Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TENTANG KASUS PELANGGARAN HAM

“KASUS PEMBUNUHAN ANGELINE”

Disusun Oleh :

Nama : Alvi Laila Hidayati


NIM : 1604003
Kelas : D III Farmasi Tingkat I
Dosen Pembimbing : Fachrudin Eka Cahyana, S.Sos, M.Pd

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2016 / 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat
baik, dan keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang
menimbulkan dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti
membunuh, merampas harta milik orang lain, dan lain-lain. Pelanggaran hak
asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah dengan
masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering kita dengar dan
kita lihat sekarang adalah kekerasan atau penganiayaan terhadap anak-anak
dibawah umur oleh orang tuanya yang telah marak diperbincangkan.
Anak merupakan unsur yang normatif yang melekat pada setiap diri
manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya.
Didalamnya jarang menemukan gesekan antar individu dalam upaya
pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa
memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu lain,
kelompok terhadap individu atau sebaliknya. Setelah reformasi Indonesia
mengalami kemajuan dalam bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya.
Instrumen – instrument HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang
komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan
kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi disekitar kita.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan HAM ?
2. UU nomor berapa yang berkaitan dengan HAM ?
3. UU nomor berapa yang berkaitan dengan Perlindungan Hak Anak ?
4. Kasus apa yang termasuk kedalam pelanggaran HAM ?
5. Undang – Undang apa saja yang berkaitan dengan kasus tersebut ?
6. Bagaimana upaya untuk menegakkan HAM berkaitan dengan kasus
tersebut ?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai kasus pembunuhan pada
bocah berusia 8 tahun serta mengetahui hukuman yang diterima bagi pelaku
pembunuhan tersebut.
D. KERANGKA TEORI
1. Pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM )
Secara universal HAM adalah hak dasar yang dimiliki oleh seseorang
sejak lahir sampai mati sebagai anugrah dari Tuhan Yang MAha Esa.
Semua orang memiliki hak untuk menjalankan kehidupan dan apa yang
dikehendakinya selama tidak melanggar norma dan tata nilai dalam
masyarakat. Hak asasi ini sangat wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi
serta dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah. Setiap orang sebagai
harkat dan martabat manusia yang sama antara satu orang dengan lainnya
yang benar – benar wajib untuk dilindungi dan tidak ada pembeda hak
antara orang satu dengan yang lainnya.
Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi
menekankan pada segi –segi tertentu dari HAM. adapun beberapa definisi
Hak Asasi Manusia ( HAM ) adalah sebagai berikut :
a. UU Nomor 39 Tahun 1999
Menurut Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999, HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah
– Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
b. John Locke
Menurut John Locke, Hak Asasi adalah hak yang akan diberikan
langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya,
hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.
c. David Beetham dan Kevin Boyle
Menurut David Beethem dan Kevin Boyle, HAM dan kebebasan –
kebebasan fundamental adalah hak – hak individual yang berasal dari
kebutuhan – kebutuhan serta kapasitas – kapasitas manusia.
d. C. de Rover
HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia.
Hak – hak tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya
maupun miskin, laki – laki ataupun perempuan. Hak – hak tersebut
mungkin saja dilanggar, tetapi tidak pernah dapat dihapuskan. Hak
asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak – hak tersebut
merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi dan
hukum nasional dibanyak negara di dunia. Hak asasi manusia adalah
hak dasar atau hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. hak asasi manusia dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi.
e. Austin – Ranney
HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas
dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaanya oleh pemerintah.
f. A.J.M. Milne
HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala
masa dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai
manusia.
g. Franz Magnis – Suseno
HAM adalah hak – hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang
berlaku, melainkan sebagai martabatnya sebagai manusia. Manusia
memilikinya karena ia manusia.
h. Miriam Budiardjo
Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak – hak manusia sebagai
hak yang dimilik manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam masyarakat.
i. Oemar Seno Adji
Menurut Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak – hak asasi
manusia ialah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insane
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar
oleh siapapun, dan yang seolah – olah merupakan suatu holy area.

2. Ciri Khusus Hak Asasi Manusia ( HAM )


Hak Asasi Manusia memiliki ciri – ciri khusus jika dibandingkan dengan
hak – hak yang lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut.
a. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan
atau diserahkan.
b. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua
hak, apakah hak sipil dan hak politik atau hak ekonomi, sosial dan
budaya.
c. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak semua umat manusia
yang sudah ada sejak lahir.
d. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.
Persaman adalah salah satu dari ide – ide hak asasi manusia yang
mendasar.
3. Macam – Macam Hak Asasi Manusia ( HAM )
Secara garis besar, hak – hak asasi mausia dapat digolongkan menjadi
enam macam sebagai berikut.
a. Hak Asasi Pribadi ( personal Rights )
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia.
Contoh hak – hak asasi pribadi ini sebagai berikut.
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah –
pindah tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan pendapat atau menyatakan
pendapat.
 Hak kebebesan memilih dan aktif dalam organisasi atau
perkumpulan.
 Hak kebebesan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama
dan kepercayaan yang diyakini masing – masing.
b. Hak Asasi Politik ( Political Rights )
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak –
hak asasi politik ini sebagai berikut.
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi
politik lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
c. Hak Asasi Hukum ( Legal Equality Rights )
Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak
yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh
hak – hak asasi hukum sebagai berikut.
 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum dan
pemerintahan.
 Hak untuk menjadi pegawai negri sipil ( PNS ).
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum.
d. Hak Asasi Ekonomi ( property Rights )
Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak –
hak asasi ekonomi sebagai berikut.
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jaul beli.
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa – menyewa dan utang
piutang.
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
e. Hak Asasi Peradilan ( Procedural Rights )
Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak
– hak asasi peradilan ini sebagai berikut.
 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyeledikan di muka hukum.
f. Hak Asasi Sosial Budaya ( Social Culture Rights )
Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak
– hak asasi sosial budaya ini sebagai berikut.
 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.
 Hak mendapat pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan minat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. STUDI KASUS

ANGELINE (8 tahun), murid kelas II sekolah dasar di Denpasar Bali,


dinyatakan hilang. Selama 26 hari pencarian, banyak pihak yang terlibat.
Semula, gadis cilik cantik itu diduga korban penculikan, ternyata, Rabu
kemarin jasadnya ditemukan membusuk terkubur di dekat kandang ayam di
belakang rumah keluarga Margareith CH Megawe, ibu angkatnya.

Inilah kronologis kejadian:

a. Awal Mei
Agus Tai Andamai ( 26 tahun ), mulai bekerja di rumah keluarga
Margareith sebagai pembantu.
b. Sabtu 16 Mei
Seminggu kemudian, Agus mulai melakukan kekerasan seksual terhadap
Angeline. Dua kali Agus memerkosa bocah 8 tahun itu, kemudian
membunuhnya dengan membanting dan menjerat pakai tali. Setelah
meninggal, sekitar pukul 17.00 WITA, Agus mengubur jasad Angeline di
dekat kandang ayam, di belakang rumah. Kuburan ditimbuni sampah –
sampah.
Yvonne Mega W ( 37 ) kakak angkay Angeline menyebut sang adik
hilang saat bermain di depan rumah.
c. 17 Mei
- Yvonne melaporkan ke polisi bahwa Angeline hilang dari rumahnya
- Muncul Fan Page Bali`s Missing Child di Facebook
- Mencurigai pengantar LPG yang membawa lari
d. 18 Mei
- Angeline diketahui anak hasil adopsi sejak bayi
- Agus Tai Andami bercerita Angeline sering dikasari ibu angkatnya,
Margareith
- Guru dan wali kelas mengisahkan Angeline ke sekolah dengan kondisi
memprihatinkan
- Sang pengantar LPG, Richard, mengaku tak tahu keberadaan Angeline
- Polisi kerahkan anjing pelacak. Sebar foto dan SMS berantai ke
seluruh jajaran polres dan polsek
e. 19 Mei
- keluarga dari Kalimantan Timur datang menjenguk Margareith
- Pihak kepolisian Denpasar Timur melacak jejak hilangnya Angeline
- Tim investigasi Polda Bali temui Amidah ( 26 tahun ), ibu kandung
Angeline di Banyuwangi Jawa Timur
f. 20 Mei
- Polresta Denpasar menggelar olah tempat kejadian perkara ( TKP ) di
rumah Angeline. Olah TKP melibatkan dua orang saksi yakni
Margareith dan Agus Tai
g. 22 Mei
- Margareith mengaku bertemu seorang saksi yang sempat melihat
anaknya di sebuah warung lalapan di Kerobokan, Denpasar.
- Keluarga menggelar sayembara via broadcast BBM dan sosial media.
Penemu Angeline akan diberikan uang dari 19 juta sampai Rp 40 juta
h. 24 Mei
- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Aris Merdeka Sirait
mendatangi rumah Angeline.
- Anggap tempat tinggal dan kamar Angeline tidak layak dihuni
- Margareith emosional. Sempat ancam pembantunya Agus
menggunakan parang
i. 25 Mei
- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Aris Merdeka Sirait
mendatangi Polresta Denpasar dan Mapolda Bali
- Anggap proses adopsi Angeline belum sah karena hanya memakai
akta notaries
j. 26 Mei
- Kapolda Bali perintahkan penggeledahan rumah Margareith, namun
hasilnya nihil
- Anggota polisi berjaga di rumah Margareith 24 jam
k. 27 Mei
- Si pembantu, Agus Tai, dikabarkan berhenti bekerja
l. 28 Mei
- Kapolresta dan jajaran melakukan penyisiran di rumah Margareith
- Polisi memeriksa ulang Margareith
m. 29 Mei
- Kapolresta menyebut arah penyelidikan mengarah kepada seseorang.
- Polisi menyebar anggota ke bandara memeriksa sejumlah dokumen
termasuk CCTV untuk memeriksa keberadaan Angeline
n. 1 Juni
- Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (
P2TP2A ) Kota Denpasar menyambungi Polsek Denpasar Timur
- Kedatangan P2TP2A ke rumah Margareith tak dihiraukan sang
empunya rumah
- Siswa SDN 12 sanur sembahyang bersama di sekolahnya bertepatan
Purnama mendo`akan Angeline cepat ditemukan
o. 2 Juni
- Komnas Perlindungan Anak datangi Polsek Denpasdar Timur. Anggap
polisi tak maksimal
- Polisi sebar foto – foto Angeline ke kantor kepolisian di seluruh
wilayah Indonesia
- Pihak keluarga memeriksa CCTV yang berada di sekitar kawasan
Sanur
p. 3 Juni
- Relawan sebar flyer dan poster hilangnya Angeline di jalur Sedap
Malam – By Pass Ngurah Rai ( sekolah Angeline ). Hadir Kapolda,
Kapolresta dan Margareith
q. 5 Juni
- Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara ( PAN ) Yudi Krisnadi tidak
diperbolehkan keluarga masuk ke rumah Margareith
- Memerintahkan pihak kepolisian meminta surat perintah tugas dari
Kapolresta agar menggeledah rumah.
r. 6 Juni
- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana
Yambise datang. Tapi MArgareith tidak ada di rumahnya.
s. 7 Juni
- Polisi intruksikan anggota Babinkantibmas di wilayah Bali untuk
mendeteksi keberadaan Angeline
- Laporkan ke Mabes Polri untuk dilakukan upaya pencarian di jajaran
Polda seluruh Indonesia
t. 9 Juni
- Guru dan kepala sekolah SDN 12 Sanur menggelar persembahyangan
di depan rumah Margareith. Seorang guru seakan – akan mendengar
jeritan Angeline seakan – akan memanggil.
u. 10 Juni
- Polisi temukan jasad Angeline di belakang rumah, dibawah tumpukan
sampah. (Tribun Bali )

Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015,


Kepolisian Resor Kota Denpasar segera mengadakan pemeriksaan terhadap
tujuh orang, yaitu Margriet (ibu angkat), Yvonne dan Christina (kakak
angkat), Agus Tay (pembantu), dua penghuni indekos (suami istri Rahmat
Handono dan Susiani), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut Raka),
yang disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga rumah itu setelah ramainya
pemberitaan terkait Angeline. Dari hasil pemeriksaan awal tersebut, polisi
menetapkan Agus Tay Hamba May sebagai tersangka pembunah Engeline
yang mengakui telah membunuh dan memperkosa Engeline pada tanggal 16
Mei 2015 sekitar pukul 13.00 WITA, tepat pada hari hilangnya anak tersebut,
dan kemudian menguburkan jasadnya di belakang rumah majikannya itu pada
pukul 20.00 WITA.
Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali menetapkan ibu
angkat Angeline, Margriet Megawe, sebagai tersangka dalam kasus dugaan
pelantaran anak dan menempatkannya di tahanan Mapolda Bali.
Pada tanggal 28 Juni 2015, Margriet ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus pembunuhan berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus,
bukti-bukti kedokteran forensik RS Sanglah, dan hasil olah tempat kejadian
perkara (TKP) oleh tim forensik Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia
Automatic Finger Print Identification System) Polda Bali, dengan bantuan
Inafis Mabes Polri. Dari bukti-bukti tersebut Margriet diduga menjadi otak
pembunuhan, dan Agus hanya membantu menguburkan jasad Engeline.
Namun tim pengacara tersangka Margriet mempermasalahkan penetapan
tersangka Margriet terkait kasus pembunuhan Engeline dan mendaftarkan
gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri Denpasar pada tanggal 2 Juli 2015.
Pada tanggal 6 Juli 2015, Polresta Denpasar menggelar rekonstruksi
pembunuhan Engeline di Tempat Kejadian Perkara di Jalan Sedap Malam 26
Denpasar dihadiri dua tersangka.
Tanggal 29 Juli 2015, praperadilan yang diajukan Margriet ditolak
oleh Pengadilan Negeri Denpasar. Hakim tunggal Achmad Peten Sili menilai
bahwa pihak pemohon, Margriet, melalui kuasa hukumnya, Hotma Sitompoel
& Associates, tidak bisa membuktikan dalil-dalil permohonannya bahwa
termohon (Polda Bali) dalam menetapkan tersangka (Margriet) tidak didasari
adanya alat bukti yang sah adalah argumentasi yang tidak beralasan.
Pada tanggal 7 September 2015, berkas perkara tentang pembunuhan Engeline
dinyatakan sudah lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri
Denpasar bersama dengan dua tersangkanya untuk segera dilimpahkan ke
pengadilan. Dalam berkas tersebut, tertera sejumlah pasal yang disangkakan
kepada Margriet yaitu pasal pembunuhan berencana, pembunuhan,
penganiayaan mengakibatkan korban meninggal, dan penelantaran anak.
Sidang perdana kasus pembuhunan Engeline digelar pada tanggal 22
Oktober 2015, pada sidang tersebut jaksa menyebutkan jika Margriet
menyuruh Agus Tay untuk menguburkan jasad Engeline dengan iming-iming
uang, Margriet pula yang menyuruh Agus untuk menyalakan rokok dan
menyundutkannya ke tubuh Engeline, dan hal tersebut sesuai dengan hasil
visum RSUP Sanglah Denpasar. Dalam persidangan tersebut jaksa
mengungkapkan bahwa tanggaal 16 Mei 2015, Margriet memukuli Engeline
berkali kali pada bagian wajah dengan tangan kosong hingga hidung dan
telinga Engeline mengeluarkan darah. Pembunuhan Engeline kemudian
direncanakan dengan maksud untuk menghilangkan jejak. Sementara dalam
persidangan tersebut Margriet menolak tuduhan jaksa yang menyatakan
bahwa dirinya yang telah membunuh Engeline, margriet menyatakan bahwa
dirinya menyayangi Engeline sebagaimana layaknya anaknya.
Hasil akhir dari siding tersebut adalah Agus Tai Hamda 25 tahun,
divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Denpasar, Senin 29 Februari
2016, dalam perkara pembunuhan gadis cilik Angeline.
“Terdakwa terbukti bersalah membantu pembunuhan untuk menyembunyikan
kematian jenazah korban,” ujar ketua majelis hakim Edward Harris dalam
persidangan.
Vonis hakim terhadap terdakwa itu lebih rendah dari tuntutan jaksa,
yang menuntut hukuman selama 12 tahun dan denda Rp 1 miliar subside 6
bulan kurungan penjara dalam siding sebelumnya. Hakim tidak sependapat
dengan pasal yang dikenakan oleh jaksa penuntut umum. Namun hakim
memutuskan perbuatan terdakwa melanggar Pasal 340 KUHP jo Pasal 56
KUHP tentang membantu pembunuhan berencana dan Pasal 181 KUHP
tentang berperan serta ikut melakukan penguburan jenazah korban.
Hal yang mengerikan hukuman terdakwa karena ia menyesali
perbuatannya, belim pernah dihukum, tidak terbelit – belit mengungkap fakta
pelaku pembunuhan korban sebenarnya, dan terdakwa masih muda.
Mendengar putusan hakim tersebut, terdakwa yang didampingi penasihat
hukumnya, Hotman Paris Hutapea, menyatakan piker – piker atas putusan itu.
Sebelumnya, di pengadilan negeri yang sama, Margareith Megawe
dinyatakan terbukti membunuh Angeline. Margareith dijatuhi vonis hukuman
penjara seumur hidup. “Terdakwa terbukti bersalah secara sah dan
meyakinkan melakukan pembunuhan berencana, eksploitasi anak secara
ekonomi dan memperlakukan anak secara diskriminatif,” kata ketua majelis
hakim Edward Harris Sinaga.
Majelis hakim menyatakan terdakwa terbukti melanggar Pasal 340
KUHP tentang pembunuhan berencana dan Pasal 76 I jo Pasal 88 Undang –
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak. Hakim juga
menyatakan dia terbukti melanggar Pasal 76 B jo Pasal 77 B Undang –
Undang Nomor 35/2014 serta Pasal 76 A huruf a jo Pasal 77 Undang –
Undang Nomor 35/2014. Vonis hukuman hakim tersebut sama dengan
tuntutan yang diajukan tim jaksa penuntut umum.

B. LAPORAN HASIL WAWANCARA


Reporter : “Assalamu`alaikum WR.Wb. Selamat sore pak apakah saya
bisa mewawancarai anda ?”

Narasumber : “Wa`alaikumsalam.Wr.Wb. selamat sore, iya saya bersedia.”

Reporter : “Pada bulan Juni 2015 silam banyak pemberitaan di media


sosial mengenai kasus pembunuhan Angeline. Bagaimana pandangan
anda mengenai kasus tersebut ?”

Narasumber : “Sebenarnya hal ini membuat saya miris karena yang membuat
ironis adalah pelakunya itu orang terdekat. Jadi kalau pandangan dari sisi
psikologi, kasus ini terbilang cukup sadis, dimana bocah tersebut diduga
mendapat kekerasan seksual.”

Reporter : “Apakah anda mengetahui bagaimana kronologis


pembunuhan tersebut ?”

Narasumber : “Menurut berita di surat kabar, Angeline dibunuh oleh Agus


Tai pembantu yang bekerja dirumah Angeline yang kemudian mengaku
disuruh oleh ibu angkat Angeline sendiri yaitu Ny. Margareith Megawe. Hal
ini dikarenakan Angeline mendapatkan wasiat yang cukup besar nilainya dari
ayah angkatnya sehingga menimbulkan kecemburuan pada keluarga angkat
Angeline. Namun, para saksi yang mengenal kehidupan sehari-hari Angeline
mengatakan bahwa Angeline sering mendapatkan siksaan dari ibu angkatnya
tersebut.”

Reporter : “Apakah anda mengetahui motif yang dilakukan pelaku


pembunuhan bocah 8 tahun tersebut ?”

Narasumber : “Menurut berita yang saya ikuti motif yang dimilikipun cukup
kuat yakni adanya rasa dendam mengingat Angeline yang akan mendapat
warisan yang cukup besar nilainya dan ada kemungkinan jika Angeline tidak
ada atau meninggal, maka warisan itu dapat jatuh pada Ibu angkatnya yaitu
Ny. Margareith Megawe.”

Reporter : “Menurut anda pribadi, apa hukuman yang pantas untuk


pelaku pembunuhan Angeline ?”

Narasumber : “Pandangan saya tentu berpijak pada ketentuan yang ada. Jika
dalam ketentuan Undang – Undang ditentukan pidana mati sekalipun, maka
itu berarati pidana mati tersebut dapat diterapkan pada pelaku. Namun
meskipun pidana mati sebagai pidana yang paling berat, bukan menjadi suatu
jaminan bahwa kasus lain sejenis kasus Angeline terjadi di kemudian hari.
Menurut pendapat saya yang terpenting adalah bagaimana pencegahan agar
tidak ada lagi anak-anak yang bernasib seperti Angeline. Bagaimana dia
mengalami penyiksaan dan penelantaran namun tidak ada satupun orang yang
melaporkan kejadian tersebut, yang pada akhirnya akan berakhir tragis.
Setelah kejadian baru mereka memberikan pengakuan bahwa telah terjadi
penyiksaan dan penelantaran.”

Reporter : “Apa pendapat anda mengenai hukum di Indonesia ini ?”

Narasumber : “Di Indonesia hukum yang dibuat sudah baik, meskipun masih
terdapat celah hukum yang digunakan oleh pelaku tindak pidana untuk
berkelit dari hukum. Namun yang lebih memprihatinkan adalah bagaimana
proses hukum itu ditegakkan ( Penegakan Hukum ). Jadi hukum itu tidak
buruk tetapi banyak pelaku kejahatan di Indonesia. Oknum aparat penegak
hukum yang seharusnya menegakkan hukum itulah yang membuat hukum
kita seolah-olah tidak baik dan terkadang tebang pilih.”

Reporter : “Bagaimana pendapat anda mengenai hukum di Indonesia


untuk kedepannya ?

Narasumber : “Saya tetap optimis bahwa hukum di Indonesia ke depan lebih


baik karena generasi muda bangsa Indonesia saat ini diterapkan pendidikan
karakter yang berintegritas. Dan di pundak merekalah dititipkan Kedaulatan
Hukum di negara Indonesia yang kita cintai ini.”
Reporter : “Baiklah terima kasih atas informasi yang anda berikan.
Semalat sore, Asslamu`alaikum Wr.Wb.”

Narasumber : “Sama – sama. Selamat sore, Wassalamu`alaikum Wr.Wb.”


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelaku pembunuhan bocah 8 tahun yang bernama Angeline adalah
Agus Tai pembantu yang bekerja dirumah Angeline yang disuruh oleh ibu
angkat Angeline yaitu Margareith Megawe. Angeline ditemukan tewas di
kandang ayam belakang rumahnya setelah menerima pelecehan seksual dari
Agus Tai.
Agus tai divonis hukuman penjara 10 tahun karena melanggar Pasal
340 KUHP jo Pasal 56 KUHP tentang membantu pembunuhan berencana dan
Pasal 181 KUHP tentang berperan serta ikut melakukan penguburan jenazah
korban. Sedangkan Margareith Megawe dihukum penjara seumur hidup
karena melanggar Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dan Pasal
76 I jo Pasal 88 Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
perlindungan anak. Hakim juga menyatakan dia terbukti melanggar Pasal 76
B jo Pasal 77 B Undang – Undang Nomor 35/2014 serta Pasal 76 A huruf a jo
Pasal 77 Undang – Undang Nomor 35/2014.
B. DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-ham-atau-hak-asasi-
manusia.html

http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Engeline

https://m.tempo.co/read/news/2016/02/29/063749177/kasus-angeline-margriet-
seumur-hidup-agus-tay-kena-10-tahun

http://kaltim.tribunnews.com/2015/06/11/beginilah-kronologis-pembunuhan-sampai-
jasad-angeline-ditemukan?

Anda mungkin juga menyukai