MERLIANA DUHA
P01031214084
Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi
Program studi D-IV 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih
karuniaNya sehingga Makalah yang berjudul “MUTU PELAYANAN MAKANAN
DIRUMAH SAKIT” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata kuliah Manajemen Mutu Penyelenggaraan Makanan(MMPM).
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak yang kurang sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
Makalah ini dan dapat memakluminnya. Semoga isi makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi kita semua.
Demikianlah kata pengantar ini, Akhir kata saya ucapkan Terima Kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN ..............................................................................................
a. Latar Belakang
b. Perumusan Masalah
c. Tujuan
d. Manfaat
BAB II :Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Mutu
b. Pengertian pelayanan makanan
c. Pengertian makanan
d.
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Dengan kondisi persaingan yang semakin tinggi antar rumah sakit, setiap rumah sakit
saling berpacu untuk memperluas pasarnya. Harapan adanya perluasan pasar secara
langsung adalah meningkatkan pelayanan yang berkualitas sehingga rumah sakit akan
memiliki lebih banyak konsumen(pasien). Namun rumah sakit selaku produsen haruslah
memahami bahwa semakin banyak pasien maka rumah sakit akan semakin sulit
memahami pasiennya secara teliti, terutama tentang suka atau tidaknya pasien terhadap
pelayanan rumah sakit dan daya terima pasien terhadap makanan yang diberikan setiap
hari dalam pencapaian proses penyembuhan pasien dirumah sakit tsb.
Rumah sakit yang mampu bersaing dalam pasar adalah rumah sakit yang mampu
menyediakan pelayanan makanan yang berkualitas dan mutunya bagus serta proses
pengolahan makanan.
Salah satu permasalahan yang terjadi adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan professional personil
rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien. Kepuasan pasien
ditentukan oleh keseluruhan pelayanan: pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan,
obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit. Dalam
pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam
kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara lain: keterlambatan pelayanan
dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif,
kurang bagusnya pelayanan makanan ,lamanya proses masuk rawat, aspek pelayanan di
RS, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan RS.
Perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan
informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan
pasien RS. Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa outcome tak sesuai
dengan harapannya merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai
perasaan dan martabatnya. Dalam memberikan pelayanannya rumah sakit harus cepat
tanggap terhadap kebutuhan pasien baik itu dari segi pengobatan,pelayan makanan,
administrasi maupun ketepatan dalam bertindak. Tidak semua rumah sakit akan kita
dapatkan mutu pelayanan yang maksimal untuk pasiennya.
b. Perumusan Masalah
Bagaimana Mutu pelayanan makanan dirumah sakit.?
c. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana mutu pelayanan makanan disetiap rumah sakit.
d. Manfaat
Menambah pengetahuan tentang mutu pelayanan dirumah sakit
Memberikan informasi tentang mutu pelayanan makanan dirumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Mutu
1. Mutu adalah lingkar kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati (Winston Dictionary, 1956).
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Danabedian, 1980).
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang
didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna (Din ISO 8402, 1986).
4. Kualitas merupakan perwujudan atau gambaran hasil yang dipertemukan
kebutuhan dari pelanggan dan oleh karena itu memberikan kepuasan (J.M
Juran: Juran's Quality Control Handbook, 1988).
5. Mutu adalah sesuatu untuk menjamin pencapaian tujuan atau luaran yang
diharapkan, dan harus selalu mengikuti perkembangan pengetahuan
profesional terkini (consist with current professional knowledge).
Untuk itu mutu harus diukur dengan derajat pencapaian tujuan yang
harus memenuhi berbagai standar / spesifikasi.
b. Pengertian mutu pelayanan makanan
Mutu pelayanan makanan adalah kualitas yang menjamin makanan baik dari segi
pengolahan makanan maupun bahan makanan yang diberikan kepada pasien,
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode
etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui
peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien,
keluarga, dan lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R.
Zimmerman).
c. Pengertian Makanan
Makanan adalah untuk memelihara status gizi secara normal atau optimal
walaupun terjadi peningkatan kebutuhan gizi akibat penyakit yang dideritanya.
Disamping itu untuk memperbaiki terjadinya defisiensi zat gizi serta kelebihan
atau kekurangan berat badan pasien.
Berdasarkan Moehyi (1995) sebagai dasar dalam menentukan diet bagi
orang sakit digunakan beberapa patokan antara lain :
I. Diet yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan akan berbagai unsur gizi
essensial (glukosa, asam amino tertentu, vitamin dan mineral)
II. Mempertimbangkan kebiasaan orang sakit dalam kegiatan sehari-hari.
III. Jenis bahan makanan yang disajikan haruslah yang dapat diterima.
IV. Bahan makanan yang digunakan adalah yang mudah diolah, mudah
didapat, alami dan lazim dimakan.
V. Memberikan penjelasan kepada penderita dan keluarganya tentang tujuan
dan manfaat diet yang diberikan
VI. Diet khusus diberikan jika benar-benar diperlukan dan dalam waktu yang
tidak terlalu lama.
VII. Makanan diusahakan diberikan melalui mulut
Untuk mengetahui pelayanan dirumah sakit terutama dalam bagian
pelayanan makanan diperlukan komunikasi evaluasi kepada pasien dan
tenaga medis lainnya. Kepuasan pasien dlama pelayanan makanan sangat
perlu dilakukan agar ada perbaikan yang secara berkesinambungan dalam
pelayanan makanan dirumah.
Beberapa Negara bagian dieropa telah melakukan penelitian
mengenai kepuasan pelayana makanan dirumah sakit.salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di UK National
Health Service, dimana dilakukan Focus Group Discussion (FGD)
dengan dokter, perawat, petugas bangsal, pasien beserta pengunjung
pasien, serta wawancara dengan manajer pelayanan makanan, manajer
fasilitas, kepala dietisien, dietisien bangsal ortopedic, dan kepala farmasi
untuk mengeksplorasi hal-hal yang terkait dengan kepuasan dan
pengalaman pasien dalam pelayanan gizi makanan, termasuk didalamnya
mengeksplorasi unsur pelayanannya. Hasil dari evaluasi tersebut adalah
pasien merasa kurang puas dengan suhu dan tekstur makanan yang
diterima. Ketika makanan sampai kepada pasien seringkali suhu makanan
sudah turun atau sudah tidak hangat lagi dan tekstur makanan kurang
sesuai dengan standar. Faktor yang berpengaruh salah satunya adalah
kendala jarak pengiriman dari dapur ke pasien dan jumlah tenaga kerja
pramusaji yang tersedia di rumah sakit. Solusi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut salah satunya dengan penggunaan troli
pengiriman makanan yang sesuai standar agar dapat mempertahankan
suhu makanan.
BAB III
PEMBAHASAN
Rumah sakit merupakan suatu tempat atau saranayang menyelenggarakan kegiatan
pelayanankesehatan. Selaras dengan perkembangan penyakit,tuntutan terhadap pemakai jasa
pelayanankesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatanumah sakit telah menjadi masalah
mendasar yang dihadapi sebagian besar rumah sakit. Pelayanan gizi rumah sakit, khususnya
di ruang rawat inap mempunyai kegiatan, antara lain menyajikan makanan kepada pasien
yang bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di
rumah sakit berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidup sehari-hari terutama dalam hal
makan, bukan saja jenis makanan yang disajikan, tetapi juga cara makanan dihidangkan,
tempat, waktu, rasa, dan besar porsi makanan.
Hasil penelitian yang dilakukan di RS di DKI Jakarta terhadap 797 pasien yang
penyakitnya tidak berat, 43,2% pasien menyatakan pendapatnya kurang baik terhadap mutu
makanan yang disajikan (meliputi aspek rupa, besar porsi, rasa, keempukan, dan suhu
makanan). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 1,5% pasien menyatakan tidak puas,
17,75% menyatakan kurang puas, dan 81,5% menyatakan puas terhadap warna makanan.
Dari tekstur makanan yang disajikan, sebanyak 27,27% pasien menyatakan kurang puas.
16,3% pasien menyatakan kurang puas terhadap porsi makanan, utamanya sayur yang
porsinya terlalu sedikit, sementara nasi terlalu banyak, sehingga pasien tidak mampu
menghabiskan. Sementara itu, penilaian terhadap bentuk makanan, 13,64% pasien
menyatakan kurang puas.
Penelitian awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju,
rata–rata pasien rawat inap menyatakan makanan yang disajikan tidak enak, terasa hambar
dan tidak bervariasi, sehingga pasien tidak pernah menghabiskan makanan yang diberikan
setiap harinya. Bahkan, ada di antara mereka yang tidak mau makan sama sekali dengan
alasan yang sama. Pasien mengakses makanan dari luar, baik dari rumah maupun dari
warung, sehingga mengganggu pelaksanaan diet yang diberikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan makanan
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju.
Tabel tingkat kepuasan pasien rawat inap kelas I,II,III terhadap kualitas makanan diRSUD
mamuju diprovinsi Sulawesi barat.
Tingkat kepuasan Median
pasien Menu pagi Menu siang Menu malam
Cita rasa makanan
Penampilan makanan
Warna makanan 2.0 2.0 2.0
Bentuk makanan 2.0 2.0 2.0
Porsi makanan 2.0 3.0 2.0
Penyajian makanan 2.0 2.0 2.0
Rasa makanan
Aroma 3.0 3.0 3.0
Tekstur nasi 3.0 3.0 3.0
Tekstur lauk hewani 3.0 3.0 3.0
Tekstur lauk nabati - 3.0 3.0
Tekstur sayur - 3.0 3.0
Suhu nasi 2.0 2.0 2.0
Suhu lauk hewani 2.0 2.0 1.0
Suhu lauk nabati - 1.0 1.0
Suhu sayur - 1.0 2.0
Tingkat kepuasan pasien rawat inap kelas I, II, III terhadap penampilan makanan:
menu pagi dan malam berada pada tingkat tidak puas (<3) dengan median 2.0, menu siang
untuk porsi dan bentuk makanan berada pada tingkat puas ( ≥3) dengan median 3.0.
Sementara itu, tingkat kepuasan pasien rawat inap pada rasa makanan (suhu) menu pagi,
siang, dan malam berada pada tingkat tidak puas (<3) ; nasi, lauk hewani, nabati, dan sayur.
Rata-rata berada pada tingkat puas ( ≥3) pada lauk hewani (3.0) ; menu pagi, siang, dan
malam(Tabel).
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas I, II, III terhadap Kualitas Makanan
Kepuasan diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu Dengan menggunakan statistik rata–
rata berbobot (median), diperoleh gambaran bahwa tingkat kepuasan pasien rawat inap kelas
I, II, III pada atribut penampilan makanan yaitu bentuk,warna, penyajian makanan median
2,0 (pagi, siang,malam), ada pada tingkat tidak puas (<3),
karena bentuk makanan yang disajikan tidak menarik, warna makanan utamanya pada sayur
yang berubah karena proses pemasakan yang terlalulama.Porsi makanan siang berdasarkan
penilaian pasienada pada tingkat puas (≥3) dengan nilai median 3.0. Sementara itu, porsi
makan pagi dan malamada pada tingkat tidak puas (<3) dengan nilaimedian 2.0. Tidak
meratanya porsi makanan pasiendi RSUD Mamuju pada menu pagi dan malamdisebabkan
karena beberapa hal, diantaranyakarena petugas tidak memperhatikan standar porsimakanan
yang sudah ditetapkan, dan kurang pengawasan pada bagian pendistribusian makanan,apalagi
pasien banyak dan tenaga yang kurang,sehingga petugas yang bertugas pada saat itu tidak
erlalu memperhatikan porsi makanan. Bagimereka, yang penting semua pasien
mendapatkanmakanan.Euis (2007)
dalam penelitiannya di RSUDPropinsi Kendari, menyatakan bahwa tingkat kepuasan
pasien terendah atau tidak puas (<3) ada pada porsi makanan dengan nilai median 2.0.Pada
atribut rasa makanan, tingkat kepuasan pasienrawat inap kelas I, II, III terendah atau
tidak puas(<3) pada suhu makanan, yaitu lauk hewani untukmenu pagi dan siang (2.0), lauk
hewani untuk menu malam (1.0), nasi untuk menu siang danmalam (2.0), lauk nabati untuk
menu siang dan malam (1.0) dan sayur untuk menu siang (1.0),sayur untuk menu malam
(2.0). Hal ini disebabkan,karena sistem distribusi makanan secara sentralisasi yang
dilaksanakan di RSUD Mamuju sangat menyulitkan pasien untuk menerima makanan dalam
keadaan hangat. Terkadang,apabila pasien banyak sementara jumlah jurumasak/pekarya yang
bertugas pada saat itu kurang,maka bahan makanan akan bersamaan diolah,sehingga menjadi
dingin ketika diatur di plato/tempat makan pasien.Euis (2007).
lebih lanjut menyatakan, bahwa tingkat kepuasan pasien terendah atau tidak puas(<3) pada
suhu makanan dengan nilai median 2.0.Suhu makanan pada saat disajikan sangat memegang
peranan dalam penentuan cita rasa makanan. Untuk menjaga suhu makanan tetaphangat,
tentunya harus difasilitasi dengan kereta makanan yang dilengkapi alat pemanas, sementara
alat ini belum tersedia di RSUD Mamuju.
Untuk mencapai kualitas pelayanan dan makanan di rumah sakit setempat, perlu
adanya pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan. Pengawasan merupakan salah satu
fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan
rencana, pedoman,standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar
tercapai tujuan yang diharapkan.
Kesimpulan
Nilai gizi makanan di RSUD Mamuju masih sangat rendah, disebabkan karena
rendahnya anggaran APBD yang dialokasikan ke RS, kurangnya tenaga pekarya, dan belum
ada standar nilai gizi yang dibuat oleh Instalasi Gizi rumah sakit setempat. Hal ini
mengakibatkan tingkat kepuasan pasien berdasarkan nilai rata–rata median pada penampilan
makanan ada pada tingkat tidak puas (<3), rasa makanan utamanya suhu ada pada tingkat
tidak puas (<3).
Perlunya penambahan tenaga di instalasi gizi dan anggaran untuk biaya makan
minum pasien, sehingga nilai gizi makanan pasien tercukupi, di samping perlu dibuat standar
nilai gizi makanan dalam sehari, dan standar kualitas bahan makanan.
Daftar pustaka
1. Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Sabarguna Boy.S. Logistik Rumah Sakit danTeknik Efesiensi. Yogyakarta:
Konsersium;2008
3. Gobel, Van, Yunanci, Sri. Menu Pilihan
Diet Nasi yang Disajikan Berpengaruh TerhadapTingkat Kepuasan Pasien Vip di
RSUDProvinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi KlinikIndonesia 2011; 7(3): 112-20.3.
4. Ahmad. Pengaruh Mutu Makanan danKesembuhan Pasien di RS DKI. Jurnal.
Jakarta;2011.
5. Setio. Kepuasan Pasien Terhadap PelayananRumah Sakit. Artikel Psikologis
KlinisPerkembangan Sosial.10.
6. Euis. Penyelenggaraan Makanan dan TingkatKepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD
ProvinsiSulawesi Tenggara (Skripsi). Makassar:Universitas Hasanuddin; 200