Aktifitas Seksual
Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan
seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui beberapa
perilaku. Misalnya berfantasi, mansturbasi, meninton atau membaca pornografi, cium pipi,
cium bibir, petting, dan berhubungan seks (Ingrid, 2001)
c. Pengkajian Keperawatan
Riwayat seksual
Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion, dll)
Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi seksual
(peny.jantung, DM, dll)
Pengkajian seksual mencakup :
Riwayat Kesehatan seksual
--- Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai
masalah atau kekhawatiran seksual.
--- Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual
secara langsung – pertanyaan isyarat
Pengkajian fisik
Inspeksi dan palpasi
Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS,
infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna pada
genital, ggn fungsi urinaria, dll.
Identifikasi klien yang berisiko
Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas
anatomi genital
Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan
adanya ostomi pada tubuh
Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
- Ketakutan tentang kehamilan
- Efek antihipertensi
- Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
- Cedera medulla spinalis
- Penyakit kronis
- Nyeri
- Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
- Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
- Disfungsi seksual
- Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
- cedera medulla spinalis
- penyakit kronis
- nyeri
- ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :
Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d
salah informasi dan mitos-mitos seksual
Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
Cemas b.d kehilangan fungsi seksual
C. Perencanaan Keperawatan.
Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien, mencakup :
Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
Memperbaiki konsep seksual diri
D. Implementasi
Promosi kesehatan seksual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.
Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung privasi
dan kenyamanan klien.
Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan ---
pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien usia
subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.
Rujukan mungkin diperlukan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat
seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan
klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan
faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan
atau kekuatiran.
Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka
waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting