Anda di halaman 1dari 10

3.

6 Sayatan BB- 10
Pada STA ini memiliki tekstur umum yaitu ukuran butir afanitik dengan
perbesaran mikroskop 4x. kristalinitasnya yaitu hipokristalin atau terdiri Kristal
dan gelasan. Granularitasnya yaitu inequigranular termasuk kedalam
porfiroafanitik. Hubungan antar Kristal yaitu kurang jelas sehingga termasuk
kedalam jenis subhedral. Komposisi yang terdapat pada batuan ini yaitu ada
mineral primer yang terdiri dari ortoklas 10%, dan opaq 5%. Berdasarkan
komposisi tersebut yang terdiri dari Kristal lebih dominan dari krislal maka
batuan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Pettijohn (1975) yang
mengklasifikasikan batuan piroklastik berdasarkan komposisi kristal dan gelas
didalamnya maka nama batuan ini Vitric crystal Tuff terubahkan (Pettijohn,
1975)

Gambar 3.1 Penaman Litologi berdasarkan Russel B. Travis (1955))

Batuan piroklastik terbentuk akibat erupsi dari gunungapi secara eksplosif.


Sehingga akibat adanya letusan eksplosif maka material vulkanik akan terlontar
keluar, adanya perbedaan suhu setelah di permukaan maka pembekuan Kristal
akan berlangsung cepat sehingga ukurannya sangat kecil dananya jenis mineral
terteentu seperti kuarsa yang mudah terbentuk dan banyak terbentuk gelasan.
Berdasarkan ukuran butir dari penyusun batuan ini yang halus dapat
diinterpretasikan material ini akan terendapkan melalui tipe pengendapan jatuhan.
Apabila dikaitkan dengan fasies gunungapi diinterpretasi terendapkan pada zona
proximal. Dari teksturnya yang non welded dapat diinterpretasi bahwa batuan ini
terbentuk pada daerah yang jauh dari kawah gunungapi sehingga
pembentukannya tidak dipengaruhi panas dari dalam kawah yang dapat
mengelaskan batuan.

Gambar 3.5 Zona Pengendapan AN-TT-247.6

Dilihat berdasarkan kenampakan dari batuannya maka batuan ini diinterpretasi


terubahkan akibat adanya rekahan pada batuan setelah batuan piroklastik
terbentuk, kemudian ada aktifitas dari fluida hidrotermal yang masuk kedalam
rekahan batuan tersebt. Saat fluida tersebut kontak dengan batuan maka dapat
mengubahkan komposisi batuan tersebut. Batuan ini memiliki komposisi mineral
yang didominasi oleh mineral kuarsa dan serisit. Mineral serisit diinterpretasikan
terbentuk menggantikan mineral plagioklas. Dari komposisi mineral pada batuan
ini yang didominasi oleh mineral serisit, kuarsa maka dapat diinterpretasi bahwa
kemungkinan batuan ini telah mengalami proses alterasi tipe filik dengan suhu
yang berkisar antara 220-400oc.
Gambar 3.2. Zonasi alterasi Hidrotermal
3.5 Sayatan STA 20
Pada STA ini memiliki tekstur umum yaitu ukuran butir fanerik dengan
perbesaran mikroskop 4x. kristalinitasnya yaitu hipokristalin atau terdiri Kristal
dan gelasan. Granularitasnya yaitu inequigranular termasuk kedalam
porfiroafanitik. Hubungan antar Kristal yaitu kurang jelas sehingga termasuk
kedalam jenis subhedral. Komposisi yang terdapat pada batuan ini yaitu ada
mineral primer yang terdiri dari plagioklas 40%, piroksen 7%, dan biotit 7%.
Berdasarkan komposisi dan tekstur diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi
Russell B. Travis (1955) maka nama batuan ini adalah Porfiri Dasit
terubahkan.

Gambar 3.1 Penaman Litologi berdasarkan Russel B. Travis (1955))

Dilihat dari teksturnya yang memiliki granularitas inequigranular jenis


faneroporfiritik dapat diinterpretasi terbentuk pada daerah hypabisal.
Komposisinya didominasi oleh plagioklas dan terdapat kuarsa sehingga dapat
diinterpretasikan asal magma nya bersifat asam - intermediet. Magma intermediet
dapat terbentuk akibat adanya partial melting pada batuan samping, sehingga
diinterpretasikan batuan ini terbentuk oleh magma yang mengintrusi batuan akibat
adanya subduksi, maka kemungkinan tempat pembentukannya adalah didaerah
zona subduksi (volcanic arc).Suhu pembentukan batuan asal ini kemungkinan
berkisar antara 700-800oc.

Jika melihat komposisi mineral sekunder yang terbentuk, maka diinterpretasikan


batuan ini telah mengalami perubahan atau proses alterasi hidrotermal. Alterasi
hidrotermal terjadi karena batuan beku yang telah terbentuk adanya fluida
hidrotermal yang melewati batuan tersebut. Fluida hidrotermal ini terbentuk
karena adanya air meteoric yang masuk ke dalam batuan dan kemudian bertemu
dengan air magmatis atau terkena suhu yang tinggi. Kemudian air meteoric dan
magmatis bercampur menjadi air hidrotermal. Saat fluida hidrotermal mengalami
kontak dengan batuan beku maka dapatmengubah susunan kimia atau komposisi
mineral pada batuan yang dilewatinya. Hal ini terjadi karena abatuan beku terkena
kontak oleh larutan hidrotermal. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang
mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu seperti rekahan yang
memungkinkan masuknya air meteorik untuk masuk dan berkombinasi dengan
panas dari dalam permukaan sehingga dapat mengubah komposisi mineralogi
batuan. Dilihat dari komposisi mineralnya yamg didominasi oleh serisit maka
dapat diinterpretasi batuan ini telah mengalami proses alterasi tipe filik dimana
suhunya berkisar antara 220-400oc.
Gambar 3.2. Zonasi alterasi Hidrotermal

3.6 Sayatan BB- 10


Pada STA ini memiliki tekstur umum yaitu ukuran butir afanitik dengan
perbesaran mikroskop 4x. kristalinitasnya yaitu hipokristalin atau terdiri Kristal
dan gelasan. Granularitasnya yaitu inequigranular termasuk kedalam
porfiroafanitik. Hubungan antar Kristal yaitu kurang jelas sehingga termasuk
kedalam jenis subhedral. Komposisi yang terdapat pada batuan ini yaitu ada
mineral primer yang terdiri dari ortoklas 10%, dan opaq 5%. Berdasarkan
komposisi tersebut yang terdiri dari Kristal lebih dominan dari krislal maka
batuan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Pettijohn (1975) yang
mengklasifikasikan batuan piroklastik berdasarkan komposisi kristal dan gelas
didalamnya maka nama batuan ini Vitric crystal Tuff terubahkan (Pettijohn,
1975)

Gambar 3.1 Penaman Litologi berdasarkan Russel B. Travis (1955))

Batuan piroklastik terbentuk akibat erupsi dari gunungapi secara eksplosif.


Sehingga akibat adanya letusan eksplosif maka material vulkanik akan terlontar
keluar, adanya perbedaan suhu setelah di permukaan maka pembekuan Kristal
akan berlangsung cepat sehingga ukurannya sangat kecil dananya jenis mineral
terteentu seperti kuarsa yang mudah terbentuk dan banyak terbentuk gelasan.
Berdasarkan ukuran butir dari penyusun batuan ini yang halus dapat
diinterpretasikan material ini akan terendapkan melalui tipe pengendapan jatuhan.
Apabila dikaitkan dengan fasies gunungapi diinterpretasi terendapkan pada zona
proximal. Dari teksturnya yang non welded dapat diinterpretasi bahwa batuan ini
terbentuk pada daerah yang jauh dari kawah gunungapi sehingga
pembentukannya tidak dipengaruhi panas dari dalam kawah yang dapat
mengelaskan batuan.

Gambar 3.5 Zona Pengendapan AN-TT-247.6

Dilihat berdasarkan kenampakan dari batuannya maka batuan ini diinterpretasi


terubahkan akibat adanya rekahan pada batuan setelah batuan piroklastik
terbentuk, kemudian ada aktifitas dari fluida hidrotermal yang masuk kedalam
rekahan batuan tersebt. Saat fluida tersebut kontak dengan batuan maka dapat
mengubahkan komposisi batuan tersebut. Batuan ini memiliki komposisi mineral
yang didominasi oleh mineral kuarsa dan serisit. Mineral serisit diinterpretasikan
terbentuk menggantikan mineral plagioklas. Dari komposisi mineral pada batuan
ini yang didominasi oleh mineral serisit, kuarsa maka dapat diinterpretasi bahwa
kemungkinan batuan ini telah mengalami proses alterasi tipe filik dengan suhu
yang berkisar antara 220-400oc.

Anda mungkin juga menyukai