waktu Breakdown (rusak) akan dicatat dalam bentuk “Menit” sampai
pada Mesin Produksi tersebut dapat beroperasi kembali dalam memproduksi unit
Produk yang baik.

– Setup / Adjustments

Yang dimaksud dengan Setup atau Adjustment ini adalah ketidaksediaan Mesin
Produksi yang dikarenakan pertukaran model atau produk. Waktu yang dihitung
adalah waktu unit terakhir pada model sebelumnya hingga unit pertama pada model
selanjutnya.

Contoh Availability (Kesediaan)

Jam kerja produksi adalah 8 Jam maka waktu kerja dalam menit adalah 8×60 = 480
menit. Jika Mesin terjadi kerusakan (breakdown) hingga 30 menit dan waktu Setup
Model baru adalah 20 menit maka Availability adalah :

Total Waktu yang tersedia – (Waktu Breakdown + Waktu Setup) x 100


Total Waktu yang tersedia

480 – (30+20) x 100 = 89.58%


480

Performance

Performance dalam perhitungan OEE adalah jumlah unit produk yang dihasilkan
dalam waktu yang tersedia. Jumlah unit ini dapat berupa unit produk yang baik
maupun yang cacat. Yang dikategorikan sebagai Performance yang akan diukur
diantaranya adalah :

– Small Stop

Yang dimaksud dengan Small Stop adalah berhentinya mesin dalam waktu yang
singkat (pada umumnya dibawah 10 menit) tetapi Frekuensi terjadinya tinggi (sering
terjadi). Sering terjadinya pemberhentian singkat ini menyebabkan Output yang
dihasilkan menjadi berkurang. Contoh terjadinya berhenti dalam waktu singkat
seperti terjadinya macet ataupun error pada mesin produksi. Small Stop ini perlu
dicatat pada Tally Sheet sehingga diketahui seberapa sering terjadinya Small Stop
serta akumulasi waktunya.

– Slow Running

Slow Running adalah berkurang kecepatan mesin dalam memproduksi, hal ini sering
terjadi ketika perawatan mesin tidak dilakukan dengan baik.
Contoh Performance

Jam kerja produksi adalah 8 Jam maka waktu kerja dalam menit adalah 8×60 = 480
menit. Jika Cycle Time dalam memproduksi 1 unit produk pada proses tertentu
adalah 1 menit, Tetapi Output yang berhasil di produksi oleh mesin adalah 400 unit.
Maka :

Jumlah Unit yang diproduksi x 100


Waktu yang tersedia x Cycle Time

400 x100 = 83.33%


480 x 1

Quality

Yang dimaksud Quality dalam OEE ini adalah Jumlah unit Produk baik yang berhasil
diproduksi dibanding dengan Total jumlah unit produk (baik berupa unit OK ataupun
unit Cacat) yang dihasilkan. Ada juga menyebut Quality sebagai Yield Rate dalam
rumus OEE. Yang diperhitungkan dalam Quality diantaranya adalah :

– Startup Defect

Yang dimaksud dengan Startup Defect disini adalah cacat yang ditimbulkan oleh
Mesin saat pertama kali memulai produksi. Defect atau cacat biasanya akan terjadi
saat Mesin beroperasi kembali setelah terjadinya perbaikan mesin maupun adanya
pergantian Setting atau Model baru yang akan diproduksi.

– Production Defect

Production Defect adalah Cacat yang terjadi saat produksi sedang berlangsung.
Defect atau Cacat tersebut harus dicatat supaya dapat dilakukan tindakan
pencegahan.

Contoh Perhitungan Quality

Jika Mesin memproduksi 400 unit produk, tetapi diantaranya terdapat 10 unit yang
cacat saat memulai produksi (Startup Defect) dan 20 unit cacat saat produksi
normal. Maka :

Unit yang OK x 100


Total unit yang diproduksi

400 – (10 + 20) x 100 = 92.5%


400
Perhitungan OEE (Overall Equipment Effectiveness)

Berdasarkan contoh Availability, Performance dan Yield diatas maka kita dapat
menghitung OEE sebagai berikut :
Rumus OEE :

OEE = Availability x Performance x Quality

OEE = 89.58% x 83.33% x 92.5%


OEE = 0.8958 x 0.8333 x 0.925
OEE = 0.6904 atau 69.04%

Dari perhitungan OEE diatas didapat bahwa hasil OEE adalah 69.04%, hasil
tersebut sangatlah rendah karena pada umumnya hasil OEE yang berstandar dunia
(World Class) adalah diatas 85%.

Berikut ini adalah Pedoman hasil OEE yang berstandar dunia (World Class) pada
umumnya :

Availability : diatas 90%


Performance : diatas 95%
Quality : diatas 99.9%
OEE : diatas 85%

Anda mungkin juga menyukai