Anda di halaman 1dari 72

ISSN 2088-6527 SEPTEMBER 2014

VOL. 5 NO. 2

GEMA BNPB
Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana

Mempromosikan
Investasi untuk
Ketangguhan Bangsa
dan Komunitas
AMCDRR Ke-6

Laporan Utama Fokus Berita Liputan Khusus


Hentikan Bencana Pencegahan
Thailand
Asap Riau dengan dan Kebijakan
Tuan Rumah Pencegahan dan Perlindungan
AMCDRR Ke-6 Kesiapsiagaan Masyarakat Taiwan
Daftar Isi
September 2014
Vol. 5 No. 2

3 Pengantar Redaksi

40

4
Laporan Utama
4 Thailand Tuan Rumah AMCDRR Ke-6
8 AMCDRR ke-6 Hasilkan Deklarasi
Bangkok
14 Komitmen Indonesia Terhadap
Implementasi HFA
48
16 12 Kategori Diskusi HFA Jilid Dua
22 Mengintegrasikan PRB ke dalam Teropong
Manajemen Lanskap Cagar Budaya 48 Dua Caturwulan Berlalu, Berbagai
Berbasis Ketangguhan Masyarakat di Bencana Hidrometeorologi dan
Situs Sekitarnya Geologi Melanda
52 Geliat Berbagai Gunungapi
58 Media Center Tanggap Darurat Bencana

28
Fokus Berita
28 Hentikan Bencana Asap Riau dengan
Pencegahan dan Kesiapsiagaan
32 Tantangan Membangun PRB
Bersama Masyarakat Desa Kalitlaga,
Pagentan, Banjarnegara
36 Manusia Rusak Lingkungan Hidup Picu
Bencana Ekologis
60
Liputan Khusus Profil
40 Pencegahan dan Kebijakan 60 Bekerja dengan Hati untuk Hasil
Perlindungan Masyarakat Taiwan Masterpiece
46 Deteksi Korban Bencana melalui
Sinyal HP Snapshot
Pengantar Redaksi

P
ada edisi kali ini, tim majalah GEMA BNPB mulai mengubah topik setiap terbitan majalah
kebencanaan ini. GEMA BNPB Volume 5 Nomor 2 September 2014 menyajikan topik
Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Kita mengetahui bahwa PRB adalah salah satu strategi dalam
penanggulangan bencana. Komunitas internasional memandang PRB sebagai investasi. Banyak aksi
PRB yang telah dilakukan di Indonesia, seperti penguatan kapasitas lokal, program Desa Tangguh,
Sekolah Aman, dan sebagainya. PRB di Indonesia sangat berkembang pesat hingga pada akhirnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa menganugerahkan Global Champion for Disaster Risk Reduction kepada
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012 lalu.

Laporan utama edisi majalah GEMA BNPB mengenai penyelenggaraan Asian Ministerial Conference
on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) ke-6 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada Juni lalu.
Kemudian salah satu hasil AMCDRR ke-6 ini yaitu Deklarasi Bangkok. Kita juga akan mengetahui
dua belas kategori diskusi dalam Hyogo Framework for Action (HFA) 2. Artikel selanjutnya mengenai
side event dari penyelenggaraan konferensi ini yang mengupas mengenai integrasi PRB ke dalam
manajemen lanskap cagar budaya.

Beberapa tema PRB di Indonesia menghiasi majalah GEMA BNPB edisi September ini antara lain
tantangan menuju desa tangguh, bencana ekologi, dan penanggulangan bencana asap Riau. Liputan
khusus akan menampilkan mengenai perangkat deteksi korban bencana dengan sinyal handphone,
penanggulangan bencana di Taiwan, hingga profil Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB.

Demikian kami sampaikan, semoga artikel-artikel yang diterbitkan dapat memberikan pengetahuan
tentang kebencanaan. Dan kita dapat menjadi lebih menyadari bahwa kita hidup di negara rawan
bencana. Kita harus tangguh menghadapi setiap ancaman bencana di sekitar kita. Terima kasih!
Salam tangguh!

Dr. Sutopo Purwo Nugroho


Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas

ISSN 2088-6527 SEPTEMBER 2014 VOL. 5 NO. 2

GEMA BNPB
Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana

Mempromosikan
Investasi untuk
Ketangguhan Bangsa
dan Komunitas
Penanggung Jawab Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Editor
AMCDRR Ke-6 I Gusti Ayu Arlita NK, Ario Akbar Lomban, Theophilus Yanuarto,
Rusnadi Suyatman Putra, Slamet Riyadi Fotografer Andri Cipto
Utomo Desain Grafis Ignatius Toto Satrio Alamat Redaksi Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Pusat Data, Informasi dan Humas,
Laporan Utama
Thailand
Tuan Rumah
Fokus Berita
Hentikan Bencana
Asap Riau dengan
Pencegahan dan
Liputan Khusus
Pencegahan
dan Kebijakan
Perlindungan
Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat Telp : 021-3458400 Fax : 021-3458500
Email : majalahgema@bnpb.go.id
AMCDRR Ke-6 Kesiapsiagaan Masyarakat Taiwan
Laporan Utama

Thailand
Tuan Rumah
AMCDRR Ke-6

Sumber : www.6thamcdrr.org

Beberapa waktu lalu, Thailand atau yang dikenal dengan Negeri Gajah
Putih menjadi tuan rumah penyelenggaraan AMCDRR ke-6. Asian Ministerial
Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR) atau Pertemuan Tingkat
Menteri Asia untuk Pengurangan Risiko Bencana merupakan pertemuan
yang diselenggarakan dua tahunan di kawasan Asia. Pertemuan tersebut
untuk memastikan komitmen politik dan pemangku kepentingan terhadap
pelaksanaan pengurangan risiko bencana (PRB). Di samping itu, pertemuan
tingkat menteri yang berlangsung lima hari ini menjadi tempat bagi negara-
negara, organisasi dan praktisi individu untuk bertemu dan mendiskusikan jalan
ke depan dalam mengurangi risiko bencana di wilayah tersebut.

4 Gema BNPB September 2014


Incheon, Republik Korea (2010), dan
Yogyakarta, Republik Indonesia (2012).

Bangkok sebagai tuan rumah AMCDRR


ke-6 tersebut menjadi pertemuan terakhir
antar pemerintah tingkat regional di Asia
sebelum berakhirnya Hyogo Framework for
Action (HFA) 2005-2015 pada bulan Januari
2015 dan Konferensi Dunia ke-3 tentang
Pengurangan Risiko Bencana (WCDRR)
pada Maret 2015. AMCDRR yang dihadiri
perwakilan kementerian dari 20 negara ini
memberikan kesempatan untuk organisasi
di tingkat Asia yang bergerak di bidang
PRB dan praktisi dalam menentukan HFA
2 sebagaimana lanjutan dari keberhasilan
HFA.

Pada AMCDRR ke-5 di Indonesia, Deklarasi


Yogyakarta memuat pernyataan mengenai
permintaan terhadap pemerintah di tingkat
regional untuk berpartisipasi secara
penuh dalam kerangka konsultasi untuk
pengembangan kerangka kerja PRB pasca
2015 atau dikenal dengan HFA 2. Deklarasi
ini mengharapkan komitmen negara-negara
peserta untuk mengintegrasikan PRB di
tingkat lokal serta adaptasi perubahan
iklim (Climate Change Adaptation) ke dalam
perencanaan pembangunan, pengalokasian
anggaran untuk mengidentifikasi risiko di
tingkat lokal dan memperkuat tata kelola
risiko melalui peningkatan partisipasi,
transparansi, efektivitas, efisiensi, dan
akuntabilitas.

P
ertemuan sebelumnya, Indonesia Melihat risiko bencana yang meningkat
merupakan tuan rumah AMCDRR dan mengalami dampak banjir luar biasa
ke-5 dengan menghasilkan Deklarasi 2011, Pemerintah Kerajaan Thailand
Yogyakarta. Beberapa negara telah menjadi mengakui pentingnya investasi lebih
tuan rumah penyelenggaraan AMCDRR yang pada manajemen risiko bencana dan
didukung oleh United Nations International memperkuat ketahanan masyarakat,
Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) perlindungan aset publik, dan keterlibatan
atau Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko dunia usaha. Sejak 2011, perubahan
Bencana. Sejak 2005 negara yang pernah signifikan telah dicapai di tingkat nasional
menjadi tuan rumah antara lain Beijing, dan lokal dalam mengurangi dan mengelola
Tiongkok (2005), New Delhi, Republik India risiko bencana di Thailand. Dengan latar
(2007), Kuala Lumpur, Malaysia (2008), belakang itu semua, Thailand memandang

Gema BNPB September 2014 5


tujuan untuk mempromosikan komitmen
politik dan tindakan dalam PRB di daerah Tema Utama AMCDRR ke-6
di hadapan negara-negara Asia. Pemerintah kemudian dijabarkan ke dalam
Kerajaan Thailand bekerjasama dengan
UNISDR menjadi tuan rumah AMCDRR ke-6 Tiga Sub Tema,
dengan pelaksanaan di Bangkok pada 22 -
26 Juni 2014. 1 Meningkatkan ketangguhan di
tingkat lokal.
AMCDRR ke-6 ini unik karena akan menjadi
pertemuan antar-pemerintah terakhir di 2 Memperkuat investasi publik
wilayah tersebut sebelum pemerintah terhadap bencana dan manajemen
di seluruh dunia menyimpulkan pada terhadap risiko iklim untuk
pelaksanaan Hyogo Kerangka Aksi 2005- melindungi dan mempertahankan
2015 dan mengadopsi kerangka kerja baru pencapaian.
PRB pasca 2015 yang diselenggarakan di
WCDRR ke-3 pada Maret 2015 di Sendai, 3 Kemitraan publik dan dunia usaha
Jepang. untuk PRB.

AMCDRR ke-6 ini memberikan kesempatan


kepada negara peserta serta pemangku Pemilihan tema utama dan sub-tema
kepentingan di kawasan untuk meninjau mempertimbangkan besarnya tantangan
dan menentukan proritas yang dalam pelaksanaan HFA di Asia dan Pasifik.
diperlukan untuk mempercepat kemajuan Hal yang sangat mendasar bahwa faktor
dalam pencapaian tujuan HFA pada risiko dalam pembangunan adalah yang
tahun akhir. Konferensi ini juga akan paling progresif di antara lima Prioritas
mengkonsolidasikan hasil konsultasi untuk Aksi HFA. Namun harus diakui pada sisi
kepentingan HFA jilid 2 sehingga berfungsi lain, investasi dalam manajemen risiko
sebagai acuan bagi pemerintah dalam bencana masih sangat terbatas. Hal ini
diskusi global dan negosiasi terhadap dapat dikatakan bahwa nantinya bisa
penerapan kerangka di WCDRR ke-3. membahayakan pengembangan strategi
dan kebijakan nasional untuk pengurangan
Tema AMCDRR ke-6 risiko bencana, khususnya di tingkat lokal.
Pada pertemuan dua tahun sebelumnya,
penguatan kapasitas lokal untuk Catatan konsep AMCDRR ke-6 menyebutkan
pengurangan risiko bencana menjadi tema bahwa ada bukti yang cukup bahwa tujuan
utama. Pertemuan kali ini, Thailand sebagai pembangunan berkelanjutan tidak dapat
tuan rumah berkonsultasi dengan mitra dicapai tanpa pengelolaan risiko bencana.
nasional dan regional untuk menentukan Manajemen risiko bencana harus menjadi
tema utama AMCDRR ke-6. Muatan bagian dari kebijakan dan praktek-praktek
lokal yang dapat diterjemahkan sebagai pembangunan. Peningkatan kerugian
komunitas akar rumput tetap menjadi ekonomi bencana dan kerusakan didorong
perhatian bersama. Pembahasan mengenai oleh faktor-faktor yang mendasari, melekat
tema tersebut dihadirkan pula pada diskusi pada kebijakan dan praktek-praktek
sesi ke-4 Global Platform for DRR dan pembangunan yang menghasilkan dan
konsultasi-konsultasi di tingkat kawasan mengumpulkan risiko bencana.
Asia.
Fokus utama dari manajemen risiko
Selanjutnya tema “Mempromosikan bencana harus bergeser dan pemahaman
Investasi untuk Ketangguhan Bangsa dan lebih didasarkan pada perubahan yang
Komunitas” disetujui oleh negara dan diperlukan dalam kebijakan pembangunan,
pihak terkait pada pertemuan ISDR Asia praktek dan proses untuk mengelola
Partnership (IAP) pada November 2013. bencana dan risiko yang dapat dipicu

6 Gema BNPB September 2014


oleh permasalahan perubahan iklim,
serta memperkuat ketahanan sehingga
dapat memastikan pembangunan yang
berkelanjutan.

Hal tersebut membutuhkan kebijakan publik,


informasi dan kerangka peraturan yang
mampu untuk memperhatikan mengenai
manajemen risiko ke dalam perencanaan
dan pembuatan kebijakan pada investasi
publik. Investasi ini pada akhirnya nanti
dapat bertahan terhadap bencana, dan
mampu untuk membangun ketangguhan di
tingkat nasional maupun lokal.
Sumber : www.mfa.go.th
Investasi dunia usaha merupakan 70-85%
dari investasi pembangunan, secara global
dan juga di Asia Pasifik. Ketahanan investasi
dunia usaha merupakan instrumen untuk
ketahanan dan daya saing ekonomi nasional,
sebagaimana ditekankan dalam 2013 Global
Assessment Report on DRR. Langkah-langkah
yang dibuat melalui investasi dunia usaha
dapat meningkatkan atau mengurangi risiko
bencana, serta dampak dari perubahan
iklim di masa depan. Dinamika baru dalam
pelibatan sektor swasta dan pembangunan
kemitraan pemerintah dan dunia usaha
untuk PRB perlu untuk terus dikembangkan
hingga mencapai aksi bersama, terutama
untuk implementasi kerangka kerja PRB
pasca 2015.
Sumber : www.6thamcdrr.org
Tujuan AMCDRR
AMCDRR kali ini diharapkan menghasilkan
beberapa poin dari negara-negara peserta. mekanisme kerjasama untuk membangun
Pertemuan yang dihadiri lebih dari 4.000 ketahanan di tingkat lokal, mempromosikan
peserta bertujuan antara lain untuk investasi publik tangguh dan untuk terlibat
meningkatkan komitmen politik yang sektor swasta dalam pengelolaan risiko
lebih kuat serta investasi di antara negera- bencana melalui public private partnership.
negara Asia dalam manajemen risiko
bencana dan pembangunan berkelanjutan. Terakhir, AMCDRR mempromosikan berbagi
Kedua, pertemuan ini untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk
masukan di tingkat regional dan mendorong memperkuat bencana dan manajemen
komitmen pemerintah dan pemangku risiko iklim di wilayah. Dari serangkaian
kepentingan untuk kerangka PRB pasca kegiatan pada pertemuan AMCDRR, hasil
2015 dan WCDRR ke-3 nanti. yang secara konkret diharapkan adalah
deklarasi sebagai komitmen pemerintah
Pertemuan internasional yang dibuka oleh dan pemangku kepentingan terhadap upaya
Menteri Dalam Negeri Pemerintah Thailand untuk meminimalkan dampak bencana dan
Wiboon Sanguanpong juga bertujuan melakukan pengurangan risiko bencana
untuk mendorong strategi regional dan sesuai dengan HFA. (phi)

Gema BNPB September 2014 7


Laporan Utama

Sumber : www.6thamcdrr.org
AMCDRR Ke-6 Hasilkan
Deklarasi Bangkok
Pertemuan selama lima hari di Bangkok pada akhirnya menghasilkan
kesepakatan di antara perwakilan negara peserta dan delegasi dari berbagai
organisasi. Kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Bangkok merupakan
hasil capaian utama penyelengaraan 6th Asian Ministerial Conference on
Disaster Risk Reduction (AMCDRR) yang berakhir pada 26 Juni 2014.

Beberapa catatan untuk pemerintah dan pemangku kepentingan


selama AMCDRR ke-6
1 Meningkatkan ketangguhan di tingkat lokal.
2 Memperbaiki investasi publik untuk manajemen bencana dan risiko perubahan iklim
dalam rangka melindungi dan mempertahankan capaian pembangunan.
3 Bagi dunia usaha untuk mendorong perubahan paradigma dari respon menjadi
investasi dalam PRB.
4 Mempromosikan pemanfaatan dan pembangunan sains, teknologi, dan inovasi.
5 Meningkatkan kepemimpinan, transparansi, dan akuntabilitas.
6 Berkontribusi dalam wacana global terkait kerangka kerja PRB pasca 2015.
7 Membangun koherensi antara kerangka kerja tersebut dengan proses bersama
terhadap pencapaian pembangunan berkelanjutan dan peraturan perubahan iklim.

8 Gema BNPB September 2014


Deklarasi Bangkok tentang PRB
di Asia dan Pasifik 2014

Kami, para Menteri, dan Kepala Delegasi negara-negara Asia dan Pasifik, menghadiri
AMCDRR ke-6 di Bangkok, yang diselenggarakan Pemerintah Kerajaan Thailand pada 22-26
Juni 2014.

Sangat prihatin dengan meningkatnya dampak dan risiko bencana di Asia-Pasifik, termasuk
super topan Haiyan di Filipina, banjir di Thailand, Tiongkok dan India, gempabumi di
Pakistan, gempabumi dan tsunami di Indonesia dan Jepang, serta peningkatan jumlah
bencana berskala kecil maupun menengah, yang mengakibatkan kerugian besar di bidang
sosial, ekonomi dan lingkungan di wilayah tersebut, begitu juga dampak besar perubahan
iklim dialami oleh berbagai negara.

Menyadari pencapaian Hyogo Framework for Action 2005 - 2015 (HFA), telah mengembangkan
kebijakan dan kelembagaan untuk pengurangan risiko bencana, meningkatkan pemahaman
risiko, memperkuat sistem peringatan dini, meningkatkan kesadaran masyarakat dan
pendidikan pengurangan risiko bencana, dan memperkuat kapasitas kesiapsiagaan, sambil
mengakui bahwa ada kesenjangan yang signifikan dan tantangan dalam pelaksanaan lima
prioritas di bawah HFA sehingga masih ada yang harus dikerjakan.

Memperhatikan hasil kesepakatan pada pertemuan 4th Session on Global Platform for
Disaster Risk Reduction 2013, yang meminta semua pemerintah dan pemangku kepentingan
untuk mentargetkan akar penyebab risiko.

Memperhatikan hasil dari Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan,


diselenggarakan di Rio de Janeiro pada tahun 2012, yang berjudul "The Future We
Want” atau “Masa Depan yang Kita Inginkan", yang menyerukan PRB dan pembangunan
yang tangguh terhadap bencana harus ditangani dengan landasan keberpihakan pada
kepentingan dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pemberantasan kemiskinan,
dan jika perlu untuk diintegrasikan ke dalam kebijakan, rencana, program dan anggaran di
semua tingkat.

Memperhatikan resolusi Majelis Umum 68/211 yang menyambut pertimbangan-


pertimbangan dari hasil platform regional dan pertemuan lain, yang telah memberikan
kontribusi penting untuk konsultasi kerangka kerja PRB pasca 2015 (HFA2) dan mengundang
komitmen secara sukarela semua pemangku kepentingan dan jaringan mereka untuk
mendukung pengembangan kerangka kerja PRB pasca 2015.

Menghargai kepemimpinan pemerintah Tiongkok, Republik India, Pemerintah Malaysia,


Republik Korea, Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Thailand menjadi tuan rumah
AMCDRR secara berturut-turut, dan kemajuan dalam pelaksanaan Deklarasi konferensi ini.

Menyadari kebutuhan untuk memfokuskan penyebab risiko dan risiko yang bersifat
antropogenik, termasuk perubahan iklim dan variabilitas untuk mengurangi risiko yang ada,
untuk menghindari akumulasi risiko yang baru, pada profil rendah dan bencana berulang
yang meningkatkan kerentanan masyarakat miskin.

Menyadari pentingnya model-model pembangunan yang berorientasi pada manusia, yang


mengurangi dampak ketidakpastian dan meningkatkan ketahanan masyarakat setempat
sebagaimana dipandu Filsafat Kecukupan Ekonomi Filsafat dari Raja Thailand, yang diakui
oleh UN Development Programme’s Human Development Lifetime Achievement Award.

Gema BNPB September 2014 9


Menghargai partisipasi dan kemitraan di antara pemangku kepentingan seperti i) organisasi
anak-anak, pemuda dan organisasi yang peduli terhadap anak, ii) organisasi masyarakat,
iii) individu dan organisasi peduli kaum difabilitas, iv) individu dan organisasi peduli
perempuan dan isu gender, v) walikota dan pemerintah daerah, vi) media, vii) Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah, viii) parlemen, ix) dunia usaha dan x) sains, teknologi dan akademisi
dalam AMCDRR dan komitmen sukarela mereka untuk mendukung kebijakan nasional dan
program untuk mengurangi risiko dan membangun ketahanan.

Mengakui pembelajaran dari HFA bahwa pembangunan berkelanjutan dan pemberantasan


kemiskinan memerlukan manajemen bencana dan risiko iklim sebagai bagian integral dari
pembangunan perencanaan dan program. Hal ini akan mempertajam prioritas HFA untuk aksi
sehingga kebijakan publik memprioritaskan dan menekankan pada risiko melalui tindakan
manajemen risiko yang efektif di semua tingkat meskipun tindakan tersebut melibatkan
semua pemangku kepentingan dengan peran dan tanggung jawab yang lebih jelas.

Menyadari kemajuan dalam peringatan dini, pendidikan dan peningkatan kesadaran,


bencana kesiapsiagaan, respon dan pemulihan dan menekankan perlunya penguatan lebih
lanjut mereka di tingkat regional, nasional dan lokal untuk berkontribusi terhadap ketahanan
dan pembangunan berkelanjutan.

Mengakui pentingnya peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mempromosikan


pencegahan risiko dan pengurangan risiko dengan memperkuat kapasitas pemerintah
nasional, sub nasional, dan lokal, serta kolaborasi antara komunitas sains, pengambil
keputusan, dan praktisi dengan pandangan untuk mempromosikan ilmu pengetahuan
dengan kebijakan dan praktek untuk PRB dan ketangguhan.

Menghargai dua tahun terakhir konsultasi multi pihak oleh pemerintah, organisasi antar
pemerintah, dan pemangku kepentingan lain di Asia dan Pasifik yang mengarah kepada
dokumen "Asia Pasific Input Document for the post 2015 framework for DRR (HFA2)". Dokumen
memaparkan isu-isu prioritas yang akan dibahas lebih lanjut dalam HFA2 dan menyoroti
cara potensial ke depan.

Sumber : www.mfa.go.th

10 Gema BNPB September 2014


Merekomendasikan "Asia Pasific Input Document for the post 2015 framework for DRR
(HFA2)" sebagai salah satu kontribusi di tingkat kawasan yang dapat dipertimbangkan dalam
Konferensi Dunia Ketiga untuk PRB (3WCDRR) di Sendai, Jepang pada 14-18 Maret 2015.

Menyadari peran sentral dan tanggung jawab pemerintah nasional dalam membingkai dan
melaksanakan kebijakan PRB dan pembentukan platform nasional PRB di negara masing-
masing.

Mengakui kebutuhan bagi semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan transparansi


dan akuntabilitas dalam keuangan dan mobilisasi sumber daya yang terkait dengan PRB dan
ketangguhan.

Mengharapkan segenap pemerintah dan pemangku kepentingan untuk,

Peningkatan Ketangguhan di Tingkat Lokal. Mendorong pelembagaan terpadu ketangguhan


masyarakat melalui pendekatan dalam perencanaan pembangunan daerah, mempromosikan
sekolah aman, mempromosikan desa tangguh bencana sebagai media untuk menciptakan
masyarakat berbasis pengurangan risiko bencana di tingkat lokal, mempromosikan inklusi
dan relawan/komunitas berbasis jaringan, memperkuat peran kepemimpinan perempuan
dalam membangun ketahanan tingkat lokal, mengembangkan kemitraan dan akuntabilitas
antar hubungan masyarakat-pemerintah daerah dan dunia usaha, memberikan perhatian
kepada partisipasi nyata dan kontribusi positif dari kelompok rentan seperti anak-anak
dan pemuda, orang tua, penyandang cacat, serta kelompok yang kurang beruntung lainnya.
Manfaatkan pengetahuan tradisional dan komunikasi informasi ilmiah secara sederhana,
mudah diakses dan cara dimengerti. Mendorong pengembangan dan penegakan hukum
dan peraturan untuk mengurangi risiko terpapar bahaya. Menyadari peran PRB berbasis
ekosistem dan mengintegrasikan mata pencaharian ketahanan dan pengelolaan sumber
daya alam sebagai pendekatan holistik untuk masyarakat yang tahan bencana terutama di
daerah pesisir dan pegunungan.

Peningkatan Investasi Publik untuk Manajemen Bencana dan Risiko Iklim dalam kerangka
Melindungi dan Mempertahankan Pencapaian Pembangunan. Mendorong investasi yang
memiliki risiko dengan langkah-langkah akuntabilitas dalam rencana pembangunan
lintas sektor, memperkuat kapasitas institusi untuk mengembangkan, menganalisis dan
menggunakan informasi risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
mempertimbangkan manfaat dari strategi perlindungan keuangan dalam rangka untuk
mempromosikan investasi publik yang tangguh, terutama di daerah berisiko tinggi.

Peran Sektor Swasta - Kemitraan Publik & Dunia Usaha untuk Pengurangan Risiko Bencana,
mendorong pergeseran dari tindakan yang berorientasi pada respon menjadi investasi yang
berdasarkan informasi risiko sebagai bagian dari proses bisnis. Meningkatkan dialog antara
semua pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi hambatan dan peluang untuk
membangun suasana yang kondusif untuk kemitraan publik-dunia usaha dan lainnya.
Mendorong pengembangan peraturan, insentif dan cara-cara untuk memotivasi peningkatan
manajemen risiko bencana oleh dunia usaha dengan penekanan pada usaha mikro, kecil dan
menengah. Memperkuat komitmen dunia usaha untuk mengintegrasikan penilaian risiko
dan pemanfaatan informasi risiko serta praktek, yang berkontribusi terhadap keberlanjutan
usaha ekonomi dan ketangguhan serta iklim ekonomi yang positif.

Sains dan Teknologi. Menggalakkan penggunaan dan pengembangan lebih lanjut dari ilmu
pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Memperkuat pertukaran antara ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi masyarakat untuk sinergi. Membuat inovasi dan teknologi dapat
diakses, tersedia dan terjangkau bagi pemerintah nasional dan masyarakat lokal melalui
pengembangan dan transfer teknologi. Berbagi praktek terbaik dan data melalui, antara

Gema BNPB September 2014 11


lain, sumber-sumber terbuka dan jaringan. Promosikan bahaya dan penilaian risiko,
pengembangan skenario, dan penelitian lain dan studi tentang pengurangan risiko bencana.
Memberdayakan upaya nasional untuk meningkatkan pengumpulan dan berbagi data
tentang bencana kerugian, bahaya, dan kerentanan dan berbagi praktik terbaik.

Peningkatan tata kelola, transparansi, dan akuntabilitas. Meningkatkan pelacakan keuangan


dan mekanisme transparansi untuk memastikan bahwa dana dan sumber daya yang tersedia
untuk PRB dan ketangguhan menyentuh penerima manfaat, khususnya di tingkat lokal
secara cepat, dapat diprediksi, dan akuntabel.

Pada kerangka kerja PRB pasca 2015. Berkontribusi pada pembahasan global terkait
kerangka kerja PRB pasca 2015, mengembangkan 'Rencana Implementasi HFA2 di Kawasan
Asia-Pasifik’ dalam konsultasi penuh dan kesepakatan antar negara-negara, berkontribusi
untuk mekanisme pengawasan dan ulasan dalam upaya mengukur kemajuan kerangka
kerja yang dimaksud, mempromosikan pendidikan tinggi, pelatihan dan penelitian untuk
pengembangan PRB.

Membangun koherensi antara kerangka kerja PRB pasca-2015 dan proses pada Sustainable
Development Goals dan pengaturan perubahan iklim. Menjadikan manajemen bencana
dan risiko iklim penting dalam pengembangan agenda pembangunan berkelanjutan
pasca 2015 di tingkat nasional dan daerah, mendorong pengkajian risiko bencana dalam
kebijakan dan program pembangunan, mempromosikan strategi pembangunan yang sesuai
dan berkelanjutan yang meningkatkan kemampuan kita untuk mengelola sumber daya
alam secara berkelanjutan dan mengurangi risiko bencana, pertimbangkan integrasi PRB
di semua sektor pembangunan melalui hukum, kelembagaan dan sumber daya kerangka
alokasi dengan peningkatan akuntabilitas, harapan mengungkapkan bahwa General
Assembly on Sustainable Development Goals dan High Level Political Forum on Sustainable
Development yang mengacu pada pembangunan ketangguhan terhadap bencana sebagai
prioritas dalam agenda pembangunan pasca 2015. Mendorong semua pihak termasuk
nasional dan pemerintah daerah, masyarakat, organisasi internasional dan dunia usaha
untuk mengatasi PRB, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan dengan cara yang
koheren. Terjemahan (phi)

Sumber : www.indianembassy.in.th

12 Gema BNPB September 2014


INDONESIA - 2014

Peringatan Bulan
Pengurangan Risiko Bencana
Indonesia - Tahun 2014
“Pengurangan Risiko Bencana,
Membangun Ketangguhan Daerah”

Kota Bengkulu, 13-15 Oktober 2014

planas prb

www.peringatanbulanprb.net
Laporan Utama

Sumber : BNPB

Komitmen Indonesia
Terhadap Implementasi HFA
Penyelenggaraan Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction
(AMCDRR) ke-6 yang berlangsung selama lima hari memiliki beberapa agenda.
Salah satu agenda terpenting adalah high level roundtable yang menghadirkan
pejabat tinggi negara-negara peserta. Pada kesempatan ini, perwakilan
delegasi negara memberikan pernyataan pemerintah atau country statement
dalam menjawab pengurangan risiko bencana (PRB) di masing-masing negara.

P
emerintah Indonesia memberikan bencana di Indonesia memberikan beberapa
pernyataannya dalam sidang tingkat poin pernyataan menyangkut PRB. Deputi
tinggi pertama atau high level Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
roundtable pada 26 Juni 2014. Badan BNPB Dody Ruswandi mewakili Kepala BNPB
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam pernyataan pemerintah pada sidang
sebagai focal point penanggulangan tersebut, menyampaikan bahwa Indonesia

14 Gema BNPB September 2014


telah berkomitmen terhadap upaya-upaya dolar setelah terjadi bencana. Hal ini sangat
implementasi Kerangka Aksi Hyogo atau relevan dengan tema AMCDRR kali ini yaitu
Hyogo Framework for Action (HFA). Hal “Promoting Investments for Resilient Nations
tersebut terwujud salah satunya dengan and Communities."
pencapaian Indonesia yang telah menyusun
Rencana Penanggulangan Bencana Pernyataan Indonesia yang terakhir adalah
Indonesia sejak 2010, dengan perubahan terjalin kemitraan global sebagai kunci
secara periodik. dalam mengatasi PRB di tingkat global,
regional, dan nasional. Indonesia menilai
“Kami yakin bahwa upaya kesiapsiagaan bahwa tidak ada negara yang dapat
di masa mendatang merupakan komponen mengatasi sendiri dampak bencana yang
kunci dalam proses rehabilitasi dan sangat besar di wilayahnya. Oleh karena itu,
rekonstruksi,” kata Deputi. Prinsip yang platform di tingkat global dapat bermanfaat
harus ditekan juga bahwa building back sebagai landasan untuk meningkatkan
better dan lebih aman menjadi prinsip utama kerjasama PRB pada setiap tingkatan.
proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Dody Indonesia mencontohkan dengan inisiatif
Ruswandi juga mengatakan bahwa 10% kerjasama di tingkat bilateral, regional, dan
dana pemulihan dialokasikan untuk upaya global, seperti dengan Australia, ASEAN, dan
PRB. UNISDR untuk mengimplementasikan HFA.

Seperti pada tema AMCDRR sebelumnya dan Pada kesempatan penyampaian pernyataan
Deklarasi Yogyakarta, Indonesia memandang ini, Indonesia mengucapkan terima kasih
perlunya peningkatan kapasitas di tingkat kepada Pemerintah Kerajaan Thailand
lokal, termasuk juga perhatian terhadap sebagai tuan rumah AMCDRR ke-6.
perubahan iklim. Pada konteks ini, BNPB Konferensi ini sangat penting karena
telah mendorong program percontohan membahas elemen berharga yang akan
seperti Desa Tangguh Bencana. Program meletakkan dasar yang kuat untuk tindakan
ini secara konkret melibatkan partisipasi PRB di masa depan kerangka kerja PRB pasca
masyarakat lokal. 2015. (phi)

Di samping itu, Indonesia menyatakan


bahwa aspek teknologi dapat memberikan
manfaat pada peringatan dini dan
sistem PRB. Perlunya penguatan dalam
penyelenggaraan kegiatan penelitian dan
pengembangannya untuk PRB. Beberapa
waktu lalu BNPB mengajak para ahli bencana
untuk membentuk asosiasi para ahli
bencana. “Indonesia Disaster Relief Training
Center dan kebutuhan untuk memiliki Pusat
Pengetahuan DRR sangat penting,” kata
Dody Ruswandi.

Pernyataan Indonesia selanjutnya


adalah menyangkut investasi PRB dan
kesiapsiagaan sangat penting dalam
penghematan. Menurut Bank Dunia
setiap satu dolar yang digunakan untuk Sumber : www.indianembassy.in.th
kesiapsiagaan akan menghemat biaya empat

Gema BNPB September 2014 15


Laporan Utama


12 Diskusi HFA
Kategori
Jilid Dua

H
yogo Framework for Action [HFA] atau disetujui oleh organisasi internasional,
Kerangka Aksi Hyogo merupakan ahli bencana dan mitra lainnya. HFA yang
rencana pertama yang menjelaskan, berperiode 2005 – 2015 dibutuhkan
menggambarkan dan merinci pekerjaan yang untuk mengurangi risiko bencana sebagai
dibutuhkan dari semua sektor dan pelaku bagian dari penanggulangan bencana.
yang berbeda untuk mengurangi kerugian HFA menguraikan lima prioritas aksi
bencana. HFA ini sebagai kelanjutan dari dan menawarkan prinsip-prinsip dan
pertemuan 2nd World Conference on Disaster cara praktis untuk mencapai ketahanan
Reduction pada tanggal 18 – 22 Januari 2005 bencana. Tujuannya adalah mengurangi
di Kobe, Jepang. HFA mendiskusikan tentang secara signifikan kerugian bencana
tindakan atau aksi yang harus diagendakan pada tahun 2015 dengan membangun
dan dilakukan dalam pembangunan ketahanan bangsa dan komunitas terhadap
ketangguhan bangsa terhadap bencana. bencana. Hal tersebut berarti mengurangi
hilangnya nyawa dan kerugian aset sosial,
Aksi-aksi yang dibahas telah diadopsi oleh ekonomi, dan lingkungan ketika bencana
168 negara, termasuk Indonesia, serta terjadi.

Lima Prioritas HFA


Menjadikan Pengurangan Risiko Bencana [PRB] sebagai prioritas nasional
Prioritas 1
dan daerah yang dilakukan melalui kelembagaan yang kuat.
Mengidentifikasi, mengkaji, dan memantau risiko bencana serta
Prioritas 2
menerapkan sistem peringatan dini.

Memanfaatkan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun


Prioritas 3
budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan.

Mengurangi faktor-faktor mendasar penyebab timbulnya atau


Prioritas 4
meningkatnya risiko bencana.
Memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada semua
Priortias 5
tingkatan masyarakat agar respon yang dilakukan efektif.

16 Gema BNPB September 2014


Sumber : BNPB

Pada National Progress Report on the keputusan, termasuk di eksekutif dan


Implementation of HFA [2009 – 2011], legislatif pemerintah, masih memegang
Indonesia telah membuat kemajuan yang pendapat bahwa manajemen bencana
signifikan dalam pengarusutamaan secara adalah masalah menanggapi peristiwa
sistematis pengurangan risiko bencana bencana. Oleh sebab itu, kebijakan dan
ke dalam proses pembangunan nasional. anggaran di bidang bencana lebih terfokus
Hal ini sesuai dengan diberlakukannya pada penanggulangan bencana dan aspek
Rencana Nasional Penanggulangan pemulihan pasca bencana. Tantangan
Bencana 2010 – 2014 dan Rencana lain adalah bahwa kebijakan PRB yang
Aksi Nasional untuk Pengurangan ada belum dilaksanakan dengan baik dan
Risiko Bencana [RAN PRB] 2010 – 2012. diterjemahkan ke dalam kapasitas dan
Penyelenggaraan penanggulangan pengembangan kelembagaan. Banyak
bencana juga telah menjadi salah kebijakan yang relevan telah dirumuskan
satu prioritas utama dalam Rencana di tingkat pusat, tetapi pelaksanaannya
Pembangunan Jangka Menengah Nasional di provinsi dan kabupaten/kota belum
[RPJMN] 2010 – 2014. Sementara itu maksimal.
dari sisi regulasi, peraturan-peraturan
telah dikeluarkan oleh Badan Nasional Di sisi lain, integrasi dan sinkronisasi
Penanggulangan Bencana [BNPB] dan kebijakan PRB di berbagai tingkat
kementerian/lembaga terkait. pemerintahan, antar pemerintah pusat
dan daerah masih kurang. Salah satu
Namun demikian, tantangan pada proses elemen untuk mendukung integrasi dan
ini biasanya terjadi karena tidak adanya sinkronisasi yaitu sumber daya dengan
kesamaan persepsi PRB dan pemahaman kapasitas yang baik dan alokasi anggaran
umum dalam pengarusutamaan PRB ke lebih sebagai investasi dalam promosi
dalam pembangunan. Banyak pengambil pembangunan berkelanjutan.

Gema BNPB September 2014 17


Terkait dengan pengembangan dan hanya sekitar 20 % kabupaten/kota yang
perkuatan organisasi, Indonesia telah telah melakukan kesiapsiagaan bencana
mewajibkan semua provinsi untuk memiliki dan perencanaan kontinjensi, baik di
Badan Penanggulangan Bencana Daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dan
[BPBD]. Saat ini, Indonesia telah memiliki perencanaan kontinjensi sektoral. Namun
34 BPBD di tingkat provinsi dan 366 demikian, perencanaan yang dalam bentuk
BPBD kabupaten/kota atau 75% dari 497 dokumen terkadang belum pernah dilakukan
kabupaten/kota di Indonesia. Meskipun evaluasi. Idealnya setiap rencana kontinjensi
semua BPBD di provinsi dan sebagian yang telah disusun perlu dievaluasi secara
besar di kabupaten/kota sudah terbentuk, berkala, misalnya setiap enam atau tiga
kapasitas pengetahuan dan keterampilan bulan.
masih terus dikembangkan.
12 Kategori HFA II
Pencapaian penguatan institusi lain, Sidang 4th Global Platform for Disaster
beberapa provinsi dan kabupaten/kota juga Risk Reduction berlangsung di Jenewa,
memiliki Forum PRB atau platform yang Swiss pada 19 – 23 Mei 2013. Salah satu
melibatkan pemerintah dan non-pemerintah tujuan utama dari sidang ini adalah untuk
pemangku kepentingan. Terkait dengan memberikan kesempatan bagi peserta
perkembangan Forum PRB di Indonesia, untuk berkontribusi pemikiran dan saran
pada acara Peringatan Bulan PRB di Mataram mereka tentang masa depan PRB pasca
7 – 11 Oktober 2013 lalu, Konsultasi 2015. Kontribusi ini dibutuhkan sebagai
Nasional Forum PRB dihadiri oleh 150 wakil pengembangan Kerangka Aksi Hyogo [HFA]
Forum PRB di seluruh Indonesia, baik di dan sekaligus pembahasan dalam kerangka
tingkat provinsi, kabupaten/kota, BPBD, menuju HFA kedua.
lembaga non pemerintah, dan internasional,
serta para praktisi kebencanaan.
12 Kategori HFA II
Kemajuan dalam pelembagaan badan
penanggulangan bencana telah 1 Pentingnya keterlibatan pada
meningkatkan kapasitas koordinasi dalam tingkat komunitas.
penanggulangan bencana. Kemampuan 2 Target pada kelompok yang paling
untuk mengidentifikasi, memonitor dan rentan.
merespon bahaya yang ada juga telah 3 Perempuan sebagai pemimpin.
ditingkatkan melalui berbagai pelatihan dan 4 Anak-anak dan remaja. Generasi
kegiatan yang berbeda untuk meningkatkan baru sebagai peluang.
kesadaran tentang bencana. 5 Kesehatan.
6 Pengintegrasian adaptasi
Pengurangan risiko bencana telah mulai perubahan iklim atau climate
diintegrasikan ke dalam kerangka kebijakan change adaptation [CCA].
di tingkat nasional maupun tingkat lokal 7 Pembangunan dan Pengurangan
untuk kesiapsiagaan, tanggap darurat Risiko Bencana.
dan pemulihan pasca bencana. Kebijakan 8 Peran ilmu pengetahuan.
rekonstruksi di wilayah pasca gempa, Berbagi pengetahuan dan
misalnya, telah menerapkan prinsip-prinsip Pendidikan.
“build back better” atau “membangun 9 Peningkatan kapasitas. Pembiayaan,
kembali dengan lebih baik”. Beberapa daerah penilaian risiko, kesiapsiagaan dan
pasca bencana juga telah mengembangkan peringatan dini.
program-program khusus dan kegiatan 10 Keterlibatan sektor swasta dalam
untuk mengurangi kerentanan fisik dan PRB.
sosio-ekonomi. Pada konteks ini, yang 11 Kemauan politik dan kepemimpinan.
perlu mendapatkan perhatian mengenai 12 Tata kelola, akuntabilitas,
rencana kontinjensi. Sampai saat ini transparansi dan inklusivitas.

18 Gema BNPB September 2014


Sumber : BNPB

Pembahasan HFA 2 pada Global Platform terus berlanjut. Dengan demikian, HFA 2
adalah puncak dari konsultasi oleh para mengasumsikan bahwa apa yang telah
pemangku kepentingan selama 2012- dicapai pada HFA sebelumnya telah
2013, termasuk pada platform tingkat tercapai semua.
regional. Konsultasi lebih lanjut, diskusi dan
presentasi dilakukan selama sesi di Global Pembahasan HFA 2 mendapatkan respon
Platform. Hal tersebut dicontohkan dengan di Indonesia, khususnya mengenai isu
diskusi sehari pada 20 Mei 2013 tentang PRB dan adaptasi perubahan iklim yang
konsultasi HFA 2 yang dilakukan oleh para dibahas pada Konsultasi Nasional Forum
para pemangku kepentingan. PRB pada rangkaian Peringatan Bulan PRB
di Mataram, 8 – 9 Oktober 2013 di Gedung
Pada sidang tersebut diskusi dari para Sangkareang, Gedung Provinsi Nusa
peserta menghasilkan duabelas kategori Tenggara Barat [NTB].
atau topik yang akan menjadi bagian dari
HFA 2. Isu yang diangkat mengenai integrasi
adaptasi perubahan iklim dan pengurangan
Telah diterima hampir secara universal risiko bencana ke dalam perencanaan
bahwa HFA 2 harus berdasarkan pada pembangunan. Beberapa pendapat
pencapaian atau prestasi HFA dan menyebutkan ada keterbatasan sumber
perjanjian internasional lainnya. Upaya daya manusia [SDM] di tingkat lokal untuk
untuk mengimplementasikan HFA harus bisa mendorong integrasi tersebut. Terkait

Gema BNPB September 2014 19


dengan sistem, yang mencakup kebijakan, tetapi instrumen-instrumen itu tidak sinkron
paradigma dan pengelolaan SDM di tingkat karena tidak dirancang untuk sinkron, ego
lokal berlaku moratorium. Namun di tingkat sektoral masih sangat tinggi, dan belum
nasional kebijakan tidak mendukung menyeluruh. Pemahaman yang kurang juga
atau kurang harmonis dengan kebijakan membuat instrumen-instrumen tersebut
daerah. Yang terjadi adalah kebijakan tidak dapat berjalan efektif. Pihak-pihak
yang bersifat profit oriented memperparah yang bertanggung jawab dalam melakukan
dampak perubahan iklim, contohnya adalah integrasi adaptasi perubahan iklim dan
kebijakan investasi mengalahkan Analisis PRB antara lain BNPB, Kementerian
Dampak Lingkungan [AMDAL]. Lingkungan Hidup [KLH], Dewan Nasional
Perubahan Iklim [DNPI], Badan Perencanaan
Di sisi lain, apresiasi diberikan Pembangunan Nasional [Bappenas], Dewan
terhadap pencapaian Indonesia dalam Perwakilan Rakyat [DPR], dan Kementerian
mengintegrasikan isu adaptasi perubahan Pekerjaan Umum [PU].
iklim dan PRB ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Pembahasan Konsultasi Nasional terkait
[RPJPN], Rencana Pembangunan Jangka dengan adaptasi perubahan iklim, PRB dan
Menengah Nasional [RPJMN], Peraturan pembangunan berkelanjutan di Indonesia
Menteri, AMDAL, kajian risiko bencana, menghasilkan beberapa rekomendasi
RPB, RAN PRB, RAN API dan lain-lain. Akan antara lain :

Rekomendasi Konsultasi Nasional Forum PRB

1 Meningkatan kapasitas para pelaku PRB non pemerintah dalam jenjang yang
setinggi-tingginya dan tanpa batas. Penguatan kapasitas kemandirian lokal
masyarakat kepulauan kecil, pinggiran hutan, wilayah perbatasan dan rentan lain
dengan menempatkan kondisi cuaca buruk [kondisi mengancam] sebagai prioritas
dalam penanggulangan bencana. Dalam perspektif bencana, cuaca buruk belum
ditempatkan sebagai bencana, serta membangun ketangguhan masyarakat rentan,
contoh masyarakat kepulauan kecil.
2 Memastikan akses informasi cuaca dan dampak perubahan iklim dan risiko
bencana oleh masyarakat dan semua pihak serta solusi. Ini diterjemahkan ke
bahasa yang mudah dipahami.
3 Meningkatkan kerja sama pemerintah-akademisi dalam meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam menerapkan adaptasi perubahan iklim dan PRB.
4 Memperluas cakupan definisi cuaca ekstrim, tidak hanya fokus pada angin puting
beliung, gelombang ekstrem dan abrasi.
5 Memperkuat PRB sebagai sebuah pendekatan pada seluruh manajemen bencana.
6 Mendorong adaptasi perubahan iklim dan PRB dengan mengintegrasikan multi
isu yang terkait, seperti migrasi, urbanisasi, mata pencaharian dan kemiskinan dan
sebagainya.
7 Mendorong penguatan kapasitas adaptasi perubahan iklim dan PRB bagi kelompok
rentan.
8 Memperkuat kapasitas lokal untuk menangani berbagai ancaman bencana.

[Disarikan dan terjemahan dari berbagai sumber].

20 Gema BNPB September 2014


Gelar Peralatan dan Perlengkapan Penanggulangan Bencana.
Lapangan Arcici, Jakarta Pusat.
Sumber : BNPB Gema BNPB September 2014 21
Laporan Utama

Mengintegrasikan PRB
ke dalam Manajemen Lanskap
Cagar Budaya Berbasis Ketangguhan
Masyarakat di Situs Sekitarnya
Oleh Raditya Jati

Secara historis, Indonesia telah mengalami kejadian fenomena alam


yang berakibat pada bencana dan menyebabkan kehilangan jiwa
manusia serta kerusakan properti terutama dampak dari kejadian
kebencanaan gempabumi, banjir, tsunami dan letusan gunung berapi.
Elemen penting dalam memahami bencana alam adalah dari faktor
risiko yang terdiri dari ancaman, kerentanan, dan kapasitas untuk
melindungi warisan dan penghidupan (livelihood) untuk mengurangi
risiko bencana. Dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB)
dapat dilakukan dengan mitigasi dan adaptasi untuk membangun
kesadaran, pengembangan kapasitas, kegiatan mitigasi terstruktur
dan non-terstruktur, dalam pengelolaan kebencanaan.

22 Gema BNPB September 2014


P Sumber : Raditya Jati
engalaman United Nations Educational, merupakan warisan cagar budaya, baik
Scientific and Cultural Organization bersifat kebudayaan atau lanskap alami,
(UNESCO) selama 50 tahun terakhir tangible atau intangible, yang merupakan
telah menunjukkan bahwa suatu situs aset penting bagi pembangunan yang
cagar budaya secara intangible telah berkelanjutan dan kesejahteraan
punah dari pemaknaan dan keterlibatan penghidupan manusia. Saat ini kondisi
masyarakatnya, termasuk permasalahan heritage semakin lama semakin menurun
konservasi yang parah. Upaya yang dengan meningkatnya risiko bencananya.
dilakukan adalah proyek pengembangan Heritage tidak hanya dilihat sebagai
berbasis manusia yang membahas salah satu upaya kewajiban dalam hal
permasalahan pelestarian lingkungan, hak pengurangan risiko bencana, tetapi
tempat tinggal, urbanisasi dan globalisasi juga sebagai sumber aset upaya untuk
budaya untuk pelestarian dan peningkatan membangun masyarakat yang tangguh,
warisan budaya. terlindungi, terpelihara dan terintegrasi
dalam proses dan strategi pengurangan
Heritage atau peninggalan budaya yang risiko bencana (Platform global ref. HFA2).

Gema BNPB September 2014 23


Langkah-langkah untuk memperkuat heritage dan Ketangguhan Masyarakat

1 Memperkuat kemitraan yang membawa manfaat terhadap perlindungan heritage.


Mengingat bahwa aset warisan budaya dan warisan dunia sangat terkait erat dengan
nilai kepemilikan dari masyarakat, yang memberikan dampak pada keterlibatan yang
semakin aktif dari pemerintah daerah dalam pengurangan risiko bencana. Kapasitas
untuk membangun kemitraan ini dapat memberikan dorongan yang berharga untuk
pengurangan risiko bencana di tingkat lokal.

2 Memberikan panduan dan data tentang warisan cagar budaya serta mengangkat
dalam penelitian-penelitan yang baru dan instrumentasinya.
Beberapa peralatan umum telah diuji dan tersedia, namun masih ada kebutuhan
yang mendesak terkait dengan panduan dan pedoman bagi para pelaku profesional
di bidang cagar budaya dan pimpinan suatu daerah. Lembaga pengetahuan menjadi
penting untuk melakukan penelitian dan menghasilkan sesuatu yang aplikatif,
termasuk peranan cagar budaya untuk membangun ketangguhan. Hasil penelitian
tidak hanya dalam bentuk laporan, namun harus dapat diimplementasikan untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan dalam pengurangan risiko warisan
budaya dari berbagai macam ancamannya.

3 Akses Risiko terhadap Heritage.


Memahami gambaran mengenai kondisi ancaman, kerentanan dan informasi
mengenai risiko yang dapat mengkaitkan dengan dokumen terhadap nilai dan
indikator unsur dari suatu cagar budaya, merupakan langkah yang penting dalam
pengurangan risiko bencana untuk kawasan lanskap cagar budaya. Akses terhadap
risiko akan sangat bermanfaat untuk memasukkan dampak sosial dan estimasi
ekonomi dibalik kerusakan yang mempunyai konsideran dampak juga terdapat
kawasan cagar budaya termasuk masyarakatnya. Diperlukan suatu risk modeling.

4 Merancang kampanye informasi kebudayaan untuk komunikasi risiko dan


pemulihan pasca-bencana.
Komunikasi risiko, termasuk saran masyarakat dan upaya untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan dalam investasi di sektor publik dan swasta – termasuk pada
tataran rumah tangga – merupakan strategi dalam pengurangan risiko bencana.

5 Membangun kapasitas untuk pengurangan risiko bencana terhadap warisan cagar


budaya dunia.
Meningkatkan kapasitas melalui program pengurangan risiko bencana di kawasan
cagar budaya sebaiknya didukung oleh berbagai pemangku kepentingan. Hal ini
akan mencakup pelatihan untuk para pengelola (manajer) suatu kawasan cagar
budaya dan museum untuk pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan dalam
upaya perencanaan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan
untuk kawasan cagar budaya, termasuk diantaranya kebijakan dan program serta
pembuatan keputusan seperti kepala daerah dan pimpinan museum.

6 Melibatkan pengelola cagar budaya dan institusi terkait dalam platform nasional.
Saat ini tidak ada kebijakan yang secara selaras dengan kebutuhan pengurangan
risiko bencana di kawasan cagar budaya, baik di tingkat nasional dan daerah.
Kesadaran kebijakan dan motivasi sangatlah terbatas. Peranan Platform Nasional
menjadi penting dalam mempromosikan pengurangan risiko bencana dan adaptasi
perubahan iklim untuk kawasan cagar budaya.

24 Gema BNPB September 2014


Salah satu contoh cagar budaya,
Taman Sari di Yogyakarta.
Sumber : Raditya Jati Gema BNPB September 2014 25
Lima Tujuan dan Aksi Prioritas UNESCO

Di tingkat global, UNESCO memiliki lima tujuan dan aksi prioritas untuk membawa
kesiapsiagaan terhadap risiko bencana bagi masyarakat sekitar situs Warisan Dunia.

Lima Tujuan dan Aksi Prioritas UNESCO

Memperkuat dukungan dalam lembaga-lembaga internasional,


regional, nasional dan lokal yang terkait untuk pengurangan risiko
pada properti Warisan Dunia. Aktor global untuk pengurangan
bencana harus memberikan pertimbangan lebih untuk warisan
budaya dan alam di antara isu-isu yang harus dipertimbangkan ketika
Tujuan 1 menentukan tujuan strategis dan perencanaan kegiatan kerjasama
pembangunan mereka. Pada saat yang sama, strategi pengurangan
bencana di daerah, negara dan tingkat lokal harus memperhitungkan
dan mengintegrasikan kepedulian terhadap warisan dunia dari
aspek budaya dan alam dalam kebijakan dan mekanisme yang
terimplementasi.

Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk


membangun budaya pencegahan bencana di properti Warisan Dunia.
Pembangunan budaya pencegahan, di semua tingkatan, merupakan
salah satu elemen kunci untuk strategi pengurangan risiko bencana
Tujuan 2 yang berhasil. Pelatihan, pendidikan dan penelitian, termasuk
pengetahuan tradisional yang relevan, adalah cara yang paling efektif
untuk mengembangkan budaya kesiapsiagaan. UNESCO merupakan
badan yang mempunyai mandat sebagai pelaksana intelektual dari
PBB, khususnya dalam membangun jejaring pengetahuan global.

Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana di properti


Warisan Dunia. Langkah pertama untuk pengurangan risiko bencana
dan mitigasi dampaknya adalah identifikasi faktor risiko yang potensial,
Tujuan 3 termasuk perubahan iklim. Kerentanan bencana untuk properti Warisan
Dunia harus diidentifikasi secara, dikaji dalam tingkat prioritas dan
dipantau secara ketat, sebagai konsiderasi untuk memberikan informasi
strategi manajemen risiko yang tepat.

Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar di properti Warisan


Dunia. Ketika bencana terjadi, ada sejumlah faktor yang mendasari
Tujuan 4 yang secara signifikan dapat memperburuk dampaknya. Ini termasuk
tanah / air dan pengelolaan sumber daya alam lainnya, pembangunan
industri dan perkotaan, dan praktek-praktek sosial-ekonomi.

Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana di properti Warisan


Dunia yang efektif di segala tataran. Konsekuensi terburuk dari
bencana alam atau manusia seringkali dapat dihindari atau dikurangi
Tujuan 5
jika semua yang bersangkutan siap untuk bertindak sesuai dengan
rencana pengurangan risiko bencana, sumber daya manusia yang
diperlukan dan sumber daya keuangan, dan peralatan, yang tersedia.

26 Gema BNPB September 2014


Mengintegrasikan PRB dalam pengelolaan lanskap cagar budaya telah didiskusikan
dalam Side Event di AMCDRR ke-6 di Bangkok. Saat itu, pembicaranya dari UNESCO
Regional (Montira Haroyangura Unakul), Indonesian Cultural Landscape Association (Dani
B. Soedjalmo), dan Platform Nasional PRB (Dr. Raditya Jati) sebagai Chairman pada acara
tersebut.

Dari hasil diskusi yang dihadiri perwakilan dari berbagai negara antara
lain Nepal, Filipina, Thailand, dan Indonesia ada beberapa kesepakatan

1 Membangun kesadaran masyarakat dan peranan penting untuk menjaga situs


warisan cagar budaya,
2 Situs Heritage juga harus memberi manfaat bagi masyarakat, terutama untuk daerah
sekitarnya yang juga menjadi bagian dari penghidupan mata pencaharian mereka,
3 Living Heritage harus melestarikan,
4 Proses pembelajaran harus dilakukan secara berkelanjutan,
5 Pihak berwenang harus memfasilitasi dengan soft skill dan dukungan infrastruktur
dan teknologi mitigasi dan adaptasi bencana,
6 Pengunjung sebagai wisatawan juga harus sadar dan aman dari risiko bencana,
7 Adopsi ilmu pengetahuan dari negara lain dapat diintegrasikan ke dalam strategi aksi
program untuk setiap situs warisan dengan solusi alternatif yang berbeda,
8 Beberapa ide dan teknologi yang tidak dapat diimplementasikan di Indonesia dapat
dimodifikasi menjadi budaya lokal,
9 Meminimalisasi risiko adalah bagian proses dalam memahami dan berkemauan,
berasal dari ketangguhan diri masyarakat dan lingkungan,
10 Memperkuat kemitraan (pemerintah di tingkat nasional dan daerah, masyarakat,
lembaga pemberi pinjaman, akademisi, lembaga ahli di kedua warisan dan PRB)
dalam warisan manajemen risiko bencana,
11 Promosikan kesadaran tentang warisan dan bencana (dimulai dengan pemuda, juga
bagi masyarakat lokal, dll),
12 Mendorong pengembangan pedoman teknis untuk memastikan bahwa manajemen
bencana warisan dapat diimplementasikan secara praktis:
a. Perlindungan keseimbangan warisan dan standar lain untuk keselamatan (yaitu,
membangun retrofit atau rehabilitasi pedoman).
b. Menyeimbangkan kebutuhan masyarakat setempat, situs warisan, dan sektor
lainnya.
13 Mendorong pemanfaatan situs warisan, lanskap budaya, praktik dan pengetahuan
adat setempat sebagai bagian dari tanggap darurat bencana dan pemulihan (untuk
Sumber : Raditya Jati

menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan keyakinan mereka, kesejahteraan,


way of life), dan
14 Mendorong pertemuan regional sebagai tindak lanjut PRB bekerjasama dengan
UNESCO untuk warisan cagar budaya pada tahun 2015 mendatang.

Gema BNPB September 2014 27


Fokus Berita

Hentikan
Bencana Asap Riau
dengan Pencegahan dan
Kesiapsiagaan

Sumber : BNPB

28 Gema BNPB September 2014


Masih dalam ingatan kita, kabut asap pekat menyelimuti Provinsi Riau pada
awal tahun 2014 ini. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) cepat
bergerak dengan memobilisasi potensi nasional dengan diterjunkannya
Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRC PB) berjumlah 1.000
personil gabungan dari TNI Angkatan Darat, Laut, Udara dan Kepolisian. Titik
api dan titik panas berhasil dipadamkan dengan cepat. Saat itu Satelit NOAA
18 memantau puluhan titik panas (hotspot) hingga mencapai 1.272 titik pada
Februari 2014.

P
ada akhirnya jumlah hotspot berhasil dipadamkan
hingga nol titik pada 4 April 2014 sesuai dengan
tenggang waktu yang diberikan oleh Presiden
RI Susilo Bambang Yudhoyono. Operasi udara dan
darat yang menggunakan miliaran dana siap pakai ini
berhasil mengembalikan kualitas udara di Provinsi Riau
dan sekitarnya pada kondisi normal. Operasi udara
didukung oleh sejumlah helikopter dari BNPB dan dunia
usaha, serta tebaran garam (NaCl) oleh BPPT dengan
menggunakan pesawat jenis Cassa dan Hercules.

Namun demikian, Badan Meteorologi Klimatologi


dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Provinsi
Riau dan sekitar masih menghadapi musim kemarau.
Cuaca pada Mei hingga September mengalami El
Nino lemah. Kondisi ini menyebabkan curah hujan di
wilayah Riau lebih sedikit dibanding pola normalnya
sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan besar.
BMKG menilai wilayah Pekanbaru, Siak bagian barat,
Pelalawan bagian barat dan Indragiri Hulu perlu
mendapatkan perhatian dari pemangku kepentingan di
Provinsi Riau.

Pencegahan dan Kesiapsiagaan


Karhutla di provinsi ini 99% disebabkan kesengajaan
manusia sehingga perlu penanganan yang serius
dan berlanjut. Penegakan hukum menjadi kunci
pemberantasan pelanggaran pembakaran hutan dan
lahan. BNPB menyebutkan bahwa dampak karhutla
awal tahun 2014 ini antara lain kerugian hingga Rp 15
triliun, lebih 2.000 ha cagar biosfer terbakar, 22.000
ha lahan terbakar, 58.000 orang terserang penyakit
saluran pernafasan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan
Humas BNPB mengatakan bahwa operasi pengendalian
menghabiskan anggaran hingga Rp 150 miliar.

Gema BNPB September 2014 29


Menghadapi potensi karhutla, Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Pemerintah Provinsi telah melakukan Kantor Wilayah Riau merekomendasikan
upaya-upaya pencegahan dan tampungan air dan embung untuk wilayah
kesiapsiagaan. Penguatan dan upaya di Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu dan
tingkat lokal menjadi kekuatan dalam Indragiri Hulu. Di samping itu, Instruksi
mencegah terjadinya bencana asap Riau. Gubernur tersebut juga merekomendasikan
Satuan tugas (Satgas) Penegakan Hukum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
yang didukung oleh pemerintah setempat (BKSDA) untuk membuat embung di wilayah
gencar untuk melakukan sosialisasi Taman Nasional (TN) Teso Nilo, Suaka Marga
terkait larangan pembakaran hutan dan Satwa Bukit Rimbang Baling dan TN Bukit
lahan. Tiga Puluh. Tidak hanya itu, perusahaan
perkebunan diwajibkan untuk membuat
Gubernur Riau mengeluarkan Instruksi empat embung per 50 ha, sedangkan
Gubernur Riau Nomor 1 Tahun 2014 pemilik lahan seluas 2 ha membuat
Tentang Pembuatan Bak Penampung Air dan embung 1 sumur dengan kedalaman
Embung di kabupaten dan kota se-Provinsi mencapai mata air.
Riau. Fungsi penampung tersebut untuk
memudahkan pemadaman di wilayah yang Langkah lain telah disusun yaitu dengan
sulit terjangkau dan sekaligus penampung penyusunan prosedur tetap atau protap.
air sehingga luapan air dapat membantu Protap bermaksud untuk memberikan
membasahi lahan. Wilayah yang menjadi penjelasan tentang tata cara dan
target pembuatan tampungan air dan mekanisme prosedur tetap pengendalian
embung ini antara lain Bengkalis, Indragiri bencana asap akibat kebakaran hutan dan
Hilir, Rokan Hilir, Siak, Pelalawan, dan lahan di Provinsi Riau. Protap ini menjadi
Kepulauan Meranti. pedoman dalam pengendalian bencana

Sumber : TNI

30 Gema BNPB September 2014


asap sehingga diperoleh kesamaan pola
pikir dan pola tindak.

Pemerintah Provinsi Riau sangat serius


dalam menanggulangi bencana ini. Ini
dibuktikan dengan ikrar bersama yang
melibatkan seluruh jajaran Forkompimda
Provinsi Riau serta seluruh camat, lurah,
kepala desa, dinas-dinas terkait serta TNI/
Polri pada 2 April 2014 lalu. Ikrar yang
berlangsung di Balai Serindit, Gedung
Daerah Provinsi Riau dibacakan oleh Bupati
Rokan Hilir yang diikuti semua elemen.

Ikrar penanggulangan bencana asap


berisi beberapa poin, antara lain pertama,
sungguh-sungguh menanggulangi karhutla.
Kedua, menegakkan hukum akibat karhutla.
Ketiga, sungguh-sungguh menyediakan
ketersediaan dana akibat karhutla.
Keempat, sungguh-sungguh mendukung
program Gubernur Riau untuk membentuk
tim pemantau dan pemandu yang
beranggotakan tiga orang per desa dan lima
orang per kecamatan di Provinsi Riau.

Kondisi Terkini
Pencegahan dan kesiapsiagaan sangat
ampuh untuk pengendalian karhutla di
Riau. Berdasarkan citra satelit NOAA 18
pada 13 September 2014, delapan hotspot
terpantau di wilayah Riau. Hotspot berada

Sumber : TNI
di Pelalawan 1 titik, Indragiri Hulu 2,
Indragiri Hilir 3, dan Kuantan Sengingi 2.
NOAA 18 memantau total hotspot seluruh
Sumatera 194 titik. Namun demikian,
wilayah Riau sempat tertutup kabut asap memadamkan api dan asap. Di sisi lain,
dampak karhutla yang terjadi di Sumatera koordinasi berdasarkan informasi dari
Selatan. lapangan menjadi kunci penanggulangan
asap dan api. “Saling menginformasikan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan berkoordinasi, dari provinsi juga
(BPBD) Provinsi Riau telah mengupayakan menginformasikan ke kabupaten/kota,”
dengan keras penanggulangan asap di jelas Jim.
wilayah Riau. Menurut perwakilan BPBD
Provinsi Riau, Jim, mengatakan bahwa Namun demikian, seluruh elemen di
pihaknya dan elemen yang terlibat Provinsi Riau patut untuk terus waspada.
memadamkan api kecil yang muncul. Riau Meskipun hotspot terpantau sedikit,
diguyur hujan sehingga ini memperkecil peningkatan jumlah hotspot bertambah
peluang munculnya hotspot. akan tetap berpeluang. Ini tidak hanya
faktor cuaca yang kering tetapi faktor
Jim menambahkan bahwa Satgas manusia yang dengan sengaja melakukan
Darat dan Udara selalu standby untuk pembakaran. (phi)

Gema BNPB September 2014 31


Fokus Berita

Sumber : BNPB
Tantangan Membangun PRB
Bersama Masyarakat Desa Kalitlaga,
Pagentan, Banjarnegara
Oleh Bambang Sasongko

Bagi masyarakat kebanyakan, hidup yang nyaman, tenteram dan aman adalah
menjadi tujuan yang utama yang tidak terbantahkan. Meski masyarakat
bermukim di sepanjang bantaran sungai, atau di lereng-lereng perbukitan,
bahkan di lereng gunung berapi sekalipun kehidupan dan penghidupan, mereka
berlangsung dengan harmoni tanpa melihat adanya unsur kerentanan yang
dimiliki atau ancaman-ancaman bahaya banjir, longsor, gempa dan letusan dari
gunung berapi itu sendiri. Dimana dari kerentanan yang ada dapat berdampak
pada risiko yang besar ketika muncul pemicu pada ancaman-ancaman tersebut
dan berpotensi menjadi bahaya dan menimbulkan bencana. Kerugian harta
benda, aset kehidupan dan penghidupan hingga korban jiwa.

32 Gema BNPB September 2014


U
ndang-Undang Penanggulangan 560 Kepala Keluarga dimana pemukiman
Bencana Nomor 24 Tahun 2007, penduduk Desa Kalitlaga sebagian besar
sebagai tonggak perubahan paradigma berada di lereng-lereng tebing yang hanya
Penanggulangan Bencana di Indonesia. berjarak 1 meter hingga 5 meter dengan
Perubahan paradigma dari semula responsif kemiringan tebing antara 5° – 25°. Kondisi
menjadi pencegahan, penanganan secara jalan yang sempit naik turun yang curam
sektoral menjadi multi sektoral, dilakukan serta rawan patah dan longsor.
hanya oleh pemerintah menjadi tanggung
jawab bersama, sentralisasi menjadi Secara geografis kondisi tanah yang
desentralisasi, melakukan tanggap darurat tersusun atas tanah liat di lapisan atas
menjadi pengurangan risiko bencana. dan tanah liat bercampur batuan padas
Perubahan paradigma yang terangkum di lapisan bawahnya. Tanah dan rumah
dalam Undang-Undang tersebut intinya retak diketahui pada tahun 2006 serta ada
bertujuan menjamin terselenggaranya jalan yang putus karena pergerakan tanah
implementasi penanggulangan bencana tersebut, turunnya tanah lebih cepat jika
secara terencana, terpadu, terkoordinasi terjadi hujan lebat. Kelongsoran tanah
dan menyeluruh dalam rangka memberikan di Kalitlaga tergolong pada jenis longsor
perlindungan kepada masyarakat dari rayapan, dan oleh Universitas Gadjah Mada
ancaman, risiko dan dampak bencana. Yogyakarta sudah dipasang alat peringatan
dini longsor ekstensometer sebanyak 5
Desa Kalitlaga Kecamatan Pagentan, titik. Namun saat ini hampir semua sudah
Kabupaten Banjarnegara, merupakan desa tidak berfungsi karena masyarakat tidak
tertinggal dengan akses yang terbatas, jarak memahami akan sistem dan pengelolaan
tempuh dari ibukota kabupaten sekitar 50 alat peringatan dini longsor ekstensometer
km dapat ditempuh 1 – 2 jam. Pendapatan tersebut. Alat tersebut tergolong modern
masyarakat rata-rata Rp. 600.000,- per bulan yang dioperasionalkan melalui seperangkat
sehingga dapat dikategorikan pada pra komputer sejak mendeteksi terjadinya
sejahtera hingga sejahtera 1. Rata-rata atau rayapan tanah hingga potensi terjadinya
sekitar 70% tidak memiliki toilet wc rumah longsor dan munculkan tanda bahaya
tangga, meski tersedia sumber air yang kepada masyarakat sekitar untuk melakukan
cukup, sehingga aktifitas buang air besar penyelamatan diri.
dilakukan di tegalan/kebun.
Pada dasarnya masyarakat Kalitlaga
Selain itu, Kalitlaga sebuah desa yang sadar betul akan ancaman longsor di
rawan bahaya longsor dan cuaca ekstrim. wilayahnya. Sehingga pada saat di
Dengan jumlah penduduk 2.200 jiwa dalam tahun 2008 ada sekelompok Pramuka

Sumber : BNPB

Gema BNPB September 2014 33


penggiat penanggulangan bencana yang serta perilaku masyarakat yang sehari-hari
tergabung dalam PADMA (Pathfinder membuang air secara sembarangan karena
Associate for Disaster Management) tidak adanya saluran air membuat Kalitlaga
bersosialisasi melakukan intervensi dan sangat rentan terhadap longsor. Ditambah
mengajak masyarakat untuk bersama-sama lagi ada beberapa usaha masyarakat berupa
melakukan meningkatkan kegiatan-kegiatan kolam air untuk usaha perikanan, yang jika
pengurangan risiko bencana (PRB), sejak dari tidak dikelola dengan baik dapat menambah
Kepala Desa, Perangkat Desa hingga Tokoh kandungan air tanah.
Masyarakat tertarik dan menerima secara
terbuka serta komit mau terlibat secara aktif. Salah satu upaya Pak Nurhadi untuk
mengurangi ancaman longsor di Kalitlaga
Sekelompok warga yang terhimpun dalam adalah untuk melakukan pengurangan atau
Tim PRB Desa Kalitlaga diawali dengan pengeluaran kandungan air tanah dengan
sosialisasi pengurangan risiko bencana menggunakan batang pohon bambu sebagai
hingga peningkatan kapasitas mengenai alat pengalir air tanah, selain rencana
dasar penanggulangan bencana yang untuk menyadarkan masyarakat agar mulai
tematik yaitu tentang kajian kemampuan membuat saluran air yang benar.
dan kerentanan atau lazim disebut
VCA (Vulnerability Capacity Analysis). Proses dan hasil pelatihan VCA
Secara praktis pelatihan ini memberikan Antusiasme dan keingintahuan warga yang
pengetahuan dan keterampilan sebagai besar warga menjadi kunci utama kelancaran
dasar didalam melakukan kajian risiko. proses dan capaian pelatihan dasar
Sehingga akhirnya mengetahui seberapa kajian risiko di Desa Kalitlaga. Parameter
besar dampak risiko dari keadaan keberhasilan dari proses pembelajaran ini
kerentanan dan kemampuan yang dimiliki ditunjukkan dari hasil diskusi kelompok
oleh masyarakat Kalitlaga termasuk di areal dan dinamika penyampaian hasil yang juga
mana saja yang ditengarai rawan longsor. memperoleh tanggapan terutama dalam
konteks mengenali ancaman, kerentanan
Peran tokoh agama dan kapasitas/kemampuan dalam PRB.
Pak Ganto sebagai salah seorang perangkat
desa dan tokoh agama, cukup disegani dan Meski masih jauh dari tingkatan desa
dihormati oleh masyarakat setempat. Pak tangguh bencana, masyarakat Kalitlaga
Ganto juga seorang yang terbuka dengan merasa lebih memahami dan mengerti
perubahan. Kemudian mengajak anggota peran-peran dalam upaya PRB yang harus
masyarakat untuk bergabung. Rumah beliau dilakukan di wilayahnya, sehingga dampak
pada kegiatan inisiasi ini dijadikan sebagai risiko dari bahaya tanah longsor khususnya
pusat kegiatan sekaligus sebagai Ketua PRB dapat diminimalisir.
Desa Kalitlaga.
Nurhadi, Kepala Desa, mengatakan
Peran Kepala Desa bahwa kendala besar yang dihadapi oleh
Saat ini, Pak Nurhadi menjabat sebagai pemerintah desa Kalitlaga adalah tidak
Kades sudah selama satu tahun. Beliau tersedianya lahan datar sebagai alternatif
sangat senang atas kedatangan tim relokasi pemukiman penduduk yang
PADMA serta tujuan mereka jauh-jauh ke terkena dampak longsor. Ini dilatarbelakangi
Kalitlaga. Beliau menjelaskan bagaimana kondisi teritorialnya yang hampir semua
longsor sering terjadi di wilayah Kalitlaga. wilayahnya berlereng. Selain itu, tidak
Topografi Kalitlaga adalah berbukit-bukit, tersedianya kecukupan anggaran desa (APB
dan curam/terjal. Sementara kandungan Desa) untuk membeli lahan yang berada
air baik di udara maupun di tanah cukup di luar wilayah Kalitlaga dan juga mahal.
jenuh, terbukti dengan seringnya udara Situasi ini menyebabkan relokasi warga
berkabut dan tanah selalu basah. Tanah yang terdampak longsor di 3 Padukuhan
gembur, beberapa mengandung cadas sejak tahun 1960-an secara berkala setiap 3

34 Gema BNPB September 2014


Sumber : BNPB

hingga 6 tahun berpindah secara memutar Epilog


antara dusun Derikan, Nganjir dan Kemiri Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun
karena karakter gerakan atau rayapan 2012 Tentang Desa/Kelurahan Tangguh
longsor di wilayah tersebut, seperti yang merupakan perwujudan dari tanggung jawab
terjadi pada tahun 1975, 1990, 1994, 2008 pemerintah dalam memberikan arahan
dan 2011. Dapat dilihat di tabel sejarah bagi para pihak dalam melaksanakan upaya
desa. PRBBK. Perka BNPB ini merupakan perka
yang unik karena telah mengakomodir
Kegiatan Warga dalam konteks PRB “dinamika” yang berkembang dalam
Beberapa kegiatan oleh Tim PRB Desa masyarakat, khusus mengadopsi antara
maupun pemerintah desa Kalitlaga hasil lain pikiran-pikiran yang muncul dalam
penjabaran dari dokumen kajian risiko serangkaian kegiatan simposium/konferensi
longsor yaitu, PRBBK.

1 Gotong royong membersihkan saluran Tak terhindarkan lagi bahwa konsepsi desa/
air yang di pinggir jalan maupun di kelurahan tangguh merupakan transformasi
lingkungan perkebunan/tegalan dan lahan dari konsepsi PRBBK. Sebagai konsep
pemukiman rutin dilakukan baik di tingkat yang meliputi sistem dan metodologi
RT maupun Padukuhan. akan berkembang sesuai perkembangan
2 Penanaman pohon pada lahan-lahan kritis masyarakat dalam menjawab masalahnya
sebagai fungsi reboisasi dan perekat tanah termasuk merespon kejadian bencana.
dengan pola bantuan dari Perhutani dan Dalam konteks ini, seyogyanya Perka BNPB
dinas Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. dipandang sebagai “Living document”, untuk
3 Sosialisasi pentingnya kesiapsiagaan upaya :
dalam menghadapi bahaya melalui arisan,
pengajian atau pertemuan-pertemuan
bentuk lain. 1 Menjauhkan masyarakat dari bencana.
4 Meningkatkan intensitas ronda saat musim 2 Jauhkan bencana dari masyarakat.
hujan.
3 Mengembangkan kearifan lokal.
5 Pengelolaan pemanfaatan air bagi warga
dan membuat saluran pembuangan air 4 Hidup harmoni dengan risiko bencana
dengan benar. “living in harmony with disaster risks”
6 Berupaya membangun MCK komunal
sebagai upaya meningkatkan kualitas sehingga mencapai desa tangguh bencana
hidup sehat warga dan mengurangi dapat terwujud.
pencemaran lingkungan.

Gema BNPB September 2014 35


Fokus Berita

Manusia Rusak
Lingkungan Hidup
Picu Bencana Ekologis
Oleh Djuni Pristiyanto

Bencana ekologis seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan


kekeringan telah diperkirakan terjadi di 90% wilayah Indonesia. Selain
topografi alami di suatu wilayah, potensi bencana ekologis Indonesia turut
disebabkan maraknya deforestasi, praktik pertambangan, dan monokultur
seperti perkebunan sawit di Indonesia. Merujuk data riset Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (Walhi) 2007 yang memperkirakan potensi bencana ekologis
di Indonesia sebesar 83%. Namun, angka tersebut melonjak drastis pada
penelitian lima tahun kemudian yakni pada 2012, di mana angka potensi
bencana tersebut meningkat menjadi 90%.

Sumber : BNPB, Finalis Lomba Kreativitas bidang Kebencanaan 2013


D
alam Undang-Undang Nomor 32 psikologis.” Dengan demikian bencana
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan ekologis merupakan bencana yang bersifat
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU ekologi.
No. 32/2009) yang menggantikan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Chalid Muhammad, Direktur Eksekutif Eknas
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. Walhi periode 2005-2008 mendefinisikan
23/1997) sama sekali tidak menyinggung bencana ekologis sebagai “akumulasi krisis
mengenai bencana ekologis. Terminologi ekologis yang disebabkan oleh ketidakadilan
bencana ekologis pada awalnya digunakan dan gagalnya sistem pengurusan alam yang
oleh para aktivis Walhi sejak awal tahun telah mengakibatkan hancurnya pranata
2000-an. Hingga sekarang ini bencana kehidupan masyarakat.” Pada dasarnya
ekologis menjadi kata-kata yang sering bencana ekologis terjadi karena ulah
diucapkan oleh aktivis-aktivis organisasi manusia yang menyebabkan kerusakan
non pemerintah (ornop) seperti Greenpeace, lingkungan hidup.
World Wide Fund for Nature (WWF), Jaringan
Advokasi Tambang (Jatam), dan lain-lain. Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutif Eknas
Bahkan Menteri Lingkungan Hidup pun Walhi periode 2012-sekarang membedakan
belakangan ini dalam pidatonya banyak secara jelas antara bencana alam dengan
menggunakan kata bencana ekologis. bencana ekologis. Bencana alam disebabkan
oleh alam, dan bencana ekologis disebabkan
Apa itu bencana ekologis? Kata bencana oleh tindakan manusia yang tidak
ekologis berasal dari kata bencana dan menghargai lingkungan. Dengan mengambil
ekologis, sedangkan kata ekologis itu contoh banjir Jakarta pada awal tahun 2014,
sendiri berasal dari kata dasar ekologi yang Abet berpendapat bahwa banjir itu bukanlah
mendapat imbuhan huruf “s”. Menurut bencana alam, melainkan bencana ekologis
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang disebabkan tindakan manusia.
bencana berarti sesuatu yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau
penderitaan, kecelakaan, bahaya. Kata Bencana ekologi dapat diatasi
ekologi berarti ilmu tentang hubungan dengan tiga tindakan
timbal balik antara makhluk hidup dan
(kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya). 1 Kesadaran masyarakat perlu dibina
Dalam bahasa Indonesia, akhiran huruf agar mau menjaga lingkungan.
“s” menyatakan sifat dari kata awal yang 2 Kebijakan pemerintah harus
diimbuhinya. Jadi kata ekologis berarti ditegakkan.
bersifat ekologi. Jadi secara sederhana dapat
3 Penegakan hukum tentunya harus
dikatakan bahwa bencana ekologis berarti
dikedepankan.
sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan)
kesusahan, kerugian, atau penderitaan yang
bersifat ekologi. Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA., Menteri
Lingkungan Hidup pada masa Kabinet
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun Bersatu II Presiden Susilo Bambang
2007 tentang Penanggulangan Bencana Yudhoyono memaparkan dalam acara
(UU No. 24/2007) mendefinisikan bencana peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia,
sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa 5 Juni 2014, “Apabila saat ini masih
yang mengancam dan mengganggu ditemukan berbagai bencana ekologis
kehidupan dan penghidupan masyarakat di sekitar kita, maka hal itu disebabkan
yang disebabkan, baik oleh faktor alam oleh pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor yang tidak berwawasan lingkungan
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya hidup. Oleh karenanya perlu dilakukan
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, koreksi mendalam agar pengelolaan dan
kerugian harta benda, dan dampak pemanfaatannya dapat mensejahterakan

Gema BNPB September 2014 37


masyarakat dan tidak menimbulkan bencana. 7 Menjamin pemenuhan dan
Konsep pembangunan berkelanjutan perlindungan hak atas lingkungan
yang merupakan keseimbangan antara hidup sebagai bagian dari hak asasi
pembangunan ekonomi, sosial dan manusia.
lingkungan hidup merupakan satu-satunya
pilihan yang wajib kita wujudkan.” 8 Mengendalikan pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat 9 Mewujudkan pembangunan
dan merupakan prasyarat utama bagi berkelanjutan.
manusia untuk dapat hidup dengan 10 Mengantisipasi isu lingkungan global.
sejahtera dan aman dari bencana ekologis.
Pasal 1 UU No. 32/2009 mendefinisikan
Esensi perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai “kesatuan ruang
lingkungan hidup adalah lingkungan hidup
dengan semua benda, daya, keadaan, dan
yang baik dan sehat merupakan hak asasi
makhluk hidup, termasuk manusia dan
setiap warga negara. Upaya perlindungan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
dan pengelolaan lingkungan hidup itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
terutama ditujukan untuk melindungi
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
dan mengatasi dampak dan/atau risiko
lain.” Untuk itu dilakukan perlindungan
lingkungan hidup.
dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
artian sebagai upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Dalam Penjelasan Pasal 15
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan Ayat 2 Huruf b UU No. 32/2009
hidup yang meliputi perencanaan, menguraikan mengenai dampak
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, dan/atau risiko lingkungan hidup
pengawasan, dan penegakan hukum. antara lain sebagai berikut :

1 Perubahan iklim.
Tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup 2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati.
antara lain diuraikan dalam Pasal 3
3 Peningkatan intensitas dan cakupan
UU No. 32/2009 sebagai berikut :
wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan
1 Melindungi wilayah Negara Kesatuan
dan lahan.
Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. 4 Penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam.
2 Menjamin keselamatan, kesehatan,
dan kehidupan manusia. 5 Peningkatan alih fungsi kawasan
hutan dan/atau lahan.
3 Menjamin kelangsungan kehidupan
makhluk hidup dan kelestarian 6 Peningkatan jumlah penduduk miskin
ekosistem. atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok
4 Menjaga kelestarian fungsi
masyarakat.
lingkungan hidup.
7 Peningkatan risiko terhadap
5 Mencapai keserasian, keselarasan,
kesehatan dan keselamatan manusia.
dan keseimbangan lingkungan hidup.
6 Menjamin terpenuhinya keadilan
generasi masa kini dan generasi masa Dengan demikian pengertian dari bencana
depan. ekologis menurut para pelaku lingkungan
hidup tersebut sesuai dengan isi Penjelasan

38 Gema BNPB September 2014


Pasal 15 Ayat 2 Huruf b UU No. 32/2009 Ada beberapa permasalahan pokok
tentang dampak dan/atau risiko lingkungan persoalan lingkungan hidup, seperti terus
hidup. menurunnya kondisi hutan, kerusakan
daerah aliran sungai, habitat ekosistem
Pada akhir tahun 2013 Eksekutif Daerah pesisir dan laut semakin rusak, citra
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia pertambangan yang merusakan lingkungan,
Lampung mengadakan seminar akhir tahun ancaman atas keanekaragaman hayati
dengan topik "Bencana Ekologi Akibat makin tinggi, kelemahan penegakan hukum
Investasi Rakus Ruang". Dalam seminar itu maupun sistem mitigasi bencana alam yang
dibahas hal-hal penting mengenai bencana belum dikembangan. Konflik pengelolaan
ekologis. sumberdaya alam-bencana ekologis hampir
terjadi di semua daerah di Indonesia.
Penguasaan lahan dan ekspansi pemilik
modal selama ini yang tidak mencerminkan Walhi mencatat penyebab bencana ekologis
keutuhan sistem ekologi lingkungan serta di perkotaan adalah karena minimnya ruang
keadilan bagi rakyat sebagai pemilik terbuka hijau, ketiadaan drainase, tersumbat
sumber-sumber kehidupan yang berdaulat, saluran pembuangan air, dan posisi
telah menimbulkan bencana ekologis yang daerah yang berada di dataran rendah. Di
mengancam umat manusia. Lingkungan perdesaan, bencana ekologis itu disebabkan
hidup adalah ruang yang ditempati manusia karena alih fungsi hutan pada dataran tinggi,
bersama makhluk hidup lainnya. Masing- kehilangan hutan mangrove (bakau), dan
masing tidak berdiri sendiri dalam menjalani pendangkalan serta penyempitan sungai.
proses kehidupan, namun saling berinteraksi Kesemuanya ini bermuara pada penataan
dan membutuhkan. ruang yang tidak terkendali sehingga
menyebabkan terganggu keseimbangan
Kehidupan yang ditandai dengan interaksi ekosistem yang berdampak menimbulkan
dan saling ketergantungan secara teratur bencana alam. Dengan demikian ada
merupakan tatanan ekosistem yang di korelasi yang sangat erat antara kerusakan
dalamnya mengandung esensi lingkungan lingkungan hidup yang menyebabkan
hidup sebagai satu kesatuan yang tidak bisa terjadinya bencana ekologis dengan
dibicarakan secara parsial atau terbagi-bagi. kejadian bencana alam.

Lingkungan hidup harus dipandang secara


holistik menyeluruh serta meletakkan semua
komponennya dengan setara. Dalam banyak
definisi, lingkungan hidup masih ditafsirkan
secara konvensional yang dianggap sebagai
penunjang kehidupan. Perspektif ini melihat
lingkungan sebagai objek eksploitasi untuk
penunjang kehidupan.

Sumber daya alam harus dimanfaatkan


untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidupnya.
Sumber daya alam memiliki peran ganda,
yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi
dan sekaligus sebagai penopang sistem
kehidupan. Penerapan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan di seluruh
sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama Sumber : BNPB
untuk diinternalisasikan ke dalam kebijakan.

Gema BNPB September 2014 39


Liputan Khusus

Pencegahan dan
Kebijakan Perlindungan
Masyarakat Taiwan

Sumber : wikipedia.org
Sejarah yang panjang telah mendorong Taiwan untuk membangun sistem
penanggulangan bencana. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sebagai bagian
dari pencegahan menjadi pengarusutamaan dalam menghadapi bencana.
Puluhan tahun Taiwan membangun sistem penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana secara spesifik menekankan pada pencegahan dan
kebijakan perlindungan masyarakat terhadap bencana. Mereka mengembangkan
program yang melibatkan sains dan teknologi, khususnya untuk mitigasi
bencana, sejak 1998.

P
ada tahun 1982 Dewan Sains Informasi peringatan dini dan langkah
Nasional mulai mempromosikan pencegahan dapat diakses oleh masyarakat
program besar mengenai penelitian melalui website pemerintah, short message
terhadap pencegahan bencana. Program ini service (SMS), media komersial, maupun
mendapatkan dukungan dari kementerian media sosial. Media sosial, seperti facebook,
dan badan yang terkait dengan bencana sangat populer di antara masyarakat Taiwan
sehingga pada 1997, mereka membangun sehingga media ini sangat signifikan dalam
program Sains dan Teknologi Nasional untuk menginformasikan peringatan dini terhadap
Mitigasi Bencana. Prinsip pemikiran terhadap ancaman bencana.
kebencanaan yang disepakati bersama
bahwa mitigasi menjadi landasan penting Bencana di Taiwan
terhadap perlindungan masyarakat Taiwan. Taiwan atau yang dikenal juga sebagai
Dewan ini kemudian meluncurkan program Formosa merupakan negara dengan
periode pertama pada kurun waktu 1999 – keindahan alam. Negara yang beribu kota
2001 dan dilanjutkan 2002 – 2006. Taipei ini menduduki peringkat utama
sebagai tempat kunjungan wisata dunia.
Untuk memastikan program ini berjalan Namun di belakang keindahan alam
dengan baik, pemerintah membentuk tersebut, Taiwan berhadapan dengan
National Science and Technology Center ancaman bahaya (hazard) geologi dan
for Disaster Reduction (NCDR) pada Juli hidrometeorologi. Berbagai jenis bencana
2003. Fungsi utamanya adalah dukungan melanda Taiwan, seperti gempabumi, taifun,
teknis, implementasi aplikasi, dan promosi longsor, banjir, dan longsoran bebatuan atau
pengurangan risiko bencana. Organisasi debris flow.
yang dipimpin oleh Wei Sen Li sebagai
Sekretaris Jenderal memastikan apa yang Dari aspek bahaya geologi, Taiwan sangat
dikerjakan tersebut dapat memberikan berpotensi gempabumi. Beberapa catatan
perlindungan terhadap masyarakat. gempabumi besar terjadi di negara dengan
luas sekitar 36.000 km². Kurun waktu 20
Program ini sangat berhasil dalam tahun terakhir, gempabumi Ji Ji yang terjadi
membangun data terintegrasi dari berbagai pada 21 September 1999 telah menewaskan
kementerian dan badan terkait bencana. lebih dari 2.000 jiwa. Gempabumi yang
Data-data tersebut sangat mendukung dikenal dengan 921 earthquake dan
dalam langkah-langkah mitigasi dalam berkekuatan 7.3 SR mengakibatkan 51.000
perlindungan terhadap bencana. Data-data bangunan roboh dan 53.000 rusak berat.
terintegrasi bersumber dari analisis tingkat Berikut sejarah gempabumi berkekuatan
risiko, peringatan dini, prakiraan, sistem lebih dari 5 SR dalam kurun waktu 20 tahun
pencegahan, respon darurat, dan sebagainya. terakhir.

Gema BNPB September 2014 41


Sejarah gempabumi berkekuatan lebih dari 5 SR
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir
Magnitude Korban Rumah
Kejadian Daerah Terdampak
(SR) Meninggal Rusak
5 Juni 1994 Yilan, Hualien 6.2 1 1
16 September 1994 Selat Taiwan 6.8 0 0
23 Februari 1995 Hualien 5.8 2 0
25 Juni 1995 Yilan, Hualien 6.5 1 6
17 Juli 1998 Nantou 6.2 5 0
21 September 1999 Nantou 7.3 2.415 51.711
17 Mei 2000 Nantou 5.3 3
11 Juni 2000 Nantou 6.7 2
31 Maret 2002 Nantou, Hualien 6.8 5
15 Mei 2002 Yilan 6.2 1
1 Mei 2004 Hualien 5.8 2
26 Desember 2006 Pingtung 7 2 3
19 Desember 2009 Hualien 6.8 0
4 Maret 2010 Kaohsiung 6.4 0
26 Februari 2012 Pingtung 6.4 0

Bencana gempabumi yang lebih besar juga memicu terjadinya longsor bebatuan
pernah terjadi pada 1935. Gempabumi atau debris flow. Debris flow merupakan
Hsinchu berkekuatan 7.1 SR menewaskan longsoran bebatuan dari batu yang
lebih dari 3.000 jiwa di Taichung. Saat berukuran besar hingga kecil yang dipicu
itu, 17.000 ribu bangunan rusak berat. oleh hujan yang sangat deras.
Berdasarkan Central Weather Bureau,
Kejadian kegempaan rata-rata per bulan Ancaman begitu besar karena 70%
dengan kekuatan di atas 3 SR sebanyak wilayah Taiwan merupakan dataran tinggi
190 kali. Dilihat tempat kejadian, wilayah yang terbagi atas tebing-tebing dengan
tengah Taiwan rawan bahaya gempabumi. kemiringan tajam serta pegunungan.
Hal tersebut karena proses alam tumbukan Topografi dengan kemiringan tajam
lempeng Eurasia dan Laut Filipina. Jutaan membuat longsoran bebatuan berakibat
tahun lalu proses tumbukan inilah yang pada kerusakan yang sangat parah.
juga telah membentuk Pulau Taiwan yang
berpopulasi aborigin 2%. Masyarakat Taiwan mengalami bencana
hidrometeorologi berupa banjir dan longsor.
Dari aspek bahaya hidrometeorologi, Bencana tersebut dipicu oleh taifun dahsyat
Taiwan memiliki ancaman terhadap bahaya atau biasa disebut dengan super typhoon,
seperti kekeringan, banjir, taifun, longsor, seperti taifun Nari (2001) dan Morakot
dan debris flow. Pada Mei hingga Juni (2009). Taiwan memang langganan taifun.
biasanya turun musim hujan atau biasa Rata-rata taifun 3,6 kali melanda Taiwan
disebut plum rain dan Juli hingga Oktober setiap tahunnya. Tahun 2001, Taiwan
sering terjadi taifun. Musim hujan ini dapat mengalami 8 kali taifun, sedangkan tahun
memicu terjadinya hujan sangat deras atau 2004 Taiwan tersapu 6 taifun. Berikut ini
torrential rain yang dapat menyebabkan gambaran akibat dan dampak taifun yang
banjir. Namun demikian torrential rain dialami Taiwan.

42 Gema BNPB September 2014


Akibat dan Dampak Taifun yang Dialami Taiwan

Peternakan Hewan Terdampak


Wilayah
terdampak Ternak Unggas
Pingtung 421 56.325 2.054.487
Kaohsiung 236 9.419 649.002
Tainan 593 68.435 3.209.360
Chiayi 153 22.512 1.206.887
Taitung 19 429 2.070
Total 1.422 157.120 7.121.806

Data Peternakan dan Hewan Terdampak di Beberapa Wilayah di Taiwan


Kerugian Kerugian
Korban Total Kerugian
Taifun Luka-luka Pertanian Konstruksi
Meninggal ($ US Miliar)
($ US Miliar) ($ US Miliar)
Chebi 30 124 22.3 0.7 23.0
Trami 5 - 2.2 4.9 7.1
Toraji 214 188 235.7 170.6 406.4
Nari 104 265 126.5 56.7 183.1
Utor 1 6 2.9 7.6 10.5
Total 354 583 389.6 240.5 630.1

Taifun Morakot yang terjadi tahun 2009 juga dampak susulan seperti bencana
memaksa pemerintah untuk mengevakuasi longsoran.
lebih dari 24.000 jiwa. Taifun yang
memicu longsor hingga 40 ha ini menelan Belajar dari Taiwan
korban ratusan jiwa. Tidak hanya korban Sejarah panjang bencana Taiwan telah
manusia tetapi jutaan hewan mati (ternak, mendorong strategi penanggulangan
unggas, dan ikan) karena tersapu banjir. bencana. Berdasarkan laporan Bank Dunia
Total kerugian hingga Rp. 6,7 triliun. Data (2005), Taiwan menduduki peringkat ke-4
peternakan dan hewan terdampak di dengan kategori ancaman bahaya pada area
beberapa wilayah di Taiwan dapat dilihat terpapar 73,1% dan penduduk terpapar
pada data di atas. 73,1%. Pemerintah Taiwan melakukan
investasi yang sangat besar, khususnya
Taiwan sangat berkepentingan terhadap isu untuk sains dan teknologi.
perubahan iklim. Ini erat kaitannya dengan
bencana hidrometeorologi, seperti taifun NCDR memetakan kerentanan, antara lain
dan banjir. Perubahan iklim telah memicu pada dua aspek. Pertama, kerentanan fisik
berbagai dampak langsung seperti suhu yang terkait dengan degradasi lingkungan,
yang lebih panas, peningkatan tinggi muka pemanfaatan lahan dan keberlanjutan
air laut, perubahan pola dan curah hujan, lingkungan. Kedua, kerentanan sosial.
kejadian hujan ekstrim, dan taifun. Di Kerentanan ini dipicu oleh potensi risiko
samping itu perubahan iklim dapat memicu yang meningkat karena beberapa faktor,

Gema BNPB September 2014 43


Alur Informasi dari Sumber Data
Hingga ke Masyarakat.

Sumber : NCDR

antara lain kepadatan penduduk 647 per komunikasi (information and communication
km², urbanisasi yang cepat, perubahan technology). Sumber daya manusia dengan
struktur demografis, dan pertumbuhan standar tinggi dapat ditemui di NCDR di
dan perkembangan ekonomi. Kondisi mana 80% pegawai berpendidikan doktor
berdasarkan kenyataan geografis, sejarah dan pascasarjana. Melalui sumber daya
bencana, dan kerentanan menempatkan manusia yang handal, kajian-kajian ilmiah
strategi pencegahan dan perlindungan dapat dilakukan sehingga mereka mampu
masyarakat sebagai misi penanggulangan menangkap secara penuh berbagai aspek
bencana Taiwan. yang saling terkait, misalnya sosial, budaya,
dan kondisi geografis.
Dalam mewujudkan strategi pencegahan
dan perlindungan masyarakat, Taiwan Teknologi informasi dan komunikasi
melakukan banyak aksi pada penyusunan menjadi media pendukung yang sangat
kebijakan, kelembagaan, investasi sains dan ampuh dalam sistem penanggulangan
teknologi, dan pembangunan komunitas bencana Taiwan. Mulai dari pemanfaatan
tangguh bencana. Pada saat respon darurat, data saat kondisi normal, early warning
kabinet atau Executive Yuan berperan dalam system, peringatan dini, hingga rehabilitasi
memimpin koordinasi antar kementerian/ dan rekonstruksi (recovery), semua
lembaga dan pemangku kepentingan dibangun dengan sistem yang sangat
lain. Sementara pada saat kondisi normal, canggih. Sebagai contohnya saat peringatan
kementerian/lembaga terkait selalu dini, masyarakat dapat mengakses berita
memantau dan berbagi data atau pun melalui media sosial, seperti facebook,
informasi. twitter, dan google. Masyarakat Taiwan
merupakan pengguna tertinggi facebook
Investasi Sains dan Teknologi di Asia. Namun demikian, Taiwan masih
Taiwan sangat mendukung pemutakhiran memiliki tantangan bagaimana end to end
terhadap tiga aspek terkait sains dan dari teknologi yang sangat canggih itu
teknologi, seperti peningkatan sumber dapat benar-benar dipahami masyarakat
daya manusia (man power), kajian ilmiah sehingga mereka dapat terhindar dari
(research), teknologi informasi dan bencana.

44 Gema BNPB September 2014


Sumber : BNPB

Pada saat tanggap darurat, kapasitas Human Mangement, Investigation, Notice,


penanggulangan bencana di tingkat daerah dan Knowledge. “Think mengacu pada kajian,
dan ketangguhan masyarakat menjadi pengembangan, dan praktek”, jelas Yuan,
faktor penting. Menurut Hsin Yu Shan, Kepala Seksi Unit Pertanian, Soil and Water
pengajar di Universitas Nasional Chiao Conservation Bureau. Human management
Tung, kunci keberhasilan dalam respon menekankan pada bagaimana meningkatkan
darurat mencakup beberapa hal, antara lain kesadaran masyarakat dalam merespon
kemitraan penuh, kerjasama yang konkret peringatan dini, sedangkan investigasi
dengan memperhatikan aspek sosial budaya adalah menggali lebih detail lokasi potensi
masyarakat, dukungan pusat ke daerah, untuk penanggulangan bencana. Yuan
masukan dari bawah ke pusat, peningkatan memberikan gambaran bahwa tim yang
kapasitas semua pemangku kepentingan, dipimpinnya memakan waktu lebih 10 tahun
komunikasi dan kerjasam tim, dan evaluasi. untuk memetakan debris flow di Taiwan.
Sementara Notice merupakan kecepatan dan
Hsiao Yuan mengatakan bahwa ketepatan dalam memberikan peringatan
penanggulangan bencana ke depan, dini dan Knowledge merupakan sumber data
khususnya alam, dapat berpijak pada dan informasi serta sistem pengambilan
perspektif T-H-I-N-K, singkatan dari Think, keputusan oleh para ahli. (phi)

Gema BNPB September 2014 45


Liputan Khusus

Deteksi
Korban Bencana
melalui
Sinyal HP
Pesatnya kemajuan teknologi
membuat manusia mau tak mau
akan bergantung pada keberadaan
peralatan teknologi, salah satunya
telepon seluler atau handphone (HP).
Mulai dari fungsinya yang hanya
sekedar menelepon dan berkirim
pesan atau short message service
(SMS), selancar di dunia maya, game,
chatting dan sebagainya. Saat ini HP
sudah menjadi salah satu kebutuhan
hidup manusia, ke manapun pergi
selalu dibawa. Nampaknya hal
tersebut menjadi alasan pembenaran
untuk manusia bergantung dengan
telepon selulernya.

B
adan Nasional Penanggulangan Bagaimana jika keadaan bencana berakibat
Bencana (BNPB) memiliki perangkat pada BTS (Base Transceiver Station) hancur
Lifesaver yang dapat melacak berantakan, dan tidak ada sinyal sama
keberadaan pengguna HP saat tertimpa sekali sehingga HP tidak dapat digunakan
bencana, contohnya saat terjadi bencana untuk berkomunikasi? Mr. Mario pengajar
gempabumi yang mengakibatkan runtuhnya dari Amerika yang memberikan pelatihan
bangunan dan pada akhirnya reruntuhan kepada staf BNPB mengatakan bahwa
menimpa korban. Lifesaver dapat digunakan perangkat Lifesaver bisa berfungsi sebagai
untuk mencari korban berdasarkan BTS. “Lifesaver dapat menjangkau dan
sinyal dari HP korban. Jika anjing pelacak merekayasa jaringan yang ada saat itu,
mengandalkan indera penciumannya meskipun tidak ada jaringan sama sekali, kita
yang tajam, Lifesaver mengandalkan sinyal dapat melakukan setting jaringan versi kita”
handphone korban yang direkayasa untuk ucapnya pada acara peningkatan kapasitas
melacak keberadaan korban. Syarat utama Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB
Lifesaver ini dapat bekerja apabila HP korban dalam pemanfaatan mobil komunikasi dan
dalam kondisi hidup. Lifesaver, di Sentul, Jawa Barat.

46 Gema BNPB September 2014


Lifesaver akan bekerja mencari sinyal HP
terdekat yang masih hidup (nyala/aktif).
Lifesaver bekerja layaknya BTS dan memiliki
amplifier untuk memperkuat sinyal sampai
dengan maksimum 10 watt, jarak menengah
5 watt dan jarak terdekat 1 watt. Jika
dibandingkan dengan sinyal handphone
yang hanya 1 watt, kekuatan Lifesaver dapat
diandalkan dalam memancarkan sinyal.
Namun demikian, konsekuensi penggunaan
amplifier yang tinggi akan mempercepat usia
baterai pada HP korban.

Lifesaver ini juga dapat digunakan untuk


menelpon dan mengirim SMS kepada korban
tanpa harus mengetahui nomor HP korban,
asalkan handsetnya berteknologi GSM.
Penggunaan HP dalam jaringan Lifesaver
tidak memerlukan pulsa telepon dan tetap
dapat digunakan meskipun tidak mempunyai
pulsa.

Lifesaver ini dikemas dalam perangkat


portable berbobot 30 kg dan setting
peralatannya hanya membutuhkan waktu
sekitar 10 menit. Alat ini dapat diandalkan
dalam pencarian korban saat terjadi bencana
dan infrastruktur jaringan komunikasi
lumpuh. Salam tangguh! (acu)

Sumber : BNPB

Gema BNPB September 2014 47


Teropong

Dua Caturwulan Berlalu,


Berbagai Bencana
Hidrometeorologi
dan Geologi Melanda

Sumber : BNPB, Finalis Lomba Kreativitas bidang Kebencanaan 2013


Secara kumulatif sejak awal hingga akhir bulan kedelapan tahun 2014,
sebanyak 972 kejadian bencana telah melanda berbagai wilayah di Indonesia.
Bencana tersebut meliputi bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, puting
beliung, kekeringan, gelombang pasang/abrasi, kebakaran hutan dan lahan)
dan bencana geologi (letusan gunungapi dan gempabumi). Korban jiwa akibat
bencana hingga bulan Agustus adalah sebanyak 374 orang meninggal dan
hilang serta lebih dari 1,7 juta jiwa terdampak dan terpaksa mengungsi.

J
umlah kejadian bencana mencapai di Jakarta dan sekitarnya, banjir mulai
puncaknya pada bulan Januari dan menggenangi sejumlah wilayah di Jakarta
kemudian turun hingga titik terendah Timur dan Jakarta Selatan pada hari Minggu
pada bulan Juli. Di bulan Agustus, jumlah (12/1) dan selanjutnya banjir meluas ke
kejadian bencana sedikit meningkat. Pola wilayah lain di Jakarta. Hingga akhir Januari
ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya, 2014, bencana banjir di DKI Jakarta telah
dimana memasuki akhir tahun nantinya menyebabkan korban jiwa sebanyak 23
jumlah kejadian bencana akan mengalami jiwa, sedangkan jumlah pengungsi sempat
peningkatan. Puncak kejadian bencana mencapai 151.969 jiwa. Banjir yang terjadi
biasanya terjadi sekitar bulan Desember dan di Jakarta cukup mengganggu aktifitas
Januari. warga, terutama karena tergenangnya
sejumlah ruas jalan yang menghambat
Dilihat dari jenis bencananya, selama perjalanan warga.
kurun waktu delapan bulan ini, Indonesia
dirundung berbagai macam jenis bencana. Bencana lain yang juga menimbulkan cukup
Mulai dari bencana hidrometeorologi banyak korban jiwa adalah bencana longsor
yang selalu terjadi setiap bulan, bencana yang terjadi di Kudus, Provinsi Jawa Tengah
asap, ancaman erupsi gunungapi, hingga dan Paniai, Provinsi Papua. Di Kudus, longsor
kekeringan yang mulai melanda beberapa terjadi di perbukitan Dukuh Kambangan,
wilayah sejak 2 bulan terakhir. Desa Menawan, Kecamatan Depok
Kabupaten Kudus Jawa Tengah pada Selasa
Dominasi Banjir, Longsor, dan Puting (21/1) pukul 02.00 WIB dini hari. Peristiwa
Beliung ini menimbun 14 rumah yang menyebabkan
Dari segi frekuensi kejadiannya, 3 bencana 14 orang meninggal dunia dan 9 rumah
hidrometeorologi selalu mendominasi, yaitu rusak. Posisi rumah terletak di tebing lereng
bencana banjir, longsor, dan puting beliung. dan korban tertimbun runtuhan ke dalam
Setiap bulannya persentase jumlah kejadian jurang sedalam 30 meter. Di Paniai, bencana
bencana banjir, longsor, dan puting beliung longsor menimpa kawasan pertambangan
selalu lebih dari 85% dari jumlah seluruh masyarakat di Distrik Bogobaida, Kampung
kejadian. Bencana banjir erat kaitannya Damai Tiga, Kabupaten Paniai, Provinsi
dengan jumlah korban terdampak dan Papua pada 2 Juli 2014. Longsor terjadi
mengungsi yang begitu besar, sedangkan akibat hujan deras yang menyebabkan
puting beliung identik sebagai bencana yang struktur tanah menjadi labil. Akibatnya,
banyak merusak permukiman warga. Tanah bencana tanah longsor terjadi di kawasan
longsor adalah yang paling berat karena tersebut dan menimpa warga yang sedang
seringkali menelan korban jiwa. beristirahat setelah melakukan aktivitas
penambangan. Bencana ini menimbun 15
Banjir yang cukup banyak menarik perhatian orang, dimana 13 orang meninggal dunia
adalah banjir yang melanda ibukota pada dan 2 lainnya mengalami luka berat. Selain
awal tahun 2014. Dimulai dari hujan deras itu, longsor ini juga menyebabkan 1 unit
yang terjadi sejak Sabtu (11/1) malam rumah mengalami rusak berat.

Gema BNPB September 2014 49


Sumber : BNPB

Bencana Asap Menyita Perhatian hujan buatan juga tidak dapat beroperasi
Sejak awal Februari 2014 sudah mulai sehingga makin memperparah bencana
terpantau titik api yang cukup banyak asap yang terjadi.
jumlahnya di Riau. Banyaknya jumlah titik
api ini sebenarnya tergolong anomali karena Pada 14 Maret 2014 Presiden RI melakukan
pada tahun-tahun sebelumnya biasanya rapat koordinasi penanganan bencana asap
jumlah titik api baru mulai meningkat pada akibat pembakaran lahan dan hutan dengan
pertengahan tahun. Titik api yang terdeteksi menggunakan teleconference di Semarang-
muncul akibat adanya kebakaran lahan Jakarta-Pekanbaru.
dan hutan. Awal Maret 2014 sebenarnya
jumlah titik api sempat menurun, namun
menginjak pertengahan bulan jumlah titik Presiden telah memberikan arahan
api kembali meningkat hingga kemudian dan instruksi bahwa operasi terpadu
menimbulkan asap yang sangat mengganggu harus ditingkatkan dengan 3 pilar
aktifitas warga, mulai dari aktifitas belajar yaitu :
mengajar para siswa, kegiatan perkantoran,
hingga penerbangan. Sebanyak 16 maskapai
1 Kegiatan pemadaman api dan asap.
menghentikan penerbangannya dari Bandara
Danrem Riau ditunjuk untuk melanjutkan
Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau
tugas ini.
sampai tanggal 15 Maret 2014. Sembilan
diantaranya merupakan penerbangan 2 Perawatan dan kesehatan yang dipimpin
reguler dan sisanya adalah maskapai oleh pejabat senior dari Pemda Riau.
penerbangan carteran, menurut data dari 3 Penegakan hukum dipimpin Kapolda
Airlines Operator Comittee (AOC) Pekanbaru. Riau, yang sebelumnya telah bekerja
Dampak asap juga menyebabkan pada satgas penegakan hukum.
penerbangan menuju Padang dan Jambi
mengalami penundaan hingga 5 jam lebih. Ketiga pilar perlu diperkuat dan ditingkatkan
efektivitas kecepatannya agar memberikan
Banyaknya asap yang terjadi menyebabkan dampak psikologis yaitu efek jera bagi
jarak pandang menjadi rendah, hanya pembakar. Operasi terpadu tersebut
200 meter, sehingga tidak memungkinkan dipimpin oleh Kepala BNPB dibantu perwira
pesawat mendarat dan terbang di tinggi TNI untuk mengendalikan operasi
Pekanbaru. Sementara itu, jarak pandang di lapangan. Presiden memberikan alokasi
yang rendah juga mengakibatkan waktu 3 minggu untuk operasi terpadu
helikopter untuk water bombing maupun tersebut. Semua harus dikerahkan secara

50 Gema BNPB September 2014


optimal, bahkan Presiden menyebutkan karlahut pada periode tersebut, BNPB telah
bahwa upaya pemadaman ini adalah operasi mengeluarkan Rp. 134 milyar, personil
militer selain perang. gabungan yang dikerahkan sebanyak 4.931
personil, dan helikopter/pesawat yang
Presiden RI juga menyempatkan diri dilibatkan untuk operasi pemadaman udara
meninjau lokasi kebakaran lahan dan hutan sejumlah 11 unit.
di Riau, yaitu dengan rute udara menuju
Padang serta jalur darat dari Padang ke Riau. Selanjutnya, memasuki pertengahan tahun
Di akhir kunjungannya ke Riau, Presiden RI 2014, kebakaran hutan dan lahan mulai
menetapkan 2 kebijakan untuk menangani mengancam wilayah yang rawan bencana ini.
bencana asap di Riau. Kebijakan jangka Wilayah tersebut meliputi 9 provinsi, yaitu
pendek yaitu untuk memastikan agar api Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera
benar-benar padam sehingga asap hilang. Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Kebijakan jangka panjangnya tak lain adalah Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
penertiban kawasan dan pencegahan Timur. Pola jumlah hotspot di Sumatera dan
kawasan dari pembakaran. Kalimantan berdasarkan data tahun 2006-
2013 biasanya meningkat mulai Juni hingga
Pada akhir Maret 2014, beberapa Oktober dengan puncaknya terjadi pada
parameter keberhasilan pemadaman sudah Agustus dan Oktober.
menunjukkan kemajuan. Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) terus membaik di BNPB telah menyiapkan dana siap pakai
berbagai wilayah di Riau, sudah tidak ada sebesar Rp. 355 milyar untuk antisipasi
titik api yang terpantau oleh satelit NOAA karhutla pertengahan tahun ini. Hingga
18, jarak pandang pun semakin meningkat. akhir Juni telah disiapkan 3 helikopter,
yaitu Bolco, Kamov dan Sikorsky yang
Kebakaran lahan dan hutan di Indonesia ditempatkan di Riau untuk pemadaman
umumnya terjadi pada musim kemarau. api dan asap. Modifikasi cuaca dengan
Wilayah yang rawan bencana ini meliputi 9 pesawat Casa dan Hercules juga mulai
provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, beroperasi. Sedangkan helikopter MI-8
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, telah ditempatkan di Palembang, Sumatera
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Selatan, dan Palangkaraya, Kalimantan
Kalimantan Timur. Pola jumlah hotspot di Tengah. Sebanyak 2.500 personil TNI dan
Sumatera dan Kalimantan berdasarkan data Polri siap dimobilisasi jika diperlukan.
tahun 2006-2013 biasanya meningkat mulai Beberapa Standar Operasional Prosedur
Juni hingga Oktober dengan puncaknya (SOP) dan peraturan telah disusun oleh
terjadi pada Agustus dan Oktober. kementerian/lembaga sebagai dasar
pelaksanaan.
Sejak pertengahan Juni 2014, jumlah
titik api di Indonesia mulai mengalami BNPB juga telah mengadakan pelatihan
peningkatan. Titik api paling banyak bagi anggota TNI dalam penanggulangan
terpantau di Provinsi Riau. Berdasarkan asap atau api di tahun 2014. Pelatihan
data pada bencana-bencana sebelumnya, diselenggarakan di Gedung INA-DRTG
dampak karlahut di Riau selalu besar. pada tanggal 17 - 19 Juni 2014. Dengan
Sebagai ilustrasi, dampak karlahut di Riau pelatihan tersebut para peserta TNI
selama 26 Februari 2014 hingga 4 April diharap dapat meningkatkan kemampuan
2014 telah menyebabkan kerugian ekonomi dan keahlian baik secara teknis maupun
sekitar Rp. 20 triliun. Selain kerugian dalam manajerial dalam mengatasi bencana asap
nilai rupiah, 2.398 ha cagar biosfer terbakar, dengan tetap memahami konsep operasi
21.914 Ha lahan lainnya juga terbakar, yang berpegangan pada empat strategi.
58.000 orang terserang ISPA, sekolah- Pemadaman di darat, pemadaman melalui
sekolah diliburkan, hampir 6 juta jiwa udara, penegakan hukum, dan pelayanan
terpapar asap dan lainnya. Untuk menangani kesehatan bagi masyarakat terdampak. (rns)

Gema BNPB September 2014 51


Teropong

Geliat Berbagai
Gunungapi

Sepanjang delapan bulan pertama tahun 2014, beberapa gunungapi di


Indonesia mengalami peningkatan status vulkanik. Penentuan status gunungapi
adalah kewenangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),
Badan Geologi. Status tersebut dimaksudkan sebagai peringatan dini untuk
memberikan keselamatan masyarakat yang tinggal di sekitar gunung. Makna
status Siaga yaitu semua data menunjukkan aktivitas vulkanik yang terjadi
dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat
menimbulkan bencana. Tindakan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah
sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian, dan
piket penuh. Sedangkan status Waspada bermakna terdapat kenaikan aktivitas
di atas level normal, baik kegempaan, geokimia, deformasi, dan vulkanik lainnya.
Dalam kondisi ini maka tindakan yang diperlukan adalah sosialisasi, penilaian
bahaya, pengecekan sarana, serta pelaksanaan piket terbatas.

Sumber : BNPB
Gunung Sinabung selama jangka waktu yang lama tentunya
Diawali dengan Gunung Sinabung yang membuat berbagai aktifitas sehari-hari
sudah mulai mengalami erupsi sejak tahun warga menjadi terganggu. Hal ini menjadi
2013. Sejak dinaikkan statusnya menjadi tantangan tersendiri, baik untuk pemerintah
Awas (Level 4) pada 24 November 2013, maupun masyarakat.
Gunung Sinabung terus menunjukkan
aktifitas vulkaniknya. Akibatnya, masyarakat Untuk penanganan jangka panjang,
yang bermukim di radius 0-5 km dari pemerintah berencana akan merelokasi 5
Gunung Sinabung terpaksa mengungsi. desa yang terletak dalam radius 3 km dari
Pengungsi terpaksa tetap bertahan di lokasi Gunung Sinabung, yaitu Desa Simacem,
pengungsian hingga waktu yang belum bisa Bekerah, Sigarang-garang, Sukameriah, dan
ditentukan. Tinggal di lokasi pengungsian Sukanalu.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk membantu para pengungsi

1 Pengungsi mendapat cash for work (padat karya) dari BNPB sebesar Rp. 50.000,-/KK/
hari selama 2 bulan.
2 Pengungsi mendapat jatah hidup (jadup) dari Kemensos sebesar Rp. 6.000,-/orang/
hari dan 400 gram beras/orang/hari.
3 Penduduk yang tidak mengungsi namun melakukan berbagai aktivitas
membersihkan dan memperbaiki rumah atau taman atau kebun dan sebagainya
mendapat cash for work tapi tidak diberikan jadup.
4 Di bidang pendidikan, diberikan bantuan senilai Rp. 4,6 milyar untuk seragam
sekolah, peralatan sekolah, tenda belajar, program trauma healing dan beasiswa dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Beasiswa yang diberikan senilai Rp.
1 juta/tahun untuk SD, Rp. 1,5 juta/tahun untuk SMP, Rp. 2 juta/tahun untuk SMA/
SMK, dan Rp. 2,1 juta/semester untuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi setempat,
yaitu USU dan UNIMED membebaskan biaya SPP untuk siswa yang terdampak.
Selain itu, USU juga memberikan bimbingan belajar bagi siswa terdampak yang akan
menghadapi ujian nasional.
5 Di bidang pertanian, telah diserahkan kepada Bupati Karo bantuan berupa hand
tractor, cultivator, dan pompa air masing-masing 20 unit. Selain itu, diberikan juga
bantuan bibit berbagai sayuran, buah, dan ternak yang rencananya akan diberikan
mulai Februari hingga April 2014.
6 Di bidang pekerjaan umum, diberikan bantuan berupa 9 mobil tangki air bersih
untuk pelayanan pengungsi, pembangunan MCK, penyiraman untuk pembersihan
jalan, dll.

Gunung Kelud 2014 pukul 10.00 WIB. Peningkatan status


Selanjutnya pada bulan Februari, giliran Siaga menjadi Awas terjadi pada tanggal
Gunung Kelud yang menunjukkan aktivitas 13 Februari 2014 pukul 21.15 WIB dan
vulkaniknya. Peningkatan tersebut kemudian diikuti letusan pada pukul 22.50
berlangsung cukup cepat, dimulai dengan WIB.
perubahan dari status Normal ke Waspada
pada tanggal 2 Februari 2014 pukul 14.00 Gubernur Jawa Timur mengeluarkan
WIB. Status Waspada kemudian berubah Surat Keputusan yang menyatakan bahwa
menjadi Siaga pada tanggal 10 Februari tanggap darurat erupsi Gunung Kelud

Gema BNPB September 2014 53


berlaku mulai tanggal 13 Februari-12 personil dari pusat telah diturunkan untuk
Maret 2014. Penduduk yang berada membantu, terdiri dari BNPB, TNI, Polri,
dalam radius 10 km diungsikan ke tempat Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial,
yang lebih aman. Angin bertiup ke barat Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
menyebabkan dampak erupsi Gunung Perhubungan, dan Basarnas.
Kelud menjadi sangat luas dimana abu
vulkaniknya dirasakan hingga di Provinsi Gunung Merapi, Gunung Slamet, dan
Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Gunung Soputan
dan bahkan sebagian Jawa Barat. Erupsi Berikutnya pada bulan April dan Mei 2014,
Gunung Kelud juga menyebabkan sejumlah dalam tiga hari berturut-turut tiga gunungapi
bandara ditutup, yaitu Bandara Juanda dinaikkan status vulkaniknya.
(Surabaya), Adi Sumarmo (Solo), Adi Sucipto
(Yogyakarta), Abdurrahman Saleh (Malang),
Ahmad Yani (Semarang), Husein Sastranegara
Ketiga gunung tersebut
(Bandung), dan Tunggul Wulung (Cilacap).
1 Gunung Merapi di DI Yogyakarta dan
Jawa Tengah meningkat dari Normal
Korban meninggal akibat erupsi ini
(Level I) ke Waspada (Level II) pada
berjumlah 7 orang, semuanya berasal dari
tanggal 29 April 2014,
Kabupaten Malang. Korban yang mengalami
luka-luka dilaporkan sebanyak 1.423 orang, 2 Gunung Slamet di Jawa Tengah
dimana 31 orang diantaranya terpaksa harus meningkat dari Waspada (Level II) ke
menjalani rawat inap. Jumlah pengungsi Siaga (Level III) pada tanggal 30 April
mengalami puncaknya pada tanggal 17 2014,
Februari 2014, yaitu mencapai 87.629 jiwa. 3 Gunung Soputan di Sulawesi Utara
meningkat dari Waspada (Level II) ke
Siaga (Level III) pada tanggal 1 Mei
Dalam upaya penanggulangan 2014.
bencana erupsi Gunung Kelud,
Presiden RI pada tanggal 14 Terkait dengan peningkatan status Gunung
Februari 2014 memberikan Merapi dan Gunung Slamet, Kepala
beberapa arahan, yaitu : BNPB melakukan kunjungan kerja untuk
meninjau langsung kondisi Gunung Slamet
1 BNPB agar menangani dampak erupsi pada tanggal 1 Mei 2014. Selanjutnya,
Gunung Kelud dengan memperkuat pada tanggal 2 Mei 2014 diadakan rapat
atau mendampingi Pemda Kabupaten koordinasi teknis kesiapan penanggulangan
Blitar, Kediri dan Malang, bencana untuk menghadapi erupsi Gunung
Merapi dan Gunung Slamet di Jawa Tengah.
2 Penuhi semua kebutuhan pengungsi,
Rapat ini dihadiri oleh BPBD Kabupaten/
3 Gubernur Jawa Timur telah Kota dan Provinsi se-Jawa Tengah, Balai
diperintahkan merapat ke daerah Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
untuk memberikan bantuan, Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan
4 Memastikan ke PVMBG apakah akan Geologi Gunung Slamet, TNI, Polda, Basarnas
ada letusan berikutnya. serta unsur terkait lainnya di Kantor BPBD
Provinsi Jawa Tengah.
BNPB dan Kementerian/Lembaga lain
Dalam Rapat Koordinasi Teknis tersebut,
telah memberikan bantuan kepada
Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi
Pemda setempat. Adapun bantuan yang
Jawa Tengah, Sarwa Pramana, SH, M.Si,
diberikan BNPB sendiri adalah senilai Rp.
melaporkan bahwa BPBD Provinsi telah
3.800.732.390, berupa makanan tambahan
melakukan langkah-langkah antisipasi,
gizi, makanan siap saji, lauk pauk, masker,
antara lain rapat koordinasi dengan para
selimut, dan tenda posko. Lebih dari 5.000
pemangku kepentingan. Selain itu, Gubernur

54 Gema BNPB September 2014


Sumber : BNPB

Jawa Tengah juga sudah menerbitkan surat menjadi Siaga (level III) terhitung mulai 30
dengan nomor 361/003474 tanggal 17 Mei 2014 pukul 16.00 WITA.
Maret 2014 perihal Antisipasi Aktivitas
Gunung Slamet. Upaya pencegahan lain Gunung Sangeang Api terletak di Pulau
yang telah dilakukan adalah melakukan Sangeang yang merupakan pulau vulkanik
sosialisasi, simulasi dan geladi, serta dimana penduduknya telah dikosongkan
menyampaikan informasi tentang titik melalui transmigrasi lokal ke Kecamatan
kumpul dan jalur evakuasi. Kepala BNPB, Wera (Sangeang darat) sejak tahun 1985.
DR. Syamsul Maarif, M.Si, menyampaikan Transmigrasi dilakukan oleh 263 KK setelah
agar melibatkan LSM dalam penanganannya. letusan tahun 1953 dan tahun 1985. Lahan
Penanganan darurat menjadi tanggung yang ditinggalkan saat ini telah berkembang
jawab kabupaten, jika lebih dari level menjadi ladang dan rumah sementara
kabupaten, maka provinsi yang mengambil (salaya) yang umumnya ditempati saat
tanggung jawab. Selain itu, upaya lain yang musim tanam (Agustus-November) dan
harus dilakukan adalah membuat rencana musim panen (Maret-Mei). Ladang dan salaya
kontinjensi, rencana aksi, prosedur tetap ini berada di kawasan rawan bencana (KRB)
(protap) yang dibuat berdasarkan Peraturan III, yaitu kawasan yang sering terlanda awan
Kepala BNPB No. 10 Tahun 2010 tentang panas, aliran lava, lontaran atau guguran
Pedoman Komando Tanggap Darurat batu pijar, dan gas beracun.
Bencana dan Peraturan Kepala BNPB No. 6a
Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Penduduk Sangeang darat memiliki kebun
Dana Siap Pakai Pada Status Keadaan di Pulau Sangeang Api sehingga saat terjadi
Darurat Bencana. letusan penduduk yang sedang berada di
kebun dievakuasi dengan menggunakan
Gunung Sangeang Api kapal. Proses evakuasi dibantu oleh BPBD
Pada akhir bulan Mei giliran Gunung Bima bersama SAR, TNI, dan Polri dari
Sangeang Api yang terletak pada Kecamatan Pulau Sangeang. Tidak ada korban jiwa
Wera Timur, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa maupun pengungsi pada peningkatan
Tenggara Barat yang mengalami erupsi. Pada status Gunung Sangeang Api ini. Sebanyak
tanggal 30 Mei 2014 pukul 15.55 WITA 7.328 jiwa (1.748 KK) dari 4 desa yang
terjadi letusan di Gunung Sangeangapi. berjarak 8 km dari Gunung Sangeangapi,
Tinggi letusan mencapai 3.000 meter ke yaitu Desa Sangeang, Oitoi, Tadewa, dan
arah barat dan abu vulkaniknya sebagian Langgasolo, terkena hujan abu yang cukup
besar jatuh ke laut. Dengan adanya letusan parah. Sejak dinaikkan statusnya, aktivitas
tersebut, PVMBG menaikkan status Gunung Gunung Sangeang Api terus meningkat.
Sangeang Api dari Waspada (level II) Pada tanggal 31 Mei 2014 terjadi dua

Gema BNPB September 2014 55


letusan yang cukup besar, yaitu pukul bersama unsur terkait menggelar Rapat
01.30 WITA dan 10.42 WITA. Kondisi di Koordinasi Penanganan Dampak Letusan
Kecamatan Wera, Kabupaten Bima gelap Gunung Sangeang Api. Kepala BNPB telah
tertutup abu vulkanik. Abu vulkanik juga memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB
menyebar ke wilayah lain di Kabupaten mendampingi penanganan darurat, termasuk
Bima, yaitu Kecamatan Sape, Ambalawi, memberikan bantuan yang diperlukan BPBD.
serta kabupaten lain, yaitu Kabupaten
Manggarai Barat, Manggarai, dan Sumba BNPB telah memberikan Dana Siap Pakai
Timur, serta Kota Bima. Dua bandara di NTB ke BPBD Provinsi NTB sebesar Rp. 150
yaitu Bandara Bima dan Bandara Tambolaka juta dan sudah disalurkan langsung oleh
ditutup sementara. Bandara Bima ditutup BPBD Provinsi NTB ke BPBD Kabupaten
mulai 31 Mei 2014 pukul 13.04 WIT hingga Bima sebesar Rp. 100 juta. Sebelumnya
pukul 18.00 WIT dan Bandara Tambolaka BNPB melalui BPBD Provinsi NTB telah
ditutup mulai 31 Mei 2014 pukul 13.00 WIT memberikan bantuan langsung berupa
hingga 1 Juni pukul 13.00 WIT. barang 2.000 lembar masker, 100 lembar
selimut, 15 paket makanan siap saji, 50
PVMBG kemudian menetapkan Kawasan paket lauk pauk, 250 dus air mineral, 50
Rawan Bencana (KRB) III pada radius 1 km suplemen gizi, 100 lembar matras, 89
dan KRB II radius 5 km dari pusat kawah lembar tikar, 70 paket peralatan dapur, 30
Gunung Sangeangapi. Pemukiman penduduk paket kompor, 30 lembar terpal gulung, 50
terdekat, yaitu Kecamatan Wera, berjarak paket pakaian anak-anak, 50 paket sandang,
8 km dari kawah Gunung Sangeangapi dan150 paket pakaian keluarga.
sehingga masih aman dari dampak lontaran
material/awan panas Gunung Sangeangapi. Gunung Slamet
BPBD Provinsi NTB, BPBD Kabupaten Yang terakhir, pada bulan Agustus 2014
Bima, dan BPBD Kabupaten Sumba Timur Gunung Slamet yang sempat diturunkan
telah mendistribusikan masker kepada statusnya ke Level II pada bulan Mei 2014
masyarakat Bima. Masyarakat dihimbau ini, kembali menunjukkan peningkatan
untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. aktivitas vulkanik sejak bulan Juni 2014.
BPBD, TNI, Polri, PMI, Tagana, SKPD dan Pada periode 1-11 Agustus 2014 tercatat
ORARI telah melakukan penanganan darurat. terjadi 474 kali gempa letusan atau
Surat keputusan Tanggap Darurat ditetapkan sekitar 43 kejadian/hari, 5.070 kali gempa
oleh Bupati Bima dalam Keputusan Bupati hembusan atau 456 kejadian/hari.
No. 188.45/462/010/2014 tanggal 31
Mei 2014 dan berlaku selama 7 hari. Berbagai peningkatan aktivitas vulkanik
Pada tanggal 1 Juni 2014, Bupati Bima ini menimbulkan potensi terjadinya erupsi

Sumber : BNPB

56 Gema BNPB September 2014


hingga akhirnya pada tanggal 12 Agustus Sebagai langkah antisipasi, BPBD Provinsi
2014 pukul 10.00 WIB statusnya kembali Jawa Tengah telah mengirimkan stok logistik
dinaikkan menjadi Siaga (Level III). dan masker ke lokasi. Selain itu, Kepala BNPB
juga memerintahkan jajaran BNPB dan BPBD
agar menyempurnakan rencana kontinjensi
Berdasarkan peningkatan status erupsi Gunung Slamet. Sebagai langkah
ini, maka PVMBG mengeluarkan selanjutnya, pada tanggal 26 Agustus 2014
rekomendasi diadakan Rapat Koordinasi Dukungan
Operasional Kesiapsiagaan Bencana Erupsi
Gunung Slamet di Provinsi Jawa Tengah.
1 Masyarakat dan pengunjung/ Rapat ini diadakan di Kantor Bakorwil III,
wisatawan tidak diperbolehkan
Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Rapat
mendekati kawah yang ada di puncak
diikuti sekitar 70 orang yang terdiri dari
Gunung Slamet dalam radius 4 km dari
perwakilan BNPB, BPBD, Kementerian dan
kawah aktif.
Lembaga terkait dan SKPD dari 5 kabupaten
2 Masyarakat di sekitar Gunung Slamet di sekitar Gunung Slamet.
diharap tenang tidak terpancing isu-isu
tentang erupsi Gunung Slamet dan Seusai rapat, rombongan dari BNPB dan
harap selalu mengikuti arahan dari PVMBG yang didampingi oleh BPBD
BPBD setempat. Kabupaten Banyumas melakukan peninjauan
3 Masyarakat yang berada dalam di beberapa lokasi untuk mengecek
Kawasan Rawan Bencana II (KRB kesiapsiagaan yang telah dilakukan.
II) untuk selalu waspada dan Dari peninjauan ini diperoleh informasi
memperhatikan perkembangan bahwa untuk para pihak perangkat desa
Gunung Slamet yang dikeluarkan oleh maupun relawan dan TNI sudah siap dan
BPBD setempat. tahu tugasnya. Rencana kontinjensi sudah
4 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi disusun dan sudah dilakukan sosialisasi ke
Bencana Geologi berkoordinasi dengan masyakarat. Perlu dilakukan simulasi agar
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sosialisasi lebih mengena dan masyarakat
(BPBD Provinsi), BPBD Kabupaten lebih memahaminya. (rns)
Pemalang, Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal,
dan Kabupaten Purbalingga tentang
aktivitas Gunung Slamet.
5 BPBD Kabupaten Pemalang, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Brebes,
Kabupaten Tegal, dan Kabupaten
Purbalingga agar senantiasa
berkoordinasi dengan Pos Pengamatan
Gunungapi Slamet di Desa Gambuhan,
Kecamatan Pulosari, Kabupaten
Pemalang atau Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
6 Badan Geologi akan selalu
berkoordinasi dengan BNPB,
BPBD Provinsi, BPBD Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal,
dan Kabupaten Purbalingga dalam
memberikan informasi tentang
kegiatan Gunung Slamet. Sumber : BNPB

Gema BNPB September 2014 57


Teropong

Media Center
Tanggap Darurat Bencana

Sumber : bnpb
ungguh tepat kiranya julukan Negara berkembang. Arus data dan informasi perlu
Supermaket Bencana atau Laboratorium dikelola dengan baik untuk memberikan
Bencana bagi Indonesia. Julukan itu rekomendasi yang tepat bagi pengambil
diperkuat dengan data bencana Indonesia kebijakan dan keputusan dalam masa tanggap
yang terus menunjukkan frekuensi bencana darurat.
yang cukup tinggi. Berdasarkan info bencana
BNPB, tercatat sejak Januari – Agustus 2014 Lesson learned penanganan Erupsi Merapi
telah terjadi 972 kejadian bencana yang 2010 bahwa informasi seputar bencana
mengakibatkan hampir 380 jiwa meninggal alam yang terjadi di suatu wilayah sangat
dunia dan lebih kurang 1.7 juta jiwa dalam penting disebarluaskan kepada masyarakat
kondisi menderita dan mengungsi. Pasca dan termasuk media massa, sehingga situasi
tsunami aceh 2014. Perlu kita berkilas balik kepanikan dan kesimpangsiuran informasi
terkait fenomena alam yang mengakibatkan yang diterima masyarakat bisa dikendalikan.
bencana Indonesia, mulai gempabumi Padang, Oleh karena itu, penyelenggaraan
banjir bandang Wasior, gempabumi Yogjakarta, penanggulangan bencana perlu dikoordinasi
banjir Jakarta, kebakaran lahan dan hutan Riau, dengan cepat, tepat, efektif dan akuntabel. Hal
gempabumi Aceh Tengah, jebolnya bendungan ini agar korban jiwa, kerusakan, dan kerugian
Way Ela Ambon, banjir Manado hingga erupsi harta benda dapat diminimalisir dengan
Gunung Sinabung dan Kelud. Bencana alam baik. Menyikapi dinamika situasi komunikasi
ini telah memberikan dampak yang luar biasa data dan informasi pada masa tanggap
terhadap sebagian masyarakat Indonesia. darurat, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) telah menyiapkan pedoman
Cerminan kondisi dan situasi tanggap darurat, pembentukan media center tanggap darurat
pengelolaan dari data dan informasi bencana bencana agar tugas kehumasan sebagai
menjadi hal yang penting dan tidak terpisahkan penyebar informasi dan pendokumentasian
dalam penanganan tanggap darurat bencana. kegiatan Penanggulangan Bencana. Media
Data dan informasi selalu bergerak dinamis, center tanggap darurat bencana merupakan
perubahan data terjadi sangat cepat dan bagian dari strukur pos komando dengan
informasi seputar bencana dilapangan sangat tujuan agar data dan informasi yang masuk

58 Gema BNPB September 2014


dan keluar untuk kepentingan publik dapat center dalam memberikan layanan informasi,
dilakukan secara terorganisasi sebagai diantaranya kontribusi penyampaian berita
bentuk pelayanan bagi stakeholder termasuk ke media online Info Publik, dan penyalur
masyarakat yang membutuhkan. informasi di daerah. Sedangkan Fungsi Media
Center yang kedua adalah pada saat terjadi
Peraturan Kepala BNPB No. 8 Tahun 2013 bencana merupakan unit pendukung Posko
tentang Pedoman Media Center Tanggap Tanggap Darurat. Media Center memiliki
Darurat Bencana, mendefenisikan bahwa Media peranan strategis dalam menyampaikan
Center Tanggap Darurat Bencana sebagai unit informasi, termasuk didalamnya bagaimana
pelayanan informasi kebijakan Pos Komando mencegah adanya konflik terhadap isu yang
Tanggap Darurat Bencana berbasis teknologi sedang hangat, dan mencegahnya melalui
informasi dan komunikasi untuk menyediakan media center.
informasi yang diinginkan, memberikan
kemudahan dan kecepatan dalam diseminasi Implementasi Media Center Tanggap Darurat
informasi yang aktual, obyektif, dan faktual. Bencana
Tim yang bertugas dalam pekerjaan ini adalah Sejak diterbitkannya peraturan tersebut,
orang-orang yang memiliki keahlian dibidang BNPB telah melakukan kegiatan media center
komunikasi, pengumpulan, pengelolaan, tanggap darurat bencana pada pos komando,
penyajian data, dan informasi, administrasi di antaranya saat penanganan bencana asap
serta profesi dibidang teknisi dan reporter. riau, erupsi gunung sinabung, banjir jakarta,
Mereka berperan penting dalam penyajian penanganan jebolnya bendungan Way Ela
data tanggap darurat bencana. Media Ambon, dan sebagainya. Media center selalu
Center Tanggap Darurat Bencana menjadi update untuk dalam memberikan informasi
salah satu penyalur informasi yang sangat mengenai jumlah pengungsi, korban jiwa,
dibutuhkan oleh masyarakat karena fungsi kebutuhan mendesak yang diperlukan
media center itu sendiri adalah memastikan hingga memberikan keterangan pers. Sharing
masyarakat dan wartawan dapat mengakses informasi kepada publik melalui unit ini
informasi mutakhir penanggulangan bencana menjadi perlu sebagai bentuk publikasi
yang dibutuhkan,mengkoordinasi dan penanggulangan bencana yang sedang
mengoperasikan yang menjadi tugas pokok dilakukan dan juga untuk memudahkan bagi
media center. mereka yang ingin memberikan bantuan
kemanusiaan.
Fungsi Media Center
Dalam kesempatannya saat penanganan erupsi Kehadiran media center di lokasi bencana
merapi tahun 2010, Kasubdit Media Online sangatlah penting khususnya dalam
Direktorat Pengelolaan Media Publik, Ditjen penyalur informasi yang terkait dengan
Informasi dan Kementerian Komunikasi dan bencana yang sedang terjadi. Pemerintah,
Informatika, Hyppolitus Layanan menegaskan Pemerintah Daerah, LSM dan masyarakat
bahwa Kementerian Kominfo diberi tanggung itu sendiri memiliki kepentingan dalam
jawab dalam memfasilitasi seluruh provider upaya-upaya kemanusiaan. Di samping itu,
dalam mengoptimalisasikan penguatan media massa juga berperan sebagai elemen
jaringan telekomunikasi di daerah yang rawan pendukung dalam penyebarluasan informasi
bencana, pelayanan Wi-fi, dan pemberdayaan situasi bencana sehingga dapat membantu
radio komunitasi serta radio komunikasi masyarakat untuk memahami apa yang
antar penduduk seperti RAPI dan ORARI yang sedang terjadi dan apa yang dihadapi nanti
pembinaannya berada dibawah Direktorat jika terjadi bencana. Saat ini media center
Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan tanggap darurat bencana telah menjadi salah
Informatika (SDPPI). satu materi belajar bagi pelaku kebencanaan
di daerah yang disampaikan melalui kegiatan
Hyppo mengatakan, fungsi media center itu bimbingan teknis data, informasi dan
ada dua. Pertama adalah sebagai humas kehumasan BNPB maupun saat pelatihan
pemerintah sesuai dengan tata kelola media Satuan Reaksi Cepat PB (ari)

Gema BNPB September 2014 59


Profil

Sumber : BNPB
Bekerja
dengan Hati
untuk Hasil
Masterpiece
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Ir. Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc.

Menjabat posisi tertinggi sebagai seorang pengawai


negeri sipil tidak pernah terbayangkan oleh Bernardus
Wisnu Widjaja muda. Sosok yang merintis karir sejak
26 tahun lalu ini akhirnya didaulat dan diangkat
sebagai Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dulu, pria yang diterima sebagai PNS di Badan
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) tidak
menyangka akan bergelut dengan penanggulangan
bencana seperti sekarang. Segudang pengalaman
penanggulangan bencana dimiliki, baik di belakang
meja hingga operasi di lapangan.

W
isnu Widjaja muda yang lulus dari Fakultas Geologi
Universitas Gadjah Mada ini mulai mengabdikan diri
sebagai PNS di BPPT pada tahun 1988. Ditempatkan
di Bagian Perencanaan, pria yang dilahirkan di Denpasar
53 tahun lalu disibukkan dengan melakukan program-
program di BPPT. Namun, pengalaman lain diperoleh pada
saat melakukan pekerjaan yang bersifat teknis pada Proyek
Tri Bima Sakti. Proyek ini menggarap pengkajian kelayakan
infrastruktur jembatan penghubung antar pulau, saat itu
rencananya Jawa-Bali, Jawa-Sumatera, dan Jawa-Madura
(Jembatan Suramadu).

Gema BNPB September 2014 61


Pada saat di BPPT, kesempatan melanjutkan “Dari awal Badan yang mengurusi
pendidikan S2 di luar negeri mampu penanggulangan bencana (Bakornas
menambah wawasan dan pengalaman PBP) yang kemudian dimantapkan
berharga, yang membentuknya seperti kelembagaannya melalui Undang-Undang
sekarang ini. Seusai menerima gelar master menjadi BNPB sangat strategis, meskipun
of science di bidang Engineering Geology dari maju tidaknya lembaga ini sangat tergantung
Department Earth Sciences, Universitas Leeds dari leadership pimpinan dan komitmen para
di Inggris, pria yang hobi bermain tenis ini karyawannya” jelas pria yang juga menjabat
sempat masuk ke dalam Tim Asistensi Teknis Co-Director Australia-Indonesia Facility for
Pembangunan Jembatan Barelang (Batam- Disaster Reduction (AIFDR).
Rempang-Galang) di bawah koordinasi
Profesor B.J. Habibie. Pria yang memiliki dua anak ini mengawali
karir sebagai Kepala Sub Bidang Mitigasi
Bergelut dengan bidang geologi membawa di Bakornas PBP. Karir meningkat hingga
ketertarikan terhadap mitigasi. Mitigasi atau menduduki jabatan eselon II ketika lembaga
upaya untuk mengurangi risiko bencana, ini berganti menjadi BNPB. Menjabat
baik melalui pembangunan fisik maupun Direktur Pengurangan Risiko Bencana dan
penyadaran dan peningkatan kemampuan Direktur Kesiapsiagaan pada Kedeputian
menghadapi ancaman bencana dilakoni Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan telah
sejak bergabung dengan Tim Asistensi dijabat sebelum akhirnya berpindah sebagai
Mitigasi Bencana di bawah Menristek pada Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BNPB
tahun 2000. Saat itu Menristek menunjuknya pada 2012. Berselang dua tahun, tepatnya
sebagai Ketua Kelompok kerja Banjir dan Januari 2014 tantangan baru sebagai
Longsor. seorang Deputi berada di pundaknya.

Mengabdi di Bencana Masa pengabdian di BNPB tidak hanya di


Pengalaman di bidang mitigasi inilah yang belakang meja, operasi penanggulangan
mendorong keterlibatannya di Badan bencana yang berupa tanggap darurat pun
Koordinasi Nasional Penanggulangan menariknya ke lapangan. “Sempat hampir
Bencana dan Pengungsi (Bakornas PBP), tiga tahun membantu dalam kesekretariatan
cikal bakal terbentuknya BNPB. Pemikiran Kepala BNPB menyebabkan terlibat banyak
yang jauh ke depan memantapkan untuk dalam operasi tanggap darurat yang
melanjutkan karir PNS ternyata terwujud. dipimpin Bapak Kepala BNPB. Saya belajar
Namun, syarat yang dimintanya saat banyak dari Bapak Syamsul Maarif yang
pertama kali bergabung dengan Bakornas sangat menghargai ide-ide dari anak buah,”
PBP adalah tetap bergelut di bidang kenang Deputi yang salah satu anaknya
mitigasi. “Kalau di pengungsi tidak mau,” bekerja di Facebook, Inc yang bermarkas di
ungkap Wisnu seolah-olah merasa yakin California, Amerika Serikat. Operasi tanggap
tidak akan bergelut di bidang darurat dilakukan pada saat bencana seperti
pengungsian. gempabumi dan tsunami Aceh (2004),
gempabumi Yogyakarta (2006), gempabumi
Bersama dengan teman-teman seniornya Padang (2009), dan erupsi Merapi (2010).
yang sekarang sudah pensiun, salah
satunya Sugeng Triutomo, mulai merintis Strategi PRB pada Rehab-Rekon
BNPB setelah disahkan Undang- Berbicara penanggulangan bencana tentu
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang tidak terlepas dari strategi pengurangan
Penanggulangan Bencana. Pilihan mengabdi risiko bencana (PRB). Strategi ini
di Bakornas PBP sempat diragukan oleh diadopsi oleh banyak negara sebagai
para rekan kerja di BPPT. “Kenapa kerja di pengarusutamaan dalam penanggulangan
sana, kerjaannya tidak jelas,” kata Deputi bencana. Konsep ini tentunya diterapkan
sembari mengingat pendapat teman-teman juga pada tahap-tahap rehabilitasi dan
saat itu. rekonstruksi.

62 Gema BNPB September 2014


Dari awal Badan yang
mengurusi penanggulangan bencana
(Bakornas PBP) yang kemudian
dimantapkan kelembagaannya melalui
Undang-Undang menjadi BNPB sangat
strategis, meskipun maju tidaknya
lembaga ini sangat tergantung dari
leadership pimpinan dan komitmen
para karyawannya.

Sumber : BNPB

Merasa memiliki ketertarikan dengan pembangunan ini juga harus diawasi oleh
bidang mitigasi, Deputi yang merintis konsultan teknis atau fasilitator yang
berdirinya Pusat Pengendali Operasi BNPB profesional,” tambah mantan Kepala Sub
ini berpendapat bahwa Unit Rehabilitasi Bidang Pemetaan dan Tata Guna Lahan Tim
dan rekonstruksi pasca bencana adalah Pembangunan Pulau Natuna.
merupakan tempat untuk mempraktekkan
konsep-konsep pengurangan risiko Pada kedeputian bidang rehabilitasi dan
bencana. Pada unit inilah mitigasi bencana rekonstruksi ditetapkan kebijakan bahwa
dapat diimplementasikan, baik berupa sekitar 10% anggaran yang ada digunakan
mitigasi struktural maupun non struktural. untuk PRB. Deputi mencontohkan seperti
Menurutnya, kebijakan untuk membangun kebijakan relokasi yang bisa dijalankan
lebih aman dengan mengharuskan apabila suatu masyarakat memang harus
pembangunan dengan struktur bangunan direlokasi, mengingat potensi ancaman
mengikuti standar aturan/persyaratan teknis yang sangat besar. Jadi, mitigasi struktural
atau building code dari kementerian yang dan non struktural dapat diterapkan pada
berwenang, dalam hal ini Kementerian kedeputiannya.
Pekerjaan Umum. Building code merupakan
prinsip yang harus ada pada tahapan Pemikiran terhadap Rehab-Rekon
rehabilitasi dan rekonstruksi. Di samping Rehabilitasi dan rekonstruksi maksimal
itu, pembangunan kembali juga harus berlangsung tiga tahun setelah bencana
memperhatikan peta risiko bencana. “Proses yang terjadi di suatu wilayah. Setelah itu,

Gema BNPB September 2014 63


Need Assessment). BNPB sendiri kemudian
Indonesia termasuk mengadaptasikan dan merangkum paket
dalam kelompok metodologi ini menjadi satu metode,
kecil negara-negara yaitu Jitu PB (Pengkajian Kebutuhan Pasca
yang secara konsisten Bencana), yang saat ini telah dibakukan
mengimplementasikan menjadi Peraturan kepala BNPB No. 15
tahun 2011 tentang Jitu PB. Selanjutnya atas
kaidah-kaidah yang
arahan Kepala BNPB, istilah Jitu PB diganti
disarankan oleh menjadi Jitu Pasna karena istilah PB sudah
Perserikatan Bangsa- umum diartikan sebagai penanggulangan
Bangsa (PBB). bencana.

Selanjutnya, hasil kajian Jitu Pasna disusun


mekanisme pembangunan menggunakan menjadi Rencana Aksi Rehabilitasi dan
skema sesuai pada program pembangunan Rekonstruksi dengan melibatkan seluruh
yang regular. Sehubungan dalam konteks pemangku kepentingan, baik dari nasional,
ini, Badan Perencanaan Pembangunan pemerintah daerah, perwakilan masyarakat
Nasional (Bappenas) sangat berperan pada dan dunia usaha. Renaksi inilah yang
masa transisi untuk pengalihan dari proses disepakati bersama untuk dilaksanakan.
pembangunan pasca bencana ke program Dokumen ini secara jelas menyebutkan
pembangunan secara regular karena pembagian kewenangan dan tanggungjawab
Bappenes memiliki fungsi kontrol proses penganggaran serta pelaksanaannya.
pembangunan tersebut. Pemerintah akan memberikan bantuan
yang sifatnya stimulan dan mengharapkan
Dalam pelaksanaan pembangunan kembali pemerintah daerah dan masyarakat yang
yang lebih baik dan lebih aman atau“build terdampak secara mandiri menuntaskan
back better” dari kondisi sebelum bencana pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksinya
haruslah dilaksanakan secara sistematis menjadi lebih baik dan lebih aman.
dengan pengaturan dan pengelolaan yang
baik. Untuk mencapai hasil yang optimal Secara umum, tantangan yang dihadapi
sebagaimana yang diinginkan, proses adalah ketersediaan anggaran dan komitmen
pembangunan kembali ini harus diawali dari para pelaku. Banyak pemerintah
dengan perencanaan yang baik, dilakukan daerah masih punya anggapan bahwa
pembagian tanggung jawab pelaksanaan urusan bencana adalah urusan pemerintah
serta penganggarannya serta pengawasan dalam hal ini BNPB sehingga kontribusinya
dan pengendalian. dalam penganggaran penanganan bencana
sangat minim. Meskipun demikian, saat ini
Indonesia termasuk dalam kelompok kecil beberapa pemerintah daerah sudah mulai
negara-negara yang secara konsisten sadar akan pentingnya investasi untuk
mengimplementasikan kaidah-kaidah yang melakukan upaya-upaya preventif untuk
disarankan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa mengurangi dampak bencana. Hal ini terlihat
(PBB). Pada perencanaan rehabilitasi dan dari jumlah anggaran yang disediakan, serta
rekonstruksi, langkah awal yang dilakukan maraknya aktivitas-akitivitas pengurangan
adalah pembuatan rencana aksi (renaksi) risiko bencana. Pada sisi lain, pemerintah
yang berdasarkan pada kaji kerusakan, pusat, dimana setelah rencana aksi selesai
kerugian dan kebutuhan masyarakat disusun, masih ada tahapan panjang untuk
korban bencana dengan menggunakan menurunkan anggaran. Usulan pendanaan
metode Damage and Losses Assessment dari rencana aksi tersebut harus diajukan
(DaLa) dari Eclac (Economic Commission ke Kementerian Keuangan kemudian dari
for Latin America and the Caribbean) yang menteri keuangan dikirim ke DPR untuk
dilanjutkan dengan HRNA (Human Recovery memintakan persetujuan baru kemudian
Need Assessment) dan PDNA (Post Disaster masuk ke DIPA BNPB.

64 Gema BNPB September 2014


Sumber : BNPB
Mekanisme penyediaan anggaran yang lebih pendapatan masyarakat melalui peningkatan
cepat diakses saat ini sedang dipikirkan kapasitas produksi dan pemasaran masih
untuk percepatan pelaksanaan program lemah. Bahkan pelibatan dunia usaha dalam
rehabilitasi dan rekonstruksi yang mendesak membangun kembali daerah pasca bencana
harus segera dilakukan. Semakin lama masih berjalan sendiri-sendiri belum sinergi,
program Rehabilitasi dan rekonstruksi terintegrasi dan terencana dengan baik.
ini tertunda, maka akan semakin banyak
timbul permasalahan baru, yang akan Keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber
semakin memperumit permasalahan. Hal ini daya manusia baik di BNPB maupun di
sangat berpotensi memperpanjang derita BPBD merupakan tantangan tersendiri.
masyarakat korban bencana. Beberapa Permasalahan dihadapi sejak penyusunan
pemikiran terkait penggunaan mekanisme rencana aksi khususnya dalam penyajian
risk transfer (asuransi) dan pooling funds data yang akurat dan “terkunci” dengan by
sedang digodog di Kementerian Keuangan. name, by address, by photo dan by coordinate.
“Kita harus mampu mengunci data
Untuk membangun kembali secara lebih walaupun sifatnya sementara untuk bisa
baik dan lebih aman, tentunya jangan segera melakukan perencanaan dan aksi
sampai sebatas pada slogan belaka. Saat pelaksanaan pembangunan. Semakin lama
ini pembangunan kembali masih diukur data dari lapangan akan memperlambat
terhadap capaian fisik hasil pembangunan analisisnya, dan tentu semakin lama rencana
semata bahkan pembangunan sosial aksi dapat diselesaikan.” jelas Deputi.
ekonomi masih terlihat dikesampingkan.
Usulan-usulan rehabilitasi dan rekonstruksi Terobosan pemikiran terkait rehabilitasi
dari daerah masih menonjol berupa dan rekonstruksi adalah pemanfaatan
usulan pembangunan fisik seperti rumah, teknologi informasi dan komunikasi. “Yang
jembatan, jalan, irigasi dan sebagainya. saya inginkan ini, mestinya melibatkan
Usulan program yang terkait dengan e-government,” jelas Pak Wisnu. Hal tersebut
pemberdayaan masyarakat, peningkatan mengacu pada proses pengambilan data

Gema BNPB September 2014 65


Sumber : BNPB

di lapangan yang seharusnya dapat dukungan analisis atau konsep PRB dari
dilakukan secara efisien, transparan, dan unit lain. “Belum kuat, kesannya masih jalan
cepat. Deputi mencontohkan pemanfaatan sendiri-sendiri. Ke depan perlu koordinasi
teknologi ini ketika petugas lapangan atau antar unit dan yang sangat penting
surveyor dengan cepat memberikan laporan membuat rencana strategis yang bersifat
kerusakan atau kerugian di lapangan. teknis dan dihasilkan secara bersama,” ujar
Melalui perangkat tablet, petugas dapat Pak Wisnu, panggilan akrabnya.
secara cepat menentukan koordinat, tingkat
kerusakan, serta menyertakan pemilik Manajemen organisasi selalu menjadi
rumah yang rusak tersebut. Gagasan ini perhatian dan ini telah dilakukan di
tidak hanya melibatkan pakar informasi dan kehidupan keluarganya. Memberikan
teknologi tetapi juga perlunya kerjasama dukungan yang penuh bagi pejabat dan
dengan Kementerian Dalam Negeri, terkait staf di lingkungan kerja sebagai refleksi
dengan identitas tunggal. Menurutnya bagaimana yang dilakukan di dalam
mungkin hal ini dapat dilakukan di wilayah- keluarganya. Menurutnya, memberikan
wilayah yang rawan bencana terlebih kesempatan kepada staf untuk suatu ide
dahulu. atau melanjutkan studi merupakan bentuk
perhatian yang sangat serius terhadap
Penguatan BNPB penguatan BNPB. Deputi menginginkan
BNPB sebagai lembaga yang khusus BNPB sebagai learning organization dimana
dalam penanggulangan bencana perlu semua pegawai harus berbicara dan diajak
peningkatan dalam segi perkuatan berbicara. Visi bersama menjadi sangat
koordinasi antar unit di dalam BNPB sendiri. penting dan itu terlahir sebagai tugas
Rencana aksi pada program rehabilitasi masing-masing pegawai. Bekerja harus
dan rekonstruksi idealnya mendapatkan dengan hati.

66 Gema BNPB September 2014


Di sisi lain, penguatan lembaga juga dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
ditunjukkan dengan cara berbeda. Selama yang sungguh berharga. Dengan
mengabdi pada Pusat Pendidikan dan pengalaman hidup di negeri orang, kita bisa
Pelatihan BNPB, road map perlu digagas. mendapatkan referensi untuk mengukur
“Di Pusdiklat, kami melakukan road map. seperti apa sebaiknya kita (dalam arti
Sementara di sini belum ada target, misalnya personal maupun Negara) melangkah
untuk 10 tahun ke depan,” jelas Wisnu maju menuju masyarakat tangguh dan
Widjaja. Dia menambahkan bahwa pada saat sejahtera. Dalam bekerja tidak cukup hanya
memimpin Pusdiklat, target yang hendak ketekunan, tetapi juga totalitas dalam
dicapai pada dua tahun pertama adalah berkarya di mana pun tempatnya. Menurut
pengakuan pada tingkat nasional. Dua tahun Deputi bahwa apa yang kita inginkan belum
berikutnya di tingkat ASEAN, dua tahun tentu yang terbaik untuk posisi kita. Namun
berikutnya di tingkat Asia, dan dua tahun kita seharusnya menghayati apa yang
kemudian dilihat secara global sebagai menjadi tugas kita.
referensi dunia.
“Bekerja dengan hati dan yang dikerjakan itu
Menurutnya, tantangan yang masih harus sebagai masterpiece maka kita akan dilihat
dijawab yaitu mengenai monitoring dan orang,” tambah Deputi.
evaluasi atau monev. “Monev tidak hanya
sampai pada output tetapi sampai ke
impact,” tambah Deputi. Dia mencontohkan
monev yang sampai ke dampak seperti pada
pertanyaan apakah huntap bagi masyarakat Bekerja
itu dipakai atau tidak, kemudian apakah dan
sejauh mana bermanfaat bagi penghuninya.
dengan hati dan
Demikian juga mengenai tantangan lain
adalah pada sumber daya manusia.
yang dikerjakan
itu sebagai
Melihat BNPB hingga kini, menurut Deputi
masih banyak pekerjaan rumah yang harus masterpiece maka
ditingkatkan. “Semua unit punya rencana.
Mestinya program-program (seperti rencana kita akan dilihat
aksi), setiap unit tahu tentang rencana aksi
tersebut. Perlu sering diselenggarakan
orang.
pertemuan sehingga diperoleh persepsi
dan pemahaman yang sama,” kata Deputi.
Menyamakan visi dan tugas. Deputi juga
berpendapat bahwa setiap pegawai harus Hal tersebut telah ditekuninya sepanjang
merasa besar bersama BNPB. Deputi hidup dan bahkan diterapkan di dalam
mencontohkan arahan Kepala BNPB Syamsul keluarga. Salah satunya memberikan
Maarif bahwa jangan kita besar karena kesempatan yang besar bagi anak-anaknya
organisasi tapi organisasi besar karena kita untuk mendapatkan pendidikan terbaik.
ada di situ. Ini pun ditunjukkan kepada para pegawai
untuk melanjutkan studi S2 atau S3.
Ke depan, Deputi sangat mengharapkan Namun yang diharapkan Deputi ketika
BNPB dipenuhi pegawai yang memiliki fisik menempuh pendidikan bahwa kita tidak
dan intelektualitas tinggi dan pengabdian hanya mendapatkan pengetahuan tetapi
kepada kemanusiaan. Salah satu cita-citanya nilai (value). Deputi berpendapat nilai sangat
adalah turut membesarkan BNPB. penting dalam pengembangan diri untuk
menjadi manusia yang utuh, dan bukan
Pengembangan Diri semata-mata kerja itu hanya untuk rejeki
Melanjutkan studi di luar negeri sangat uang. (phi)

Gema BNPB September 2014 67


Snapshot

Sumber : Biro Pers Istana

Penyematan anugerah tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana kepada Kepala


BNPB, DR. Syamsul Maarif, M.Si.

Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan Media Summit on Climate Change ICTs and
2014 di Surabaya. Disaster Reduction di Jakarta.

Kunjungan kerja Angkatan Darat Kerajaan Inggris Rakor tingkat menteri mengenai Sinabung dan
ke BNPB. Banjir Sulut di Kantor Kemenkokesra, Jakarta.

68 Gema BNPB September 2014


In House Training bagi Pengambil Keputusan di INA DRTG, Sentul, Jawa Barat.

Serah terima jabatan Ketua Dharma Wanita Kepala BNPB menerima laporan keuangan
Persatuan BNPB. dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK.

Rapat pengurus Barang Milik Negara di Rapat Buku Data Bencana Indonesia tahun 2013
lingkungan BNPB. di Kantor BNPB.

Gema BNPB September 2014 69


Kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke kantor INA DRTG Sentul,
Jawa Barat.

Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah


dalam Menghadapi Erupsi Gunungapi di Minahasa Utara.
Halal bihalal keluarga besar BNPB di TMII, Jakarta.

Pertemuan Forum Komunikasi Teknologi Tim finalisasi penyusunan kurikulum diklat


Informasi Komunikasi di BNPB. penanggulangan bencana untuk wartawan.

70 Gema BNPB September 2014


DI TENGAH BENCANA
SELALU ADA KRITIK & ADA YANG BEKERJA

“B
iasanya dalam keadaan Jadi ini yang saya sampaikan
bencana seperti ini, yang kepada semua pimpinan daerah
muncul adalah komentar yang juga bekerja serius untuk
yang cepat menyalahkan, mengatasi masalah itu. Kemarin di
terlambat, serba minim dan Mentawai, di Padang, sebelumnya
sebagainya. Pada batas tertentu, di Wasior, di Papua Barat dan akan
anggaplah itu sebagai pemicu saya sampaikan terus. Mari, kita
untuk kita bekerja lebih baik lagi. konsentrasi dan gigih mengatasi
Yang berkomentar miring, masih semuanya itu. Yang lain kita serahkan
tetap berkomentar miring, lupa pada keadilan Tuhan. Saya dan rakyat
untuk ikut berkontribusi dalam yang akan bisa menilai, apakah kita
mengatasi masalah itu. Tapi semua serius, tulus, cekatan untuk
jangan itu mengganggu mengatasi mengatasi masalah itu.”
konsentrasi kita, kegigihan kita
untuk mengatasi masalah. Rakyat Arahan Presiden RI dalam
merasakan, manakala kita tulus Tanggap Darurat Bencana
dan serius di dalam mengatasi Erupsi Gunung Merapi
semua itu. 2 November 2010
Diterbitkan oleh:
Pusat Data Informasi dan Humas
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120
ISSN 2088-6527
Telp. 021-3458400 Fax. 021-3458500

Website : www.bnpb.go.id
Email : contact@bnpb.go.id
Facebook : www.facebook.com/infobnpb
9 772088 652013
Twitter : http://twitter.com/BNPB_Indonesia
Youtube : http://www.youtube.com/user/BNPBIndonesia

Anda mungkin juga menyukai