Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan
sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong, 2000). Sedangkan
menurut Supartini, (2004) hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan
anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan yang sampai
pemulangan kembali ke rumah. Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan
kecemasan dan stress (Nursalam, 2005).
Hospitalisasi juga dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan
dan perjalan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit. Perasaan tersebut dapat
timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya,
rasa tidak aman dan nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan
sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004).
Wong (2001) mengatakan bahwa populasi anak yang dirawat di rumah sakit
mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah
sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan
kejadian hospitalisasi pada tahun- tahun sebelumnya. Mc. Cherty dan Kozak
mengatakan hampir 40 juta anak dalam setahun mengalami hospitalisasi (Hikmawati,
2000).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) 6A diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang Penerapan
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rekreasi pada usia toddler.
2. Tujuan Khusus :
a. Memahami dan menjelaskan definisi hospitalisasi pada anak usia toddler.
b. Memahami dan menjelaskan tumbuh kembang toddler.

1
c. Memahami dan menjelaskan dampak hospitalisasi.
d. Memahami dan menjelaskan stressor umum pada toddler.
e. Memahami dan menjelaskan terapi bermain pada toddler.
f. Memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Toddler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan.
Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak
berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol
orang lain melalui perilaku tempertantrum, negativisme, dan keras kepala. Masa
ini merupakan periode yang sangat penting untuk pencapaian perkembangan dan
pertumbuhan intelektual (Wong, 2004).
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut,
anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa
penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress
(Supartini, 2004).

B. Tumbuh Kembang Toddler


Tahap Pertumbuhan Fisik Anak Umur 1-3 Tahun
Menurut Nugroho (2009) Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap yang
menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan pertumbuhan pada anak umur
1-3 tahun adalah sebagai berikut:
1. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm pertahun. Rata-rata
tinggi anak usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun adalah
setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
2. Berat Badan
Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg pertahun. Rata-
rata berat badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5 tahun berat
badan batita mencapai 4 kali berat badan lahir.

3
3. Lingkar Kepala
Pada usia 1-2 tahun ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total laju
peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5 cm kemudian berkurang
menjadi 1,25 cm pertahun sampai umur 5 tahun.

Tahap Perkembangan Anak usia 1-3 Tahun


Tahap perkembangan anak menurut Indiarti (2009) adalah sebagai berikut:
1. Umur 13-14 bulan
Pemahaman akan kata-kata umumnya dimulai saat bayi berusia delapan bulan.
Bayi menghasilkan kata-kata pertamanya pada umur 10-20 bulan. Namun, bayi
hanya akan berbicara pada konteks tertentu yang mudah dipahami, mudah
diucapkannya dan sudah diketahui oleh bayi. Kata-kata yang diucapkan merujuk
pada kejadian secara keseluruhan, misalnya mengucapkan “bapak” saat ia melihat
bapaknya. Secara aktif, bayi sudah memperluas arti sebuah kata untuk menerima
perhatian ibunya dan bayi merasa yakin bahwa ibunya paham apa yang
dimaksudkan.
2. Umur 15-17 bulan.
Dalam usia ini bayi akan senang melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyimak adegan di TV.
b. Melaksanakan instruksi sederhana, seperti segera memberikan mainan yang
dipegang jika ibu memintanya.
c. Mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata misalnya “dah bis”
(sudah habis)
d. Menyebutkan tiga anggota tubuhnya seperti mata, rambut, dan telinga.
3. Umur 18-20 Bulan
Perkembangan aktivitas dan motorik anak 18-20 bulan antara lain yaitu :
a. Berjalan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah tanpa bantuan.
b. Menyusun 2-3 kotak.
c. Mampu mengatakan 5-10 kata.
d. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa saing.
4. Umur 20-24 Bulan
Sementara pada umur 20-24 bulan perkembangan aktivitas dan motorik yang
terjadi pada anak adalah sebagai berikut:

4
a. Mampu menyusun dua kata.
b. Menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang dewasa.
c. Naik dan turun tangga.
d. Menunjuk mata dan hidungnya.
e. Belajar makan sendiri.
f. Menggaris di kertas atau pasir.
g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.
5. Umur 24 -36 bulan
Saat memasuki umur tiga tahun anak terus mengalami perkembangan aktivitas
dan motorik antara lain sebagai berikut:
a. Belajar meloncat, memanjat, serta melompat dengan satu kaki.
b. Mempergunakan kata-kata “saya”, “bertanya” serta mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya.
c. Mampu menggambar lingkaran.
d. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain
diluar keluarganya.
e. Mampu membuat jembatan dengan tiga kotak.
f. Mampu menyusun kalimat.

C. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua
tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor
dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru,
maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering
merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya
perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara
fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi
selama perawatan (Nursalam, 2005).
Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan
social keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang
penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan hasil
pengamatan penulis, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami
stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan
lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan

5
masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan
keperawatan (Nursalam, 2005).

D. Stressor Umum Pada Hospitalisasi


Sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan krisis utama pada
anak usia toddler, serta stress akibat perubahan pada status kesehatan maupun
lingkungan dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak usia toddler juga mempunyai
keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
kejadian yang bersifat menekan. Akibatnya akan menimbulkan reaksi yang berbeda-
beda, yang bersifat individual dan sangat tergantung pada tahap perkembangan anak.
Selain itu bahwa perawatan dirumah sakit juga bisa menjadi pengalaman yang
menakutkan, baik bagi orang tua maupun bagi anak 2-3 tahun (Nur Salam, 2005).
Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi karena cemas akibat
perpisahan, kehilangan kendali, serta luka pada tubuh dan rasa sakit atau nyeri. Pada
umumnya reaksi anak terhadap adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan
kontrol, perlukaan tubuh dan nyeri. Pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan
kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri dan kan menjadi tergantung pada
lingkungannya. Akibatnya, anak akan kembali pada kemampuan sebelumnya atau
regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri (Supartini, 2004).
Yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif, seperti injeksi, infus,
pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya dan memukul. Walaupun
demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan rasa
nyerinya (Supartini, 2004). Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi, sumber
stressor yang utama adalah perpisahan. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
dipengaruhi oleh perkembangan usia, pengalaman sebelumnya, support sistem yang
tersedia dan ketrampilan koping. Pada usia toddler (1-3 tahun) yang dirawat di rumah
sakit, respon kecemasan lebih tampak daripada anak usia prasekolah, yaitu anak
rewel, tidak mau ditinggal oleh ibu, minta digendong terus, takut terhadap lingkungan
rumah sakit termasuk pada dokter dan perawat yang merawatnya (Wong, 2004).

E. Terapi Bermain Pada Usia Toddler


Menurut supartini (2004) Toddler menginginkan bermain bersama, mereka
bermain dalam waktu yang lama. Meniru adalah bentuk yang peling sering mereka
lakukan. Ketrampilan gerakan dapat ditingkatkan dengan mainan yang ditarik dan

6
didorong. Pemberian perhatian yang singkat pada toddler dapat menyebabkan
perubahan dari frekuensi bermain.
1. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia 1-2 tahun pada dasarnya
bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,
melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan
ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan ditarik, berupa alat
rumah tangga balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
2. Usia 2-3 tahun
Usia ini dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan atau
emosi anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan
halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi dan melatih
kemampuan, membedakan permukaan dan warna benda. Adapun jenis permainan
pada usia ini yang dapat digunakan antara lain: alat-alat untuk gambar, puzzle
sederhana, manik-manik ukuran besar, berbagai benda yang mempunyai
permukaan dan warna yang berbeda-beda dan lain-lain.
Jenis-jenis permainan untuk toddler :
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong
b. Alat masak
c. Malam,lilin
d. Boneka, Blockies, Telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.
Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu
membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu
permainan. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat permainan,
jika orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat
permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan
hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat
merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun
aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak.

7
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan Pada anak Usia Toddler
a. Perkembangan
Mengidentifikasi tingkat perkembangan saat ini dan keteramapilan yang
dicapai.
Contoh : pemeriksaan terhadap keterampilan motorik anak
memperlihatkan sejumlah bantuan yang dibutuhkan oleh anak dengan
makan, menggosok gigi, mandi, berpakaian, eliminasi, istirahat tidur, dan
ambulasi.
b. Observasi Respons Terhadap Hospitalisasi
Mengidentifikasi perilaku koping saat ini dan intensitas mereka.
Contoh: menangis dengan keras terhadap perpisahan dengan orang tua,
toddler yang menendanf, menggigit, dan meninju untuk protes terhadap
kehilangan otomi, ketakutan akan bagian tubuh yang disakiti dan nyeri,
menolak dengan ekspresi wajah, tempramen (memberi pertanyaan kepada
orang tua mengenai tingkat aktifitas anak yang biasanya, mood secara
umum, keras kepala, dan respon umum terhadap situasi baru)
c. Riwayat Pengobatan
Mengidentifikasi keseriusan masalah dan pengaruhnya pada
perkembangan kemampuan.
Contoh : memntukan keseriusan masalah kesehatan dan pengaruhnya pda
perkembangan dan tindakan keperawatan, menentukan pengaruh terapi
terhadap pencapian perkembangan (toddler yang sering beraktifitas,
dibatasi sangat ketat karena penyakit dan pengobatan mereka)
d. Persepsi tentang penyakit
Mengidentifikasi pemahaman anak saat ini tentang penyakit dan alasan
hospitalisasi.
Contoh : menentukan apa yang diketahui anak-anak dan mampu
memahami mengenai penyakit mereka, menentukan kesadaran anak-anak
tentang konsep sehat dan sakit dapat merefleksikan akses mereka pada
informasi yang relefan sessuai kematangan tingkat pemikiran mereka,
memastikan adanya kesalahan konsep anak tentang kondisi penyakit
mereka dan melakukan tindakan untuk memodifikasi hal tersebut.

8
e. Sistem pendukung yang tersedia
Mengidentifikasi tersedianya dan kesediaan keluarga untuk berpartisipasi
dalam perawatan pemberian dukungan.
Contoh : adanya ketersediaan dan keinginan keluarga untuk berpartisipasi
dalam perawatan anak, dorongan orang tua untuk tetap tinggal dengan
anak-anak yang masih muda selama mungkin sehingga perilaku
perpisahan diminimalkan, kesediaan orang tua untuk tinggal bergantung
pada ketertiban mereka dengan anak-anak dirumah, situasi kerja mereka,
dan tingkat rasa nyaman mereka dengan rumah sakit, serta jumlah
dukungan yang mereka terima dari anggota keluarga klien dan teman.
Selain itu perawat juga membantu keluarga merencanakan dukungan
mereka terhadap anak selama masa hospitalisasi (Perry&Potter, 2005).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas (00146)
b. Ketakutan (00148)
c. Gangguan pola tidur (000198)

3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan cemas anak akan berkurang
Intervensi:
1) Meminimalkan rasa cemas karna perpisahan.
R/: untuk mengurangi kecemasan pada anak karena
perpisahan.
2) Mengurangi rasa takut
R/: untuk mengurangi rasa takut karena timbul rasa cemas.
3) Meminimalkan rasa tidak nyaman pada fisik.
R/: Untuk mencegah rasa tidak nyaman pada fisik itu terjadi.
4) Menggabungkan bermain dan kegiatan pengalih kedalam
perawatan sehari-hari
R/: Dengan Menerapkan terapi bermain dalam perawatan
dapat mengalihkan kecemasan pada anak.

9
b. Ketakutan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan anak akan mengatasi secara efektif rasa takut yang
dihubungkan dengan hospitalisasi sebelum pulang.

Intervensi:
1) Beri dorongan kepada orang tua untuk menetap seruangan dengan
anak atau meminta anggota keluarga yang lain untuk bersama
dengan anak.
R/: orang tua memberikan rasa aman dan mencegah perkembangan
dari ketidakpercayaan
2) Antisipasi kebutuhan orang tua untuk bantuan dan bimbingan.
R/: lingkungan yang asing mengancam kepercayaan dari orang tua
dan menimbulkan kelemahan. Orang yang mengetahui apa yang
akan terjadi akan lebih sedikit cemas.
3) Orientasikan orang tua pada divisi dan suplai keperawatan.
R/: pemberian artikel memberikan orang tua dorongan untuk lebih
maju.
4) Minta orang tua untuk membawa ke rumah sakit benda-benda yang
dapat memeberi rasa nyaman pada anak (mis., benda yang
menenangkan, slimut)
R/: anak harus memiliki akses untuk benda-benda yang
memberikan rasa nyaman dan aman.
c. Gangguan pola tidur

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


gangguan pola tidur anak berkurang.

Intervensi :

1) Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur


Rasional: untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tidur
2) Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat
menggaggu tidur
Rasinal: untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.

10
3) Tingkatkan aktifitas pada siang hari
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur
4) Kurangi potensial cidera selama tidur
Rasional: untuk memperbaiki kualitas tidur pasien

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada


lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau
pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong,
2000). Sedangkan menurut Supartini, (2004) hospitalisasi merupakan suatu
proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit untuk menjalani
terapi dan perawatan yang sampai pemulangan kembali ke rumah. Hospitalisasi
pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stress (Nursalam, 2005).

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada


semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor,
baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya),
lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama
perawatan.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan menambah pengetahuan.
Khususnya bagi tenaga medis yaitu perawat dalam memberikan terapi bermain
saat anak mengalami hospitalisasi.

12
Daftar Pustaka

Herdman, T.H(Ed). (2015). Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC

Indiarti, M. T. (2009). Perkembangan Bayi Sehat 0-3 Tahun. Yogyakarta: Andi Offset.

Nugroho, Yanto Trinoval. 2009. Pemeriksaan Fisik Todler (Usia 1-3 Tahun). Yogyakarta:
Andi Offset.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat Dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Wong and Whaley’s. (2000). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Remaja Rosda
Karya, Bandung Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika

Wong, Donna L (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC

13
14

Anda mungkin juga menyukai