Kelompok 3 :
1. Bunga Leliana
2. Gagah Arga Raya Saputra
3. Melia Ahsanul Latifa
TEKNIK KIMIA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
III. Tujuan
1. Mengetahui bahan baku yang digunakan dalam industri keramik.
2. Mengetahui cara menganalisis bahan baku yang digunakan dalam
industri keramik.
3. Mengetahui proses pembuaran keramik dalam industri keramik.
4. Mengetahui analisis limbah dari industri keramik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keramik
2.1.1 Pengertian dan Sejarah Keramik
Ada tiga jenis lempung atau tanah liat utama yang dibedakan oleh
warna, ukuran partikel, sifat keliatan dan komposisi kimianya yaitu
• Tanah liat kaolin berwarna putih, berukuran partikel sederhana,
kurang keliatannya/sifat plastis. Dan mengandungi komposisi besi
yang kurang dari 1%.
• Tanah liat bola (ball clay) berwarna hitam atau kelabu, berukuran
partikel halus, keliatan yang tinggi, dan kandungan besi oksida
diantara 0 – 2 %.
• Tanah liat api (fire clay) berwarna kemerahan, berukuran partikel
antara sederhana dan besar dan komposisi besi oksida yang tinggi.
Pembuatan Keramik
Semua produk keramik dibuat dengan mencampurkan berbagai
kuantitas bahan baku, membentuknya lalu memanaskan sampai suhu
pembakaran. Suhu ini mungkin hanya 7000C untuk beberapa glasir luar,
tetapi banyak pula vitrifikasi yang dilakukan pada suhu 20000C. Pada suhu
vitrifikasi terjadi sejumlah reaksi, yang merupakan dasar kimia bagi
konversi kimia:
1. Dehidrasi atau “ penguapan air kimia” pada suhu 150-6500C
2. Kalsinasi, misal CaCO3 pada suhu 600-9000C.
3. Oksidasi besi fero dan bahan organic pada suhu 350-9000C.
4. Pembentukan silica pada suhu 9000C lebih.
Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara
satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan
menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di
tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.
Cara-cara pembentukan (forming) berdasarkan kadar air antara
lain:
1. Kadar air 6-7 %
Dibentuk dengan dipres terhadap puder adonan dan dibuat dengan cara
spray drying atau penggilingan adonan.
2. Kadar air 20-25%
Dibenruk dengan jiggering (pengecoran) terhadap lumpur adonan.
Misalnya pada pembuatan piring dan mangkuk.
3. Kadar air 40-60%
Pembuatan dengan cara casting (peuangan) terhadap lumpur adonan.
Cetakan terbuat dari gips.
Ada beberapan cara atau teknik pembuatan keramik, yaitu :
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan
atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang
bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak
selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para
penggemar keramik.
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak
bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan
dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara
keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar
tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin
bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentukbentuk yang sama
seperti gentong, guci dan lain-lain.
e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang
dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk
dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah
berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan
jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel.
Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi
massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dan
lain-lain. Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin
keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres,
seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan
dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.
Keramik Berbahan Dasar Lempung
Gerabah (Earthenware), dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang
plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C.
Keramik jenis ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih
berpori. Agar supaya kedap air, gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen
atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah
apabila dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata,
genteng, paso, pot, anglo, kendi, gentong dan sebagainya termasuk keramik
jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat berglasir dengan warna yang
menarik sehingga menambah kekuatannya.
Keramik Batu (Stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang
dicampur dengan bahan tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi
(1200°-1300°C). Keramik jenis ini mempunyai struktur dan tekstur halus
dan kokoh, kuat dan berat seperti batu. Keramik jenis termasuk kualitas
golongan menengah.
Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat
dari bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan
silika. Oleh karena badan porselin jenis ini berwarna putih bahkan bisa
tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada umumnya,
porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih
tinggi lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan
rapuh sebenarnya mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya
rapat serta keras seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada suhu
tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi.
Secara teknis keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus,
disamping mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan dan
kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan cemerlang
terhadap warna-warna glasir.
Struktur Kristal
Kristal yaitu zat padat yang terdiri dari atom-atom yang teratur dalam
pola periodik pada ruang tiga dimensi. Seluruh pembagian antara kristal dapat
dikategorikan ke dalam tujuh sistem Kristal yaitu ; triclinic, monoklinik,
ortorombic, tetragonal, kubic, trigonal (rombohedral) dan heksagonal.
Pengukuran Porositas
V1
prositas =
(V1 + V2)
W2 — W1 x 100%
porositas =
W2 — W3
Pengukuran Densitas
a. Solid-state sintering
Proses ini dilakukan pada suhu dibawah temperatur cair, sehingga transport atom
dalam keadaan padat akan mengubah mechanical bonds menjadi metallurgical
bonds.
b. Liquid-state sintering
Proses ini dilakukan pada suhu diatas temperatur cair. Liquid yang terbentuk akan
mengalir ke partikel.
■ Refractory ingredient
– Alumina - dolomit
– Olivine - chromite
– Zircona - magnesite
– Titania - dll
IV. Analisis limbah pada industri keramik
Salah satu limbah dari industri keramik ini adalah adanya sisa pemakaian
gypsum pada proses glasir keramik. Gypsum ini merupakan limbah padat yang
cukup banyak dan belum dimanfaatkan. Kemudian dilakukan analisis untuk
memurnikan gypsum ini agar dapat dimanfaatkan. Pemurnian dan pengaktifan
gypsum ini dilakukan secara kimia fisika, melalui pencucian dan pelarutan bahan
pengotor dengan air dan asam sulfat pada pH 4-5, sedangkan pengaktifan
dilakukan dengan pemanasan pada suhu 160-170oC. Hasil pemurnian
dikarakterisasi dengan difraktometer sinar X, analisa kimia basah dan uji fisika
dibandingkan dengan gypsum standar. Gypsum hasil pemurnian dan pengaktifan
memberikan sifat yang layak untuk dipakai kembali.
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
a) Bahan baku utama dari pembuatan keramik ini adalah clay (lempung),
pasir kuarsa dan feldsper serta bahan tambahan.
b) Analisis material keramik ini adalah dengan menggunakan metode XRD,
ukuran porositasnya, densitas, dan struktur kristalnya.
c) Proses pembuatan keramik meliputi, penyiapan bahan baku, proses
pembentukan keramik dengan beberapa metode, proses pembakaran, dan
proses penyempurnaan.
d) Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri ini adalah gypsum yang
kemudian dimurnikan menjadi gypsum yang dapat digunakan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmayadi, Wirman, et al. 2007. Analisis termal dan Studi Transformasi Fase
Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldsper. Jurusan
Kimia ITS. Surabaya.
Nurhakim, Draft Modul BGI Teknik Kimia, Hal. 7
Ramlan dan Akmal Johan. 2009. Identifikasi Keramik Na- þ”-Al2O3 dengan
Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3%, dan 6%) Berat MgO . Jurnal
Penelitian Sains. Volume 12, Nomer 1(B), 12103
Suhanda, et al. 1997. Pemurnian dan Pengaktifan Gipsum Bekas dari Industri
Keramik Dengan Cara Kimia Dan Fisika. Jurnal Keramik & Gelas
Indonesia.
http:ƒƒwww.ceramicindustry.com