Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam
menopang pembangunaan juga sebagai sumber mata pencaharian masyarakatnya. Sektor
pertanian sendiri sebagai penyedia pangan bagi sebagian besar penduduk di negara
berkembang termasuk Indonesia, juga sebagai lapangan kerja yang tersedia secara luas bagi
hampir seluruh angkatan kerja. Sektor pertanian juga sebagai penyedia bahan baku bagi
sektor industry yang kini sedang berkembang pesat dan berkontribusi besar terhadap
pertumbuhan PDRB, sehingga sektor ini dianggap sangat dominan peranannya bagi
perekonomian Indonesia.

Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya seoptimal mungkin. Industri mempunyai peranan sebagai pemimpin
dalam sektor perekonomian (leading sector). Leading sector ini maksudnya adalah dengan
adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan
perekonomian sektor-sektor lainnya, termasuk sektor pertanian. Pertumbuhan sektor industri
yang pesat dianggap dapat merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan
bahan baku bagi sektor industri sehingga keduanya saling menopang dalam perekonomian
(Arsyad, 1999).

Sebagai suatu strategi yang mampu meningkatkan produktivitas industrialisasi juga


dianggap mampu meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi. Industrialisasi ini
menjadi pilihan di banyak negara yang sedang berkembang. Hal ini berdasarkan pengalaman
negara maju yang menunjukkan bahwa strategi industrialisasi merupakan langkah yang tepat
dan selalu diikuti oleh negara yang sedang dalam proses membangun. Meskipun demikian,
strategi ini tetaplah memiliki beberapa kelemahan yang sebagai akibat dari proses
pembangunan yang tidak seimbang dan tidak memperhatikan faktor endowments suatu
negara. Pertama, pembangunan industri yang tidak dibiayai dengan surplus yang diciptakan
oleh sektor asli daerah misalnya pada sektor pertanian, berarti memerlukan dana
pembangunan yang berasal dari luar sektor pertanian atau diperlukan injeksi modal dari luar
1
negeri. Kedua, perkembangan sektor pertanian yang diharapkan dapat menjadi penopang bagi
sektor industri baru adalah tergantung dari kesiapan sektor pertanian yang sedang
dikembangkan. Jika sector hulu tidak segera mampu menopang dan menciptakan surplus
produksi dalam memenuhi kebutuhan, maka ketergantungan terhadap input dari luar negeri
semakin meningkat (Kuncoro, 2006).

Peran utama pertanian saat ini hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan
bahan-bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor industri yang dinobatkan
sebagai “sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Perlahan mulai disadari bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan sektor pertanian pada
khususnya ternyata tidak bersifat pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang
ekonomi secara keseluruhan (Todaro dan Smith, 2003). Sektor pertanian berperan sebagai
penyokong bahan baku sektor industri. Jika mampu dikembangkan lebih lanjut produksi
sektor pertanian dapat mencapai jumlah maksimal, juga dapat menghasilkan barang konsumsi
lain yang bernilai lebih dibanding hanya sebagai penunjang sektor lainnya.

Sumbangan sektor pertanian bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia selalu


menduduki posisi yang sangat vital. Pemilihan sektor pertanian sebagai andalan
pembangunan nasional setidaknya didukung lima alasan. Pertama, sebagian besar penduduk
Indonesia masih hidup di sektor pertanian atau menggantungkan kehidupannya dari kegiatan
yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki kaitan dengan sektor pertanian.
Kedua, Indonesia masih menghadapi masalah pangan, baik untuk masa sekarang maupun
masa mendatang. Seringkali komoditas pangan juga memiliki nilai strategis sebagai
komoditas politik. Ketiga, Indonesia tidak mungkin dapat mengejar ketinggalannya untuk
bersaing dengan negara-negara maju untuk menghasilan produk-produk industri di pasar
internasional. Keempat, ketegaran sektor pertanian dalam menghadapi gejolak perekonomian
dunia dibandingkan dengan sektor lainnya. Kelima, besarnya sumbangan sektor pertanian
bagi pengembangan sektor industry (penyedia bahan baku, penyedia tenaga kerja murah,
penyedia modal maupun konsumen produknya) terutama di awal pembangunan sektor
industry (Kartasasmita, 1996).

2
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sektor pertanian dan sektor industri?
2. Bagaimana kontribusi sektor pertanian bagi perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana peranan sektor pertanian dan sektor industri?
4. Bagaimana kendala dalam pengembangan sektor pertanian?
5. Bagaimana permasalahan dalam sektor industri?
6. Bagaimana industrialisasi berbasis pertanian?
7. Bagaimana kondisi umum pembangunan pertanian secara nasional pada tahun
2010-2014?
8. Bagaimana kondisi umum pembangunan industri pada propinsi di Jawa Timur?

1.3 Tujuan

1. Untuk menambah pengetahuan tentang sektor pertanian dan sektor industri di


Indonesia
2. Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan sektor pertanian dan sektor
industri secara nasional
3. Untuk mengetahui tentang peranan, kendala, serta kontribusi pada sektor pertanian
dan sektor industri bagi perekonomian Indonesia

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sektor Pertanian di Indonesia

2.1.1. Definisi Pertanian

Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses
produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-
kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya
dan penerimaan adalah penting.

Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17) membagi definisi pertanian dalam arti luas dan
pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: pertanian rakyat atau
disebut sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan.

2.1.2. Kontribusi Sektor Pertanian bagi Perekonomian Indonesia

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di


Indonesia. Sampai tahun 1991 sektor pertanian menyumbang 17,66 persen terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 49,24 persen tenaga kerja nasional. Di
samping itu sektor pertanian juga menyangga kehidupan sekitar 77,74 persen penduduk
Indonesia yang tinggal di pedesaan, serta merupakan pendukung utama sektor agroindustri
dalam mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

2.1.3. Peranan Pertanian bagi Pendapatan Nasional

Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang

juga tertuang dalam Program Repelita VI era Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor

pertanian bagi Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mensejahterakan petani

4
Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui
peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2. Menyediakan pangan
Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatif murah, telah
memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya
biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam
penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam
penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang erat kaitannya dengan
stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengonsumsi nabati
alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka
peranan agroindustri akan dominan.
5. Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu
subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet,
kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-
komoditas tersebut adalah untuk diekspor.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di awal, sektor pertanian memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa
angkatan kerja pada tahun itu diserap oleh subsektor pertanian primer. Lalu subsektor
perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional. Sampai tahun
2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan mencapai 17
juta jiwa. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebunan
ikut mengurangi arus urbanisasi.
7. Peningkatan pendapatan nasional
Berdasarkan data yang diperoleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu
subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah

5
yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi
nilai absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari
sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun
2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun.
8. Mempertahankan kelestarian sumber daya
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam
sumber daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan
dalam penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap
memperhatikan aspek kelestarian sumber daya pertanian.

2.1.4. Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia

Dalam pengembangan sektor pertanian masih ditemui beberapa kendala, terutama

dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala

yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:

1. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan.


Salah satu faktor produksi penting dalam usaha tani adalah modal. Secara umum
pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena modal ini biasanya bersumber dari
penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk memodali usaha tani
selanjutnya petani terpaksa memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang
lain yang lebih mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari
toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang
menyebabkan petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara ekonomi
merugikan pihak petani.
2. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah sebagai faktor produksi utama dalam pertanian makin menurun.
Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat
dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku petani dalam
berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian penggunaan tanah
untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh petani.
3. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.

6
Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu.
Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana
produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang diperlukan dalam proses
tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Petani yang bertindak sebagai
manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan usaha tani, sehingga
mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha
yang dilakukan.
4. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama
kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan panyaluran inspirasi
(bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian, organisasi yang tidak kalah
pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti menjadi
wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari
manfaat kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan dan
pemberian paket teknologi.
5. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
Petani merupakan sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan pekerja
dan sekaligus manajer dalam usaha tani itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat
berkaitan dengan sumberdaya manusia ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas
sumberdaya manusia itu sendiri. Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator
dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan pertanian.

2.2. Sektor Industri di Indonesia

2.2.1 Definisi Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam
penggunaannya. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni
kelompok industri hulu atau kelompok industri dasar, kelompok industri hilir, dan kelompok
industri kecil. Sedangkan cabang industri merupakan bagian suatu kelompok industri yang

7
mempunyai ciri umum sama dalam proses produksi (Undang-Undang RI No.5 tahun 1984
tentang perindustrian).

Secara mikro, industri mempunyai pengertian sebagai kumpulan dari perusahaan-


perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang
mempunyai sifat saling mengganti dengan erat. Namun secara pembentukan harga yaitu
cenderung bersifat makro adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah dan
secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu industri penghasil barang dan industri
penghasil jasa (Hasibuan, 1994).

Menurut Sadono Sukirno (2002) industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian
secara umum dimana industri diartikan sebagai perusahaan yang menjalankan operasi
dibidang kegiatan ekonomi yang tergolong kedalam sektor sekunder. Sedangkan yang
selanjutnya adalah pengertian dalam teori ekonomi, dimana industri diartikan sebagai
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama dalam suatu
pasar. Industri itu juga dibagi tiga yaitu industri primer, sekunder dan tersier.

Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa kegiatan industri merupakan kegiatan untuk
merubah bentuk secara mekanis maupun kimia dari bahan organik atau anorganik menjadi
produk baru yang nilainya lebih tinggi dan dikerjakan dengan mesin penggerak atau tenaga
kerja yang pelaksanaanyadapat dilakukan di pabrik ataupun rumah tangga serta hasilnya
dapat dijual atau digunakan sendiri. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan industri
tidak terlepas dari kegiatan perusahaan.

Badan Pusat Statistik mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri berdasarkan
pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Dalam hal ini sektor industri pengolahan
dibagi menjadi empat kelompok industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

1. Industri besar, memililiki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang
2. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang
3. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang
4. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.

Namun dalam teori ekonomi makro, industri mempunyai pengertian bahwa


perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang sama ataupun saling
menggantikan fungsinya. Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang UKM,
pengertian industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau
8
rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa
untuk diperniagakan secara komersial yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta
dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 milyar atau kurang.

2.2.2 Peranan Industri Terhadap Perekonomian

Filosofi mendasar dari pembangunan suatu negara adalah menciptakan kemakmuran


bagi rakyatnya. Di era globalisasi, suatu bangsa hanya dapat terwujud melalui pembangunan
industri, baik industri jasa maupun industri barang (manufaktur).

Bagi Indonesia, sekitar 250 juta penduduk, pembangunan sektor manufaktur


merupakan satu-satunya pilihan. Sebab, memberikan memberikan dampak pada lapangan
kerja yang luas dengan pengupahan yang lebih sistematis dibandingkan sektor industri
produk primer (pertanian) maupun industri jasa.

Peranan industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk
Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa
neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi
negara.

2.2.3 Permasalahan Sektor Industri

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan industri di Indonesia kebijakan dan strategi


pemgembangan sektor industri yang akan diterapkan hendaknya mampu menghadapi
berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam dunia usaha khususnya sektor
industri. Permasalahan-permasalahan yang ada disektor industri harus bisa diatasi agar para
pengusaha atau investor bergairah lagi menanamkan investasi di Indonesia

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sektor industri adalah:

a. Masalah Birokrasi
i. Perizinan tidak transparan, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan terjadi
tumpang tindih vertikal (antara pusat dan daerah) serta horizontal (antar
instansi daerah).
ii. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai peraturan perundang-
undangan masih cenderung kurang tegas.

9
iii. Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap
administrasi perpajakan terutama kaitanya dengan produk-produk ekspor yang
sangat tidak efisien.
iv. Banyaknya pemungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan
yangmemadai.
b. Masalah Teknologi.
i. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Penerapan teknologi tepat
guna belum banyak dimanfaatkan oleh industri untuk meningkatkan produksi.
ii. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena kualitas sumber
daya manusia relatif rendah.
c. Masalah Bahan Baku
i. Suplai bahan baku kurang memadai antara lain karena kesulitan dalam
memperoleh bahan baku dipasaran.
ii. Harga bahan baku terlalu tinggi terutama bahan baku yang berasal dari impor
karena tergantung nilai kurs terhadap dolar.
d. Masalah Pemasaran
i. Pemasaran hasil produksi agak sulit dan harganya rendah sehingga hasil
penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi yang cukup tinggi.
ii. Permintaan produk dipasaran sangat rendah walaupun harganya rendah karena
kalah bersaing dengan perusahaan lain.
iii. Asosiasi pengusaha belum berperan dalam mengkoordinasikan produk
sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antar usaha sejenis.
e. Masalah Permodalan
i. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keungan dan nonbank rumit dan
lama sehingga dalam pencairan kredit sangat lama.
ii. Suku bunga kredit perbankan cukup tinggi sehingga kredit menjadi mahal.
f. Masalah Manejemen
i. Pola manegemen yang sesuai dengan kebutuhan sebelum bisa diterapakan
karena pengetahuan dam manegerial skill relatif rendah sehingga strategi
bisnis yang tepat belum mampu disusun dengan baik.
ii. Kemampuan pengusaha mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah
sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak tepat.

10
iii. Produktifitas karyawan masih rendah sedangkan intensitas pelatihan yang
dilaksanakan oleh industri belum juga menggembirakan.
g. Permasalahn Industri Kecil
i. Sebagian besar industri kecil yang ada merupakan usaha sampingan atau
pelengkap bagi pengusaha kecil dengan produksi yang berfluktuasi cukup
besar atau berpola musiman atau tidak beraturan.
ii. Sikap dan reaksi pengusaha industri kecil yang ada pada umunya lambat dan
kurang tanggap untuk mengikuti perkembangan sehubungan dengan latar
belakang budaya agraris.
iii. Sulitnya menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil
dalam rangka peningkatan mutu dan pengembangan produk baru
iv. Volume permintaan atas hasil produksi industri kecil pada umunya terbatas
secara geografis.

2.3 Industrialisasi Berbasis Pertanian


Tidak dapat diingkari bahwa krisis ekonomi yang dialami Indonesia selama periode
1997-1999, salah satu penyebabnya adalah karena kesalahan strategi industrialisasi selama
pemerintahan orde baru yang tidak berbasis pada sektor yang mana Indonesia mamiliki
keunggulan komparatif yang sangat besar, yaitu pertanian. Selama krisis terbukti bahwa
sektor pertanian masih mampu memiliki laju pertumbuhan yang positif, walaupun dalam
persentase yang kecil. Sedangkan sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan
yang negatif di atas satu digit.
Ada beberapa alasan kenapa pembangunan sektor pertanian yang kuat esensial dalam
proses industrialisasi di Negara seperti Indonesia, yakni sebagai berikut:
1. Sektor pertanian yang kuat, berarti ketahanan pangan terjamin. Hal ini merupakan salah
satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan
ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat
pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah sumber input bagi sektor industri
manufaktur yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Dalam perkataan lain,
lewat keterkaitan produksi, pertumbuhan produktivitas atau output di sektor pertanian
bisa menjadi sumber pertumbuhan output di sektor industri manufaktur.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Pembangunan Pertanian Tahun 2010-2014

3.1.1. Produk Domestik Bruto

Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian dalam arti sempit (di luar
perikanan dan kehutanan) pada tahun 2014, yaitu sekitar 879,23 triliun rupiah atau 10,26 %
dari PDB nasional yang besarnya 8.568,12 triliun rupiah (berdasarkan harga konstan tahun
2010). Selama periode 2010-2014, pertumbuhan PDB pertanian sempit tersebut berkisar
antara 3,47 hingga 4,58 % dengan rata-rata sekitar 3,90 %, pada saat yang sama PDB
nasional tumbuh sekitar 5,70 %. Dengan adanya ketimpangan pertumbuhan tersebut, maka
kontribusi pertanian semakin menurun dari 10,99 % di tahun 2010 menjadi 10,26 % dari total
PDB nasional di tahun 2014.

3.1.2. Penyediaan Lapangan Kerja

Selama periode 2010-2014, sektor pertanian masih merupakan sektor dengan bangsa
penyerapan tenaga kerja terbesar, walaupun ada kecenderungan menurun. Penyerapan tenaga
kerja di sektor pertanian pada tahun 2010 sekitar 38,69 juta tenaga kerja atau sekitar 35,76%
dari total penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2014 penyerapan tenaga kerja mengalami
penurunan menjadi 35,76 juta tenaga kerja atau 30,27%. Data penyerapan tenaga kerja sektor
pertanian tersebut hanya berasal dari kegiatan sektor pertanian primer, belum termasuk sektor
sekunder dan tersier dari sistem dan usaha agribisnis. Bila tenaga kerja dihitung dengan yang
terserap pada sektor sekunder dan tersiernya, maka kemampuan sektor pertanian tentu akan
lebih besar. Walaupun kemampuan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja nasional
sangat besar, namun di sisi lain justru menjadi beban bagi sektor Pertanian dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya.

Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Tahun 2011-2014

Pertumbuhan (%)
Subsektor
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDB Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02 5,70
1.Pertanian, Peternakan, 3,47 4,58 3,85 3,71 3,90
Perburuan, dan Jasa Pertanian

12
1.1 Tanaman Pangan (1,00) 4,90 1,97 0,24 1,53
1.2 Tanaman Holtikultura 8,77 (2,21) 0,67 4,19 2,83
1.3 Tanaman Perkebunan 4,94 6,95 6,15 5,83 5,97
1.4 Peternakan 4,80 4,97 5,08 5,44 5,07
1.5 Jasa Pertanian dan Perburuan 3,83 6,07 5,91 2,58 4,60

Gambar 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Tahun 2010-2014

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010

1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
2010
400,000.00
2011
200,000.00
2012
0.00
2013
2014

13
Gambar 2. Perkembangan Angkatan Kerja Sektor Pertanian dan
Non Pertanian Tahun 2010-2014

140,000
120,000
100,000 2010
80,000
60,000 2011
40,000 2012
20,000
0 2013
Pertanian Non Total Angkatan 2014
Pertanian Tenaga Kerja
Kerja nasional

Gambar 3. Pertumbuhan Pangsa Tenaga Kerja Pertanian dan Pertumbuhan Pangsa


PDB Pertanian Tahun 2010-2014

0
Pertumbuhan
-2 pangsa TK
Pertanian
sempit
-4
Pertumbuhan
Pangsa PDB
-6 Pertanian
sempit
-8
14
Bila disandingkan data pertumbuhan pangsa tenaga kerja pertanian dengan
pertumbuhan pangsa PDB, maka pada periode tahun 2010 – 2014 terjadi penurunan pangsa
tenaga kerja pertanian sebesar -4,16 %/tahun dan pada saat yang bersamaan terjadi pula
penurunan pertumbuhan pangsa PDB sebesar -2,86 %/tahun. Dengan membandingkan
tingkat penurunan pangsa tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat
penurunan pangsa PDB, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan perkapita tenaga
kerja di sektor pertanian semakin membaik (Gambar 3).

3.1.3. Neraca Perdagangan Sektor Pertanian

Secara keseluruhan neraca perdagangan sektor pertanian masih berada pada posisi
surplus. Hal ini karena sumbangan surplus neraca perdagangan sub-sektor perkebunan yang
relatif besar, sementara sub-sektor lainnya cenderung pada posisi defisit. Laju pertumbuhan
ekspor selama periode 2010-2014 sebesar 7,4 %/tahun, sementara laju pertumbuhan impor
lebih tinggi yaitu sekitar 13,1 %/tahun, walaupun demikian secara rata-rata pertumbuhan
neraca perdagangan masih tumbuh positif dengan laju 4,2 %/tahun (Gambar 4).

Gambar 4. Perkembangan Ekspor - Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian


Tahun 2010-2014

60,000
40,000
Ekspor
20,000
Impor
0
Neraca
-20,000 2010 2011 2012 2013 2014

-40,000
15
Bila ditelaah berdasarkan subsektor, maka kondisi perdagangan komoditas tanaman
pangan Indonesia dalam posisi defisit atau dengan kata lain bahwa Indonesia menjadi negara
net importer. Komoditas pangan yang menyumbang impor terbesar adalah gandum, kedelai
diikuti oleh jagung dan beras. Sebaliknya komoditas penyumbang ekspor terbesar adalah ubi
kayu.

Neraca perdagangan produk hortikultura masih mengalami defisit. Namun demikian,


kinerja ekspor produk hortikultura mengalami peningkatan rata sebesar 19,9 %/tahun,
sedangkan impornya tumbuh hanya 12,6 %/tahun. Kondisi defisit neraca perdagangan
hortikultura terutama terjadi pada kelompok komoditas buah dan sayur, sementara pada
tanaman obat dan tanaman hias menunjukkan surplus perdagangan. Buah-buahan manggis
dan mangga menjadi penyumbang ekspor terbesar sedangkan untuk kelompok sayuran adalah
kol, wortel, tomat dan kentang. Sebaliknya, buah-buahan yang dominan menyedot devisa
adalah durian dan jeruk dan untuk kelompok sayuran adalah bawang merah, bawang putih,
kentang dan wortel.

Tabel 2. Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Tahun 2010-2014

Tahun (juta US$)


No Sub Sektor
2010 2011 2012 2013 2014
1. Tanaman Pangan
-Ekspor 478 585 151 967 560
-Impor 3.894 7.024 6.307 5.659 6.481
-Neraca -3.416 -6.439 -6.156 -4.692 -5.921
2. Holtikultura
-Ekspor 391 491 505 784 752
-Impor 1.293 1.686 1.813 1.469 1.929
-Neraca -902 -1.195 -1.309 -685 -1.176

16
3. Perkebunan
-Ekspor 30.703 40.690 33.119 30.687 37.123
-Impor 6.028 8.844 3.112 2.686 5.926
-Neraca 24.675 31.846 30.007 28.002 31.197
4. Peternakan
-Ekspor 494 907 557 1.243 1.330
-Impor 1.232 1.191 2.698 3.015 3.029
-Neraca -737 -284 -2.142 -1.772 -1.699
5 Pertanian
-Ekspor 32.065 42.673 34.331 33.680 39.674
-Impor 12.447 18.744 13.931 12.828 17.365
-Neraca 19.619 23.928 20.400 20.582 22.400

Sub-sektor perkebunan merupakan penyumbang ekspor terbesar di sektor pertanian


dengan nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impornya. Sebagian besar
produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Sedangkan produk turunan yang
diimpor adalah gula yang selama ini masih diimpor dalam bentuk raw sugar. Ekspor
komoditas perkebunan hanya tumbuh dengan laju 6,9%/tahun, sementara impor tumbuh
dengan laju sebesar 22,2%/tahun. Laju pertumbuhan nilai ekspor sebagian komoditas
perkebunan seperti kakao, tembakau dan teh mengalami percepatan, dan sebagian mengalami
perlambatan yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, dan tebu.

Komoditas peternakan utama Indonesia yang diperdagangkan di pasar internasional


terdiri dari daging (sapi, kambing/domba, babi, ayam), ternak hidup sumber daging (sapi,
kerbau, babi, kambing), hati/jeroan, telur untuk konsumsi, dan susu. Laju pertumbuhan nilai
ekspor sub-sektor peternakan rata-rata sebesar 43,8%/tahun, sedangkan laju pertumbuhan
nilai impornya meningkat 33,9%/tahun. Kondisi ini mencerminkan defisit neraca
perdagangan sub-sektor peternakan dan besaran defisit neraca perdagangan cenderung
menurun. Secara keseluruhan, sumber defisit neraca perdagangan komoditas peternakan yang
terbesar adalah impor susu, ternak sapi dan daging sapi, dengan jumlah yang sangat besar,
sementara sumber surplus hanya ekspor ternak babi yang jumlahnya sangat kecil.

3.2 Kondisi Umum Pembangunan Industri di Jawa Timur

3.2.1 Arah Kebijakan Pembangunan Industri

17
1. Fasilitas pengembangan pada upaya memperkuat struktur industri, meningkatkan, dan
memperluas pemanfaatan teknologi, serta meningkatkan nilai pengganda (multiplier).
2. Mengembangkan industri manufaktur diutamakan pada beberapa subsektor prioritas
yang menyerap banyak tenaga kerja, memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti
makanan, minuman, dan obat-obatan), mengelola hasil pertanian dalam arti luas,
(termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam local dan memiliki potensi
pengembangan ekspor.
3. Mengembangkan subsektor industri yang terkait dan subsektor penunjang bagi
industri manufaktur prioritas.
4. Fasilitas penilitian dan pengembangan industri manufaktur untuk teknologi produksi,
termasuk pengembangan manajemen produksi, yang memperhatikan kesinambungan
lingkungan, dan teknik produksi yang ramah lingkungan.
5. Fasilitas peningkatan kompetensi dan keterampilan tenaga kerja industri untuk
meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.

3.2.2 Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur

Grafik Perbandingan Perumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional

Tahun 2001-2010 dalam %

Grafik Perbandingan Pertumbuhan ekonomi


Jawa Timur dan Nasional
Tahun 2001-Tahun 2010 (co-c) dalam %
8
7
6
5
4 Jawa Timur
Nasional
3
2
1
0
2001200220032004200520062007200820092010

Sumber : BPJS Jatim dalam Angka ke 2010

Akhir tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mengalami peningkatan, yakni
mencapai 6,67%. Besarnya pertumbuhan ini melebihi nasional yang hanya 6,10%

18
3.2.3 Industri Pengolahan di Jawa Timur

Struktur Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga

Struktur Ekonomi Prov.Jatim th.2010 berdasarkan


PORB atas dasar Harga
keuangan, perse
waan dan jasa
Pengangkutan Perusahaan
dan komunikasi 5% Pertambangan
7%
Pertanian dan penggalian
18% 2%

Perdagangan,Ho
tel dan restoran
32% Industri
Pengolahan
30%

Kontruksi Listrik, gas dan


4% Air bersih
2%

Sektor Struktur Ekonomi Provinsi Jawa Timur


Tersier
11%

Sektor
Primer
64%

Sektor
Skunder
25%

19
Pada struktur PDRB Jawa Timur sector yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur yaitu sektor perdagangan, hotel, restaurant, sector industry pengolahan,
dan sector pertanian.

3.2.4 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan

Keterangan :
1.Pertanian
2.Pertambangan
3.Industri
35 4.Listrik
5.Kontruksi
30 6.PHR
7.Pengangkutan
25 8.Keuangan
20 9.Jasa
Tahun 2009
15
Tahun 2010
10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Leading sector : Perdagangan Hotel dan restoran


(29.47%), Industri pengolahan (27.49%) dan pertanian
(15.75%)

Kontribusi Sub-Sub Sektor Pada Industri Pengolahan

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
2010
0.5
2009
0
2008

20
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur

Industri Pengolahan
6
4 4.64 4.23 4.35
3.05 2.62 Industri
2 Pengolahan
0
2006 2007 2008 2009 2010

Barang dari Kayu & Hasil


Hutan Lain
10
5 6.21 5.6 5.18 Barang dari
3.3 2.88 Kayu &
0 Hasil Hutan
Lain

Kertas dan Barang Cetakan


6
4.7
4
2.26 2.66
2
0 0.06 Column1
2006 2007 2008 2009 2010
-2
-4 -3.95
-6

21
Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet
2
0 0.44 0.38 0.3 Pupuk,
-2 Kimia &
-2.31 Barang dari
-4 -3.85 Karet
-6

Logam Dasar, Besi & Baja


10
7.35
5 4.91 5.78 Logam
3.4
0.82 Dasar, Besi
0 & Baja

Alat Angkutan, Mesin &


Peralatannya
25
20 22.01
15 Alat
10 12.19 Angkutan,
5 4.88 Mesin &
2.89 3.86 Peralatanny
0
a

22
Barang Lainnya
10
8.97

5 4.36 4.11 3.7 Barang


Lainnya
0 0
2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Unit Usaha


0.10%
2.09%
Industri Kecil

Industri
Menengah
Industri
97.80% Besar

Jumlah Tenaga Kerja ( org )


8.15%
Industri Kecil

Industri
31.73%
60.12% Menengah
Industri
Besar

23
Nilai Produksi

34.25% Industri Kecil


39.36%
Industri
Menengah
26.49%

Nilai Investasi

Industri Kecil

29.42% 42.80% Industri


Menengah
27.78% Industri
Besar

3.2.5 Potensi Industri Jawa Timur

Tahun 2009 Tahun 2010


No Uraian Satuan
IAK ILMTA IATT TOTAL IAK ILMTA IATT TOTAL

1 Industri Kecil

Jumlah Unit
A Unit 596.198 92.766 11.624 700.588 618.389 95.473 12.496 726.358
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 1.340.181 213.353 23.581 1.577.115 1.400. 640 248.524 25.349 1.674.512
(TK)

Nilai Produksi Milyar


C 55.848 5.064 95 61.077 58.81 6.008 102 64.92
(NP) Rp.

Nilai Investasi Milyar


D 21.488 2.363 199 24.05 22.575 2.807 213 25.595
(NI) Rp.

24
Industri
2 0 0
Sedang
Jumlah Unit
A Unit 12.967 1.954 188 15.109 13.392 1.972 192 15.556
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 747.247 81.966 18.254 847.467 776.407 88.508 18.71 883.625
(TK)

Nilai Produksi Milyar


C 44.042 3.152 556 603.194 48.071 3.72 569 560.36
(NP) Rp.

Nilai Investasi Milyar


D 13.898 1.785 154 47.75 14.491 1.962 157 16.61
(NI) Rp.

3 Industri Besar 0

Jumlah Unit
A Unit 460 131 153 744 473 171 154 758
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 162.099 54.245 2.918 219.262 168.748 55.25 2.947 226.945
(TK)

Nilai Produksi Milyar


C 65.193 4.919 1.057 71.169 68.573 5.187 1.067 74.827
(NP) Rp.

Nilai Investasi Milyar


D 14.823 1.791 425 17.039 15.371 1.769 429 17.596
(NI) Rp.

4 Total industry 0

Jumlah Unit
A Unit 609.625 94.851 11.965 716.441 632.254 97.576 12.841 742.671
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 2.249.554 349.564 22.753 2.643.871 2.345.794 392.282 47.006 2.785.082
(TK)

Nilai Produksi Milyar


C 165.083 13.135 1.703 179.921 173.454 14.915 1.738 190.107
(NP) Rp.

Nilai Investasi Milyar


D 50.209 5.939 778 56.826 52.437 6.565 799 59.801
(NI) Rp.

3.2.6 Potensi Produk Unggulan di Jawa Timur

Pengembangan Industri Unggulan

Sasaran Program
A. Meningkatkan pertumbuhan industri - Pengembangan IKM
manufaktur
B. Meingkatkan volume ekspor produk - Penataan struktur manufaktur industry
C. Meningkatkan jumlah tenaga kerja - Peningkatan industri berbasis sumber daya
D. Terciptanya iklim usaha yang kondusif - Peningkatan kualitas sumber daya manusia
E. Meningkatnya penerapa standardisasi - Peningkatan standardisasi industry
F. Mingkatnya pangsa industry manufaktur - Peningkatan kapasitas ekspor teknologi

25
G. Mneingkatnya pertumbuhan industri industri
berorientasi ekspor
H. Meningkatnya pertumbuhan industri
berbasis ekspor
I. Meningkatnya perkembangan sentra
industri

Beberapa Contoh Potensi Produk Unggulan

Kabupaten/Kota Se Jawa Timur

KOMPETENSI
No KAB/KOTA OVOP INDUSTRI KREATIF AGRO
INDUSTRI DAERAH
1 Kab. Jember Sangkar burung Suwar suwir Kerajinan manik-manik Pengolahan
ikan
2 Kab. Banyuwangi Batik gajah oling Industri rekaman Kerajinan pelepah pisang Olahan buah
seni tari gandrung dan enceng gondok
banyuwangi
3 Kab. Bondowoso Meubel Anyaman bambu Kerajinan kuningan Tape
4 Kab. Lumajang Perhiasan perak Keripik pisang Perhiasan perak Olahan buah
5 Kab. Malang Rokok Tampar mendong Kerajinan kayu Olahan buah
6 Kab. Probolinggo Bordir dan koveksi Pengolahan buah Kerajinan bambu dan Pengolahan
mangga kayu hasil laut
7 Kab. Sidoarjo Kerupuk Batik tulis Sepatu dan alas kaki Pengolahan
ikan
8 Kab. Situbondo Meubel Kerajinan tangan Meubel/kerajinan kayu Sirup asem dan
sirup mangga
9 Kota Pasuruan Furniture kayu Gerabah seni Asesoris sepeda motor Keripik kentang
10 Kota Surabaya Desain kemasan untuk Perakitan komputer Desain kemasan untuk Pengolahan
makanan dan barang jadi makanan dan barang jadi ikan

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pengertian sektor pertanian menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian
sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan
tanaman dan hewan dan menurut Mubyarto (1989; 16-17) adalah pertanian rakyat
atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya
perkebunan rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan. Sedangkan
pengertian sektor industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi dalam penggunaannya.
2. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di
Indonesia.
3. Peranan sektor pertanian bagi Indonesia diantaranya mensejahterakan petani,
menyediakan pangan, sebagai wahana pemerataan pembangunan, sebagai pasar input
bagi pengembangan agroindustri, menghasilkan devisa, menyediakan lapangan
pekerjaan, peningkatan pendapatan nasional, dan mempertahankan kelestarian sumber
daya. Sedangkan peranan sektor industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari
kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan
tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah
serta sumbangan terhadap pajak bagi negara.
4. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil
diantaranya lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan,
ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah, terbatasnya kemampuan dalam
penguasaan teknologi, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani, dan
kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis
5. Permasalahan yang ada disektor industry diantaranya masalah birokrasi, masalah
teknologi, masalah bahan baku, masalah pemasaran, masalah permodalan, masalah
manejemen, dan permasalahn industri kecil
6. Alasan pembangunan sektor pertanian dalam proses industrialisasi di Negara seperti
Indonesia diantaranya pada sektor pertanian yang kuat, dari sisi permintaan agregat,
dan dari sisi penawaran.

27
7. Kondisi umum pembangunan pertanian secara nasional pada tahun 2010-2014 bisa
dilihat pada Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, dan neraca
perdagangan sektor pertanian
8. Kondisi umum pembangunan industri di Jawa Timur bisa dilihat pada arah kebijakan
pembangunan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat industri pengolahan,
kontribusi sektor industri pengolahan, potensi industri, dan potensi produk unggulan.

28
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

http://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/perkembangan-ekonomi-terkini-2015ii/

http://www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf

http://www.slideshare.net/aditwibowo583/pelaksanaan-kebijakan-industri-di-jatim-
kadisperindag-jatim

29

Anda mungkin juga menyukai