PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam
menopang pembangunaan juga sebagai sumber mata pencaharian masyarakatnya. Sektor
pertanian sendiri sebagai penyedia pangan bagi sebagian besar penduduk di negara
berkembang termasuk Indonesia, juga sebagai lapangan kerja yang tersedia secara luas bagi
hampir seluruh angkatan kerja. Sektor pertanian juga sebagai penyedia bahan baku bagi
sektor industry yang kini sedang berkembang pesat dan berkontribusi besar terhadap
pertumbuhan PDRB, sehingga sektor ini dianggap sangat dominan peranannya bagi
perekonomian Indonesia.
Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya seoptimal mungkin. Industri mempunyai peranan sebagai pemimpin
dalam sektor perekonomian (leading sector). Leading sector ini maksudnya adalah dengan
adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan
perekonomian sektor-sektor lainnya, termasuk sektor pertanian. Pertumbuhan sektor industri
yang pesat dianggap dapat merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan
bahan baku bagi sektor industri sehingga keduanya saling menopang dalam perekonomian
(Arsyad, 1999).
Peran utama pertanian saat ini hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan
bahan-bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor industri yang dinobatkan
sebagai “sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Perlahan mulai disadari bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan sektor pertanian pada
khususnya ternyata tidak bersifat pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang
ekonomi secara keseluruhan (Todaro dan Smith, 2003). Sektor pertanian berperan sebagai
penyokong bahan baku sektor industri. Jika mampu dikembangkan lebih lanjut produksi
sektor pertanian dapat mencapai jumlah maksimal, juga dapat menghasilkan barang konsumsi
lain yang bernilai lebih dibanding hanya sebagai penunjang sektor lainnya.
2
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sektor pertanian dan sektor industri?
2. Bagaimana kontribusi sektor pertanian bagi perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana peranan sektor pertanian dan sektor industri?
4. Bagaimana kendala dalam pengembangan sektor pertanian?
5. Bagaimana permasalahan dalam sektor industri?
6. Bagaimana industrialisasi berbasis pertanian?
7. Bagaimana kondisi umum pembangunan pertanian secara nasional pada tahun
2010-2014?
8. Bagaimana kondisi umum pembangunan industri pada propinsi di Jawa Timur?
1.3 Tujuan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses
produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-
kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya
dan penerimaan adalah penting.
Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17) membagi definisi pertanian dalam arti luas dan
pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: pertanian rakyat atau
disebut sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan.
juga tertuang dalam Program Repelita VI era Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor
1. Mensejahterakan petani
4
Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui
peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2. Menyediakan pangan
Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatif murah, telah
memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya
biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam
penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam
penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang erat kaitannya dengan
stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengonsumsi nabati
alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka
peranan agroindustri akan dominan.
5. Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu
subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet,
kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-
komoditas tersebut adalah untuk diekspor.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di awal, sektor pertanian memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa
angkatan kerja pada tahun itu diserap oleh subsektor pertanian primer. Lalu subsektor
perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional. Sampai tahun
2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan mencapai 17
juta jiwa. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebunan
ikut mengurangi arus urbanisasi.
7. Peningkatan pendapatan nasional
Berdasarkan data yang diperoleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu
subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah
5
yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi
nilai absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari
sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun
2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun.
8. Mempertahankan kelestarian sumber daya
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam
sumber daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan
dalam penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap
memperhatikan aspek kelestarian sumber daya pertanian.
dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala
yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:
6
Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu.
Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan sarana
produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang diperlukan dalam proses
tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Petani yang bertindak sebagai
manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan usaha tani, sehingga
mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha
yang dilakukan.
4. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama
kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan panyaluran inspirasi
(bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian, organisasi yang tidak kalah
pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti menjadi
wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari
manfaat kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan dan
pemberian paket teknologi.
5. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
Petani merupakan sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan pekerja
dan sekaligus manajer dalam usaha tani itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat
berkaitan dengan sumberdaya manusia ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas
sumberdaya manusia itu sendiri. Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator
dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan pertanian.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam
penggunaannya. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri, yakni
kelompok industri hulu atau kelompok industri dasar, kelompok industri hilir, dan kelompok
industri kecil. Sedangkan cabang industri merupakan bagian suatu kelompok industri yang
7
mempunyai ciri umum sama dalam proses produksi (Undang-Undang RI No.5 tahun 1984
tentang perindustrian).
Menurut Sadono Sukirno (2002) industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian
secara umum dimana industri diartikan sebagai perusahaan yang menjalankan operasi
dibidang kegiatan ekonomi yang tergolong kedalam sektor sekunder. Sedangkan yang
selanjutnya adalah pengertian dalam teori ekonomi, dimana industri diartikan sebagai
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama dalam suatu
pasar. Industri itu juga dibagi tiga yaitu industri primer, sekunder dan tersier.
Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa kegiatan industri merupakan kegiatan untuk
merubah bentuk secara mekanis maupun kimia dari bahan organik atau anorganik menjadi
produk baru yang nilainya lebih tinggi dan dikerjakan dengan mesin penggerak atau tenaga
kerja yang pelaksanaanyadapat dilakukan di pabrik ataupun rumah tangga serta hasilnya
dapat dijual atau digunakan sendiri. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan industri
tidak terlepas dari kegiatan perusahaan.
Badan Pusat Statistik mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri berdasarkan
pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Dalam hal ini sektor industri pengolahan
dibagi menjadi empat kelompok industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:
1. Industri besar, memililiki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang
2. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang
3. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang
4. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.
Peranan industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk
Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa
neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi
negara.
a. Masalah Birokrasi
i. Perizinan tidak transparan, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan terjadi
tumpang tindih vertikal (antara pusat dan daerah) serta horizontal (antar
instansi daerah).
ii. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai peraturan perundang-
undangan masih cenderung kurang tegas.
9
iii. Administrasi perpajakan yang belum optimal. Pengusaha menganggap
administrasi perpajakan terutama kaitanya dengan produk-produk ekspor yang
sangat tidak efisien.
iv. Banyaknya pemungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan
yangmemadai.
b. Masalah Teknologi.
i. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi. Penerapan teknologi tepat
guna belum banyak dimanfaatkan oleh industri untuk meningkatkan produksi.
ii. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena kualitas sumber
daya manusia relatif rendah.
c. Masalah Bahan Baku
i. Suplai bahan baku kurang memadai antara lain karena kesulitan dalam
memperoleh bahan baku dipasaran.
ii. Harga bahan baku terlalu tinggi terutama bahan baku yang berasal dari impor
karena tergantung nilai kurs terhadap dolar.
d. Masalah Pemasaran
i. Pemasaran hasil produksi agak sulit dan harganya rendah sehingga hasil
penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi yang cukup tinggi.
ii. Permintaan produk dipasaran sangat rendah walaupun harganya rendah karena
kalah bersaing dengan perusahaan lain.
iii. Asosiasi pengusaha belum berperan dalam mengkoordinasikan produk
sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat antar usaha sejenis.
e. Masalah Permodalan
i. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keungan dan nonbank rumit dan
lama sehingga dalam pencairan kredit sangat lama.
ii. Suku bunga kredit perbankan cukup tinggi sehingga kredit menjadi mahal.
f. Masalah Manejemen
i. Pola manegemen yang sesuai dengan kebutuhan sebelum bisa diterapakan
karena pengetahuan dam manegerial skill relatif rendah sehingga strategi
bisnis yang tepat belum mampu disusun dengan baik.
ii. Kemampuan pengusaha mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah
sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak tepat.
10
iii. Produktifitas karyawan masih rendah sedangkan intensitas pelatihan yang
dilaksanakan oleh industri belum juga menggembirakan.
g. Permasalahn Industri Kecil
i. Sebagian besar industri kecil yang ada merupakan usaha sampingan atau
pelengkap bagi pengusaha kecil dengan produksi yang berfluktuasi cukup
besar atau berpola musiman atau tidak beraturan.
ii. Sikap dan reaksi pengusaha industri kecil yang ada pada umunya lambat dan
kurang tanggap untuk mengikuti perkembangan sehubungan dengan latar
belakang budaya agraris.
iii. Sulitnya menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil
dalam rangka peningkatan mutu dan pengembangan produk baru
iv. Volume permintaan atas hasil produksi industri kecil pada umunya terbatas
secara geografis.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian dalam arti sempit (di luar
perikanan dan kehutanan) pada tahun 2014, yaitu sekitar 879,23 triliun rupiah atau 10,26 %
dari PDB nasional yang besarnya 8.568,12 triliun rupiah (berdasarkan harga konstan tahun
2010). Selama periode 2010-2014, pertumbuhan PDB pertanian sempit tersebut berkisar
antara 3,47 hingga 4,58 % dengan rata-rata sekitar 3,90 %, pada saat yang sama PDB
nasional tumbuh sekitar 5,70 %. Dengan adanya ketimpangan pertumbuhan tersebut, maka
kontribusi pertanian semakin menurun dari 10,99 % di tahun 2010 menjadi 10,26 % dari total
PDB nasional di tahun 2014.
Selama periode 2010-2014, sektor pertanian masih merupakan sektor dengan bangsa
penyerapan tenaga kerja terbesar, walaupun ada kecenderungan menurun. Penyerapan tenaga
kerja di sektor pertanian pada tahun 2010 sekitar 38,69 juta tenaga kerja atau sekitar 35,76%
dari total penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2014 penyerapan tenaga kerja mengalami
penurunan menjadi 35,76 juta tenaga kerja atau 30,27%. Data penyerapan tenaga kerja sektor
pertanian tersebut hanya berasal dari kegiatan sektor pertanian primer, belum termasuk sektor
sekunder dan tersier dari sistem dan usaha agribisnis. Bila tenaga kerja dihitung dengan yang
terserap pada sektor sekunder dan tersiernya, maka kemampuan sektor pertanian tentu akan
lebih besar. Walaupun kemampuan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja nasional
sangat besar, namun di sisi lain justru menjadi beban bagi sektor Pertanian dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya.
Pertumbuhan (%)
Subsektor
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDB Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02 5,70
1.Pertanian, Peternakan, 3,47 4,58 3,85 3,71 3,90
Perburuan, dan Jasa Pertanian
12
1.1 Tanaman Pangan (1,00) 4,90 1,97 0,24 1,53
1.2 Tanaman Holtikultura 8,77 (2,21) 0,67 4,19 2,83
1.3 Tanaman Perkebunan 4,94 6,95 6,15 5,83 5,97
1.4 Peternakan 4,80 4,97 5,08 5,44 5,07
1.5 Jasa Pertanian dan Perburuan 3,83 6,07 5,91 2,58 4,60
1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
2010
400,000.00
2011
200,000.00
2012
0.00
2013
2014
13
Gambar 2. Perkembangan Angkatan Kerja Sektor Pertanian dan
Non Pertanian Tahun 2010-2014
140,000
120,000
100,000 2010
80,000
60,000 2011
40,000 2012
20,000
0 2013
Pertanian Non Total Angkatan 2014
Pertanian Tenaga Kerja
Kerja nasional
0
Pertumbuhan
-2 pangsa TK
Pertanian
sempit
-4
Pertumbuhan
Pangsa PDB
-6 Pertanian
sempit
-8
14
Bila disandingkan data pertumbuhan pangsa tenaga kerja pertanian dengan
pertumbuhan pangsa PDB, maka pada periode tahun 2010 – 2014 terjadi penurunan pangsa
tenaga kerja pertanian sebesar -4,16 %/tahun dan pada saat yang bersamaan terjadi pula
penurunan pertumbuhan pangsa PDB sebesar -2,86 %/tahun. Dengan membandingkan
tingkat penurunan pangsa tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat
penurunan pangsa PDB, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan perkapita tenaga
kerja di sektor pertanian semakin membaik (Gambar 3).
Secara keseluruhan neraca perdagangan sektor pertanian masih berada pada posisi
surplus. Hal ini karena sumbangan surplus neraca perdagangan sub-sektor perkebunan yang
relatif besar, sementara sub-sektor lainnya cenderung pada posisi defisit. Laju pertumbuhan
ekspor selama periode 2010-2014 sebesar 7,4 %/tahun, sementara laju pertumbuhan impor
lebih tinggi yaitu sekitar 13,1 %/tahun, walaupun demikian secara rata-rata pertumbuhan
neraca perdagangan masih tumbuh positif dengan laju 4,2 %/tahun (Gambar 4).
60,000
40,000
Ekspor
20,000
Impor
0
Neraca
-20,000 2010 2011 2012 2013 2014
-40,000
15
Bila ditelaah berdasarkan subsektor, maka kondisi perdagangan komoditas tanaman
pangan Indonesia dalam posisi defisit atau dengan kata lain bahwa Indonesia menjadi negara
net importer. Komoditas pangan yang menyumbang impor terbesar adalah gandum, kedelai
diikuti oleh jagung dan beras. Sebaliknya komoditas penyumbang ekspor terbesar adalah ubi
kayu.
16
3. Perkebunan
-Ekspor 30.703 40.690 33.119 30.687 37.123
-Impor 6.028 8.844 3.112 2.686 5.926
-Neraca 24.675 31.846 30.007 28.002 31.197
4. Peternakan
-Ekspor 494 907 557 1.243 1.330
-Impor 1.232 1.191 2.698 3.015 3.029
-Neraca -737 -284 -2.142 -1.772 -1.699
5 Pertanian
-Ekspor 32.065 42.673 34.331 33.680 39.674
-Impor 12.447 18.744 13.931 12.828 17.365
-Neraca 19.619 23.928 20.400 20.582 22.400
17
1. Fasilitas pengembangan pada upaya memperkuat struktur industri, meningkatkan, dan
memperluas pemanfaatan teknologi, serta meningkatkan nilai pengganda (multiplier).
2. Mengembangkan industri manufaktur diutamakan pada beberapa subsektor prioritas
yang menyerap banyak tenaga kerja, memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti
makanan, minuman, dan obat-obatan), mengelola hasil pertanian dalam arti luas,
(termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam local dan memiliki potensi
pengembangan ekspor.
3. Mengembangkan subsektor industri yang terkait dan subsektor penunjang bagi
industri manufaktur prioritas.
4. Fasilitas penilitian dan pengembangan industri manufaktur untuk teknologi produksi,
termasuk pengembangan manajemen produksi, yang memperhatikan kesinambungan
lingkungan, dan teknik produksi yang ramah lingkungan.
5. Fasilitas peningkatan kompetensi dan keterampilan tenaga kerja industri untuk
meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.
Akhir tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mengalami peningkatan, yakni
mencapai 6,67%. Besarnya pertumbuhan ini melebihi nasional yang hanya 6,10%
18
3.2.3 Industri Pengolahan di Jawa Timur
Perdagangan,Ho
tel dan restoran
32% Industri
Pengolahan
30%
Sektor
Primer
64%
Sektor
Skunder
25%
19
Pada struktur PDRB Jawa Timur sector yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur yaitu sektor perdagangan, hotel, restaurant, sector industry pengolahan,
dan sector pertanian.
Keterangan :
1.Pertanian
2.Pertambangan
3.Industri
35 4.Listrik
5.Kontruksi
30 6.PHR
7.Pengangkutan
25 8.Keuangan
20 9.Jasa
Tahun 2009
15
Tahun 2010
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
2010
0.5
2009
0
2008
20
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur
Industri Pengolahan
6
4 4.64 4.23 4.35
3.05 2.62 Industri
2 Pengolahan
0
2006 2007 2008 2009 2010
21
Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet
2
0 0.44 0.38 0.3 Pupuk,
-2 Kimia &
-2.31 Barang dari
-4 -3.85 Karet
-6
22
Barang Lainnya
10
8.97
Industri
Menengah
Industri
97.80% Besar
Industri
31.73%
60.12% Menengah
Industri
Besar
23
Nilai Produksi
Nilai Investasi
Industri Kecil
1 Industri Kecil
Jumlah Unit
A Unit 596.198 92.766 11.624 700.588 618.389 95.473 12.496 726.358
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 1.340.181 213.353 23.581 1.577.115 1.400. 640 248.524 25.349 1.674.512
(TK)
24
Industri
2 0 0
Sedang
Jumlah Unit
A Unit 12.967 1.954 188 15.109 13.392 1.972 192 15.556
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 747.247 81.966 18.254 847.467 776.407 88.508 18.71 883.625
(TK)
3 Industri Besar 0
Jumlah Unit
A Unit 460 131 153 744 473 171 154 758
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 162.099 54.245 2.918 219.262 168.748 55.25 2.947 226.945
(TK)
4 Total industry 0
Jumlah Unit
A Unit 609.625 94.851 11.965 716.441 632.254 97.576 12.841 742.671
Usaha (UU)
Tenaga Kerja
B Orang 2.249.554 349.564 22.753 2.643.871 2.345.794 392.282 47.006 2.785.082
(TK)
Sasaran Program
A. Meningkatkan pertumbuhan industri - Pengembangan IKM
manufaktur
B. Meingkatkan volume ekspor produk - Penataan struktur manufaktur industry
C. Meningkatkan jumlah tenaga kerja - Peningkatan industri berbasis sumber daya
D. Terciptanya iklim usaha yang kondusif - Peningkatan kualitas sumber daya manusia
E. Meningkatnya penerapa standardisasi - Peningkatan standardisasi industry
F. Mingkatnya pangsa industry manufaktur - Peningkatan kapasitas ekspor teknologi
25
G. Mneingkatnya pertumbuhan industri industri
berorientasi ekspor
H. Meningkatnya pertumbuhan industri
berbasis ekspor
I. Meningkatnya perkembangan sentra
industri
KOMPETENSI
No KAB/KOTA OVOP INDUSTRI KREATIF AGRO
INDUSTRI DAERAH
1 Kab. Jember Sangkar burung Suwar suwir Kerajinan manik-manik Pengolahan
ikan
2 Kab. Banyuwangi Batik gajah oling Industri rekaman Kerajinan pelepah pisang Olahan buah
seni tari gandrung dan enceng gondok
banyuwangi
3 Kab. Bondowoso Meubel Anyaman bambu Kerajinan kuningan Tape
4 Kab. Lumajang Perhiasan perak Keripik pisang Perhiasan perak Olahan buah
5 Kab. Malang Rokok Tampar mendong Kerajinan kayu Olahan buah
6 Kab. Probolinggo Bordir dan koveksi Pengolahan buah Kerajinan bambu dan Pengolahan
mangga kayu hasil laut
7 Kab. Sidoarjo Kerupuk Batik tulis Sepatu dan alas kaki Pengolahan
ikan
8 Kab. Situbondo Meubel Kerajinan tangan Meubel/kerajinan kayu Sirup asem dan
sirup mangga
9 Kota Pasuruan Furniture kayu Gerabah seni Asesoris sepeda motor Keripik kentang
10 Kota Surabaya Desain kemasan untuk Perakitan komputer Desain kemasan untuk Pengolahan
makanan dan barang jadi makanan dan barang jadi ikan
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pengertian sektor pertanian menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian
sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan
tanaman dan hewan dan menurut Mubyarto (1989; 16-17) adalah pertanian rakyat
atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya
perkebunan rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan. Sedangkan
pengertian sektor industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi dalam penggunaannya.
2. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di
Indonesia.
3. Peranan sektor pertanian bagi Indonesia diantaranya mensejahterakan petani,
menyediakan pangan, sebagai wahana pemerataan pembangunan, sebagai pasar input
bagi pengembangan agroindustri, menghasilkan devisa, menyediakan lapangan
pekerjaan, peningkatan pendapatan nasional, dan mempertahankan kelestarian sumber
daya. Sedangkan peranan sektor industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari
kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan
tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah
serta sumbangan terhadap pajak bagi negara.
4. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil
diantaranya lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan,
ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah, terbatasnya kemampuan dalam
penguasaan teknologi, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani, dan
kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis
5. Permasalahan yang ada disektor industry diantaranya masalah birokrasi, masalah
teknologi, masalah bahan baku, masalah pemasaran, masalah permodalan, masalah
manejemen, dan permasalahn industri kecil
6. Alasan pembangunan sektor pertanian dalam proses industrialisasi di Negara seperti
Indonesia diantaranya pada sektor pertanian yang kuat, dari sisi permintaan agregat,
dan dari sisi penawaran.
27
7. Kondisi umum pembangunan pertanian secara nasional pada tahun 2010-2014 bisa
dilihat pada Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, dan neraca
perdagangan sektor pertanian
8. Kondisi umum pembangunan industri di Jawa Timur bisa dilihat pada arah kebijakan
pembangunan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat industri pengolahan,
kontribusi sektor industri pengolahan, potensi industri, dan potensi produk unggulan.
28
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/perkembangan-ekonomi-terkini-2015ii/
http://www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf
http://www.slideshare.net/aditwibowo583/pelaksanaan-kebijakan-industri-di-jatim-
kadisperindag-jatim
29