Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial

yang terlihat dari hubungan interpersonal yang terlihat dari hubungan interpersonal

yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan

kestabilan emosional. Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan dipengaruhi

oleh berbagai faktor (Johnson, 1997 dalam Videbeck, 2008). Kesehatan jiwa adalah

suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan

interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang

positif, dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor (Johnson, 1997 dalam Videbeck, 2008).

Pemutusan proses hubungan terkait erat ketidakmampuan individu terhadap

proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya pesan sert, respon lingkungan

yang negatif. Ketidakmampuan individu di dalam mepertahankan hubungan

interpersonal yang positif dapat mengakibatkan terjadinya stress. Stress yang

meningkat dapat mengakibatkan reaksi yang negatif dan dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menurunkan

produktifitas individu tersebut, hal ini dapat mengakibatkan munculnya gejala

gangguan kesadaran dan gangguan perhatian. Kupulan tanda dan gejala tersebut

disebut sebagai gangguan psikiatri atau gangguan jiwa (Stuart&Sundeen dalam

Dali,2009).

Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan pada fungsi

kejiwaan seperti proses pikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik. Gangguan

jiwa menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III diartikan
sebagai kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan secara klinis disertai adanya

stress yang berkaitan dengan terganggunya fungsi psikologis seseorang (Suliswati,

2005) Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa juga dapat dipandang dalam tiga

kategori. Faktor individual meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran dan

ketakutan, ketidakharmonisan dalam hidup, dan kehilangan arti hidup (Seaward, 1997

dalam Viedbeck, 2008) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukan bahwa

prevalensi Gangguan Jiwa yang berada di Indonesia sebanyak (1,7% per mil). Jumlah

penderita gangguan jiwa di Jawa Barat sebanyak (1,6% per mil). Dengan kata lain dari

1000 penduduk Indonesia adalah 1 sampai 2 diantaranya menderita gangguan jiwa

berat (Riskesdas, 2013)

Klien yang menderita skizofrenia dan gangguan terkait dapat menunjukan

campuran tanda dan gejala. Manifestasi gejala dapat bersifat kronik dan progresif.

Gejala biasanya muncul saat klien masih muda, biasanya saat remaja, dan jarang

setelah berusia paruh bayah. Tanda dan gejala dibagi dua yaitu pertama gejala positif

seperti halusinasi dan waham menunjukan gangguan fungsi otak. Klien dapat salah

mengartikan persepsi atau pengalaman mereka. Kedua gejala negtatif seperti afek

datar, alogia, avolition, anhedonia dan masalah perhatian. Klien yang menunjukan

afek datar memiliki ekspresi wajah yang tidak bergerak,seperti topeng, tidak responsif,

dan klien tersebut juga memiliki kontak mata yang kurang. Klien alogia berespon

singkat, dan pola bicara spontan mereka terbatas; isi pikiran, yang tercemin dalam

bicara yang tidak lancar dan penggunaan bahasa yang tidak memadai, menurun. Klien

yang mengalami avolotion tidak mampu memulai dan menyelesaikan aktifitas yang

memiliki tujuan dan dan dapat mengalami masalah dalam melakukan aktifitas serta

menyelesaikan tugas. Klien anhedonia mengalami ketidakmampuan menikmati dan

merasakan kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan (O’Brien,

2007).
Menurut tanda dan gejala negatif, isolasi sosial termasuk dalam tanda dan

gejala skizofrenia. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang

merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan

cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala pada

klien pada isolasi sosial diantaranya apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul,

menghindar dari orang lain, komunikasi kurang. Klien tampak tidak bercakap-cakap

dengan klien lain atau perawat, klien lebih sering menunduk, berdiam diri dikamar,

menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,

meniru posisi janin pada saat lahir (Dalami,2009).

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan

yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011). Prevalensi gangguan jiwa

berat pada penduduk Indonesia 1,7 permil. Gangguan jiwa berat terbanyak di

Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah

Tangga (RT) yang pernah memasung Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan

jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan

(18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan

terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk

Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional

tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan

Nusa Tenggara Timur (Riskesdes, 2013). Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun

2014 tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja,

secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya. Menurut

WHO, masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah

mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan

kesehatan jiwa. Permasalahan gangguan jiwa tidak hanya berpengaruh terhadap

produktivitas manusia, juga berkaitan dengan kasus bunuh diri. Temuan WHO

menunjukkan, diperkirakan 873.000 orang bunuh diri setiap tahun. Lebih dari 90%

kasus bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa seperti Depresi, Skizofrenia,

dan ketergantungan terhadap alkohol. ( Febriani, 2008 ) . Kemampuan individu dalam

kelompok dan lingkungannya dalam berinteraksi dengan orang lain sebagai cara untuk

mencapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan menggunakan

kemampuan mental yang dimilikinya ( kognisi, afeksi, relasi ) memiliki prestasi individu

serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku. ( Australian Health

Minister, Mental health nursing Practice, 1996. dalam Yosep, 2011 halaman 1 ).

American Nurses Association (ANA) tentang keperawatan jiwa, keperawatan jiwa

adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu dan tingkah

laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam

meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan

kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan teknik dan

alat klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan diri sendiri

(use seltherapeutic) (Kusumawati F dan Hartono Y, 2010).

Kedua solusi diatas dapat berlangsung baik jika dapat ditunjang dengan keterlibatan

dan peran serta aktif keluarga agar pasien dapat segara sembuh dan dapat kembali

hidup secara produktif dimasyarakat

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial pendekatan proses

keperawatan.
2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan penulis mampu :

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Isolasi Sosial.

b. Menggambarkan analisa data berdasarkan hasil pengkajian pada klien dengan

Isolasi Sosial.

c. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan jiwa sesuai dengan analisa data.

d. Menggambarkan implementasi pada klien dengan Isolasi Sosial.

e. Menggambarkan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan Isolasi

Sosial.

f. Melakukan analisa proses asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi

Sosial.

g. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien

dengan Isolasi Sosial.

C. Kerangka Penulisan

1. Pengumpulan Data

Penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metoda deskriptif

dengan pendekatan studi kasus (case study). Adapun pengumpulan data

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan pada klien untuk mengetahui perkembangan

kesehatan jiwa.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan pada klien dengan keluarga. Wawancara

dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien dan perkembangan

kesehatan klien.

c. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa sumber secara

langsung untuk memenuhi jawaban mengenai proses asuhan

keperawatan.

d. Studi dokumentasi

Kejadian yang ada hubungannya dengan kasus yang diterangkan pada

klien Isolasi Sosial.

2. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan pengambilan data yang dimulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi di lakukan di RSJ Provinsi Jawa Barat.

D. Manfaat Penulisan

a. Teoriti

Merupakan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan skizofrenia hebefrenik akibat Isolasi

Sosial.

b. Praktis

1) Bagi Profesi Keperawatan

Menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan skizofrenia

hebefrenik akibat Isolasi Sosial yang sesuai dengan teori yang ada.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah bahan dan referensi bacaan dalam bidang Ilmu

Keperawatan Jiwa khususnya dalam penanganan klien dengan skizofrenia

hebefrenik akibat Isolasi Sosial.

3) Bagi Penulis Lain

Mengaplikasikan mata kuliah keperawatan jiwa dengan pemberian asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan skizofrenia hebefrenik akibat Isolasi

Sosial.

Anda mungkin juga menyukai