Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK

(AAUPB) : ASAS TIDAK MENCAMPURADUKKAN KEWENANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tersruktur Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu : Wardatul Fitri, S.H., M.H

Siti Zamrotul A.W.A153800


Muhamad Yulianto Wibowo153800
Muhammad Mundzir153800
Abdul Muis153800
Arum Nur Afiffa15380049
Siti Fatimah15380053
Vita Dwi Sakundiana15380056
Rizky Wahyu Ramadhan153800

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2015/2016

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................
1. Pengertian AAUPB ..........................................................................
2. Fungsi dan Arti Penting AAUPB .....................................................
3. Asas Tidak Mencampuradukkan Kewenangan ................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................
A. KESIMPULAN ..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

I
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Asas-
Asas Umum Pemerintahan yang Baik : Asas Tidak Mencampuradukkan Kewenangan” .
penulis mengucapkan terimakasih pula kepada dosen pengampu mata kuliah hukum
administrasi negara yang telah memberikan ilmu untuk dijadikan bekal penulis damal
menyelesaikan makalah ini, penulis menjadikan buku serta jurnal sebagai bahan referensi
dalam menyusun, dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dikembangkan lagi.

Yogyakarta, 20 November 2017

Penulis

I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asas merupakan sebuah pedoman dalam melakukan sebuah kegiatan, didalam sebuah
tatanan organisasi yang sudah tertata dan sudah diatur pemerintahan pun tak lepas dari
asas-asas yang juga menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan atau melakukan
penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-ketetuan perundang-undangan yang
bersifat sumir atau tidak jelas, selain itu dapat membatasi serta menghindari
kemungkinan administrasi negara mempergunkan freis ermessen atau melakukan
kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam praktiknya freis ermessen ini membuka peluang terjadinya benturan
kepentingan antara pemerintah dnegan warga negara. Konsepsi negara hukum
mengindikasikan ekuilibrium antara hak dan kewajiban. Salah satu sarana untuk
menjaga ekuilibrium adalah melalui peradilan administrasi, sebagai peradilan khusus
yang berwenang mnyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negara. Dan
salah satu tolok ukur untuk menilai apakah tindakan pemerintah itu sejalan dengan
negara hukum atau tidak adalah dengan menggunakan asas-asas umum pemerintahan
yang baik atau sering disebut dengan AAUPB.
Makalah ini akan membahas mengenai apa itu asas-asas pemerintahan umum yang
baik serta salah satu dari asas tersebut, yaitu asas tidak mencampuradukkan
kewenangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan AAUPB?
2. Apa fungsi dan arti penting AAUPB?
3. Apa yang dimaksud dengan asas tidak mencampuradukkan kewenangan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan AAUPB?
2. Untuk megetahui apa fungsi dan arti penting AAUPB?
3. Untuk mengethaui apa yang dimaksud dengan asas tidak mencampuradukkan
kewenangan?

I
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB)


Menurut Jazim Hamidi mengakatan bahwa pengertian AAUPB sebagai berikut.
a) AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam
lingkungan Hukum Administrasi Negara;
b) AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam
menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hukum administrasi dalam
menilai tindakan administrasi negra (yang berwujud penetapan/beschikking) ,
dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;
c) Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis,
masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat;
d) Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpancar
dalam berbagai peraturan hukum positif. Meskipun sebagian dari asas itu
berubah menjadi kaidah hukum tertulis, namum sifatnya tetap sebagai asas
hukum.1

2. Fungsi dan arti penting Asas-asas Umum yang Baik (AAUPB)


Pada awal kemunculannya, AAUPB hanya dimaksudkan sebagai sarana
pelindungan hukum (rechtsbescherming) dan bahkan dijadikan sebagai instrumen
untuk peningkatan perlindungan hukum (verhoogde rechtsbescherming) bagi warga
negara dari tindakan pemerintah. AAUPB selanjutnya dijadikan sebagai dasar
penilaian dalam peradilan dan upaya administrasi, disamping sebagai norma hukum
yang tidak tertulis bagi tindakan pemerintah (Als toetsingsgronden en in het verlengde
daarvan zijn de abbb ook ongeschreven rechtsnormen voor het bestuursoptreden).
J.B.J.M. ten Berge menyebutkan bahwa, “Besinselen van behoorlijk bestuur komt men
tegen in twee varianten, namelijk als toetsingsgrond voor de rechter en als
instructienorm voor een bestuursorgaan“. Kita menemukan abbb (algemem
beginselen van ) dalam dua varian, yaitu sebagai dasar penelitian hakim dan sebagai
norma pengrah bagi organ pemerintahan. Dalam perkembangannya, AAUPB
memilikiarti penting dan fungsi sebagai berikut.
1. Bagi Administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan
penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan
yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas. Kecuali itu sekaligus membatasi dan
menghindari kemunngkinan administrasi negara mempergunakan freies Ermessen/
melakukan kebijakan yang jauh menyimpang dari ketentuan perundang-undangan.
Dengan demikian, administrasi negara diharapkan terhindar dari perbuatan
onrechtmatigedaad, detournement de pouvoir, abus de droit, dan ultravires.
2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat dipergunakan
sebagai dasar gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No.53 Tahun
1986.

1
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Hlm. 234-235

I
3. Bagi hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan
keputusan yang dikeluarkan Badan atau Pejabat TUN.
4. Kecuali itu, AAUPB tersebut juga berguna bagi badan legilatif dalam merancang
suatu undang-undang.2

3. Asas Tidak Mencampuradukkan Kewenangan


Sebelum membahas mengenai apa itu asas tidak mencampuradukkan
kewenangan, perlu diketahu bahwa asas-asas umum pemerintahan yang baik itu
terdiri dari beberapa asas dan salah satunya adalah asas tidak mencampuradukkan
kewenangan, berikut pembagianasas-asanya menurut penulis Indonesia, khususnya
Koentjoro Purbopranoto dan SF. Marbun :
1. Asas Kepastian Hukum (principle of legal security)
2. Asas Keseimbangan (principle of proportionality)
3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality)
4. Asas bertindak cermat (principle of carefutness)
5. Asas motvasi untuk setiap keputusan (principle of motivation)
6. Asas tidak mencampuradukkan kewenangan (principle of unmissue of
competence)
7. Asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonable and prohibit on of
abritrariness)
8. Asas meniadakan akibat sesuatu keputusan yang batal (principle of undoing the
concenquences of an annulled decision)
9. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (principle of protecting
the personal may of life)
10. Asas kebijaksanaan (sapientia)
11. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).3

Setiap pejabat pemerintah memiliki wewenang yang diberikan oleh peraturan


perundang-undangan yang berlaku atau berdasarkan legalitas. dengan sebuah
wewenang yang diberikan itulah maka pemerintah dapat melukan tindakan-tindakan
hukum dalam rangka melayani dan mengatur warga negara. kewenangan pemerintah
secara umum mencakup tiga hal :
a. kewenangan dari segi material (bevogheid ratione material)
b. kewenangan dari segi wilayah (bevogheid ratione loci)
c. kewenangan dari segi waktu (bevogheid ratione temporis).4
seorang pejabat pemerintahan memiliki kewenangan yang sudah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan baik dari segi materi, wilayah maupun waktu. aspek
wewenang ini tidak dapat dijalankan melebihi apa yang sudah ditentukan dalam
peraturan peraturan yang berlaku. Artinya asas tidak mencampuradukkan kewenangan
ini menghendaki agar pejabat tata usaha negara tidak menggunakan wewenangnya

2
Ibid, Hlm. 238-239
3
Ibid, Hlm. 244-245.
4
Nike K. Rumokoy, Tinjauan Terhadap Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Penyelenggaran
Kekuasaan Pemerintahan, Jurnal : Vol. XVIII/ No. 3/ Mei-Agustus/2010, Fakultas Hukum, Universitas Sam
Ratulangi.

I
untuk tujuan lain selain yang telah ditentuknan dalam peraturan yang berlaku atau
menggunakan wewenang yang melampaui batas.
didalam UU No. 5 Tahun 1986 terdapat dua jenis penyimpangan penggunaan
wewenang, yaitu penyalahgunaan wewenang (detourant de pouvoir) dan sewenang-
wenang (willkeur), yang disebutkan dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dan c yang
berbunyi sebagai berikut :
b) Badan dan Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk
tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut;
c) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak
mngeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah
mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu
seharusnya tidak sampau pada pengambilan keputusan tersebut.
berikut ini merupakan contoh dari kasus penyalahgunaan wewenang dan tindakan
sewenang-wenang dari administrasi negara :
1. kepala Biro Ketertiban DKI Jakarta pernah mengeluarkan instruksi pada tahun
1987 mengenai pembongkaran bangunan milik AW, tetapi instruksi itu
ditangguhkan pelaksanaannya oleh wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 1988 dan
1989. Kemudian pada tahun 1990 Waki Gubernur DKI menerbitkan instruksi
kepada Walikota, sehingga pada 23 April 1990 terbit surat perintah bongkar (I),
setahun kemudian 30 April 1991 terbit surat bongkar (II), surat perintah bongkar
dari Walikota itu merupakan rekayasa itu merupakan rekayasa dari Kepala Biro
Ketertiban DKI Jakarta yang mungkin tidak diketahuinya, sebab
dutangguhkannya surat pelaksanaan pembongkaran sejak tahun 1990 karena status
kepemilikannya masih dalam proses sengketa AW lawan AS di pengadilan
Umum. anehnya selama menerima surat perintah pembongkaran itu AW tidak
pernah dipanggil, diberitahukan dan diminta keterangannya. terbitnya surat
perintah pembongkaran ini semata-mata untuk memenuhi kepentingan AS yang
memfitnah bahwa bangunan AS yang ada di Pinangsia Raya No. 32 Jakarta Barat
tanpa IMB. Padahal bangunan itu memiliki IMB yang sah dan tidak menyimpang
dari Tata Ruang Pemda DKI. penggunaan dan peruntukan bangunan ini telah
memperoleh izin sesuai denga SIUP 6 Mei 983 dan terakhir 7 Januari 1989.
karena itu dalam perkara ini terlihat adanya penyalahgunaan wewenang, yakni
pembongkaran dimaksudkan untuk mengakhiri sengketa AW lawan AS dan bukan
untuk keoentingan umum, sesuai dengan dasar, maksud dan tujuan diberikannya
wewenang tersebut.
2. putusan PTUN Medan ;dalam perkara gugatan terhada Kepala Perusahaan Umum
Listrik Negara karena telah memutuskan listrik di pabrik penggugat, namun
setelah diperiksa polisi ternyata meteran penggugat itu baik. PLN mau
memasangnya kembali apabila penggugat membayar sewa listrik yang tertinggal
sebanya Rp 73 Juta. ketika penggugat menanyakan hal itu kepada PLN, pihak
PLN menganjurkan agar pihak PLN menganjurkan agar penggugat menemui Tim
Opal. Supaya penggugat menghubungi saja tergugat sendiri. PTUN
mempertimbangkan bahwa dalam kasus ini tergugat telah melakukan perbuatan

I
sewenang-wenang (willekeur). Oleh akrenanya PTUN membatalkan surat perintah
membayar Rp 73 Juta sambil memerintahkan tergugat untuk mengeluarkan surat
perintah baru untuk menyambung kembali listrik kepada pihak pabrik penggugat.5

5
Opcit, Hlm. 253-254

I
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Jazim Hamidi mengakatan bahwa AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang
hidup dan berkembang dalam lingkungan Hukum Administrasi Negara, bentuknya dapat
tidak tertulis sementara ada beberapa yang dimasukkan dalam hukum positif. AAUPB
hanya dimaksudkan sebagai sarana pelindungan hukum (rechtsbescherming) dan bahkan
dijadikan sebagai instrumen untuk peningkatan perlindungan hukum (verhoogde
rechtsbescherming) bagi warga negara dari tindakan pemerintah. AAUPB selanjutnya
dijadikan sebagai dasar penilaian dalam peradilan dan upaya administrasi, disamping
sebagai norma hukum yang tidak tertulis bagi tindakan pemerintah, asas tidak
mencampradukkan kewenangan merupakan asas yang menghendaki agar pejabat tata
usaha negara tidak menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain selain yang telah
ditentuknan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan wewenang yang melampaui
batas.

I
DAFTAR ISI

HR, Ridwan,. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Rajawali Press.


Nike K. Rumokoy, Tinjauan Terhadap Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang
Baik Dalam Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintah, Jurnal : Vol. XVIII/No. 3/Mei-
Agustus/2010, Fakultas Hukum, Universitas Sam Ratulangi.

Anda mungkin juga menyukai