Anda di halaman 1dari 5

AKTIFITAS SEKSUAL

Aktifitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan
seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui beberapa
perilaku. Misalnya berfantasi, mansturbasi, meninton atau membaca pornografi, cium pipi,
cium bibir, petting, dan berhubungan seks (Ingrid, 2001)

Hubungan seks/senggama/sexual intercourse adalah kontak seksual yang dilakukan


dengan berpasangan dengan lawan jenis. Perilaku seksual dapat dilakukan melalui berbagai
cara mulai dari fantasi, berpegangan tanga ciuman, meraba, berpelukan petting, sampai
sexual intercourse, dengan memberikan dampak yang bervariasi (Inggrid, 2001).

Berfantasi merupakan perilaku seksual yang dilakukan dengan membayangkan atau


mengimajinasikan aktifitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
Aktifitas seksual ini bisa berlanjut keaktifitas seksual selanjutnya, seperti masturbasi,
berciuman, dan aktifitas lainnya (Inggrid, 2001)

Perilaku selanjutnya adalah berpegangan tangan.Aktifitas seksual ini memang tidak


terlalu menimbulkan rangsangan yang kuat, namun biasanya muncul kegiatan mencoba
aktifitas seksual lainnya.Perilaku selanjutnya adalah berciuman kening, yaitu aktivitas
seksual berupa sentuhan pipi, pipi dengan bibir.Perilaku ini mengakibatkan imajinasi atau
fantasi seksual menjadi berkembang dan bisa menimbulkan kegitan untuk melakukan bentuk
aktivitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati.Sedangkan ciuman basah adalah aktivitas
seks berupa sentuhan bibir dengan bibir.Perilaku ini dapat menimbulkan sensasi seksual yang
kuat dan membangkitkan dorongan seksual hingga tak terkendali. Orang akan mudah
melakukan aktivitas seksual lainnya tanpa disadari seperti cumbuan, petting, bahkan sampai
hubungan intim (Inggrid, 2001).

Perilaku selanjutnya adalah meraba, yaitu kegiatan meraba bagan-bagan sensitive


rangsang seksual seperti payudara, leher, paha atas, penis, dan pantat.Perilaku ini dapat
mengakibatkan pelaku terangsang secara seksual (hingga melemahkan control diri dan akal
sehat), akibatnya bisa melakukan aktivitas seksual selanjutnya.Dan juga dapat menimbulkan
ketagihan.Perilaku seksual berikutnya adalah petting.Petting merupakan keseluruhan aktivitas
seksual non intercourse (menempelkan alat kelamin).Jenis aktivitas seksual yang terakhir
adalah intercourse yaitu aktivitas seks dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke alat
kelamin perempuan (Inggrid, 2001).

penuaan fungsi seksual wanita


Pengaruh Umum Penuaan Fungsi Seksual Wanita.
Secara umum pengaruh penuaan fungsi seksual wanita sering dihubungkan dengan
penurunan hormon,seperti berikut ini.
1. Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama.
2. Pengembanagan dinding vagina berkurang pada panjang dan lebarnya.
3. Dinding vagina menjadi lebih tipis dan mudah teriritasi.
4. Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan uretra.
5. Sekresi vagina berkurang keasamannya,meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
6. Penurunan elevasi uretra
7. Atrofi labia mayora dan ukuran klitoris menurun.
8. Fase organsme lebih pendek.
9. Fase resolusi muncul lebih cepat
10. Kemampuan multipel organsme masih baik.
Aktivitas seksual mungkin terbatas karna ketidakmampuan spesifik,terapi dorongan
seksual,ekspresi cinta,dan perhatian tidak seksual diasumsikan dengan sakit,lebih baik
perhatian difokuskan pada sesuatu yang mungkin dilakukan.

c. Pengkajian Keperawatan
 Riwayat seksual
 Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS, infertility, kontrasepsi.
 Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem (impoten, orgasmic dysfuntion, dll)
 Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan mempengaruhi fungsi seksual
(peny.jantung, DM, dll)
 Pengkajian seksual mencakup :
 Riwayat Kesehatan seksual
--- Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai
masalah atau kekhawatiran seksual.
--- Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual
secara langsung – pertanyaan isyarat
 Pengkajian fisik
 Inspeksi dan palpasi
 Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS,
infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari genital, perubahan warna pada
genital, ggn fungsi urinaria, dll.
 Identifikasi klien yang berisiko
 Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual misalnya :
Adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas
anatomi genital
 Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
 Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan
adanya ostomi pada tubuh
 Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh seksual; kurangnya
pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual
 Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan
 Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual, antara lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
- Ketakutan tentang kehamilan
- Efek antihipertensi
- Depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
- Cedera medulla spinalis
- Penyakit kronis
- Nyeri
- Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
- Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
- Disfungsi seksual
- Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
- cedera medulla spinalis
- penyakit kronis
- nyeri
- ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya :
 Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d
salah informasi dan mitos-mitos seksual
 Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan genital
Cemas b.d kehilangan fungsi seksual

C. Perencanaan Keperawatan.
 Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien, mencakup :
 Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
 Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
 Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
 Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
 Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
 Memperbaiki konsep seksual diri

D. Implementasi
 Promosi kesehatan seksual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.
 Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg mendukung privasi
dan kenyamanan klien.
 Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang berhubungan ---
pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pd klien usia
subur, serta pendidikan ttg PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.
 Rujukan mungkin diperlukan

E. Evaluasi Keperawatan
 Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat
seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai --- Pengungkapan
klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan
faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan
atau kekuatiran.
 Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan jangka
waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
 Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting

Anda mungkin juga menyukai