Anda di halaman 1dari 6

KORELASI ANTARA KEWAJIBAN ZAKAT DENGAN

PENINGKATAN EKONOMI UMAT

Salah satu syari’at Islam yang menjadi sumber dana kegiatan masyarakat
Islam adalah zakat. Ibadah zakat ini selain mempunyai dimensi ketakwaan bagi
yang menunaikannya juga merupakan manifestasi solidaritas sosial dari kaum
muslimin yang memperoleh rizki lebih dari Allah kepada saudara-saudaranya
seiman yang tidak mampu

Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat merupakan
kata dasar (masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji,
yangsemua arti ini digunakan didalam menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits.
Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta
tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah
untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula.

Tradisi pelaksanaan zakat dikalangan muslimin Indonesia sebenarnya


sudah sangat lama sebagai bagian penting dari kesempurnaan pengamalan ajaran
agama Islam. Namun tampaknya tradisi zakat, baru zakat fitrah yang benar-benar
secara luas dilaksanakan oleh masyarakat. Zakat maal yang seharusnya potensial
kurang sekali mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan karena persepsi fiqhi
tentang zakat itu yang belum berkembang dan disegi lain pengelolaannya yang
belum sepenuhnya efesien dan efektif.

A. Qodri Azizy dalam bukunya menyimpulkan bahwa zakat hendaknya


tidak sekedar konsumtif, maka idealnya zakat dijadikan sumber dana umat.
Penggunaan zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat darurat.
Artinya, ketika ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk
mempunyai usaha mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak, maka
penggunaan konsumtif dapat dilakukan.
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an ditemukan agar nasib orang fakir miskin
itu diperhatikan, karena itulah diantara misi agama Allah itu diturunkan ke atas
dunia ini.

“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya


mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebagian dari padanya dan (sebagian) lagi berikan untuk dimakan orang-orang
yang sengsara lagi fakir” (QS. Al-Hajj : 28).

“Jika kamu menampakkan sedekah (kamu), maka adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu dan Allah maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (Q.S. Al-Baqarah : 271).
”Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah,
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka
orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifat. Mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa
saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan) Allah, maka sesungguhnya
Allah Maha mengetahui” (Q.S. Al-Baqrah: 273).

Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa orang-orang faqir yang sengsara itu
harus diperhatikan. Kefakiran itu perlu diperangi dan dihilangkan, karena bisa
merusak iman (aqidah), sebagimana sabda Nabi saw. “Kefakiran itu dekat sekali
dengan kekufuran”. Ayat mengenai orang miskin di kemukakan juga dalam
beberapa ayat

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya. Kepada


orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros” (Q.S. Al-Isra’:26)

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka) ? mereka menjawab:


Kami dahulu tidak termasuk orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak pula
memberi makan orang miskin” (Q.S. Al-Mudatsir : 42-44)
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang
kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah : 215)

Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang pada dasarnya sangat peduli dan
sangat mementingkan nasib orang yang melarat. Sebagaimana halnya kefakiran,
maka kemiskinanpun perlu diperangi dan dihapuskan dengan berbagai cara yang
telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an. Jalan yang bisa ditempuh adalah menyantuni
mereka dengan memberikan dana (zakat) yang sifatnya konsumtif atau
memberikan modal yang sifatnya produktif untuk diolah dan dikembangkan.
Anak-anak yatim yang belum bisa berusaha dan mandiri, orang jompo atau orang
dewasa yang tidak bisa bekerja karena sakit atau cacat, maka zakat konsuntif tidak
bisa dihindari, mereka wajib disantuni dari sumber-sumber zakat dan infaq
lainnya. Lain halnya dengan yang kuat bekerja dan bisa mandiri dalam
menjalankan usaha, maka hal tersebut dapat ditempuh dengan memberi modal
kepada perorangan atau kepada perusahaan yang dikelola secara kolektif.

Usaha-usaha merealisir pengembangan zakat dewasa ini terus


berkembang. Antara lain dilakukan oleh pemerintah Daerah/Propinsi Daerah
Khusus ibu kota Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewah Aceh, Sulawesi Selatan
dan beberapa Propinsi lainnya di Indonesia. Hal ini semua yang mendorong umat
Islam Indonesia untuk menetapkan dan mengembangkan pelaksanaan zakat secara
lebih merata lagi. Baik di dalam rangka menunaikan ajaran agama maupun untuk
lebih kongkrit menunjukkan peran sertanya di dalam program-program
pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah berupa pemecahan masalah
kemiskinan, perbaikan lingkungan hidup, mencerdaskan kehidupan bangsa,
penyediaan sarana pendidikan dan peribadatan lainnya.

Zakat adalah potensi ekonomi dan sumber dana yang amat besar yang
berasal dari masyarakat Islam sendiri. Potensi ekonomi yang masih terpendam ini
perlu digali dan dikembangkan untuk membiyai aneka sektor pembangunan
seperti sosial, pendidikan, mental dan peningkatan produktivitas. Jika masyarakat
Islam Indonesia mengeluarkan zakat fitrah saja maka bisa menghasilkan trilyunan
rupiah. Apalagi bila ditambah dengan zakat mall itu lebih tinggi lagi nilainya baik
dari sektor jasa industri, perseroan, pertanian, perkebunan, peternakan,
perdagangan dan lain-lain. Apabila zakat fitrah dan zakat maal dikelola dengan
manajemen yang baik, maka dapat dipastikan bahwa zakat-zakat tersebut menjadi
kekuatan ekonomi dikalangan umat Islam Indonesia. Yang fakir sudah bisa
diangkat kehidupannya menjadi lebih baik, demikian pula yang miskin, ibnu sabil
dan lain-lain. Memang potensi zakat dikalangan umat Islam Indonesia sangat
besar, dan bisa membiayai kepentingan umat Islam dalam berbagai bidang
kehidupan dan kemasyarakatan. Maka jelaslah korelasi antara kewajiban zakat
dengan peningkatan ekonomi umat, yaitu dengan berjalannya kewajiban zakat dan
pendistribusian zakat yang baik dapat meningkatkan ekonomi umat.
DAFTAR PUSTAKA

K. H. Didin Hafidhhuddin, 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta:


Gema Insani

A. Qodri Azizy, 2004. Membangun Fondasi Ekonomi Umat: Meneropong


Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal Peb
    Jurnal Peb
    Dokumen4 halaman
    Jurnal Peb
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan: Oleh
    Lembar Pengesahan: Oleh
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan: Oleh
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Cover
    Portofolio Cover
    Dokumen1 halaman
    Portofolio Cover
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • Cover CD
    Cover CD
    Dokumen1 halaman
    Cover CD
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • PHBS
    PHBS
    Dokumen10 halaman
    PHBS
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • Isra
    Isra
    Dokumen10 halaman
    Isra
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • Keutamaan Ilmu
    Keutamaan Ilmu
    Dokumen7 halaman
    Keutamaan Ilmu
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat
  • Definisi Taqwa
    Definisi Taqwa
    Dokumen6 halaman
    Definisi Taqwa
    Chandra Yani Arfeni
    Belum ada peringkat