Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tersruktur Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu : Wardatul Fitri, S.H., M.H
I
DAFTAR ISI
I
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Asas-
Asas Umum Pemerintahan yang Baik : Asas Tidak Mencampuradukkan Kewenangan” .
penulis mengucapkan terimakasih pula kepada dosen pengampu mata kuliah hukum
administrasi negara yang telah memberikan ilmu untuk dijadikan bekal penulis damal
menyelesaikan makalah ini, penulis menjadikan buku serta jurnal sebagai bahan referensi
dalam menyusun, dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dikembangkan lagi.
Penulis
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asas merupakan sebuah pedoman dalam melakukan sebuah kegiatan, didalam sebuah
tatanan organisasi yang sudah tertata dan sudah diatur pemerintahan pun tak lepas dari
asas-asas yang juga menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan atau melakukan
penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-ketetuan perundang-undangan yang
bersifat sumir atau tidak jelas, selain itu dapat membatasi serta menghindari
kemungkinan administrasi negara mempergunkan freis ermessen atau melakukan
kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam praktiknya freis ermessen ini membuka peluang terjadinya benturan
kepentingan antara pemerintah dnegan warga negara. Konsepsi negara hukum
mengindikasikan ekuilibrium antara hak dan kewajiban. Salah satu sarana untuk
menjaga ekuilibrium adalah melalui peradilan administrasi, sebagai peradilan khusus
yang berwenang mnyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negara. Dan
salah satu tolok ukur untuk menilai apakah tindakan pemerintah itu sejalan dengan
negara hukum atau tidak adalah dengan menggunakan asas-asas umum pemerintahan
yang baik atau sering disebut dengan AAUPB.
Makalah ini akan membahas mengenai apa itu asas-asas pemerintahan umum yang
baik serta salah satu dari asas tersebut, yaitu asas tidak mencampuradukkan
kewenangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan AAUPB?
2. Apa fungsi dan arti penting AAUPB?
3. Apa yang dimaksud dengan asas tidak mencampuradukkan kewenangan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan AAUPB?
2. Untuk megetahui apa fungsi dan arti penting AAUPB?
3. Untuk mengethaui apa yang dimaksud dengan asas tidak mencampuradukkan
kewenangan?
I
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Hlm. 234-235
I
3. Bagi hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan
keputusan yang dikeluarkan Badan atau Pejabat TUN.
4. Kecuali itu, AAUPB tersebut juga berguna bagi badan legilatif dalam merancang
suatu undang-undang.2
2
Ibid, Hlm. 238-239
3
Ibid, Hlm. 244-245.
4
Nike K. Rumokoy, Tinjauan Terhadap Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Penyelenggaran
Kekuasaan Pemerintahan, Jurnal : Vol. XVIII/ No. 3/ Mei-Agustus/2010, Fakultas Hukum, Universitas Sam
Ratulangi.
I
untuk tujuan lain selain yang telah ditentuknan dalam peraturan yang berlaku atau
menggunakan wewenang yang melampaui batas.
didalam UU No. 5 Tahun 1986 terdapat dua jenis penyimpangan penggunaan
wewenang, yaitu penyalahgunaan wewenang (detourant de pouvoir) dan sewenang-
wenang (willkeur), yang disebutkan dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dan c yang
berbunyi sebagai berikut :
b) Badan dan Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk
tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut;
c) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak
mngeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah
mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu
seharusnya tidak sampau pada pengambilan keputusan tersebut.
berikut ini merupakan contoh dari kasus penyalahgunaan wewenang dan tindakan
sewenang-wenang dari administrasi negara :
1. kepala Biro Ketertiban DKI Jakarta pernah mengeluarkan instruksi pada tahun
1987 mengenai pembongkaran bangunan milik AW, tetapi instruksi itu
ditangguhkan pelaksanaannya oleh wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 1988 dan
1989. Kemudian pada tahun 1990 Waki Gubernur DKI menerbitkan instruksi
kepada Walikota, sehingga pada 23 April 1990 terbit surat perintah bongkar (I),
setahun kemudian 30 April 1991 terbit surat bongkar (II), surat perintah bongkar
dari Walikota itu merupakan rekayasa itu merupakan rekayasa dari Kepala Biro
Ketertiban DKI Jakarta yang mungkin tidak diketahuinya, sebab
dutangguhkannya surat pelaksanaan pembongkaran sejak tahun 1990 karena status
kepemilikannya masih dalam proses sengketa AW lawan AS di pengadilan
Umum. anehnya selama menerima surat perintah pembongkaran itu AW tidak
pernah dipanggil, diberitahukan dan diminta keterangannya. terbitnya surat
perintah pembongkaran ini semata-mata untuk memenuhi kepentingan AS yang
memfitnah bahwa bangunan AS yang ada di Pinangsia Raya No. 32 Jakarta Barat
tanpa IMB. Padahal bangunan itu memiliki IMB yang sah dan tidak menyimpang
dari Tata Ruang Pemda DKI. penggunaan dan peruntukan bangunan ini telah
memperoleh izin sesuai denga SIUP 6 Mei 983 dan terakhir 7 Januari 1989.
karena itu dalam perkara ini terlihat adanya penyalahgunaan wewenang, yakni
pembongkaran dimaksudkan untuk mengakhiri sengketa AW lawan AS dan bukan
untuk keoentingan umum, sesuai dengan dasar, maksud dan tujuan diberikannya
wewenang tersebut.
2. putusan PTUN Medan ;dalam perkara gugatan terhada Kepala Perusahaan Umum
Listrik Negara karena telah memutuskan listrik di pabrik penggugat, namun
setelah diperiksa polisi ternyata meteran penggugat itu baik. PLN mau
memasangnya kembali apabila penggugat membayar sewa listrik yang tertinggal
sebanya Rp 73 Juta. ketika penggugat menanyakan hal itu kepada PLN, pihak
PLN menganjurkan agar pihak PLN menganjurkan agar penggugat menemui Tim
Opal. Supaya penggugat menghubungi saja tergugat sendiri. PTUN
mempertimbangkan bahwa dalam kasus ini tergugat telah melakukan perbuatan
I
sewenang-wenang (willekeur). Oleh akrenanya PTUN membatalkan surat perintah
membayar Rp 73 Juta sambil memerintahkan tergugat untuk mengeluarkan surat
perintah baru untuk menyambung kembali listrik kepada pihak pabrik penggugat.5
5
Opcit, Hlm. 253-254
I
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Jazim Hamidi mengakatan bahwa AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang
hidup dan berkembang dalam lingkungan Hukum Administrasi Negara, bentuknya dapat
tidak tertulis sementara ada beberapa yang dimasukkan dalam hukum positif. AAUPB
hanya dimaksudkan sebagai sarana pelindungan hukum (rechtsbescherming) dan bahkan
dijadikan sebagai instrumen untuk peningkatan perlindungan hukum (verhoogde
rechtsbescherming) bagi warga negara dari tindakan pemerintah. AAUPB selanjutnya
dijadikan sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya administrasi, disamping
sebagai norma hukum yang tidak tertulis bagi tindakan pemerintah, asas tidak
mencampradukkan kewenangan merupakan asas yang menghendaki agar pejabat tata
usaha negara tidak menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain selain yang telah
ditentuknan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan wewenang yang melampaui
batas.
I
DAFTAR ISI