Gema SEP 2014 PDF
Gema SEP 2014 PDF
VOL. 5 NO. 2
GEMA BNPB
Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana
Mempromosikan
Investasi untuk
Ketangguhan Bangsa
dan Komunitas
AMCDRR Ke-6
3 Pengantar Redaksi
40
4
Laporan Utama
4 Thailand Tuan Rumah AMCDRR Ke-6
8 AMCDRR ke-6 Hasilkan Deklarasi
Bangkok
14 Komitmen Indonesia Terhadap
Implementasi HFA
48
16 12 Kategori Diskusi HFA Jilid Dua
22 Mengintegrasikan PRB ke dalam Teropong
Manajemen Lanskap Cagar Budaya 48 Dua Caturwulan Berlalu, Berbagai
Berbasis Ketangguhan Masyarakat di Bencana Hidrometeorologi dan
Situs Sekitarnya Geologi Melanda
52 Geliat Berbagai Gunungapi
58 Media Center Tanggap Darurat Bencana
28
Fokus Berita
28 Hentikan Bencana Asap Riau dengan
Pencegahan dan Kesiapsiagaan
32 Tantangan Membangun PRB
Bersama Masyarakat Desa Kalitlaga,
Pagentan, Banjarnegara
36 Manusia Rusak Lingkungan Hidup Picu
Bencana Ekologis
60
Liputan Khusus Profil
40 Pencegahan dan Kebijakan 60 Bekerja dengan Hati untuk Hasil
Perlindungan Masyarakat Taiwan Masterpiece
46 Deteksi Korban Bencana melalui
Sinyal HP Snapshot
Pengantar Redaksi
P
ada edisi kali ini, tim majalah GEMA BNPB mulai mengubah topik setiap terbitan majalah
kebencanaan ini. GEMA BNPB Volume 5 Nomor 2 September 2014 menyajikan topik
Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Kita mengetahui bahwa PRB adalah salah satu strategi dalam
penanggulangan bencana. Komunitas internasional memandang PRB sebagai investasi. Banyak aksi
PRB yang telah dilakukan di Indonesia, seperti penguatan kapasitas lokal, program Desa Tangguh,
Sekolah Aman, dan sebagainya. PRB di Indonesia sangat berkembang pesat hingga pada akhirnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa menganugerahkan Global Champion for Disaster Risk Reduction kepada
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012 lalu.
Laporan utama edisi majalah GEMA BNPB mengenai penyelenggaraan Asian Ministerial Conference
on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-6 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada Juni lalu.
Kemudian salah satu hasil AMCDRR ke-6 ini yaitu Deklarasi Bangkok. Kita juga akan mengetahui
dua belas kategori diskusi dalam Hyogo Framework for Action (HFA) 2. Artikel selanjutnya mengenai
side event dari penyelenggaraan konferensi ini yang mengupas mengenai integrasi PRB ke dalam
manajemen lanskap cagar budaya.
Beberapa tema PRB di Indonesia menghiasi majalah GEMA BNPB edisi September ini antara lain
tantangan menuju desa tangguh, bencana ekologi, dan penanggulangan bencana asap Riau. Liputan
khusus akan menampilkan mengenai perangkat deteksi korban bencana dengan sinyal handphone,
penanggulangan bencana di Taiwan, hingga profil Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB.
Demikian kami sampaikan, semoga artikel-artikel yang diterbitkan dapat memberikan pengetahuan
tentang kebencanaan. Dan kita dapat menjadi lebih menyadari bahwa kita hidup di negara rawan
bencana. Kita harus tangguh menghadapi setiap ancaman bencana di sekitar kita. Terima kasih!
Salam tangguh!
GEMA BNPB
Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana
Mempromosikan
Investasi untuk
Ketangguhan Bangsa
dan Komunitas
Penanggung Jawab Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Editor
AMCDRR Ke-6 I Gusti Ayu Arlita NK, Ario Akbar Lomban, Theophilus Yanuarto,
Rusnadi Suyatman Putra, Slamet Riyadi Fotografer Andri Cipto
Utomo Desain Grafis Ignatius Toto Satrio Alamat Redaksi Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Pusat Data, Informasi dan Humas,
Laporan Utama
Thailand
Tuan Rumah
Fokus Berita
Hentikan Bencana
Asap Riau dengan
Pencegahan dan
Liputan Khusus
Pencegahan
dan Kebijakan
Perlindungan
Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat Telp : 021-3458400 Fax : 021-3458500
Email : majalahgema@bnpb.go.id
AMCDRR Ke-6 Kesiapsiagaan Masyarakat Taiwan
Laporan Utama
Thailand
Tuan Rumah
AMCDRR Ke-6
Sumber : www.6thamcdrr.org
Beberapa waktu lalu, Thailand atau yang dikenal dengan Negeri Gajah
Putih menjadi tuan rumah penyelenggaraan AMCDRR ke-6. Asian Ministerial
Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) atau Pertemuan Tingkat
Menteri Asia untuk Pengurangan Risiko Bencana merupakan pertemuan
yang diselenggarakan dua tahunan di kawasan Asia. Pertemuan tersebut
untuk memastikan komitmen politik dan pemangku kepentingan terhadap
pelaksanaan pengurangan risiko bencana (PRB). Di samping itu, pertemuan
tingkat menteri yang berlangsung lima hari ini menjadi tempat bagi negara-
negara, organisasi dan praktisi individu untuk bertemu dan mendiskusikan jalan
ke depan dalam mengurangi risiko bencana di wilayah tersebut.
P
ertemuan sebelumnya, Indonesia Melihat risiko bencana yang meningkat
merupakan tuan rumah AMCDRR dan mengalami dampak banjir luar biasa
ke-5 dengan menghasilkan Deklarasi 2011, Pemerintah Kerajaan Thailand
Yogyakarta. Beberapa negara telah menjadi mengakui pentingnya investasi lebih
tuan rumah penyelenggaraan AMCDRR yang pada manajemen risiko bencana dan
didukung oleh United Nations International memperkuat ketahanan masyarakat,
Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) perlindungan aset publik, dan keterlibatan
atau Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko dunia usaha. Sejak 2011, perubahan
Bencana. Sejak 2005 negara yang pernah signifikan telah dicapai di tingkat nasional
menjadi tuan rumah antara lain Beijing, dan lokal dalam mengurangi dan mengelola
Tiongkok (2005), New Delhi, Republik India risiko bencana di Thailand. Dengan latar
(2007), Kuala Lumpur, Malaysia (2008), belakang itu semua, Thailand memandang
Sumber : www.6thamcdrr.org
AMCDRR Ke-6 Hasilkan
Deklarasi Bangkok
Pertemuan selama lima hari di Bangkok pada akhirnya menghasilkan
kesepakatan di antara perwakilan negara peserta dan delegasi dari berbagai
organisasi. Kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Bangkok merupakan
hasil capaian utama penyelengaraan 6th Asian Ministerial Conference on
Disaster Risk Reduction (AMCDRR) yang berakhir pada 26 Juni 2014.
Kami, para Menteri, dan Kepala Delegasi negara-negara Asia dan Pasifik, menghadiri
AMCDRR ke-6 di Bangkok, yang diselenggarakan Pemerintah Kerajaan Thailand pada 22-26
Juni 2014.
Sangat prihatin dengan meningkatnya dampak dan risiko bencana di Asia-Pasifik, termasuk
super topan Haiyan di Filipina, banjir di Thailand, Tiongkok dan India, gempabumi di
Pakistan, gempabumi dan tsunami di Indonesia dan Jepang, serta peningkatan jumlah
bencana berskala kecil maupun menengah, yang mengakibatkan kerugian besar di bidang
sosial, ekonomi dan lingkungan di wilayah tersebut, begitu juga dampak besar perubahan
iklim dialami oleh berbagai negara.
Menyadari pencapaian Hyogo Framework for Action 2005 - 2015 (HFA), telah mengembangkan
kebijakan dan kelembagaan untuk pengurangan risiko bencana, meningkatkan pemahaman
risiko, memperkuat sistem peringatan dini, meningkatkan kesadaran masyarakat dan
pendidikan pengurangan risiko bencana, dan memperkuat kapasitas kesiapsiagaan, sambil
mengakui bahwa ada kesenjangan yang signifikan dan tantangan dalam pelaksanaan lima
prioritas di bawah HFA sehingga masih ada yang harus dikerjakan.
Memperhatikan hasil kesepakatan pada pertemuan 4th Session on Global Platform for
Disaster Risk Reduction 2013, yang meminta semua pemerintah dan pemangku kepentingan
untuk mentargetkan akar penyebab risiko.
Menyadari kebutuhan untuk memfokuskan penyebab risiko dan risiko yang bersifat
antropogenik, termasuk perubahan iklim dan variabilitas untuk mengurangi risiko yang ada,
untuk menghindari akumulasi risiko yang baru, pada profil rendah dan bencana berulang
yang meningkatkan kerentanan masyarakat miskin.
Menghargai dua tahun terakhir konsultasi multi pihak oleh pemerintah, organisasi antar
pemerintah, dan pemangku kepentingan lain di Asia dan Pasifik yang mengarah kepada
dokumen "Asia Pasific Input Document for the post 2015 framework for DRR (HFA2)". Dokumen
memaparkan isu-isu prioritas yang akan dibahas lebih lanjut dalam HFA2 dan menyoroti
cara potensial ke depan.
Sumber : www.mfa.go.th
Menyadari peran sentral dan tanggung jawab pemerintah nasional dalam membingkai dan
melaksanakan kebijakan PRB dan pembentukan platform nasional PRB di negara masing-
masing.
Peningkatan Investasi Publik untuk Manajemen Bencana dan Risiko Iklim dalam kerangka
Melindungi dan Mempertahankan Pencapaian Pembangunan. Mendorong investasi yang
memiliki risiko dengan langkah-langkah akuntabilitas dalam rencana pembangunan
lintas sektor, memperkuat kapasitas institusi untuk mengembangkan, menganalisis dan
menggunakan informasi risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
mempertimbangkan manfaat dari strategi perlindungan keuangan dalam rangka untuk
mempromosikan investasi publik yang tangguh, terutama di daerah berisiko tinggi.
Peran Sektor Swasta - Kemitraan Publik & Dunia Usaha untuk Pengurangan Risiko Bencana,
mendorong pergeseran dari tindakan yang berorientasi pada respon menjadi investasi yang
berdasarkan informasi risiko sebagai bagian dari proses bisnis. Meningkatkan dialog antara
semua pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi hambatan dan peluang untuk
membangun suasana yang kondusif untuk kemitraan publik-dunia usaha dan lainnya.
Mendorong pengembangan peraturan, insentif dan cara-cara untuk memotivasi peningkatan
manajemen risiko bencana oleh dunia usaha dengan penekanan pada usaha mikro, kecil dan
menengah. Memperkuat komitmen dunia usaha untuk mengintegrasikan penilaian risiko
dan pemanfaatan informasi risiko serta praktek, yang berkontribusi terhadap keberlanjutan
usaha ekonomi dan ketangguhan serta iklim ekonomi yang positif.
Sains dan Teknologi. Menggalakkan penggunaan dan pengembangan lebih lanjut dari ilmu
pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Memperkuat pertukaran antara ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi masyarakat untuk sinergi. Membuat inovasi dan teknologi dapat
diakses, tersedia dan terjangkau bagi pemerintah nasional dan masyarakat lokal melalui
pengembangan dan transfer teknologi. Berbagi praktek terbaik dan data melalui, antara
Pada kerangka kerja PRB pasca 2015. Berkontribusi pada pembahasan global terkait
kerangka kerja PRB pasca 2015, mengembangkan 'Rencana Implementasi HFA2 di Kawasan
Asia-Pasifik’ dalam konsultasi penuh dan kesepakatan antar negara-negara, berkontribusi
untuk mekanisme pengawasan dan ulasan dalam upaya mengukur kemajuan kerangka
kerja yang dimaksud, mempromosikan pendidikan tinggi, pelatihan dan penelitian untuk
pengembangan PRB.
Membangun koherensi antara kerangka kerja PRB pasca-2015 dan proses pada Sustainable
Development Goals dan pengaturan perubahan iklim. Menjadikan manajemen bencana
dan risiko iklim penting dalam pengembangan agenda pembangunan berkelanjutan
pasca 2015 di tingkat nasional dan daerah, mendorong pengkajian risiko bencana dalam
kebijakan dan program pembangunan, mempromosikan strategi pembangunan yang sesuai
dan berkelanjutan yang meningkatkan kemampuan kita untuk mengelola sumber daya
alam secara berkelanjutan dan mengurangi risiko bencana, pertimbangkan integrasi PRB
di semua sektor pembangunan melalui hukum, kelembagaan dan sumber daya kerangka
alokasi dengan peningkatan akuntabilitas, harapan mengungkapkan bahwa General
Assembly on Sustainable Development Goals dan High Level Political Forum on Sustainable
Development yang mengacu pada pembangunan ketangguhan terhadap bencana sebagai
prioritas dalam agenda pembangunan pasca 2015. Mendorong semua pihak termasuk
nasional dan pemerintah daerah, masyarakat, organisasi internasional dan dunia usaha
untuk mengatasi PRB, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan dengan cara yang
koheren. Terjemahan (phi)
Sumber : www.indianembassy.in.th
Peringatan Bulan
Pengurangan Risiko Bencana
Indonesia - Tahun 2014
“Pengurangan Risiko Bencana,
Membangun Ketangguhan Daerah”
planas prb
www.peringatanbulanprb.net
Laporan Utama
Sumber : BNPB
Komitmen Indonesia
Terhadap Implementasi HFA
Penyelenggaraan Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction
(AMCDRR) ke-6 yang berlangsung selama lima hari memiliki beberapa agenda.
Salah satu agenda terpenting adalah high level roundtable yang menghadirkan
pejabat tinggi negara-negara peserta. Pada kesempatan ini, perwakilan
delegasi negara memberikan pernyataan pemerintah atau country statement
dalam menjawab pengurangan risiko bencana (PRB) di masing-masing negara.
P
emerintah Indonesia memberikan bencana di Indonesia memberikan beberapa
pernyataannya dalam sidang tingkat poin pernyataan menyangkut PRB. Deputi
tinggi pertama atau high level Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
roundtable pada 26 Juni 2014. Badan BNPB Dody Ruswandi mewakili Kepala BNPB
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam pernyataan pemerintah pada sidang
sebagai focal point penanggulangan tersebut, menyampaikan bahwa Indonesia
Seperti pada tema AMCDRR sebelumnya dan Pada kesempatan penyampaian pernyataan
Deklarasi Yogyakarta, Indonesia memandang ini, Indonesia mengucapkan terima kasih
perlunya peningkatan kapasitas di tingkat kepada Pemerintah Kerajaan Thailand
lokal, termasuk juga perhatian terhadap sebagai tuan rumah AMCDRR ke-6.
perubahan iklim. Pada konteks ini, BNPB Konferensi ini sangat penting karena
telah mendorong program percontohan membahas elemen berharga yang akan
seperti Desa Tangguh Bencana. Program meletakkan dasar yang kuat untuk tindakan
ini secara konkret melibatkan partisipasi PRB di masa depan kerangka kerja PRB pasca
masyarakat lokal. 2015. (phi)
12 Diskusi HFA
Kategori
Jilid Dua
H
yogo Framework for Action [HFA] atau disetujui oleh organisasi internasional,
Kerangka Aksi Hyogo merupakan ahli bencana dan mitra lainnya. HFA yang
rencana pertama yang menjelaskan, berperiode 2005 – 2015 dibutuhkan
menggambarkan dan merinci pekerjaan yang untuk mengurangi risiko bencana sebagai
dibutuhkan dari semua sektor dan pelaku bagian dari penanggulangan bencana.
yang berbeda untuk mengurangi kerugian HFA menguraikan lima prioritas aksi
bencana. HFA ini sebagai kelanjutan dari dan menawarkan prinsip-prinsip dan
pertemuan 2nd World Conference on Disaster cara praktis untuk mencapai ketahanan
Reduction pada tanggal 18 – 22 Januari 2005 bencana. Tujuannya adalah mengurangi
di Kobe, Jepang. HFA mendiskusikan tentang secara signifikan kerugian bencana
tindakan atau aksi yang harus diagendakan pada tahun 2015 dengan membangun
dan dilakukan dalam pembangunan ketahanan bangsa dan komunitas terhadap
ketangguhan bangsa terhadap bencana. bencana. Hal tersebut berarti mengurangi
hilangnya nyawa dan kerugian aset sosial,
Aksi-aksi yang dibahas telah diadopsi oleh ekonomi, dan lingkungan ketika bencana
168 negara, termasuk Indonesia, serta terjadi.
Pembahasan HFA 2 pada Global Platform terus berlanjut. Dengan demikian, HFA 2
adalah puncak dari konsultasi oleh para mengasumsikan bahwa apa yang telah
pemangku kepentingan selama 2012- dicapai pada HFA sebelumnya telah
2013, termasuk pada platform tingkat tercapai semua.
regional. Konsultasi lebih lanjut, diskusi dan
presentasi dilakukan selama sesi di Global Pembahasan HFA 2 mendapatkan respon
Platform. Hal tersebut dicontohkan dengan di Indonesia, khususnya mengenai isu
diskusi sehari pada 20 Mei 2013 tentang PRB dan adaptasi perubahan iklim yang
konsultasi HFA 2 yang dilakukan oleh para dibahas pada Konsultasi Nasional Forum
para pemangku kepentingan. PRB pada rangkaian Peringatan Bulan PRB
di Mataram, 8 – 9 Oktober 2013 di Gedung
Pada sidang tersebut diskusi dari para Sangkareang, Gedung Provinsi Nusa
peserta menghasilkan duabelas kategori Tenggara Barat [NTB].
atau topik yang akan menjadi bagian dari
HFA 2. Isu yang diangkat mengenai integrasi
adaptasi perubahan iklim dan pengurangan
Telah diterima hampir secara universal risiko bencana ke dalam perencanaan
bahwa HFA 2 harus berdasarkan pada pembangunan. Beberapa pendapat
pencapaian atau prestasi HFA dan menyebutkan ada keterbatasan sumber
perjanjian internasional lainnya. Upaya daya manusia [SDM] di tingkat lokal untuk
untuk mengimplementasikan HFA harus bisa mendorong integrasi tersebut. Terkait
1 Meningkatan kapasitas para pelaku PRB non pemerintah dalam jenjang yang
setinggi-tingginya dan tanpa batas. Penguatan kapasitas kemandirian lokal
masyarakat kepulauan kecil, pinggiran hutan, wilayah perbatasan dan rentan lain
dengan menempatkan kondisi cuaca buruk [kondisi mengancam] sebagai prioritas
dalam penanggulangan bencana. Dalam perspektif bencana, cuaca buruk belum
ditempatkan sebagai bencana, serta membangun ketangguhan masyarakat rentan,
contoh masyarakat kepulauan kecil.
2 Memastikan akses informasi cuaca dan dampak perubahan iklim dan risiko
bencana oleh masyarakat dan semua pihak serta solusi. Ini diterjemahkan ke
bahasa yang mudah dipahami.
3 Meningkatkan kerja sama pemerintah-akademisi dalam meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam menerapkan adaptasi perubahan iklim dan PRB.
4 Memperluas cakupan definisi cuaca ekstrim, tidak hanya fokus pada angin puting
beliung, gelombang ekstrem dan abrasi.
5 Memperkuat PRB sebagai sebuah pendekatan pada seluruh manajemen bencana.
6 Mendorong adaptasi perubahan iklim dan PRB dengan mengintegrasikan multi
isu yang terkait, seperti migrasi, urbanisasi, mata pencaharian dan kemiskinan dan
sebagainya.
7 Mendorong penguatan kapasitas adaptasi perubahan iklim dan PRB bagi kelompok
rentan.
8 Memperkuat kapasitas lokal untuk menangani berbagai ancaman bencana.
Mengintegrasikan PRB
ke dalam Manajemen Lanskap
Cagar Budaya Berbasis Ketangguhan
Masyarakat di Situs Sekitarnya
Oleh Raditya Jati
2 Memberikan panduan dan data tentang warisan cagar budaya serta mengangkat
dalam penelitian-penelitan yang baru dan instrumentasinya.
Beberapa peralatan umum telah diuji dan tersedia, namun masih ada kebutuhan
yang mendesak terkait dengan panduan dan pedoman bagi para pelaku profesional
di bidang cagar budaya dan pimpinan suatu daerah. Lembaga pengetahuan menjadi
penting untuk melakukan penelitian dan menghasilkan sesuatu yang aplikatif,
termasuk peranan cagar budaya untuk membangun ketangguhan. Hasil penelitian
tidak hanya dalam bentuk laporan, namun harus dapat diimplementasikan untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan dalam pengurangan risiko warisan
budaya dari berbagai macam ancamannya.
6 Melibatkan pengelola cagar budaya dan institusi terkait dalam platform nasional.
Saat ini tidak ada kebijakan yang secara selaras dengan kebutuhan pengurangan
risiko bencana di kawasan cagar budaya, baik di tingkat nasional dan daerah.
Kesadaran kebijakan dan motivasi sangatlah terbatas. Peranan Platform Nasional
menjadi penting dalam mempromosikan pengurangan risiko bencana dan adaptasi
perubahan iklim untuk kawasan cagar budaya.
Di tingkat global, UNESCO memiliki lima tujuan dan aksi prioritas untuk membawa
kesiapsiagaan terhadap risiko bencana bagi masyarakat sekitar situs Warisan Dunia.
Dari hasil diskusi yang dihadiri perwakilan dari berbagai negara antara
lain Nepal, Filipina, Thailand, dan Indonesia ada beberapa kesepakatan
Hentikan
Bencana Asap Riau
dengan Pencegahan dan
Kesiapsiagaan
Sumber : BNPB
P
ada akhirnya jumlah hotspot berhasil dipadamkan
hingga nol titik pada 4 April 2014 sesuai dengan
tenggang waktu yang diberikan oleh Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono. Operasi udara dan
darat yang menggunakan miliaran dana siap pakai ini
berhasil mengembalikan kualitas udara di Provinsi Riau
dan sekitarnya pada kondisi normal. Operasi udara
didukung oleh sejumlah helikopter dari BNPB dan dunia
usaha, serta tebaran garam (NaCl) oleh BPPT dengan
menggunakan pesawat jenis Cassa dan Hercules.
Sumber : TNI
Kondisi Terkini
Pencegahan dan kesiapsiagaan sangat
ampuh untuk pengendalian karhutla di
Riau. Berdasarkan citra satelit NOAA 18
pada 13 September 2014, delapan hotspot
terpantau di wilayah Riau. Hotspot berada
Sumber : TNI
di Pelalawan 1 titik, Indragiri Hulu 2,
Indragiri Hilir 3, dan Kuantan Sengingi 2.
NOAA 18 memantau total hotspot seluruh
Sumatera 194 titik. Namun demikian,
wilayah Riau sempat tertutup kabut asap memadamkan api dan asap. Di sisi lain,
dampak karhutla yang terjadi di Sumatera koordinasi berdasarkan informasi dari
Selatan. lapangan menjadi kunci penanggulangan
asap dan api. “Saling menginformasikan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan berkoordinasi, dari provinsi juga
(BPBD) Provinsi Riau telah mengupayakan menginformasikan ke kabupaten/kota,”
dengan keras penanggulangan asap di jelas Jim.
wilayah Riau. Menurut perwakilan BPBD
Provinsi Riau, Jim, mengatakan bahwa Namun demikian, seluruh elemen di
pihaknya dan elemen yang terlibat Provinsi Riau patut untuk terus waspada.
memadamkan api kecil yang muncul. Riau Meskipun hotspot terpantau sedikit,
diguyur hujan sehingga ini memperkecil peningkatan jumlah hotspot bertambah
peluang munculnya hotspot. akan tetap berpeluang. Ini tidak hanya
faktor cuaca yang kering tetapi faktor
Jim menambahkan bahwa Satgas manusia yang dengan sengaja melakukan
Darat dan Udara selalu standby untuk pembakaran. (phi)
Sumber : BNPB
Tantangan Membangun PRB
Bersama Masyarakat Desa Kalitlaga,
Pagentan, Banjarnegara
Oleh Bambang Sasongko
Bagi masyarakat kebanyakan, hidup yang nyaman, tenteram dan aman adalah
menjadi tujuan yang utama yang tidak terbantahkan. Meski masyarakat
bermukim di sepanjang bantaran sungai, atau di lereng-lereng perbukitan,
bahkan di lereng gunung berapi sekalipun kehidupan dan penghidupan, mereka
berlangsung dengan harmoni tanpa melihat adanya unsur kerentanan yang
dimiliki atau ancaman-ancaman bahaya banjir, longsor, gempa dan letusan dari
gunung berapi itu sendiri. Dimana dari kerentanan yang ada dapat berdampak
pada risiko yang besar ketika muncul pemicu pada ancaman-ancaman tersebut
dan berpotensi menjadi bahaya dan menimbulkan bencana. Kerugian harta
benda, aset kehidupan dan penghidupan hingga korban jiwa.
Sumber : BNPB
1 Gotong royong membersihkan saluran Tak terhindarkan lagi bahwa konsepsi desa/
air yang di pinggir jalan maupun di kelurahan tangguh merupakan transformasi
lingkungan perkebunan/tegalan dan lahan dari konsepsi PRBBK. Sebagai konsep
pemukiman rutin dilakukan baik di tingkat yang meliputi sistem dan metodologi
RT maupun Padukuhan. akan berkembang sesuai perkembangan
2 Penanaman pohon pada lahan-lahan kritis masyarakat dalam menjawab masalahnya
sebagai fungsi reboisasi dan perekat tanah termasuk merespon kejadian bencana.
dengan pola bantuan dari Perhutani dan Dalam konteks ini, seyogyanya Perka BNPB
dinas Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. dipandang sebagai “Living document”, untuk
3 Sosialisasi pentingnya kesiapsiagaan upaya :
dalam menghadapi bahaya melalui arisan,
pengajian atau pertemuan-pertemuan
bentuk lain. 1 Menjauhkan masyarakat dari bencana.
4 Meningkatkan intensitas ronda saat musim 2 Jauhkan bencana dari masyarakat.
hujan.
3 Mengembangkan kearifan lokal.
5 Pengelolaan pemanfaatan air bagi warga
dan membuat saluran pembuangan air 4 Hidup harmoni dengan risiko bencana
dengan benar. “living in harmony with disaster risks”
6 Berupaya membangun MCK komunal
sebagai upaya meningkatkan kualitas sehingga mencapai desa tangguh bencana
hidup sehat warga dan mengurangi dapat terwujud.
pencemaran lingkungan.
Manusia Rusak
Lingkungan Hidup
Picu Bencana Ekologis
Oleh Djuni Pristiyanto
1 Perubahan iklim.
Tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup 2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati.
antara lain diuraikan dalam Pasal 3
3 Peningkatan intensitas dan cakupan
UU No. 32/2009 sebagai berikut :
wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan
1 Melindungi wilayah Negara Kesatuan
dan lahan.
Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. 4 Penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam.
2 Menjamin keselamatan, kesehatan,
dan kehidupan manusia. 5 Peningkatan alih fungsi kawasan
hutan dan/atau lahan.
3 Menjamin kelangsungan kehidupan
makhluk hidup dan kelestarian 6 Peningkatan jumlah penduduk miskin
ekosistem. atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok
4 Menjaga kelestarian fungsi
masyarakat.
lingkungan hidup.
7 Peningkatan risiko terhadap
5 Mencapai keserasian, keselarasan,
kesehatan dan keselamatan manusia.
dan keseimbangan lingkungan hidup.
6 Menjamin terpenuhinya keadilan
generasi masa kini dan generasi masa Dengan demikian pengertian dari bencana
depan. ekologis menurut para pelaku lingkungan
hidup tersebut sesuai dengan isi Penjelasan
Pencegahan dan
Kebijakan Perlindungan
Masyarakat Taiwan
Sumber : wikipedia.org
Sejarah yang panjang telah mendorong Taiwan untuk membangun sistem
penanggulangan bencana. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sebagai bagian
dari pencegahan menjadi pengarusutamaan dalam menghadapi bencana.
Puluhan tahun Taiwan membangun sistem penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana secara spesifik menekankan pada pencegahan dan
kebijakan perlindungan masyarakat terhadap bencana. Mereka mengembangkan
program yang melibatkan sains dan teknologi, khususnya untuk mitigasi
bencana, sejak 1998.
P
ada tahun 1982 Dewan Sains Informasi peringatan dini dan langkah
Nasional mulai mempromosikan pencegahan dapat diakses oleh masyarakat
program besar mengenai penelitian melalui website pemerintah, short message
terhadap pencegahan bencana. Program ini service (SMS), media komersial, maupun
mendapatkan dukungan dari kementerian media sosial. Media sosial, seperti facebook,
dan badan yang terkait dengan bencana sangat populer di antara masyarakat Taiwan
sehingga pada 1997, mereka membangun sehingga media ini sangat signifikan dalam
program Sains dan Teknologi Nasional untuk menginformasikan peringatan dini terhadap
Mitigasi Bencana. Prinsip pemikiran terhadap ancaman bencana.
kebencanaan yang disepakati bersama
bahwa mitigasi menjadi landasan penting Bencana di Taiwan
terhadap perlindungan masyarakat Taiwan. Taiwan atau yang dikenal juga sebagai
Dewan ini kemudian meluncurkan program Formosa merupakan negara dengan
periode pertama pada kurun waktu 1999 – keindahan alam. Negara yang beribu kota
2001 dan dilanjutkan 2002 – 2006. Taipei ini menduduki peringkat utama
sebagai tempat kunjungan wisata dunia.
Untuk memastikan program ini berjalan Namun di belakang keindahan alam
dengan baik, pemerintah membentuk tersebut, Taiwan berhadapan dengan
National Science and Technology Center ancaman bahaya (hazard) geologi dan
for Disaster Reduction (NCDR) pada Juli hidrometeorologi. Berbagai jenis bencana
2003. Fungsi utamanya adalah dukungan melanda Taiwan, seperti gempabumi, taifun,
teknis, implementasi aplikasi, dan promosi longsor, banjir, dan longsoran bebatuan atau
pengurangan risiko bencana. Organisasi debris flow.
yang dipimpin oleh Wei Sen Li sebagai
Sekretaris Jenderal memastikan apa yang Dari aspek bahaya geologi, Taiwan sangat
dikerjakan tersebut dapat memberikan berpotensi gempabumi. Beberapa catatan
perlindungan terhadap masyarakat. gempabumi besar terjadi di negara dengan
luas sekitar 36.000 km². Kurun waktu 20
Program ini sangat berhasil dalam tahun terakhir, gempabumi Ji Ji yang terjadi
membangun data terintegrasi dari berbagai pada 21 September 1999 telah menewaskan
kementerian dan badan terkait bencana. lebih dari 2.000 jiwa. Gempabumi yang
Data-data tersebut sangat mendukung dikenal dengan 921 earthquake dan
dalam langkah-langkah mitigasi dalam berkekuatan 7.3 SR mengakibatkan 51.000
perlindungan terhadap bencana. Data-data bangunan roboh dan 53.000 rusak berat.
terintegrasi bersumber dari analisis tingkat Berikut sejarah gempabumi berkekuatan
risiko, peringatan dini, prakiraan, sistem lebih dari 5 SR dalam kurun waktu 20 tahun
pencegahan, respon darurat, dan sebagainya. terakhir.
Bencana gempabumi yang lebih besar juga memicu terjadinya longsor bebatuan
pernah terjadi pada 1935. Gempabumi atau debris flow. Debris flow merupakan
Hsinchu berkekuatan 7.1 SR menewaskan longsoran bebatuan dari batu yang
lebih dari 3.000 jiwa di Taichung. Saat berukuran besar hingga kecil yang dipicu
itu, 17.000 ribu bangunan rusak berat. oleh hujan yang sangat deras.
Berdasarkan Central Weather Bureau,
Kejadian kegempaan rata-rata per bulan Ancaman begitu besar karena 70%
dengan kekuatan di atas 3 SR sebanyak wilayah Taiwan merupakan dataran tinggi
190 kali. Dilihat tempat kejadian, wilayah yang terbagi atas tebing-tebing dengan
tengah Taiwan rawan bahaya gempabumi. kemiringan tajam serta pegunungan.
Hal tersebut karena proses alam tumbukan Topografi dengan kemiringan tajam
lempeng Eurasia dan Laut Filipina. Jutaan membuat longsoran bebatuan berakibat
tahun lalu proses tumbukan inilah yang pada kerusakan yang sangat parah.
juga telah membentuk Pulau Taiwan yang
berpopulasi aborigin 2%. Masyarakat Taiwan mengalami bencana
hidrometeorologi berupa banjir dan longsor.
Dari aspek bahaya hidrometeorologi, Bencana tersebut dipicu oleh taifun dahsyat
Taiwan memiliki ancaman terhadap bahaya atau biasa disebut dengan super typhoon,
seperti kekeringan, banjir, taifun, longsor, seperti taifun Nari (2001) dan Morakot
dan debris flow. Pada Mei hingga Juni (2009). Taiwan memang langganan taifun.
biasanya turun musim hujan atau biasa Rata-rata taifun 3,6 kali melanda Taiwan
disebut plum rain dan Juli hingga Oktober setiap tahunnya. Tahun 2001, Taiwan
sering terjadi taifun. Musim hujan ini dapat mengalami 8 kali taifun, sedangkan tahun
memicu terjadinya hujan sangat deras atau 2004 Taiwan tersapu 6 taifun. Berikut ini
torrential rain yang dapat menyebabkan gambaran akibat dan dampak taifun yang
banjir. Namun demikian torrential rain dialami Taiwan.
Taifun Morakot yang terjadi tahun 2009 juga dampak susulan seperti bencana
memaksa pemerintah untuk mengevakuasi longsoran.
lebih dari 24.000 jiwa. Taifun yang
memicu longsor hingga 40 ha ini menelan Belajar dari Taiwan
korban ratusan jiwa. Tidak hanya korban Sejarah panjang bencana Taiwan telah
manusia tetapi jutaan hewan mati (ternak, mendorong strategi penanggulangan
unggas, dan ikan) karena tersapu banjir. bencana. Berdasarkan laporan Bank Dunia
Total kerugian hingga Rp. 6,7 triliun. Data (2005), Taiwan menduduki peringkat ke-4
peternakan dan hewan terdampak di dengan kategori ancaman bahaya pada area
beberapa wilayah di Taiwan dapat dilihat terpapar 73,1% dan penduduk terpapar
pada data di atas. 73,1%. Pemerintah Taiwan melakukan
investasi yang sangat besar, khususnya
Taiwan sangat berkepentingan terhadap isu untuk sains dan teknologi.
perubahan iklim. Ini erat kaitannya dengan
bencana hidrometeorologi, seperti taifun NCDR memetakan kerentanan, antara lain
dan banjir. Perubahan iklim telah memicu pada dua aspek. Pertama, kerentanan fisik
berbagai dampak langsung seperti suhu yang terkait dengan degradasi lingkungan,
yang lebih panas, peningkatan tinggi muka pemanfaatan lahan dan keberlanjutan
air laut, perubahan pola dan curah hujan, lingkungan. Kedua, kerentanan sosial.
kejadian hujan ekstrim, dan taifun. Di Kerentanan ini dipicu oleh potensi risiko
samping itu perubahan iklim dapat memicu yang meningkat karena beberapa faktor,
Sumber : NCDR
antara lain kepadatan penduduk 647 per komunikasi (information and communication
km², urbanisasi yang cepat, perubahan technology). Sumber daya manusia dengan
struktur demografis, dan pertumbuhan standar tinggi dapat ditemui di NCDR di
dan perkembangan ekonomi. Kondisi mana 80% pegawai berpendidikan doktor
berdasarkan kenyataan geografis, sejarah dan pascasarjana. Melalui sumber daya
bencana, dan kerentanan menempatkan manusia yang handal, kajian-kajian ilmiah
strategi pencegahan dan perlindungan dapat dilakukan sehingga mereka mampu
masyarakat sebagai misi penanggulangan menangkap secara penuh berbagai aspek
bencana Taiwan. yang saling terkait, misalnya sosial, budaya,
dan kondisi geografis.
Dalam mewujudkan strategi pencegahan
dan perlindungan masyarakat, Taiwan Teknologi informasi dan komunikasi
melakukan banyak aksi pada penyusunan menjadi media pendukung yang sangat
kebijakan, kelembagaan, investasi sains dan ampuh dalam sistem penanggulangan
teknologi, dan pembangunan komunitas bencana Taiwan. Mulai dari pemanfaatan
tangguh bencana. Pada saat respon darurat, data saat kondisi normal, early warning
kabinet atau Executive Yuan berperan dalam system, peringatan dini, hingga rehabilitasi
memimpin koordinasi antar kementerian/ dan rekonstruksi (recovery), semua
lembaga dan pemangku kepentingan dibangun dengan sistem yang sangat
lain. Sementara pada saat kondisi normal, canggih. Sebagai contohnya saat peringatan
kementerian/lembaga terkait selalu dini, masyarakat dapat mengakses berita
memantau dan berbagi data atau pun melalui media sosial, seperti facebook,
informasi. twitter, dan google. Masyarakat Taiwan
merupakan pengguna tertinggi facebook
Investasi Sains dan Teknologi di Asia. Namun demikian, Taiwan masih
Taiwan sangat mendukung pemutakhiran memiliki tantangan bagaimana end to end
terhadap tiga aspek terkait sains dan dari teknologi yang sangat canggih itu
teknologi, seperti peningkatan sumber dapat benar-benar dipahami masyarakat
daya manusia (man power), kajian ilmiah sehingga mereka dapat terhindar dari
(research), teknologi informasi dan bencana.
Deteksi
Korban Bencana
melalui
Sinyal HP
Pesatnya kemajuan teknologi
membuat manusia mau tak mau
akan bergantung pada keberadaan
peralatan teknologi, salah satunya
telepon seluler atau handphone (HP).
Mulai dari fungsinya yang hanya
sekedar menelepon dan berkirim
pesan atau short message service
(SMS), selancar di dunia maya, game,
chatting dan sebagainya. Saat ini HP
sudah menjadi salah satu kebutuhan
hidup manusia, ke manapun pergi
selalu dibawa. Nampaknya hal
tersebut menjadi alasan pembenaran
untuk manusia bergantung dengan
telepon selulernya.
B
adan Nasional Penanggulangan Bagaimana jika keadaan bencana berakibat
Bencana (BNPB) memiliki perangkat pada BTS (Base Transceiver Station) hancur
Lifesaver yang dapat melacak berantakan, dan tidak ada sinyal sama
keberadaan pengguna HP saat tertimpa sekali sehingga HP tidak dapat digunakan
bencana, contohnya saat terjadi bencana untuk berkomunikasi? Mr. Mario pengajar
gempabumi yang mengakibatkan runtuhnya dari Amerika yang memberikan pelatihan
bangunan dan pada akhirnya reruntuhan kepada staf BNPB mengatakan bahwa
menimpa korban. Lifesaver dapat digunakan perangkat Lifesaver bisa berfungsi sebagai
untuk mencari korban berdasarkan BTS. “Lifesaver dapat menjangkau dan
sinyal dari HP korban. Jika anjing pelacak merekayasa jaringan yang ada saat itu,
mengandalkan indera penciumannya meskipun tidak ada jaringan sama sekali, kita
yang tajam, Lifesaver mengandalkan sinyal dapat melakukan setting jaringan versi kita”
handphone korban yang direkayasa untuk ucapnya pada acara peningkatan kapasitas
melacak keberadaan korban. Syarat utama Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB
Lifesaver ini dapat bekerja apabila HP korban dalam pemanfaatan mobil komunikasi dan
dalam kondisi hidup. Lifesaver, di Sentul, Jawa Barat.
Sumber : BNPB
J
umlah kejadian bencana mencapai di Jakarta dan sekitarnya, banjir mulai
puncaknya pada bulan Januari dan menggenangi sejumlah wilayah di Jakarta
kemudian turun hingga titik terendah Timur dan Jakarta Selatan pada hari Minggu
pada bulan Juli. Di bulan Agustus, jumlah (12/1) dan selanjutnya banjir meluas ke
kejadian bencana sedikit meningkat. Pola wilayah lain di Jakarta. Hingga akhir Januari
ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya, 2014, bencana banjir di DKI Jakarta telah
dimana memasuki akhir tahun nantinya menyebabkan korban jiwa sebanyak 23
jumlah kejadian bencana akan mengalami jiwa, sedangkan jumlah pengungsi sempat
peningkatan. Puncak kejadian bencana mencapai 151.969 jiwa. Banjir yang terjadi
biasanya terjadi sekitar bulan Desember dan di Jakarta cukup mengganggu aktifitas
Januari. warga, terutama karena tergenangnya
sejumlah ruas jalan yang menghambat
Dilihat dari jenis bencananya, selama perjalanan warga.
kurun waktu delapan bulan ini, Indonesia
dirundung berbagai macam jenis bencana. Bencana lain yang juga menimbulkan cukup
Mulai dari bencana hidrometeorologi banyak korban jiwa adalah bencana longsor
yang selalu terjadi setiap bulan, bencana yang terjadi di Kudus, Provinsi Jawa Tengah
asap, ancaman erupsi gunungapi, hingga dan Paniai, Provinsi Papua. Di Kudus, longsor
kekeringan yang mulai melanda beberapa terjadi di perbukitan Dukuh Kambangan,
wilayah sejak 2 bulan terakhir. Desa Menawan, Kecamatan Depok
Kabupaten Kudus Jawa Tengah pada Selasa
Dominasi Banjir, Longsor, dan Puting (21/1) pukul 02.00 WIB dini hari. Peristiwa
Beliung ini menimbun 14 rumah yang menyebabkan
Dari segi frekuensi kejadiannya, 3 bencana 14 orang meninggal dunia dan 9 rumah
hidrometeorologi selalu mendominasi, yaitu rusak. Posisi rumah terletak di tebing lereng
bencana banjir, longsor, dan puting beliung. dan korban tertimbun runtuhan ke dalam
Setiap bulannya persentase jumlah kejadian jurang sedalam 30 meter. Di Paniai, bencana
bencana banjir, longsor, dan puting beliung longsor menimpa kawasan pertambangan
selalu lebih dari 85% dari jumlah seluruh masyarakat di Distrik Bogobaida, Kampung
kejadian. Bencana banjir erat kaitannya Damai Tiga, Kabupaten Paniai, Provinsi
dengan jumlah korban terdampak dan Papua pada 2 Juli 2014. Longsor terjadi
mengungsi yang begitu besar, sedangkan akibat hujan deras yang menyebabkan
puting beliung identik sebagai bencana yang struktur tanah menjadi labil. Akibatnya,
banyak merusak permukiman warga. Tanah bencana tanah longsor terjadi di kawasan
longsor adalah yang paling berat karena tersebut dan menimpa warga yang sedang
seringkali menelan korban jiwa. beristirahat setelah melakukan aktivitas
penambangan. Bencana ini menimbun 15
Banjir yang cukup banyak menarik perhatian orang, dimana 13 orang meninggal dunia
adalah banjir yang melanda ibukota pada dan 2 lainnya mengalami luka berat. Selain
awal tahun 2014. Dimulai dari hujan deras itu, longsor ini juga menyebabkan 1 unit
yang terjadi sejak Sabtu (11/1) malam rumah mengalami rusak berat.
Bencana Asap Menyita Perhatian hujan buatan juga tidak dapat beroperasi
Sejak awal Februari 2014 sudah mulai sehingga makin memperparah bencana
terpantau titik api yang cukup banyak asap yang terjadi.
jumlahnya di Riau. Banyaknya jumlah titik
api ini sebenarnya tergolong anomali karena Pada 14 Maret 2014 Presiden RI melakukan
pada tahun-tahun sebelumnya biasanya rapat koordinasi penanganan bencana asap
jumlah titik api baru mulai meningkat pada akibat pembakaran lahan dan hutan dengan
pertengahan tahun. Titik api yang terdeteksi menggunakan teleconference di Semarang-
muncul akibat adanya kebakaran lahan Jakarta-Pekanbaru.
dan hutan. Awal Maret 2014 sebenarnya
jumlah titik api sempat menurun, namun
menginjak pertengahan bulan jumlah titik Presiden telah memberikan arahan
api kembali meningkat hingga kemudian dan instruksi bahwa operasi terpadu
menimbulkan asap yang sangat mengganggu harus ditingkatkan dengan 3 pilar
aktifitas warga, mulai dari aktifitas belajar yaitu :
mengajar para siswa, kegiatan perkantoran,
hingga penerbangan. Sebanyak 16 maskapai
1 Kegiatan pemadaman api dan asap.
menghentikan penerbangannya dari Bandara
Danrem Riau ditunjuk untuk melanjutkan
Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau
tugas ini.
sampai tanggal 15 Maret 2014. Sembilan
diantaranya merupakan penerbangan 2 Perawatan dan kesehatan yang dipimpin
reguler dan sisanya adalah maskapai oleh pejabat senior dari Pemda Riau.
penerbangan carteran, menurut data dari 3 Penegakan hukum dipimpin Kapolda
Airlines Operator Comittee (AOC) Pekanbaru. Riau, yang sebelumnya telah bekerja
Dampak asap juga menyebabkan pada satgas penegakan hukum.
penerbangan menuju Padang dan Jambi
mengalami penundaan hingga 5 jam lebih. Ketiga pilar perlu diperkuat dan ditingkatkan
efektivitas kecepatannya agar memberikan
Banyaknya asap yang terjadi menyebabkan dampak psikologis yaitu efek jera bagi
jarak pandang menjadi rendah, hanya pembakar. Operasi terpadu tersebut
200 meter, sehingga tidak memungkinkan dipimpin oleh Kepala BNPB dibantu perwira
pesawat mendarat dan terbang di tinggi TNI untuk mengendalikan operasi
Pekanbaru. Sementara itu, jarak pandang di lapangan. Presiden memberikan alokasi
yang rendah juga mengakibatkan waktu 3 minggu untuk operasi terpadu
helikopter untuk water bombing maupun tersebut. Semua harus dikerahkan secara
Geliat Berbagai
Gunungapi
Sumber : BNPB
Gunung Sinabung selama jangka waktu yang lama tentunya
Diawali dengan Gunung Sinabung yang membuat berbagai aktifitas sehari-hari
sudah mulai mengalami erupsi sejak tahun warga menjadi terganggu. Hal ini menjadi
2013. Sejak dinaikkan statusnya menjadi tantangan tersendiri, baik untuk pemerintah
Awas (Level 4) pada 24 November 2013, maupun masyarakat.
Gunung Sinabung terus menunjukkan
aktifitas vulkaniknya. Akibatnya, masyarakat Untuk penanganan jangka panjang,
yang bermukim di radius 0-5 km dari pemerintah berencana akan merelokasi 5
Gunung Sinabung terpaksa mengungsi. desa yang terletak dalam radius 3 km dari
Pengungsi terpaksa tetap bertahan di lokasi Gunung Sinabung, yaitu Desa Simacem,
pengungsian hingga waktu yang belum bisa Bekerah, Sigarang-garang, Sukameriah, dan
ditentukan. Tinggal di lokasi pengungsian Sukanalu.
1 Pengungsi mendapat cash for work (padat karya) dari BNPB sebesar Rp. 50.000,-/KK/
hari selama 2 bulan.
2 Pengungsi mendapat jatah hidup (jadup) dari Kemensos sebesar Rp. 6.000,-/orang/
hari dan 400 gram beras/orang/hari.
3 Penduduk yang tidak mengungsi namun melakukan berbagai aktivitas
membersihkan dan memperbaiki rumah atau taman atau kebun dan sebagainya
mendapat cash for work tapi tidak diberikan jadup.
4 Di bidang pendidikan, diberikan bantuan senilai Rp. 4,6 milyar untuk seragam
sekolah, peralatan sekolah, tenda belajar, program trauma healing dan beasiswa dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Beasiswa yang diberikan senilai Rp.
1 juta/tahun untuk SD, Rp. 1,5 juta/tahun untuk SMP, Rp. 2 juta/tahun untuk SMA/
SMK, dan Rp. 2,1 juta/semester untuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi setempat,
yaitu USU dan UNIMED membebaskan biaya SPP untuk siswa yang terdampak.
Selain itu, USU juga memberikan bimbingan belajar bagi siswa terdampak yang akan
menghadapi ujian nasional.
5 Di bidang pertanian, telah diserahkan kepada Bupati Karo bantuan berupa hand
tractor, cultivator, dan pompa air masing-masing 20 unit. Selain itu, diberikan juga
bantuan bibit berbagai sayuran, buah, dan ternak yang rencananya akan diberikan
mulai Februari hingga April 2014.
6 Di bidang pekerjaan umum, diberikan bantuan berupa 9 mobil tangki air bersih
untuk pelayanan pengungsi, pembangunan MCK, penyiraman untuk pembersihan
jalan, dll.
Jawa Tengah juga sudah menerbitkan surat menjadi Siaga (level III) terhitung mulai 30
dengan nomor 361/003474 tanggal 17 Mei 2014 pukul 16.00 WITA.
Maret 2014 perihal Antisipasi Aktivitas
Gunung Slamet. Upaya pencegahan lain Gunung Sangeang Api terletak di Pulau
yang telah dilakukan adalah melakukan Sangeang yang merupakan pulau vulkanik
sosialisasi, simulasi dan geladi, serta dimana penduduknya telah dikosongkan
menyampaikan informasi tentang titik melalui transmigrasi lokal ke Kecamatan
kumpul dan jalur evakuasi. Kepala BNPB, Wera (Sangeang darat) sejak tahun 1985.
DR. Syamsul Maarif, M.Si, menyampaikan Transmigrasi dilakukan oleh 263 KK setelah
agar melibatkan LSM dalam penanganannya. letusan tahun 1953 dan tahun 1985. Lahan
Penanganan darurat menjadi tanggung yang ditinggalkan saat ini telah berkembang
jawab kabupaten, jika lebih dari level menjadi ladang dan rumah sementara
kabupaten, maka provinsi yang mengambil (salaya) yang umumnya ditempati saat
tanggung jawab. Selain itu, upaya lain yang musim tanam (Agustus-November) dan
harus dilakukan adalah membuat rencana musim panen (Maret-Mei). Ladang dan salaya
kontinjensi, rencana aksi, prosedur tetap ini berada di kawasan rawan bencana (KRB)
(protap) yang dibuat berdasarkan Peraturan III, yaitu kawasan yang sering terlanda awan
Kepala BNPB No. 10 Tahun 2010 tentang panas, aliran lava, lontaran atau guguran
Pedoman Komando Tanggap Darurat batu pijar, dan gas beracun.
Bencana dan Peraturan Kepala BNPB No. 6a
Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Penduduk Sangeang darat memiliki kebun
Dana Siap Pakai Pada Status Keadaan di Pulau Sangeang Api sehingga saat terjadi
Darurat Bencana. letusan penduduk yang sedang berada di
kebun dievakuasi dengan menggunakan
Gunung Sangeang Api kapal. Proses evakuasi dibantu oleh BPBD
Pada akhir bulan Mei giliran Gunung Bima bersama SAR, TNI, dan Polri dari
Sangeang Api yang terletak pada Kecamatan Pulau Sangeang. Tidak ada korban jiwa
Wera Timur, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa maupun pengungsi pada peningkatan
Tenggara Barat yang mengalami erupsi. Pada status Gunung Sangeang Api ini. Sebanyak
tanggal 30 Mei 2014 pukul 15.55 WITA 7.328 jiwa (1.748 KK) dari 4 desa yang
terjadi letusan di Gunung Sangeangapi. berjarak 8 km dari Gunung Sangeangapi,
Tinggi letusan mencapai 3.000 meter ke yaitu Desa Sangeang, Oitoi, Tadewa, dan
arah barat dan abu vulkaniknya sebagian Langgasolo, terkena hujan abu yang cukup
besar jatuh ke laut. Dengan adanya letusan parah. Sejak dinaikkan statusnya, aktivitas
tersebut, PVMBG menaikkan status Gunung Gunung Sangeang Api terus meningkat.
Sangeang Api dari Waspada (level II) Pada tanggal 31 Mei 2014 terjadi dua
Sumber : BNPB
Media Center
Tanggap Darurat Bencana
Sumber : bnpb
ungguh tepat kiranya julukan Negara berkembang. Arus data dan informasi perlu
Supermaket Bencana atau Laboratorium dikelola dengan baik untuk memberikan
Bencana bagi Indonesia. Julukan itu rekomendasi yang tepat bagi pengambil
diperkuat dengan data bencana Indonesia kebijakan dan keputusan dalam masa tanggap
yang terus menunjukkan frekuensi bencana darurat.
yang cukup tinggi. Berdasarkan info bencana
BNPB, tercatat sejak Januari – Agustus 2014 Lesson learned penanganan Erupsi Merapi
telah terjadi 972 kejadian bencana yang 2010 bahwa informasi seputar bencana
mengakibatkan hampir 380 jiwa meninggal alam yang terjadi di suatu wilayah sangat
dunia dan lebih kurang 1.7 juta jiwa dalam penting disebarluaskan kepada masyarakat
kondisi menderita dan mengungsi. Pasca dan termasuk media massa, sehingga situasi
tsunami aceh 2014. Perlu kita berkilas balik kepanikan dan kesimpangsiuran informasi
terkait fenomena alam yang mengakibatkan yang diterima masyarakat bisa dikendalikan.
bencana Indonesia, mulai gempabumi Padang, Oleh karena itu, penyelenggaraan
banjir bandang Wasior, gempabumi Yogjakarta, penanggulangan bencana perlu dikoordinasi
banjir Jakarta, kebakaran lahan dan hutan Riau, dengan cepat, tepat, efektif dan akuntabel. Hal
gempabumi Aceh Tengah, jebolnya bendungan ini agar korban jiwa, kerusakan, dan kerugian
Way Ela Ambon, banjir Manado hingga erupsi harta benda dapat diminimalisir dengan
Gunung Sinabung dan Kelud. Bencana alam baik. Menyikapi dinamika situasi komunikasi
ini telah memberikan dampak yang luar biasa data dan informasi pada masa tanggap
terhadap sebagian masyarakat Indonesia. darurat, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) telah menyiapkan pedoman
Cerminan kondisi dan situasi tanggap darurat, pembentukan media center tanggap darurat
pengelolaan dari data dan informasi bencana bencana agar tugas kehumasan sebagai
menjadi hal yang penting dan tidak terpisahkan penyebar informasi dan pendokumentasian
dalam penanganan tanggap darurat bencana. kegiatan Penanggulangan Bencana. Media
Data dan informasi selalu bergerak dinamis, center tanggap darurat bencana merupakan
perubahan data terjadi sangat cepat dan bagian dari strukur pos komando dengan
informasi seputar bencana dilapangan sangat tujuan agar data dan informasi yang masuk
Sumber : BNPB
Bekerja
dengan Hati
untuk Hasil
Masterpiece
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Ir. Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc.
W
isnu Widjaja muda yang lulus dari Fakultas Geologi
Universitas Gadjah Mada ini mulai mengabdikan diri
sebagai PNS di BPPT pada tahun 1988. Ditempatkan
di Bagian Perencanaan, pria yang dilahirkan di Denpasar
53 tahun lalu disibukkan dengan melakukan program-
program di BPPT. Namun, pengalaman lain diperoleh pada
saat melakukan pekerjaan yang bersifat teknis pada Proyek
Tri Bima Sakti. Proyek ini menggarap pengkajian kelayakan
infrastruktur jembatan penghubung antar pulau, saat itu
rencananya Jawa-Bali, Jawa-Sumatera, dan Jawa-Madura
(Jembatan Suramadu).
Sumber : BNPB
Merasa memiliki ketertarikan dengan pembangunan ini juga harus diawasi oleh
bidang mitigasi, Deputi yang merintis konsultan teknis atau fasilitator yang
berdirinya Pusat Pengendali Operasi BNPB profesional,” tambah mantan Kepala Sub
ini berpendapat bahwa Unit Rehabilitasi Bidang Pemetaan dan Tata Guna Lahan Tim
dan rekonstruksi pasca bencana adalah Pembangunan Pulau Natuna.
merupakan tempat untuk mempraktekkan
konsep-konsep pengurangan risiko Pada kedeputian bidang rehabilitasi dan
bencana. Pada unit inilah mitigasi bencana rekonstruksi ditetapkan kebijakan bahwa
dapat diimplementasikan, baik berupa sekitar 10% anggaran yang ada digunakan
mitigasi struktural maupun non struktural. untuk PRB. Deputi mencontohkan seperti
Menurutnya, kebijakan untuk membangun kebijakan relokasi yang bisa dijalankan
lebih aman dengan mengharuskan apabila suatu masyarakat memang harus
pembangunan dengan struktur bangunan direlokasi, mengingat potensi ancaman
mengikuti standar aturan/persyaratan teknis yang sangat besar. Jadi, mitigasi struktural
atau building code dari kementerian yang dan non struktural dapat diterapkan pada
berwenang, dalam hal ini Kementerian kedeputiannya.
Pekerjaan Umum. Building code merupakan
prinsip yang harus ada pada tahapan Pemikiran terhadap Rehab-Rekon
rehabilitasi dan rekonstruksi. Di samping Rehabilitasi dan rekonstruksi maksimal
itu, pembangunan kembali juga harus berlangsung tiga tahun setelah bencana
memperhatikan peta risiko bencana. “Proses yang terjadi di suatu wilayah. Setelah itu,
di lapangan yang seharusnya dapat dukungan analisis atau konsep PRB dari
dilakukan secara efisien, transparan, dan unit lain. “Belum kuat, kesannya masih jalan
cepat. Deputi mencontohkan pemanfaatan sendiri-sendiri. Ke depan perlu koordinasi
teknologi ini ketika petugas lapangan atau antar unit dan yang sangat penting
surveyor dengan cepat memberikan laporan membuat rencana strategis yang bersifat
kerusakan atau kerugian di lapangan. teknis dan dihasilkan secara bersama,” ujar
Melalui perangkat tablet, petugas dapat Pak Wisnu, panggilan akrabnya.
secara cepat menentukan koordinat, tingkat
kerusakan, serta menyertakan pemilik Manajemen organisasi selalu menjadi
rumah yang rusak tersebut. Gagasan ini perhatian dan ini telah dilakukan di
tidak hanya melibatkan pakar informasi dan kehidupan keluarganya. Memberikan
teknologi tetapi juga perlunya kerjasama dukungan yang penuh bagi pejabat dan
dengan Kementerian Dalam Negeri, terkait staf di lingkungan kerja sebagai refleksi
dengan identitas tunggal. Menurutnya bagaimana yang dilakukan di dalam
mungkin hal ini dapat dilakukan di wilayah- keluarganya. Menurutnya, memberikan
wilayah yang rawan bencana terlebih kesempatan kepada staf untuk suatu ide
dahulu. atau melanjutkan studi merupakan bentuk
perhatian yang sangat serius terhadap
Penguatan BNPB penguatan BNPB. Deputi menginginkan
BNPB sebagai lembaga yang khusus BNPB sebagai learning organization dimana
dalam penanggulangan bencana perlu semua pegawai harus berbicara dan diajak
peningkatan dalam segi perkuatan berbicara. Visi bersama menjadi sangat
koordinasi antar unit di dalam BNPB sendiri. penting dan itu terlahir sebagai tugas
Rencana aksi pada program rehabilitasi masing-masing pegawai. Bekerja harus
dan rekonstruksi idealnya mendapatkan dengan hati.
Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan Media Summit on Climate Change ICTs and
2014 di Surabaya. Disaster Reduction di Jakarta.
Kunjungan kerja Angkatan Darat Kerajaan Inggris Rakor tingkat menteri mengenai Sinabung dan
ke BNPB. Banjir Sulut di Kantor Kemenkokesra, Jakarta.
Serah terima jabatan Ketua Dharma Wanita Kepala BNPB menerima laporan keuangan
Persatuan BNPB. dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK.
Rapat pengurus Barang Milik Negara di Rapat Buku Data Bencana Indonesia tahun 2013
lingkungan BNPB. di Kantor BNPB.
“B
iasanya dalam keadaan Jadi ini yang saya sampaikan
bencana seperti ini, yang kepada semua pimpinan daerah
muncul adalah komentar yang juga bekerja serius untuk
yang cepat menyalahkan, mengatasi masalah itu. Kemarin di
terlambat, serba minim dan Mentawai, di Padang, sebelumnya
sebagainya. Pada batas tertentu, di Wasior, di Papua Barat dan akan
anggaplah itu sebagai pemicu saya sampaikan terus. Mari, kita
untuk kita bekerja lebih baik lagi. konsentrasi dan gigih mengatasi
Yang berkomentar miring, masih semuanya itu. Yang lain kita serahkan
tetap berkomentar miring, lupa pada keadilan Tuhan. Saya dan rakyat
untuk ikut berkontribusi dalam yang akan bisa menilai, apakah kita
mengatasi masalah itu. Tapi semua serius, tulus, cekatan untuk
jangan itu mengganggu mengatasi mengatasi masalah itu.”
konsentrasi kita, kegigihan kita
untuk mengatasi masalah. Rakyat Arahan Presiden RI dalam
merasakan, manakala kita tulus Tanggap Darurat Bencana
dan serius di dalam mengatasi Erupsi Gunung Merapi
semua itu. 2 November 2010
Diterbitkan oleh:
Pusat Data Informasi dan Humas
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120
ISSN 2088-6527
Telp. 021-3458400 Fax. 021-3458500
Website : www.bnpb.go.id
Email : contact@bnpb.go.id
Facebook : www.facebook.com/infobnpb
9 772088 652013
Twitter : http://twitter.com/BNPB_Indonesia
Youtube : http://www.youtube.com/user/BNPBIndonesia