Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN LABA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Seminar Akuntansi

Disusun Oleh :
Nama : M. Juliansyah
Nim : 14159067

Program Studi S1 Akuntansi


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rahmaniyah Sekayu
Tahun 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Manajemen Laba”, yang diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan
dorongan serta bimbingan dari Bapak dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi
Makro, serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.

Babat Supat, 13 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................ 2
Tujuan ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4
Konsep Laba Akuntansi ............................................................... 4
Konsep Manajemen Laba ............................................................. 5
Motivasi Manajemen Laba ........................................................... 7
Terjadinya Manajemen Laba melalui Manipulasi Akuntansi ....... 8
Pola Manajemen Laba .................................................................. 10
Contoh yang Berkenaan ............................................................... 11
BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku bersangkutan.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak diluar
perusahaan. Kinerja manajemen perusahaan tersebut tercermin pada laba yang
terkandung dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu proses penyusunan laporan
keuangan dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu yang dapat menentukan kualitas
laporan keuangan. Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Scott
(2000:296) didalam bukunya yang berjudul “Financial Accounting Theory”
mengatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk
tujuan spesifik itulah disebut dengan manajemen laba.
Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang
terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi
angka laba dapat terjadi secara legal maupun tidak legal. Praktik legal dalam
manajemen laba berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba tidak bertentangan
dengan aturan pelaporan keuangan dalam PABU, khususnya dalam Standar
Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi
akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode
pendapatan atau biaya.
Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan
financial fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh

1
PABU, yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya
secara fiktif dengan cara menambah (mark up) atau mengurangi (mark down) nilai
transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, sehingga
akan menghasilkan laba pada nilai/tingkat tertentu yang dikehendaki.
Penurunan kualitas laporan keuangan merupakan dampak utama yang
diakibatkan dari adanya manajemen laba, di samping dampak-dampak lainnya.
Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah
satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen
laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai
laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai
angka laba tanpa rekayasa. Begitu juga menurut Widarto (2004:33) yang
menyatakan bahwa dalam pandangan orang awam, manajemen laba dianggap
tidak etis, bahkan merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga
menyesatkan.
Manajemen laba bukanlah suatu hal merugikan selama dilakukan dalam
koridorkoridor peluang, manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses
manipulasi laporan keuangan karena terdapatnya beberapa pilihan metode yang
dapat digunakan dan bukan sebagai suatu larangan. Manajemen laba berusaha
untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai usaha untuk mempengaruhi
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep laba dalam akuntansi?
2. Bagaimana konsep manajemen laba?
3. Apa motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba?
4. Bagaimana terjadinya manajemen laba melalui manipulasi akuntansi?
5. Bagaimana pola yang dilakukan dalam praktik manajemen laba?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep laba dalam akuntansi
2. Untuk mengetahui konsep manajemen laba
3. Untuk mengetahui motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba
4. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya manajemen laba melalui
manipulasi akuntansi
5. Untuk mengetahui pola yang dilakukan dalam praktik manajemen laba

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Laba Akuntansi


Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi adalah laba akuntansi
yang merupakan selisih antara pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya
laba sebagai kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran
pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi
dan tidak dapat didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva dan
atau hutang.
Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul
dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut.
Untuk menghitung laba ini, masing-masing orang atau perusahaan dapat
menentukan rumus perhitungan labanya tersendiri. Laba merupakan informasi
penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk :
a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan
diterima Negara.
b. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang
kan ditahan dalam perusahaan.
c. Sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan
pengambilan keputusan.
d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang.
e. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
f. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi.

4
B. Konsep Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen
yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi
tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau
penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang. Dengan demikian,
manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen dalam
mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang
keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat
menggangu bahkan membahayakan perusahaan.
Definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:
a. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals
dalam menentukan besarnya earnings.
b. Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas
ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap
proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa
keuntungan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah
laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak
yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba
merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus.
Tujuan manajemen laba adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan
kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang

5
bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan
Rosenzweig (1995) memandang earnings management sebagai serangkaian
langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah
laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung jawabnya
tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu
badan usaha dalam jangka panjang.
Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan
manajemen laba meliputi: minimalisasi biaya politik (political cost minimization),
maksimalisasi kesejahteraan manager (manager wealth maximization), dan
minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost).
Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Manajemen Laba:
o Manajemen Akrual (accruals management)
Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan
wewenang dari para manajer (managers discretion).
o Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib
Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu
kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu antara
menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai
saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.
o Perubahan Aktiva Secara Sukarela
Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau
merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang
dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (Generally
Accepted Accounting Principles).

6
C. Motivasi Manajemen Laba
Sugiri (2005) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajemen laba adalah
mengelabui kinerja ekonomi yang sebenarnya, dan itu dapat terjadi karena
terdapat ketidaksimetrian informasi antara manajemen dan para pemegang saham
suatu badan usaha. Motivasi manajemen laba lainnya adalah mempengaruhi
penghasilan (telah diatur dalam kontrak) yang bergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa manajemen memiliki
kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba akuntansi.
Faktor-faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan
manajemen laba adalah sebagai berikut:
a. Program Bonus (Bonus Plan).
Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan
pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus
mereka. Pada motivasi ini, diasumsikan bahwa manajer meningkatkan keuntungan
yang dilaporkan dalam upaya untuk memaksimalkan imbalan bonus yang akan
diterima.
Manajer pada perusahaan yang menerapkan program bonus lebih cenderung
untuk menggunakan metode atau prosedur-prosedur akuntansi yang akan
menaikkan laba saat ini dengan memindahkan laba periode mendatang ke periode
berjalan.
b. Kontrak Utang (Debt Covenant).
Semakin dekat suatu perusahaan ke waktu pelanggaran kontrak utang,
manajemen akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat
‘memindahkan’ laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical defauld (kegagalan
dalam pelunasan hutang).
c. Motivasi Politis (political motivation).
Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan
cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya

7
dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode
kemakmuran tinggi.
d. Motivasi Pajak (taxation motivation).
Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa
laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus
dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk
mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu
manajer.
e. Pergantian CEO (Chief Executive Officer).
Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya,
CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi
memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
f. IPO (Initial Public Offering).
Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal
belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan
nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat
digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga
manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen
laba untuk memperoleh harga lebih tinggi atas sahamnya.

D. Terjadinya Manajemen Laba melalui Manipulasi Akuntansi


Manajemen laba yang dilakukan manajemen biasanya dilakukan melalui
manipulasi akuntansi. Manipulasi akuntansi merujuk pada pengubahan catatan
akuntansi secara sengaja dari yang seharusnya untuk memperoleh posisi atau
kondisi keuangan tertentu dengan tujuan akhir berupa perubahan sikap pemangku
kepentingan sesuai dengan yang diinginkan pihak manajemen. Manipulasi
akuntansi tidak memiliki dampak terhadap aliran kas atau factor ekonomik real
lainnya.

8
a. Manipulasi yang melanggar PABU
Mencakup pelanggaran nyata terhadap PABU dalam konteks pendekatan
akuntansi berbasis aturan. Macam-macam pelanggaran ini antara lain: transaksi
fiktif dengan cara menambah (mark up) atau mengurangi (mark down) nilai
transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan sejumlah transaksi, percepatan
pengakuan pendapatan dengan mengubah tanggal menjadi lebih awal, pengakuan
biaya sebagai asset, dll.
b. Manipulasi yang selaras dengan PABU
Memanipulasi laba dengan menggunakan fleksibilitas yang diperbolehkan
GAAP (Generally Accepted Accounting Principles). Manipulasi ini
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Pemilihan metode
Cara ini meliputi pengubahan metode yang sebelumnya digunakan ke metode
lain yang lebih menguntungkan. Misalnya pengubahan metode alokasi depresiasi
dan aliran biaya pada sediaan. Hal ini dimungkinkan dengan adanya berbagai
alternatif yang tersedia di PABU. Namun demikian, cara ini tidak terlalu efektif
untuk memanipulasi laba. Pertama, pemilihan metoda harus diungkap dalam
catatan laporan keuangan sehingga tidak terlalu sulit bagi pihak‐pihak yang
berkepentingan untuk mendeteksi apa yang terjadi (i.e. manipulasi akuntansi bila
terjadi). Kedua, cara ini tidak dapat seringsering digunakan karena pengubahan
metode yang terlalu sering tentu akan menimbulkan kecurigaan.

9
2) Pengubahan unsur‐unsur estimasi
Managemen menggunakan metode ini untuk memanipulasi laba dengan
mengubah estimasi akuntansi. Ini dilakukan dengan mengubah unsur‐unsur
estimasi seperti pada umur ekonomis dan nilai sisa pada aset jangka panjang,
perkiraan piutang tak tertagih, asset impairments. Manipulasi laba semacam ini
sangat sulit dideteksi oleh investor secara umum.
3) Penstrukturan transaksi
Penstrukturan transaksi, secara akuntansi, dilakukan dengan menyesuaikan
unsur‐unsur transaksi. Contoh yang umum untuk cara ini adalah penstrukturan
sewa guna usaha (i.e. capital atau operating lease), investasi saham/ekuitas (i.e.
dikonsolidasi atau tidak dikonsolidasi).

E. Pola Manajemen Laba


Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
a. Taking a Bath (Penurunan Laba Secara Besar-Besaran)
Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk
adanya pergantian pimpinan baru. Jika manajer merasa harus melaporkan
kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan
tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan
kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer lama.
Konsekuensinya, mereka akan menghapus asset, menyediakan biaya yang
diharapkan di masa mendatang, dan secara umum akan meningkatkan
probabilitas keuntungan yang dilaporkan di masa datang.
b. Income Minimization
Pola ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan
pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang
akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil
laba periode sebelumnya.

10
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang
besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran
perjanjian hutang. Pola ini dapat dilakukan dengan mengakui pendapatan
terlebih dahulu, dan menunda pengakuan beban.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan dapat
meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa
yang akan datang. karena pada umumnya investor lebih menyukai aliran laba
yang relatif stabil.
Perataan laba dapat dihasilkan dari hal-lah berikut ini:
1) Natural income smoothing, yaitu proses pembentukan laba secara
inheren menghasilkan suatu stream earnings yang relatif merata,
seperti yang terjadi pada utilitas publik (Eckel, 1981).
2) Intentional income smoothing, yaitu yang disebabkan oleh tindakan
manajemen. yang dapat digolongkan ke dalam dua hal di bawah ini.
3) Real income smoothing (RIS), yang merupakan respons manajer
terhadap perubahan kondisi perekonomian. Hasil investigasinya
menunjukkan hasil bahwa RIS mempengaruhi aliran kas perusahaan.
4) Artificial income smoothing (AIS), yaitu upaya manajer untuk secara
"artifisial" mengurangi variabilitas laba. Hasil investigasinya
menunjukkan hasil bahwa AIS tidak memiliki dampak langsung
terhadap aliran kas perusahaan.

F. Contoh yang Berkenaan


1. Data

11
Defond and Park (1997) dalam Lobo and Zhou (2001) menyatakan bahwa
manajemen laba memiliki hubungan negatif dengan kinerja kini (current
industry relative performance) dan memiliki hubungan positif dengan kinerja
masa depan (future industry relative performance). Hal ini dikarenakan jika
laba tahun berjalan lebih besar daripada tahun sebelumnya, maka manajemen
akan menyimpan labanya untuk periode yang akan datang melalui negative
discretionary accruals. Jika laba tahun depan diprediksi lebih besar daripada
tahun berjalan maka manajemen akan menggeser laba masa mendatang ke
masa kini melalui positive discretionary accruals.
Total utang perusahaan (leverage) yang diukur melalui debt to equity ratio
juga berpengaruh pada manajemen laba. Sejalan dengan hipotesis debt
covenant, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi termotivasi untuk
melakukan manajemen laba agar terhindar dari pelanggaran penjanjian utang.
Agnes Utari Widyaningdyah (2001) menemukan hubungan positif antara
leverage dengan manajemen laba. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang
lebih kompleks sehingga memungkinkan dilakukannya manajemen laba.
Perusahaan besar juga menghadapi public demand atas informasi yang tinggi
sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi. Kinerja
perusahaan dapat diukur dari return kumulatif, semakin tinggi return yang
diperoleh maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan untuk
menarik perhatian investor.

2. Permasalahan
Keeratan hubungan antara angka laba dan manfaat informasi laba dalam
keputusan investasi (dalam hal ini investasi saham) oleh investor maka

12
terlebih dahulu investor perlu mendeteksi ada/tidaknya manajemen laba dalam
laporan keuangan pihak emiten. Maka dari itu, permasalahannya adalah
Bagaimana mendeteksi manajemen laba?
3. Pemecahan Masalah
Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan
keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan akrual. Total akrual adalah
selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total
akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) bagian akrual yang
memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut
normal accruals atau non discretionary accruals, dan (2) bagian akrual yang
merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals
atau discretionary accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen
akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan dan
discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari
earnings management yang dilakukan manajer.
Jones mengembangkan model pengestimasi akrual diskresioner untuk
mendeteksi manipulasi laba yang kemudian populer sebagai Model Jones.
Jones melakukan firm‐specific regression dengan model ini. Ini berarti akrual
diskresioner diperoleh dengan membandingkan akrual tahun, saat terjadinya
manipulasi laba, dengan rata‐rata akrual (akrual normal) perusahaan itu sendiri
pada tahun‐tahun sebelumnya.
Akrual, secara teknis, merupakan perbedaan antara kas dan laba. Akrual
merupakan komponen utama pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan
estimat‐estimat tertentu. Misalnya saja biaya depresiasi, untuk mengetahui
besarnya biaya ini kita harus mengetahui kosnya, umur manfaat (estimasi),
dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai kos memang sudah tetap (fixed)
dan tidak bisa diubah‐ubah namun umur manfaat dan metode depresiasi bisa
diubah sesuai dengan kebijakan atau pertimbangan atau discretion
managemen.

13
Secara umum, akrual, yang merupakan produk akuntansi, dapat dianggap
memiliki jumlah yang “relatif tetap” dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan
aturan akuntansi terkait juga tidak mengalami perubahan. Perubahan akrual
yang terjadi, oleh karenanya, dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal
(abnormal). Perubahan ini merupakan hasil penggunaan kebijakan (discretion)
managemen yang berlebihan dan bila pada saat yang sama managemen juga
memiliki insentif/motif untuk memanipulasi laba maka perubahaan akrual
yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan
managemen.
Model Jones berfokus pada akrual total sebagai sumber manipulasi.
Akrual total digunakan alihalih satu atau dua akun tertentu saja. Ini dilakukan
dengan harapan bahwa akrual total akan mampu menangkap porsi yang lebih
besar dari manipulasi oleh manager daripada porsi yang ditangkap bila
menggunakan satu dua akun saja.

14
BAB III
KESIMPULAN

Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul
dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut.
Laba merupakan informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini
penting untuk :
a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan
diterima Negara.
b. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang kan
ditahan dalam perusahaan.
c. Sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan
pengambilan keputusan.
d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan datang.
e. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.
f. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi.
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen
yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi
tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau
penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agnes Utari Widyaningdyah (2001). Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di
Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2.

Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting


Practitioners Concerning the Etrhical Acceptability of Earnings
Managemen. Journal of Business Ethics, 14: 434-444.

Lobo, Gerald J., and Jian Zhou. 2001. “Disclosure Quality and Earnings
Management”. http://www.ssrn.com.

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26810/4/Chapter%20II.pdf

Setiawati, L. dan A. Na'im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis.

Sugiri. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai