Anda di halaman 1dari 32

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH FITOTERAPI

“OBAT BAHAN ALAM UNTUK KOLESTEROL”

OLEH :

NAMA : KHAIRINA AYU NINGSIH

STAMBUK :15020140146

KELAS : C6

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud
1. Menjelaskan tentang penyakit-penyakit pada gastrointestinal atau saluran
pencernaan
2. Menjelaskan tanaman obat yang berpotensi mengobati hiperlipidemia

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit-penyakit hiperlipidemia
2. Untuk mengetahui tanaman obat yang berpotensi mengobati hiperlipidemia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penyakit-penyakit gastrointestinal
2. Tanaman Obat
1) Bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Caryophyllanae
Order Caryophyllales
Family Amaranthaceae
Genus Amaranthus
Species A. tricolor L.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

Tanamanbayamsemuladikenalsebagaitumbuhanhias, selain itu


bayam dapat digunakansebagaibahanpangansumber protein,
terutamauntuknegara-negaraberkembang,
tanamanbayamberasaldari Amerika
tropicdanmudahtumbuhdantersebar di daerahtropisdan subtropics di
seluruhdunia.Jenisbayam yang seringdibudidayakanadalah A.
Tricolor dan A. Hybridussedangkanjenisbayamlainnyatumbuh liar.
b) Ciri khas
Daunnyaberbentukjantungterbalik yang disetiapruasnyaterdapat 2
daunberhadapanberwarnamerahdenganuratdaunkekuningan,
lebardaun 5-7 x 3-4cm danbertangkai.
c) KandunganZatDalamBayamMerah
Kandunganzatkimia yang biasa ditemukanadalah protein,
lemak,karbohidrat, kalium, zatbesi, amarantin, rutin, purinserta
vitamin A,B, dan C.
d) Penggunaan secara empiris
Secaraumumbayammemilikifungsisebagaipeningkatkerjaginjaldanm
elancarkanpencernaan.Apalagidenganbayammerah,
akarbayaminitentubisadimanfaatkansebagaiobatdisentri.Dengankan
dunganserat yang tinggi, bayamini juga
membantumelancarkanbuang air
besar.Selainitudaunbayaminidapatdijadikansebagaibahaninfusekare
namengandung 30% per oral yang biasmeningkatkankadarbesi
serum, hemoglobin sertamengurangi anemia.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal Novia Anggraeni Hanafi, Afifah B. Sutjiatmo,
Suci Nar Vikasari, 2014, Uji Efek Antitukak Lambung Ekstrak
Air Herba Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.) Terhadap
Tikus Wistar Betina, Vol. 2 (1).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pH lambung kelompok
hewan uji yang diberi ekstrak air herba bayam merah dosis 47,5
mg/kg bb tidak berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p>0,05),
tetapi nilai jumlah tukak dan nilai diameter tukak mempunyai hasil
yang berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p<0,05). Hewan uji
yang diberi ekstrak air herba bayam merah dosis 95 mg/kg bb
dan 190 mg/kg bb mempunyai nilai pH, nilai jumlah tukak
lambung, dan nilai diameter tukak lambung yang berbeda
bermakna terhadap kontrol (p<0,05). Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa ekstrak air bayam merah dosis 47,5
mg/kg bb tidak menyebabkan peningkatan pH lambung, tetapi
sedikit mengurangi jumlah nilai tukak lambung dan nilai diameter
lambung. Hewan uji yang diberi ekstrak air herba bayam merah
dosis 45 mg/kg bb mempunyai nilai pH yang lebih rendah, dan
nilai jumlah tukak serta nilai diameter tukak yang lebih tinggi yang
berbeda bermakna terhadap pembanding simetidin 72 mg/kg bb
(p<0,05). Sedangkan pada kelompok yang diberi ekstrak air
bayam merah dosis 95 mg/kg bb terjadi peningkatan pH lambung
menjadi lebih basa, pengurangan jumlah tukak lambung, dan
diameter tukak lambung jika dibandingkan kelompok pembanding
simetidin 72 mg/kg bb (p<0,05). Sedangkan pada kelompok uji
ekstrak air bayam merah dosis dosis 190
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak air herba
bayam merah(Amaranthus tricolor L.) pada dosis 190mg/kg bb
mempunyai efek antitukaklambung yang paling efektif,
karenamampu menaikkan pH lambung,menurunkan jumlah tukak
lambung dannilai diameter tukak lambung yang setaradengan
simetidin 72 mg/kg bb (p>0,05).
 Menurut Saganuwan, Alhaji, 2010, Some medicinal plants of
Arabian Pennisula, Vol. 4 (9).
Hasil menunjukkan bahwa Amaranthus hybridus dapat
menunjukkan aktivitas pengobatan pada pencernaan.
2) Wortel (Daucus carota L.)
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Asteranae
Order Apiales
Family Apiaceae
Genus Daucus L.
Species Daucus carota L.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Wortel mempunyai batang daun basah yang berupa sekumpulan
pelepah (tangkai daun) yang muncul dari pangkal buah bagian atas
(umbi akar), mirip daun seledri, berwarna kuning kemerah-merahan
atau berwarna orange.
c) KandunganZat dalam Wortel
Pada umbi wortel terdapat kandungan air, protein, karbohidrat,
lemak, serat, abu, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dektrosa, laktosa
dan maltosa), pektin, mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium,
magnesium, kromium), vitamin (betakaroten, B1 dan C) serta
aspargine.
d) Penggunaan secara empiris
Tumbuhan wortel berefek untuk memenuhi kebutuhan kalsium
dalam pembentukan tulang, anti kanker, mengatasi tukak lambung,
mencegah konstipasi (sembelit), amandel, gangguan kerongkongan
dan pernapasan, sebagai antioksidan, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dan menghaluskan kulit.
Cara penggunaan wortel untuk menyembuhkan sembelit yaitu 2
wortel dicuci bersih, parut. Beri 2 sendok makan air matang dan dan
sedikit garam, peras. Minum airnya 2 kali sehari.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal Suhatri, Rusdi, 2015, Pengaruh Pemberian
Sari Wortel (Daucus carota L.) terhadap Tukak Lambung
Pada Tikus Putih Jantan, Vol. 2 (1).
Hasil penelitian menunjukan pemberian etanol absolut 1
ml/200 gram menyebabkan kenaikan pH cairan lambung tikus
normal dari 4,99 menjadi 6,837. Hal ini disebabkan karena etanol
merusak lapisan mukosa termasuk sel-sel parietal penghasil HCl.
Sehingga produksi HCl berkurang. Setelah pemberian sari wortel
dengan dosis 3 ml/kgBB, 6 ml/kgBB dan 12 ml/kgBB
menyebabkan terjadinya penurunan pH cairan lambung tikus
menuju pH cairan lambung normal dengan nilai adalah 6,903;
4,173 dan 4,447. Penurunan ini berbeda nyata (P<0,01).
Penurunan ini adalah pengaruh betakaroten yang terkandung
dalam wortel yang diubah menjadi vitamin A yang berperanan
untuk kesempurnaan fungsi dan struktur sel epitel (lapisan
mukosa) dapat diperbaiki.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian sari wortel
dapat memulihkan tukak pada lambung tikus yang diinduksi
dengan etanol absolut 1 ml/200 gram tikus pemberan dosis 12
ml/kgBB yang terbaik. Pemberian sari wortel dengan dosis 3
ml/kgBB, 6 ml/kgBB dan 12 ml/kgBB dapat menurunkan nilai pH
cairan lambung menjadi normal dari pH cairan lambung tikus
yang diinduksi dengan etanol absolut 1 ml/200 gram tikus.
 Menurut Jurnal Debjit Bhowmik, Chiranjib, K.K.Tripathi,
Pankaj, K.P.Sampath Kumar, 2010, Recent Trends Of
Treatment And Medication Peptic Ulcerative Disorder, Vol. 2
(1).
Kombinasi jus wortel dengan bayam dan timun efektif
dalam mengobati tukak lambung. Dapat dikonsumsi dengan
mencampurkan jus wortel 300 mL dan jus bayam 200 mL atau
menggabungkan jus wortl 300 mL dan 100 mL masing-masing
bayam dan timun, untuk menghasilkan 500 mL jus, dikonsumsi
setiap hari.
3) Temulawak (Curcuma zanthorrhiza)
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Lilianae
Order Zingiberales
Family Zingiberaceae
Genus Curcuma L.
Species Curcuma zanthorrhiza
(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma
tajam yang menyengat dan rasanya pahit.
c) Kandungan Zat dalam Temulawak
Kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak adalah zat
kuning yang disebut kurkumin, protein, pati, dan minyak atsiri.
Komponen senyawa aktif terpenting dalam temulawak yang
memberikan khasiat pengobatan adalah kurkumin dan minyak atsiri
(terutama kandungan flavonoidnya) bekerja dengan menghambat
enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin tidak terjadi.
d) Penggunaan secara empiris
Cara mengolah temulawak sebagai obat kolesterol cukup mudah, yaitu
dengan cara direbus. Jika ingin merebus temulawak untuk menurunkan
kadar kolesterol tutup wadah harus dibuka. Lantaran pada temulawak
terdapat kandungan minyak atsiri dan kurkumin yang mempunyai
manfaat berbeda.
e) Hasil penelitian
Menurut jurnal Silfia Anggraini dan Arifah Sri Wahyuni, Pengaruh
Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak Terhadap Kadar Kolesterol Total pada
Tikus Putih Hiperlipidemia
Ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dosis 100
8 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total >20%
pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak.
4) Kunyit (Curcuma longa)
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Lilianae
Order Zingiberales
Family Zingiberaceae
Genus Curcuma L.
Species Curcuma longa

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri-ciri
Memiliki bau aromatik yang khas dan rasanya agak pedas dan agak
pahit. Jika dilarutkan dalam air maka akar kunyit akan memberikan
zat kurkuminoid yang berwarna kuning.
c) KandunganZatdalam Kunyit
.Kunyit memiliki kandungan zat aktif utama berupa kurkuminoid dan
minyak atsiri. Selain itu kunyit mengandung lemak, karbohidrat,
protein, vitamin C, karoten, garam-garam mineral (zat besi, fosfor,
kalsium).
d) Penggunaan secara empiris
Kunyit biasanya digunakan untuk mengobati kenaikan asam lambung
(maag), dengan cara rimpang kunyit sebanyak 3 ruas dicuci dengan
air bersih hingga kulitnya terbebas dari tanah, setelah itu dikupas
bagian kulitnya kemudian dipotong-potong, rebus dan dibiarkan
hingga mendidih, dibiarkan sebentar hingga sedikit menguap airnya
kemudian diangkat dan disaring. Diminum 2 kali sehari.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal Nugroho Eko, 2014, Ekstrak Etanol Kunyit
(Curcuma longa) dalam Mencegah Peningkatan Keasaman
Lambung Rattus novergicus yang Diinduksikan Histamin,
Vol. 3 (1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
kunyit (Curcuma longa) secara oral sebelum induksi histamin
dapat mencegah peningkatan kadar asam lambung tikus putih.
 Menurut Jurnal S. Rafatullah, M. Tariq, M.A. Al-Yahya, J.S.
Mossa And A.M. Ageel, 1990, Evaluation of Turmeric
(Curcuma Longa) for Gastricand Duodenal Antiulcer Activity
In Rats, Vol. 29.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kunyit memiliki
kemampuan untuk menghasilkan pengurangan yang signifikan
dari keruskan mukosa lambung yang diinduksi dengan
indometasin.
5) Jambu biji (Psidium guajava L.)
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Rosanae
Order Myrtales
Family Myrtaceae
Genus Psidium L.
Species Psidium guajava L.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)


b) Ciri khas
Daunnya berbentuk bulat panjang, bulat oval dengan ujung tumpul
atau lancip. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan lebar 3-6 cm.
Sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm.
c) Kandungan Zat dalam Jambu Biji
Jambubijimemilikikandunganserat yang cukuptinggi, yakni 5,60
gram per 100 gram buahjambubiji.
Banyaknyakandunganseratkasarterlarut, terutama pectin,
menjadikanjambubijibersifathipokolesterolemikdanhipoglikemik
yang dapatmenurunkankadarkolesteroldarahmaupunguladarah.
d) Penggunaan secara empiris
Buahjambubijidantomattelahdigunakansecaraempirissebagaipenca
haruntukmengatasisembelit. Cara menggunakan daun jambu biji
untuk melancarkan dan mengatasi susah buang air besar
(sembelit) adalah dengan cara direbus, kemudian disaring dan
minum air rebusan daun jambu biji dengan rutin dan teratur agar
sembelit dapat segera disembuhkan.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal Dias Ardini, Sri Pujiwati, Perbandingan
efektivitas filtrat jus jambu biji (Psidium guajava L.) dan jus
tomat (Solanum lycopersicum L.) sebagai laksansia
(pencahar)
Hasil pengujian dengan perlakuan pemberian filtrat jus
tomat 200 gram dan filtrat jus jambu biji 200 gram. Perbedaan
terjadi karena kandungan serat dan senyawa pectin. Struktur
kimia serat dan pektin membentuk anyaman kompleks, serat
dan pektin berdaya menyerap dan mengikat banyak molekul air,
dengan demikan mampu mengembang dengan kuat. Isi usus
yang mengandung banyak serat volumenya diperbesar sehingga
menstimulir peristaltik serta memperlancar pengeluaran feses.
Disamping frekuensi buang air besar meningkat, juga feses
bertambah banyak dan menjadi lunakPemberian filtrat jus tomat
100 gram dan jambu biji 100 gram tidak memberikan pengaruh
terhadap frekuensi, dan berat feses. Hal ini disebabkan oleh
jumlah serat dan pektin yang ada belum cukup untuk
memberikan efek pencahar secara nyata.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa filtrat jus dari buah
tomat dan buah jambu mempengaruhi konsistensi feses menjadi
lebih lembek.
 Menurut Thangjam Rubee Chanu, Vasudha Pai, Rituparna
Chakraborty, Bangar Raju, Richard Lobo, Mamatha Ballal,
Screening for antidiarrheal activity of Psidium guajava :
A possible alternative in the treatment against diarrhea
causing enteric pathogens
Hasil penelitian ini mendukung klaim obat rakyat untuk
penggunaan tanaman ini untuk pengobatan diare. Hasil ini
mendorong dan dapat diekstrapolasikan lebih jauh untuk
mempertimbangkan penggunaan ekstrak daun Psidium guajava
sebagai pilihan pengobatan alternatif untuk diare yang
disebabkan oleh patogen enterik.
6) Tomat
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Asteranae
Order Solanales
Family Solanaceae
Genus Solanum L.
Species Solanum lycopersicum L.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Buahnyaberbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau oval. Biji
tomat berbentuk pipih, berbulu dan diselimuti dnging buah.
c) Kandungan Zat dalam Tomat
Kandungan tomat adalah alkaloid solanin (0,007 %), tomatin, asam
folat, asam malat dan mineral.
d) Penggunaan secara empiris
Tomat biasanya digunakan untuk mengatasi sulit buang air besar
atau sembelit. Cara penggunaan buah tomat adalah dengan cara
dimakan langsung atau dapat pula dibuat jus. Tomat dikonsumsi
dengan rutin dan teratur agar kesulitan buang air besar atau
sembelit dapat segara lancar kembali.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal Dias Ardini, Sri Pujiwati, Perbandingan
efektivitas filtrat jus jambu biji (Psidium guajava L.) dan jus
tomat (Solanum lycopersicum L.) sebagai laksansia
(pencahar)
Hasil pengujian dengan perlakuan pemberian filtrat jus
tomat 200 gram dan filtrat jus jambu biji 200 gram. Perbedaan
terjadi karena kandungan serat dan senyawa pectin. Struktur
kimia serat dan pektin membentuk anyaman kompleks, serat
dan pektin berdaya menyerap dan mengikat banyak molekul air,
dengan demikan mampu mengembang dengan kuat. Isi usus
yang mengandung banyak serat volumenya diperbesar sehingga
menstimulir peristaltik serta memperlancar pengeluaran feses.
Disamping frekuensi buang air besar meningkat, juga feses
bertambah banyak dan menjadi lunakPemberian filtrat jus tomat
100 gram dan jambu biji 100 gram tidak memberikan pengaruh
terhadap frekuensi, dan berat feses. Hal ini disebabkan oleh
jumlah serat dan pektin yang ada belum cukup untuk
memberikan efek pencahar secara nyata.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa filtrat jus dari buah
tomat dan buah jambu mempengaruhi konsistensi feses menjadi
lebih lembek.
7) Pala
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Magnolianae
Order Magnoliales
Family Myristicaceae
Genus Myristica
Species Myristica fragrans Houtt.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Buah berbentuk bulat lonjong, lebar dan ujung meruncing. Berbiji
tunggal, berkeping dua dan dilindungi oleh tempurung.
c) Kandungan zat dalam pala
Kandungan kimia pala berupa lemak, minyak asiri, pati resin,
selulosa, unsur-unsur mineral, serat kasar, vitamin A dan vitamin
C.
d) Penggunaan secara empiris
Dalam pengobatan tradisional, pala dan pala minyak digunakan
untuk penyakit yang berkaitan dengan sistem saraf dan
pencernaan. Diare berulang terjadi di negara berkembang,
terutama di daerah tropis. Cara penggunaan yaitu diambil biji pala
yang kering kemudian dihaluskan, disiapkan air sedikit lalu
dicampurkan dengan pala yang telah dihaluskan dan campuran air
dan pala harus diminum.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal DR. Rajendra Putra, antidiarrhoeal and
sedative effects of myristica fragrans on albino rats.
Hasil pengujian dengan perlakuan terhadap 18 tikus albino
yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 1 (kelompok
kontrol) tidak menerima obat pelindung sebelum mendapat
tantangan dari minyak jarak, dimana minyak jarak dapat
memberikan efek stimulan terhadap usus. Kelompok II menerima
suspensi kasar Pala dengan dosis 100mg / kg secara oral dan
kelompok III menerima suspensi kasar Pala dalam dosis 200 mg /
kg secara oral. Setelah 3 jam, 45% minyak jarak (pelarut: minyak
zaitun) 0.1ml / 10gm diberikan secara oral. Setiap tikus disimpan
terpisah dalam satu kasus, bagian dasarnya ditutupi oleh kertas
putih tebal. Kandang diperiksa dan pengamatan ditabulasikan
setelah diberikan minyak jarak. Setelah 5 jam perlakuan, terjadi
penurunan diare terhadap pemberian suspensi pala 100 mg/kg
maupun 200 mg/kg.
Sehingga dapat disimpulkan suspensi pala dapat
menurunkan diare.
8) Sawo
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Asteranae
Order Ericales
Family Sapotaceae
Genus Manilkara Adans.
Species Manilkara zapota (L.)

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Tanaman ini memiliki buah berbentuk lonjong, berwarna kecoklatan
muda dan memiliki kulit yang sangat kasar. Ukuran buah
tergantung dengan varietes dan pertumbuhan tanaman, terkadang
buah ini memiliki ukuran 3-4 mm dan bahkan lebih. Buah ini
memiliki biji yang sangat mengkilap, berwarna kehitaman lonjong,
dalam satu buah memiliki biji 6-8 biji.
c) Kandungan zat dalam sawo
Buah sawo (Achras zapota L.) mengandung tanindan pektin dapat
melindungi dinding mukosa usus terhadap rangsangan isi usus
atau mengendapkan racun, ini dapat membantu daya antibakteri
secara keseluruhan. Hasil skrining fitokimia simpilisia buah sawo
menunjukkan adanya flavonoid, glikosida, dan tanin.
d) Penggunaan secara empiris
Beberapa masyarakat di Kalimantan Selatan, khususnya
Kabupaten Hulu Sungai Utara menggunakan buah sawo sebagai
obat tradisional untuk mengobati penyakit diare. Buah sawo yang
digunakan masyarakat adalah buah yang masih muda. Buah sawo
diparut dan kemudian diambil airnya untuk diminum. Cara
pengolahannya yaitu diambil 2 biji buah sawo atau lebih yang
masih muda dan berasa sepat, kemudian dicuci dan diparut, lalu
diberi air yang sudah dipanaskan kemudian disaring. Diminum
secara rutin dan teratur.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal M. Arsyad, Ayu Rizki Annisa, Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Etanol Buah Sawo (Achras
zapota L.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli
Hasil pengujian terhadap pengaruh ekstrak buah sawo
menunjukkan adanya penghambatan. Hal ini terbukti dengan
adanya penurunan jumlah koloni bakteri Escherichia coli setelah
diberikan perlakuan. Penghambatan total jumlah koloni bakteri
Escherichia coli terlihat pada konsentrasi 22,5%. Penghambatan
total terhadap pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli tampak
pada perlakuan dengan konsentrasi ekstrak buah sawo muda
sebesar 22,5%. Hal ini berarti, konsentrasi hambat minimal (KHM)
yang dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia
coli adalah konsentrasi ekstrak buah sawo muda sebesar 22,5%.
Sehingga dapat disimpulkan konsentrasi ekstrak sawo
22,5% dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coliyang
setara dengan kontrol positif yaitu larutan ampicilin 1% dalam
menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli.
 Menurut jurnal Sakala Bhargavi, Buthapalli Kanakaiah, Dantu
Krishna Sowmya, Buchiraju Ravi, Sreekanth Nama, an
evaluation of the antibacterial activity of root extracts of
Manilkara zapota against Staphylococcus aureus and
Escherichia coli
Hasil menunjukkan bahwa Manilkara zapota dapat
menunjukkan aktivitas pengobatan pada pencernaan.
9) Beluntas (Pluchea indica (L) Less.)
a) Deskripsi Tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Asteranae
Order Asterales
Family Asteraceae
Genus Pluchea
Species Pluchea indica (L.)

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Daun bertangkai pendek, letaknya berselang-seling, berbentuk bulat
telur sunsang, ujung bundar melanci, tepi daun bergerigi, berwarna
hijau terang.
c) Kandungan Zat dalam Beluntas
Daun beluntas mengandung alkaloid, tannin, natrium, minyak atsiri,
kalsium, flavanoida, magnesium dan fosfor.
d) Penggunaan secara Empiris
Dalam kehidupan sehari-hari biasanya daun beluntas dimanfaatkan
sebagai sayuran dan obat-obatan. Daun beluntas juga digunakan
secara empiris dan didapatkan mempunyai khasiat menambah nafsu
makan, membantu melancarkan pencernaan, membantu
menghilangkan bau badan, bau mulut, menurunkan panas,
meredakan nyeri pada tulang, meredakan sakit pinggang, dan juga
keputihan.
e) Hasil penelitian
 Menurut Jurnal Rahayu Tias, Joko Waluyo, Iis Nur Aisyah,
2012, Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indicaL.)
terhadap Demam Thypoid pada Tikus Putih (Rattus
novergicus L.) Jantan dan Pemanfaatannya sebagai Buku
Nonteks
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
pemberian ekstrak daun beluntas berpengaruh secara nyata
terhadap demam tifoid pada tikus putih.
Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan adalah
bahwa ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan demam tifoid
pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) hal ini berarti bahwa
pemberian ekstrak daun beluntas hampir setara dengan obat
kloramfenikol. Dosis yang paling optimum untuk menurunkan
demam tifoid pada tikus putih yaitu ekstrak daun beluntas dosis
15 mg/200 g BB pada kelompok perlakuan 2 (P2).
 Menurut jurnal Rawinipa Srimoon tentang Antioxidant and
Antibacterial Activities of Indian Marsh Fleabane (Pluchea
indica (L.) Less.)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ektsrak Pluchea
indica (L.) Less menunjukkan aktivitas antioksidan dan antibakteri
yang tinggi.
10) Daun Sirih Merah (Piper ornatum)
a) Deskripsi tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Magnolianae
Order Piperales
Family Piperaceae
Genus Piper L.
Species Piper ornatum N.E.Br.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Daun yang tunggal berbentuk jantung, ujung daun berbentuk
runcing, tumbuh berselang-seling, dan bertangkai dan berwarna
merah.
c) Kandungan Zat dalam Sirih Merah
Tumbuhan ini mengandung berbagai macam zat-zat kimia, adapun
kandungan yang dapat kita peroleh dari tumbuhan ini adalah seperti
adanya kandungan allyprokatekol, alkaloid, kandungan cineole,
kandungan ekstragol, eugenol, fenil propoda, minyak atsiri.
d) Penggunaan secara Empiris
Secara empiris ekstrak daun sirih merah dalam pemakaian tunggal
atau diformulasikan dengan tanaman obat lain mampu membatasi
aneka keluhan. Contohnya gangguan gula darah, peradangan akut
pada organ tubuh, luka yang sulit sembuh, kanker payudara dan
kanker rahim, leukemia, TBC dan radang hati, wasir, jantung
koroner, darah tinggi dan asam urat.
e) Hasil Penelitian
 Menurut jurnal Achwandi Moch, Azizah Khoiriyati, Soewito
tentang Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
terhadap Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum
Bakteri Salmonella typhi
Hasil penelitian tentang efektifitas ekstrak daun sirih merah
(Piper crocatum) terhadap bakteri Salmonella typhi menunjukkan
bahwa ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) efektif terhadap
Kadar bunuh minimal bakteri Salmonella typhi.
 Menurut jurnal Carolia N tentang The Inhibition Test Of Red
Betel Leaves (Piper crocatum) Towards Staphylococcus
aureus and Salmonella typhi
Adapun hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah adanya
aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi.
11) Daun Kelor (Moringa oleifera)
a) Deskripsi Tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Rosanae
Order Brassicales
Family Moringaceae
Genus Moringa Adans
Species Moringa oleifera Lam.

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling, beranak
daun gasal, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata,
susunan pertulangan meyirip, permukaan atas dan bawah halus.
c) Kandungan Zat dalam Daun Kelor
Beberapa kandungan nutrisi dari daun kelor diantaranya vitamin C,
potassium, vitamin A, dan kalsium.
d) Penggunaan secara Empiris
Secara empiris daun kelor berfungsi untuk nmengurangi gangguan
pada saraf otot, mengobati insomnia, mempengaruhi keadaan
emosional serta mental. Sementara itu senyawa metionin pada daun
kelor juga ampuh menyerap lemak serta kolesterol jahat dalam
darah.
e) Hasil Penelitian
 Menurut jurnal Syarifah Aminah, Tezar Ramdhan, Muflihani
Yanis tentang Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional
Tanaman Kelor (Moringa oleifera)
Kelor (Moringa oleifera) berpotensi besar sebagai sumber
nutrisi, pengobatan alami, industry kosmetik dan perbaikan
lingkungan. Semua bagian dari tanaman kelor memberikan
khasiat dan manfaat dibidang pangan dan nonpangan sehingga
dapt digunakan untuk perbaikan nutrisi.
 Menurut jurnal Ray-Yu Yang tentang Nutritional and
Functional Properties of Moringa Leaves – From Germplasm,
to Plant, to Food, to Health
Ekstrak daun kelor menunjukkan aktivitas antimikroba termasuk
pertumbuhan strain Staphylococcus aureus yang diisolasi dari
makanan dan usus hewan. Untuk penggunaan manusia,
konsumsi sayuran kaya nutrisi seperti kelor, menyebabkan respon
kekebalan tubuh lebih baik dibandingkan dengan konsumsi
sayuran yang kaya serat namun lebih rendah kandungan gizi,
seperti kubis biasa. Moringa harus dipromosikan untuk
dikonsumsi yang lebih besar untuk memperbaiki nutrisi dan
memperkuat fungsi kekebalan tubuh untuk melawan penyakit
menular.
12) Daun Teh (Camellia sinensis)
a) Deskripsi Tanaman

Kingdom Plantae
Subkingdom Viridiplantae
Infrakingdom Streptophyta
Superdivision Embryophyta
Division Tracheophyta
Subdivision Spermatophytina
Class Magnoliopsida
Superorder Asteranae
Order Ericales
Family Theaceae
Genus Camellia L.
Species Camellia sinensis (L.) Kuntze

(Integrated Taxonomic Information System, 2017)

b) Ciri khas
Daun memiliki panjang 4-15 cm dan lebar 2-5 cm. Daun segar
mengandung kefein sekitar 4%. Daun muda yang berwarna hijau
muda mempunyai rambut-rambut pendek putih dibagian bawah
daun. Daun tua berwarna lebih gelap.
c) Kandungan Zat dalam Daun Teh
Teh memiliki kandungan kimia aktif seperti katekin, asam amino,
gula, polifenol oksidasi, klorofil dan karoten.
d) Penggunaan secara Empiris
Tanaman teh memiliki manfaat diantaranya sebagai antikanker,
antioksidan, antimikroba, antibakteria, pencegah atekolklerosis,
menjaga kesehatan jantung, antidiabetes, menstimulasi sistem imun,
mencegah Parkinson, menurunkan kolesterol, mencegah karies gigi,
mencegah bau mulut, melancarkan urine, menghindari stroke, dan
menurunbkanj tekanan darah.
e) Hasil Penelitian
 Menurut Jurnal Nita Noriko tentang Potensi Daun Teh
(Camellia sinensis) dan Daun Anting-anting (Acalypha indica
L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhi
Ekstrak Camellia sinensis yang diperoleh melalui metode
pengeringan berpotensi sebagai antibakteria terhadap Salmonella
typhi. Zat bioaktif yang terdapat dalma tanaman Camellia sinensis
yang mampu menghambat pertumbuhan S. typhi adalah tanin.
 Menurut jurnal Punit R. Bhatt tentang Camellia sinensis (L):
The Medicinal Beverage: a Review
Ekstrak alkohol Camellia sinensis yang diuji pada Salmonella
typhi dan Salmonella paratyphi A, aktif pada semua strain
Salmonella paratyphi A dan hanya 42,19 % strain Salmonella
typhi yang di hambat oleh ekstrak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Adapun penyakit-penyakitpada gastrointestinal atau saluran pencernaan yaitu
tukak lambung, usus buntu, ulkus peptikum, sembelit, diare, thypoid, dan
malnutrisi.
2. Adapun tanaman obat yang berpotensi mengobati penyakit-penyakit
gastrointestinal yaitu daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.) untuk
melancarkan buang air besar (sembelit), wortel (Daucus carota L.) untuk
mencegah konstipasi (sembelit) dan mengatasi tukak lambung, temulawak
(Curcuma zanthorrhiza) untuk mengatasi sembelit, kunyit (Curcuma longa L.)
untuk mengobati maag (asam lambung), jambu biji (Psidium guajava L.) untuk
mengatasi sembelit, tomat (Solanum lycopersicum L.) untuk mengatasi
sembelit, pala (Myristica fragrans Houtt.) untuk mengatasi diare, sawo
(Manikara zapota L.) untuk mengatasi diare, beluntas (Pluchea indica L.)
untuk melancarkan pencernaan, daun sirih merah (Piper ornatum) untuk
mengobati wasir, daun kelor (Moringa oleifera L.) untuk memperbaiki nutrisi
dalam tubuh dan daun the (Camellia sinensis) untuk melancarkan urine.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai