Abstract
Indonesia is rich with diversity / germplasm aromatic plants that produce essential
oils. Essential oils also called etheric oils, or oil fly. There is a non-oil export
commodities are needed in various industries. The many types of Essential Oils
require handling a priority scale. The method used is Analysis Hierarchy Process
(AHP) by utilizing the expert judgement. The analysis using criteria Feasibility for
SMEs, New Commodities and the New Territories, and sub-criteria Speed of
Capital Returns, Market Prospects, Easy Access Resource, Value Added, and
Enviroment. Based on criteria and sub-criteria results that essential oils of Jasmine
(Melati), Masoyi (Masoyi) and Cubeb (Kemukus) must be prioritized to
development.
18 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 14, No. 1, April 2012 Hlm.17-23
Diterima 3 Februari 2012; terima dalam revisi 12 Maret 2012; layak cetak 2 April 2012
Sereh Dapur, apakah Kemukus, apakah Gaharu, Tabel 1 : Skala Kepentingan
apakah Klausena, ataukah Melati? Intensitas Definisi
Matriks keenam ditanyakan elemen/minyak Kepenting-
atsiri manakah yang lebih penting berdasarkan sub annya
kriteria prospek pasar, apakah Ylang-ylang, 1 Kedua elemen sama pentingnya
apakah Terpentin, apakah Jahe, apakah Masoyi, 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
ketimbang yang lainnya
apakah Sereh Dapur, apakah Kemukus, apakah 5 Elemen yang satu esensial atau sangat
Gaharu, apakah Klausena, ataukah Melati? penting ketimbang eleman yang lainnya
Matriks ketujuh ditanyakan elemen/minyak atsiri 7 Satu elemen jelas lebih penting dari
manakah yang lebih penting berdasarkan sub elemen yang lainnya
kriteria kemudahan akses sumberdaya, apakah 9 Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen yang leinnya
Ylang-ylang, apakah Terpentin, apakah Jahe, 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang
apakah Masoyi, apakah Sereh Dapur, apakah berdekatan
Kemukus, apakah Gaharu, apakah Klausena, Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka bila
ataukah Melati? dibandingkan dengan suatu aktivitas j,
maka j mempunyai nilai kebalikannya, bila
Matriks kedelapan ditanyakan elemen/minyak dibandingkan dengan aktivitas i.
atsiri manakah yang lebih penting berdasarkan sub Sumber : Saaty (1980)
kriteria nilai tambah, apakah Ylang-ylang, apakah
Terpentin, apakah Jahe, apakah Masoyi, apakah 2.3. Metode Analisis
Sereh Dapur, apakah Kemukus, apakah Gaharu,
apakah Klausena, ataukah Melati? Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
Matriks kesembilan ditanyakan elemen/ minyak (1980), seorang ahli matematika. Metode ini
atsiri manakah yang lebih penting berdasarkan sub adalah sebuah kerangka untuk mengambil
kriteria kelestarian lingkungan, apakah Ylang- keputusan dengan efektif atas persoalan yang
ylang, apakah Terpentin, apakah Jahe, apakah kompleks dengan menyederhanakan dan
Masoyi, apakah Sereh Dapur, apakah Kemukus, mempercepat proses pengambilan keputusan
apakah Gaharu, apakah Klausena, atau Melati? dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam
Dalam penyusunan skala kepentingan, bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel
menggunakan patokan pada Tabel 1, berikut:
ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai
numerik pada pertimbangan subjektif tentang 2.3.2. Comparatif Judgement
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan untuk menetapkan variabel yang Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang
Prinsip dalam memecahkan persoalan dengan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,
AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki karena akan berpengaruh terhadap prioritas
(Decomposition), prinsip menentukan prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan
(Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi ditempatkan dalam bentuk matriks yang
logis (Logical Consistency). dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam
melakukan penilaian terhadap elemen-elemen
2.3.1. Decomposition yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan,
yakni:
Setelah persoalan didefinisikan maka perlu Elemen mana yang lebih (penting/disukai/
dilakukan decomposition, yaitu memecah berpengaruh/lainnya).
persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika Berapa kali sering (penting/disukai/
ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan berpengaruh/lainnya).
juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga Dalam penilaian kepentingan relative dua
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika
Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j,
hirarki (Hierarchy). Hirarki yang dimaksud adalah maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali
hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu,
untuk mempertimbangkan kriteria atau komponen perbandingan dua elemen yang sama akan
yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua
proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama
diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta penting. Jika terdapat m elemen, maka akan
kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk diperoleh matriks pairwise comparison berukuran
persoalan yang dihadapi. m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam
20 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 14, No. 1, April 2012 Hlm.17-23
Diterima 3 Februari 2012; terima dalam revisi 12 Maret 2012; layak cetak 2 April 2012
Komoditas Baru dan sangat lebih penting kriteria Kemudahan Akses Sumberdaya lebih
dibandingkan dengan Wilayah Baru. Dengan kata penting dibandingkan Prospek Pasar, sangat lebih
lain, Kalayakan untuk UMKM merupakan kriteria penting daripada Nilai Tambah dan jelas sangat
tingkat kepentingannya adalah yang pertama lebih penting daripada Kecepatan Pengembalian
(nomor 1) dalam menentukan komoditas minyak Modal, dan mutlak sangat lebih penting dari
atsiri prioritas, kemudian Komoditas Baru Ramah Lingkungan dalam kriteria Wilayah Baru.
menduduki urutan ke 2 (nomor 2) dan Wilayah Berdasarkan sub-kriteria para ahli berhasil
Baru menduduki urutan ke 3 (nomor 3). membuat urutan kepentingan dari Sembilan (9)
Bedasarkan kriteria Kelayakan untuk UMKM, komoditas minyak atsiri sebagai berikut :
para ahli berpendapat bahwa Sub Kriteria Prospek
Tabel 4 : Tingkat kepentingan komoditas Minyak
Pasar dan Kecepatan Pengembalian Modal
Atsiri prioritas terhadap Sub-kriteria
bersama-sama menduduki urutan pertama (nomor
1) tingkat kepentinggannya, kemudian berturut- Minyak Prospek Nilai
Pengem Akses Ramah
turut Kemudahan Akses Sumberdaya (nomor 2), balian Sumb Ling-
Atsiri Pasar Tambah
Modal Daya kungan
Nilai Tambah (nomor 3) dan Ramah Lingkungan Ylang-
(nomor 4). Hal ini berarti bahwa Sub-Kriteria 4 4 6 7 2
ylang
Prospek Pasar dan Kecepatan Pengembalian Ter-
9 9 9 4 1
Modal lebih penting dibandingkan Kemudahan pentin
Sereh
Akses Sumberdaya, sangat lebih penting daripada 6 6 2 3 7
Dapur
Nilai Tambah dan jelas sangat lebih penting Masoy 1 1 7 9 9
daripada Ramah Lingkungan dalam Kriteria Jahe 5 5 4 2 4
Kelayakan untuk UMKM. Kemu-
3 3 3 5 6
kus
Tabel 3 : Tingkat kepentingan Sub-kriteria
Gaharu 7 7 8 8 8
terhadap Kriteria komoditas Minyak Atsiri
Klau-
8 8 5 6 5
Kelayakan Komoditas Wilayah sena
Sub-kriteria
UMKM baru baru Melati 2 2 1 1 3
Prospek 1 1 2 Sumber : Hasil perhitungan
Pasar
Nilai Tambah 3 3 3 Pengolahan kuesioner dengan menggunakan
Pengembalia
1 4
program Analysis Hierarchy Process (AHP) pada
n Modal 4 level 2 menghasilkan nilai urutan tiga teratas
Kemudahan sebagai berikut : Minyak atsiri Melati mempunyai
2 2 1
Akses SD
Ramah nilai 0,249 dimana nilai sub-kriteria Kecepatan
4 5 5 pengembalian Modal (0,089), Prospek Pasar
Lingkungan
Sumber : Hasil perhitungan (0,07), Kemudahan Akses Sumberdaya (0,06),
Nilai Tambah (0,02) dan Ramah Lingkungan
Bedasarkan kriteria Komoditas Baru, para ahli
(0,01). Minyak atsiri Masoyi mempunyai nilai 0,195
berpendapat bahwa Sub-kriteria Prospek Pasar
dimana nilai sub kriteria Kecepatan pengembalian
menduduki urutan pertama (nomor 1) tingkat
Modal (0,010), Prospek Pasar (0,14), Kemudahan
kepentinggannya, kemudian berturut-turut
Akses Sumberdaya (0,01), Nilai Tambah (0,03)
Kemudahan Akses Sumberdaya (nomor 2), Nilai
dan Ramah Lingkungan (0,005). Minyak atsisri
Tambah (nomor 3), Kecepatan Pengembalian
Kemukus mempunyai nilai 0,115 dengan nilai sub
Modal (nomor 4), dan Ramah Lingkungan (nomor
kriteria Kecepatan pengembalian Modal (0,03),
5). Hal ini berarti bahwa Sub-Kriteria Prospek
Prospek Pasar (0,05), Kemudahan Akses
Pasar lebih penting dibandingkan Kemudahan
Sumberdaya (0,02), Nilai Tambah (0,01) dan
Akses Sumberdaya, sangat lebih penting daripada
Ramah Lingkungan (0,005).
Nilai Tambah dan jelas sangat lebih penting
daripada Kecepatan Pengembalian Modal, dan
mutlak sangat lebih penting dari Ramah
Lingkungan dalam Kriteria Komoditas Baru.
Bedasarkan kriteria Wilayah Baru, para ahli
berpendapat bahwa Sub-kriteria Kemudahan
Akses Sumberdaya menduduki urutan pertama
(nomor 1) tingkat kepentinggannya, kemudian
berturut-turut sub-kriteria Prospek Pasar (nomor
2), Nilai Tambah (nomor 3) dan Kecepatan
Pengembalian Modal (nomor 4), serta Ramah
Lingkungan (nomor 5). Hal ini berarti bahwa Sub-
22 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 14, No. 1, April 2012 Hlm.17-23
Diterima 3 Februari 2012; terima dalam revisi 12 Maret 2012; layak cetak 2 April 2012
Mansur, M, IM Tasma, OU Suryana, 1992, Sereh Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Dapur. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Para Pemimpin. Proses Hirarki Analitik untuk
Rempah dan Obat, Vol. VIII No. 2, Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
Balitro,Bogor. Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta.
Martsiano, 2009, potensi bunga melati sebagai
bahan baku minyak atsiri dan beberapa macam Subiyanto, 2002, Penggunaan Metode Analytical
proses penyulingannya, http:// wordpress.com/ Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan
Obyek Agrowisata, Jurnal Sain dan Teknologi,
Muhamad Djazuli, 2005, Peningkatan Produktivitas No.4, Vol.5, Agustus 2002.
dan Peluang Pengembangan Ylang-Ylang di
Indonesia, Perspektif - Volume 4 Nomor 2, Wiyono, B dan Silitonga, T. 1989. Percobaan
2005. Frasionasi – Distilasi Minyak Terpentin dari
Pinus Merkusii Jung Et De Vriese. Jurnal
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Penelitian Hasil Hutan Vol. 6 No. 4 pp. 231 –
2007, Konservasi Dan Potensi Pengembangan 234. Bogor.
Kemukus, http://www.deptan.go.id/