Anda di halaman 1dari 119

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN SEMANAN
KECAMATAN KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

ZAKIYAH
NPM : 0806461064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2012

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN SEMANAN
KECAMATAN KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Gizi

ZAKIYAH
NPM : 0806461064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2012

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Zakiyah
NPM : 0806461064
Tanda tangan : .......................................
Tanggal :

ii
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


iii
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga dan
Promosi Susu formula dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanan
Kecamatan kalideres jakarta Barat tahun 2012 ”.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ir. Asih Setiarini, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik yang telah


memberikan bimbingan dan dukungan selama penulis menjadi mahasiswa gizi
: pembimbing PKM seumur hidup, pemberi rekomendasi apliksi Bayer Young
Environment Envoy Germany, pemberi rekomendasi Pertukaran Pemuda
Antar negara, Pembimbing mapres dan puncaknya adalah pembimbing skripsi
penulis. Hanya Allah yang berhak memberikan pahala terbaik untuk ibu.
2. Prof. DR. Dr. Kusharisupeni Djokosujono M.Sc. selaku Ketua Departemen
Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI sekaligus penguji sidang proposal skripsi
ini.
3. Drg. Sandra Fikawati, MPH untuk kesediaan waktunya sebagai penguji dalam
sidang skripsi penulis
4. Nurfi Afriansyah, MScPH untuk kesediaan waktunya sebagai penguji dalam
sidang skripsi penulis
5. Seluruh dosen Departemen Gizi yang sudah membimbing dan menyemai
benih kebaikan dalam diri selama 4 tahun menimba ilmu. Juga untuk asdos-
asdos tercinta : ka wahyu, Ka dara, Ka puput, dll
6. Seluh jajaran Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Kelurahan Semanan dan kader
Posyandu Kelurahan Semanan yang telah mengizinkan penulis melakukan
penelitian di Kelurahan Semanan
7. Dr. Adang Bahtiar, MPH ScD selaku ketua Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI) yang telah memberikan dukungan moril agar
penulis cepat menyelesaikan skripsi dan bisa segera berkontribusi untuk
kesehatan Indonesia. Terima kasih untuk semua dukungan dan semangatnya
Pak. Semoga bisa mengikut jejak bapak ke HSPH dan JHSPH.

iv
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


8. Mamah, Bapak, Ka iyah, Ka ida, Ka omah, Abang yang telah memberikan
semangat, bantuan dana dan berbagai pemakluman kepada eke untuk berjuang
bersama skripi ini. Teruntuk 5 orang keponakan terbaikku : abil,Rona, misyka,
fawwaz dan daffy. You are part of everything.
9. Vidia Nuarista, S.Gz yang telah berbaik hati meminjamkan semua
propertinya, menampung penulis di kossannya dan tempat sharing selama
penulisan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penyemangat yang telah banyak memberikan masukan
kepada penulis: Rhiza Caesari K, Nina Anggita,Yunita, Diput, Wiwi, Fatma,
Winda, esty, fety. Semangat pasca kampus.
11. Kedua Kakak terbaikku : Ka Takim dan Ka Tian yang selalu memotivasi,
memberikan dukungan dan kadang sedikit “tamparan” agar diri ini mampu
tawazun dalam skripsi dan berbagai amanah. Serta untuk seorang kaka baik
hati yang memfasilitasi mencetak semua lembaran skripsi ini
12. Keluarga semesta PAMI dan semua member PAMI di 15 Provinsi di
Indonesia. Terlantun terima kasih juga untuk Pengda PAMI dan Pengda
IAKMI yang telah penulis kunjungi dalam kesibukan menulis skripsi .
13. Sesepuh IAKMI : pak Husein, Ummi Emma, Pak Ede, Pak ipik, Pak Dono, Bu
Linna, pak Ridhwan Thoha, Prof. Veni Hadju, Bu Ivan, pak Nor Alis, mas
Dedi, Prof Does Sampoerna, Bu Dewi Sussana, Bu Bian, Bu Irawati Susalit,
Pak Budi Haryanto, Prof. Budi Utomo dll. Moga Allah berikan keberkahan
dalam semua aktivitas.
14. TS 08 tersayang : tempat menimba diri, tempat berbagi. Mohon maaf, tidak
bisa disebutkan satu persatu, namun segala catatan indah tentang kalian insya
Allah telah dicatat malaikat sebagai bagian dari amal ibadah kalian .
15. Syi’ra 08 : Heni dkk. Terima kasih telah mengajarkan banyak hal tentang
ukhuwah dan perjuangan. Sekarang, semuanya terasa manis.
16. Keluarga Beastudi Etos yang telah memberikan celupan warna di hidup
penulis selama 3 tahun pembinaan. Moga penulis bisa menjadi muzzaki dan
bermanfaat untuk Ummat. Semoga perjuangan beastudi Etos senantiasa
diberkahi Allah.
17. Teman-teman Program Studi Gizi FKM UI angkatan 2008.

v
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


18. Sahabat yang telah membantu selama 4 tahun kuliah di FKM UI : Mahalum
(Mba Ninis, dkk), Keuangan (Mba Lia, dkk), Humas (Mas Adi, dkk),
Perlengkapan (Bu Ririn, dkk) dekanat, dan seluruh CS di FKM UI
19. Teman-teman yang singgah dalam hidup selama penulisan skripsi ini : ka
Sarah, Ka icha, Alfi, Bang Johan, ka Ridwan, Mas dedi, ka Nila, Ka Dinda,
deri dll
Penulisan Proposal Penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dengan segala keterbatasan dan
kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi, penulis mohon maaf dan
mengucapkan terima kasih.

Depok, 26 Juni 2012

Zakiyah

vi
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


vii
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Zakiyah
NPM : 0806461064
Program Studi :Ilmu Gizi
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Judul : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya proporsi pemberian ASI


eksklusif, mencari gambaran variabel independen berupa umur ibu, Pendidikan
ibu, status pekerjaan, pengetahuan ibu, dukungan suami, dukungan keluarga ibu,
dukungan mertua, dan promosi susu formula di Kelurahan Semanan Kecamatan
Kalideres Jakarta Barat. Penelitian ini juga bertujuan mencari hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, yaitu pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan kecamatan Kalderes Jakarta Barat. Penelitian ini
menggunakan Disain cross sectional dengan responden ibu yang mempunyai
bayi berumur 6-12 bulan di Kelurahan Semanan sejumlah 82 orang. Penelitian
dilakukan pada Bulan April-Mei 2012. Hasil penelitian didapatkan proporsi
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Semanan sebesar 35,4%. Faktor yang
berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif di kelurahan Semanan adalah
pendidikan ibu (OR= 4), status pekerjaan (OR=8), pengetahuan ibu
(OR=11,56;81,71), dukungan suami (OR= 1,8;4,95) dukungan keluarga ibu
(OR=2,9;8,7), dukungan mertua (OR=8,3) dan promosi susu formula (OR=31,54).
Faktor yang tidak berhubungan adalah umur ibu. Saran untuk dinas kesehatan
Kotamadya Jakarta Barat adalah mensosialisasikan dan melakukan pengawasan
terhapan PP ASI No. 33 tahun 2012 dan menerapkan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui di sarana kesehatan. Saran untuk Puskesmas Kelurahan
Semanan adalah mengaktifkan kembali kelompok Pendukung ASI (KP ASI ) di
setiap Posyandu dan melakukan kegiatan informal yang dapat menambah
pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan menyediakan informasi ASI eksklusif
bagi ibu hamil dan menyusui, baik berupa layanan konseling maupun media
promosi kesehatan.

Kata Kunci : ASI Eksklusif, Dukungan Keluarga, Faktor yang berhubungan

viii
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


ABSTRAK

Name : Zakiyah
NPM : 0806461064
Study Program : Ilmu Gizi
Faculty : Public Health
Judul : Factors Associated with Exclusive Breastfeeding in
Semanan Village, Kalideres District, West Jakarta, 2012

This study aims at identifying the proportion of the exclusive breastfeeding (ASI)
as well as finding a picture of independent variables, such as mother’s age,
mother’s education, employment status, mother’s knowledge, husband’s support,
family’s mother support, parents in law’s support, and the promotion of Formula
milk in Semanan Village, Kalideres District,West Jakarta. Furthermore, this study
also aims at finding the relationship between independent variables and dependent
variables of the exclusive breastfeeding in Semanan Village, Kalideres
District,West Jakarta. This study uses cross sectional design by involving some
respondents; specifically 82 mothers who have infants aged 2-12 months in
Semanan Village. The study was conducted in April-May 2012. This study shows
that the proportion of breastfeeding in Semanan Village is 35.4%. The factors
associated with exclusive breastfeeding in Semanan Village are mother’s
education (OR= 4), employment status, (OR=8), mother’s knowledge
(OR=11,56;81,7), husband’s support (OR= 1,8;4,95) support of family’s mother
(OR=2,9;8.7), parents in law’s support (OR= 8,3) and the promotion of formula
milk (OR=31.54). Meanwhile, the factors unassociated with the exclusive
breastfeeding is mother’s age. Recommendation for the Municipal Health Office,
West Jakarta, is socializing and supervising the realization of PP ASI No.3 year
2012 and applying 10 steps to Successful Breastfeeding in health facilities.
Recommendation for Semanan Village Health Center is reactivating the
breastfeeding’s (ASI) supporters group in each IHC and conducting informal
activities that are supposed to increase knowledge about the exclusive
breastfeeding. The last is providing information for pregnant and breastfeeding
mothers both in form of counseling services and health promotion media.

Keywords: Associated Factors, Exclusive Breastfeeding, Family’s Support

ix
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL….. ........................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................viii
ABSTRAK ...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5.1 Bagi Kelurahan Semanan........................................................................... 6
1.5.2 Bagi FKM UI ............................................................................................ 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Air Susu Ibu ............................................................................................. 9
2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif ........................................................................... 9
2.1.2 Komposisi ASI ......................................................................................... 10
2.1.3 Stadium Laktasi ........................................................................................ 12
2.1.4 Manfaat ASI ............................................................................................. 13
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ..................................... 17
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI .................................. 19
2.2.1 pengetahuan Ibu ....................................................................................... 19
2.2.2 Pendidikan Ibu ........................................................................................ 19
2.2.3 Pekerjaan Ibu ........................................................................................... 20
2.2.4 Usia Ibu ............................................................................................... 21
2.2.5 Kondisi Kesehatan Ibu dan Bayi .............................................................. 22
2.2.6 Manajeman Laktasi ................................................................................. 23
2.2.7 Promosi Susu Formula ............................................................................. 25
2.2.8 Status Ekonomi dan Demografi ............................................................... 27
2.2.9 Kebijakan Nasional dan Internasional ...................................................... 27
2.2.10 Dukungan keluarga ................................................................................... 28
2.2.10.1 Dukungan Suami ............................................................................. 29
2.2.10.1 Dukungan Keluarga Ibu ................................................................... 29

x
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


2.2.10.1 Dukungan Mertua ........................................................................... 29
2.2.11 Pelayanan Kesehatan .............................................................................. 30

BAB 3 KERANGKA TEORI, KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,


DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Teori......................................................................................... 31
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 33
3.2 Definisi Operasional ................................................................................. 35
3.3 Hipotesis ............................................................................................... 40

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Disain Penelitian....................................................................................... 32
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 32
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 32
4.3.1 Populasi ............................................................................................... 33
4.3.2 Sampel ............................................................................................... 34
4.3.3 Besar Sampel ............................................................................................ 34
4.3.3 Teknik Penarikan Sampel ......................................................................... 34
4.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 32
4.5 Manajeman Data ...................................................................................... 37
4.6 Analisis Data ........................................................................................... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN


5.1 Gambaran Umum Kelurahan Semanan .................................................... 48
5.2 Hasil Analisis Univariat ............................................................................ 49
5.3 Hasil Analisis Bivariat .............................................................................. 61

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 69
6.2 Pembahasan ............................................................................................. 69
6.2.1 Pemberian ASI Eksklusif ........................................................................ 69
6.2.2 Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ................... 70
6.2.2.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif .................... 71
6.2.2.2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ............ 72
6.2.2.3 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 73
6.2.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ......... 74
6.2.2.5 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif ........ 75
6.2.2.6 Hubungan Dukungan Keluarga Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif 77
6.2.2.7 Hubungan Dukungan Mertua dengan Pemberian ASI Eksklusif ....... 77
6.2.2.8 Hubungan Promosi Susu Formula dengan Pemberian ASI Eksklusif 78

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan .............................................................................................. 80
7.2 Saran ............................................................................................... 81
7.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Jakarta Barat.......................................................... 81
7.2.2 Bagi Puskesmas Kelurahan Semanan ........................................................ 81

xi
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


7.2.3 Bagi Pendidikan/Peneliti Lain .................................................................. 81

DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN

xii
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asupan Gizi pada seribu hari pada awal kehidupan hingga anak berusia 2
tahun sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini
memiliki manfaat jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, hal
ini akan berimplikasi pada perkembangan otak, pertumbuhan massa tubuh dan
komposisi tubuh serta metabolisme glukosa, lipid, protein dan hormon.
Sedangkan implikasi jangka panjang dari hal ini adalah peningkatan kognitif,
prestasi belajar dan kapasitas kerja serta mencegah munculnya penyakit tidak
menular (Non Communicable Disease) (James et al, 2000)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan asupan yang sangat baik pada seribu hari
pertama kelahiran. Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik peningkatan
gizi dan kualitas sumber daya manusia. ASI mengandung zat-zat gizi yang
struktur dan kualitasnya sangat cocok dan mudah diserap oleh bayi. Pemberian
ASI mengoptimalkan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat
kekebalan terhadap penyakit dan menujudkan ikatan emosional antara ibu dan
bayinya ( Roesli, 2000).

Setiap tahunnya terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia yang meninggal karena tidak
diberi ASI eksklusif ( WHO 2009). Lebih lanjut, kira-kira 30.000 kematian balita
di Indonesia dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif. Bayi yang disusui
secara eksklusif 6 bulan dan tetap diberi ASI hingga 11 bulan dapat menurunkan
kematian balita sebanyak 13%. Risiko kematian Bayi yang dalam dua bulan
pertama tidak diberikan ASI 6 kali lebih besar dibandingkan bayi yang
mendapatkan ASI . Meningkatnya pemberian ASI diperkirakan dapat menurunkan
angka kematian Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) sebanyak 40- 50% pada
anak berusia 18 bulan ( Umniyati, 2005).
Keuntungan dari ASI akan optimal jika pemberian ASI dilakukan secara
eksklusif tanpa pemberian makanan tambahan lain selama 6 bulan pertama
kehidupan. Sejalan dengan hal ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan

1
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


kebijakan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan dilanjutkan
sampai anak berumur 2 tahun pada Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004.
Isi keputusan dalam kepmenkes itu diantaranya pemberian ASI secara eksklusif
bagi bayi di Indonesia dan menetapkan agar semua tenaga kesehatan di sarana
pelayanan kesehatan menginformasikan agar ibu yang baru melahirkan
memberikan ASI secara eksklusif.
ASI eksklusif masih menjadi masalah di dunia. Di Benua Eropa, cakupan ASI
eksklusif hanya sebesar 20%. Di Benua Asia, cakupan ASI eksklusif belum
mencapai 50% dengan cakupan terbanyak di Asia Selatan sebesar 44% dan
disusul dengan Asia Pasifik sebesar 43% (UNICEF, 2009).
Meskipun program pemberian ASI eksklusif terus digalakkan oleh
pemerintah Indonesia, Namun cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih sangat
rendah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 32%, hal ini mengalami penurunan
sebesar 8% dibandingkan SDKI 2003 sebelumnya dimana cakupan ASI eksklusif
sebesar 40%. Dengan adanya penurunan presentase pemberian ASI eksklusif pada
SDKI 2007 dibanding 2002-2003 dapat berpengaruh terhadap kualitas sumber
daya manusia pada masa yang akan datang dan berdampak pada status kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, Pemberian
ASI ekslusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan sebesar 45,4%. Pemberian
ASI umur 2-3 bulan sebesar 38,3 % dan pada umur 4-5 bulan sebesar 31 %. Hal
ini menunjukkan penurunan pemberian ASI di setiap umur bayi. Kondisi ini
masih sangat jauh dari target nasional cakupan ASI, yaitu 80%.
Rendahnya cakupan ASI eksklusif tentu dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.
Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan promosi susu formula berperan
dalam cakupan ASI eksklusf (Ihsani, 2011). Menurut Fikawati dan Syafiq (2010),
Praktek ASI mengalami kegagalan diakibatkan pemberian makanan prelaktal,
memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan
pemberian ASI karena ibu atau bayi sakit serta ingin mencoba susu formula.
Studi kualitatif yang dilakukan Fikawati dan Syafiq (2010) juga menemukan
bahwa salah satu predisposisi kegagalan ASI adalah karena pengetahuan dan

2
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


pengalaman ibu yang kurang. Selain itu, kurangnya dukungan keluarga dan
pengaruh media massa mengenai iklan susu formula bayi turut mempengaruhi ibu
tidak memberikan ASI (Juherman, 2008).

Pengetahuan ibu berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ibu


yang memadai mengenai ASI eksklusif akan mempengaruhi dan memotivasi ibu
untuk memberikan ASI eksklusif. Penelitan Husna (2009) menunjukkan bahwa
pemberian ASI eksklusif paling banyak dijumpai pada ibu berpengetahuan baik.

Hasil penelitian Abdul (2010) membuktikan bahwa dukungan keluarga


berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu. Senada dengan hal
tersebut, penelitian Simbolon (2011) juga menguatkan bukti bahwa dukungan
keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Dukungan keluarga
terbukti berpengaruh secara emosional. Dukungan merupakan bagian dari
membangun kepercayaan. Selain meningkatkan kepercayaan diri, dukungan juga
meningkatkan kepercayaan atas hubungan diantara pasangan.

Promosi susu formula berpengaruh terhadap pemberian ASI ekslusif.


Promosi susu formula meningkatkan minat ibu-ibu untuk memberikan susu
formula dan menghentikan pemberian ASI. Studi yang dilakukan oleh Howard
(2007) menemukan bahwa 38% ibu terpapar susu formula sejak mengandung dan
90% ibu mendapatkan promosi susu formula dari petugas kesehatan sesaat setelah
melahirkan.

Karakteristik ibu juga menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.


Umur ibu, pekerjaan dan pendidikan menjadi tiga faktor strategis yang
mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Yuliandarin, 2009)

Jakarta Barat merupakan 1 dari 6 kota administratif di wilayah DKI Jakarta.


Pada tahun 2011 Jakarta Barat meraih penghargaan swasti saba Padapa sebagai
salah satu kota tersehat di Indonesia. Indikator penilaian tersebut antara lain
saranan dan prasarana pemukiman sehat, kesehatan masyarakat mandiri serta
ketahanan pangan dan gizi. Kelurahan Semanan merupakan satu dari 56
Kelurahan yang ada di Jakarta Barat. Semanan merupakan daerah industri dan
tergolong daerah perkotaan. Menurut Riskesdas 2010, cakupan ASI eksklusif

3
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


lebih sedikit di daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Kelurahan
Semanan memiliki cakupan ASI eksklusif sebanyak 29,5%. Terpaut 50,5%
dibandingkan target nasional sebesar 80%.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan


penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah


Kelurahan Semanan merupakan satu dari 56 Kelurahan yang ada di Jakarta
Barat. Semanan merupakan daerah industri dan tergolong daerah perkotaan.
Menurut Riskesdas 2010, daerah perkotaan memiliki cakupan ASI eksklusif yang
lebih rendah dibandingkan pedesaan. Kelurahan Semanan memiliki cakupan ASI
eksklusif sebanyak 29,5%. Terpaut 50,5% dibandingkan target nasional sebesar
80%.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimanakah distribusi umur pada ibu-ibu di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
2. Bagaimanakah distribusi pendidikan pada ibu-ibu di Kelurahan
Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
3. Bagaimanakah distribusi pekerjaan pada ibu-ibu di Kelurahan
Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
4. Bagaimanakah distribusi pengetahuan mengenai ASI eksklusif pada
ibu-ibu di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
5. Bagaimanakah distribusi dukungan suami terhadap ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Jakarta Barat ?
6. Bagaimanakah distribusi dukungan keluarga ibu terhadap ASI eksklusif
di Kelurahan Semanan Kecamatan Jakarta Barat ?
7. Bagaimanakah distribusi dukungan mertua terhadap ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Jakarta Barat ?
8. Bagaimanakah distribusi mengenai promosi susu formula pada ibu-ibu
di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?

4
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


9. Bagaimanakah hubungan umur terhadap pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
10. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan ibu terhadap ASI eksklusif
di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
11. Bagaimanakah hubungan antara status pekerjaan terhadap ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
12. Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
13. Bagaimanakah hubungan dukungan suami terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
14. Bagaimanakah hubungan dukungan keluarga ibu terhadap pemberian
ASI eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta
Barat ?
15. Bagaimanakah hubungan dukungan mertua terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat ?
16. Bagaimanakah hubungan promosi susu formula terhadap pemberian
ASI eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta
Barat ?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya distribusi umur pada ibu-ibu di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
2. Diketahuinya distribusi pendidikan pada ibu-ibu di Kelurahan
Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
3. Diketahuinya distribusi pekerjaan pada ibu-ibu di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
4. Diketahuinya distribusi pengetahuan mengenai ASI eksklusif pada
ibu-ibu di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.

5
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


5. Diketahuinya distribusi dukungan suami terhadap ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Jakarta Barat.
6. Diketahuinya distribusi dukungan keluarga ibu terhadap ASI eksklusif
di Kelurahan Semanan Kecamatan Jakarta Barat.
7. Diketahuinya distribusi dukungan mertua terhadap ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Jakarta Barat.
8. Diketahuinya distribusi mengenai promosi susu formula pada ibu-ibu di
Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
9. Diketahuinya hubungan umur terhadap pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
10. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu terhadap ASI eksklusif
di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
11. Diketahuinya hubungan antara status pekerjaan terhadap ASI eksklusif
di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
12. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
13. Diketahuinya hubungan dukungan suami terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
14. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga ibu terhadap pemberian
ASI eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta
Barat.
15. Diketahuinya hubungan dukungan mertua terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
16. Diketahuinya hubungan promosi susu formula terhadap pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Bagi Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penentuan kebijakan dan
perencanaan program ASI eksklusif di Kelurahan Semanan sehingga dapat
menjadi masukan dalam mensukseskan program ASI eksklusif.

1.5.2 Manfaat Bagi FKM UI

6
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk
penelitian lebih lanjut terhadap ASI Eksklusif. Penelitian ini juga bermanfaat
untuk memberi gambaran terhadap peneliti lain bahwa cakupan ASI eksklusif
yang rendah masih merupakan masalah.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini mengenai hubungan dukungan keluarga dan faktor-faktor
lainnya dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitan ini dilakukan di Kelurahan
Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat pada April-Mei 2012. Penelitian ini
menggunakan Metode penelitian kuantitatif dengan Disain cross sectional study
mengambil sampel ibu yang memiliki bayi usia 7-12 tahun yang terdaftar di
Kelurahan Semanan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner terstruktur. Selanjutnya dilihat hubungan antara
pengetahuan Ibu, dukungan keluarga, promosi susu formula, umur ibu,
pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.

7
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu


2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi selama enam bulan
pertama kehidupan tanpa memberikan cairan lain , makanan padat, atau air
kecuali vitamin, mineral, dan suplemen obat yang diizinkan. ASI ekslusif
diberikan untuk mencapai kesehatan dan tumbuh kembang optimal ( WHO,
2010).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir
sampai dengan bayi berumur enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak
berusia dua tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai ( Depkes
2004). Sedangkan menurut Roesli (2000) ASI eksklusif adalah hanya memberikan
ASI saja kepada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 6 bulan.

Pemberian ASI eksklusif dapat menyelamatkan 1,5 juta jiwa anak dibawah
lima tahun. WHO dan UNICEF merekomendasikan tiga hal untuk tumbuh
kembang optimal anak. Ketiga hal tersebut adalah inisiasi menyusui dini dengan
durasi 1 jam setelah melahirkan, ASI eksklusif selama 6 bulan dan pemberian
makanan pendamping ASI dan ASI sampai bayi berumur 2 tahun. (WHO, 2010)

ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan dan dapat
dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun (Roesli, 2000). Pemberian ASI selama 6
bulan dapat mencegah kejadian infeksi, diare, dan menghemat pengeluaran
( WHO, 2003). Tiga puluh ribu kematian bayi di Indonesia dapat dicegah dengan
pemberian ASI eksklusif (UNICEF, 2006).

Pemberian ASI berpengaruh terhadap kesehatan bayi dan ibu dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Studi di negara berkembang mengindikasikan
bahwa 6 dari 10 bayi yang tidak mendapatkan ASI dalam satu bulan setelah

8
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


kelahiran meninggal dunia. Anak yang diberikan makanan pengganti ASI
sebelum 6 bulan lebih berisiko terkena diare dan pneumonia (Bachrach, 2003).

Pemerintah Indonesia dalam peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012


telah menetapkan pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak
bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak
berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Dalam
keputusan ini juga pemerintah meminta semua tenaga kesehatan yang bekerja di
saranan pelayanan kesehatan menginformasikan kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk menjalankan ASI eksklusif.
2.1.2 Komposisi ASI
ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam 6 bulan pertama
kehidupan. ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, vitamin dan air. Selain
itu, ASI juga mengandung bioaktif faktor yang dapat mencegah infeksi dan
membantu pencernaan dan penyerapan zat gizi (WHO, 2010).

1. Lemak
Lemak ASI merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena mengandung jumlah lemak yang sehat dan tepat
secara proporsional. Enzim lipase menyebabkan lemak pada ASI mudah dicerna
dan diserap oleh bayi. Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang yang
mengandung omega-3, omega-6, DHA, ARA. Lemak berikatan panjang tersebut
penting untuk pertumbuhan syaraf dan pertumbuhan otak .

Lemak pada ASI juga mengandung kolesterol yang berguna untuk


meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Pada saat pertumbuhan otak yang cepat,
diperlukan kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol dalam ASI juga berfungsi
dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol yang berfungsi untuk
membentuk enzim metabolisme kolesterol sehingga dapat mencegah serangan
jantung dan arteriosclerosis pada usia muda ( Roesli, 2000)
2. Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI. 100 ml ASI mengandung
7 gr laktosa atau 20-30% lebih banyak daripada susu sapi. Laktosa diperlukan
untuk pertumbuhan otak, makin tinggi kadar laktosa pada susu mamalia, maka

9
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


makin besar juga ukuran otaknya. ASI mengandung kadar laktosa yang paling
tinggi dibandingkan susu mamalia lain ( Riordan, 2004).

Karbohidrat dalam ASI juga dapat mencegah infeksi lewat peningkatan


pertumbuhan bakteri baik usus, lactobacillus bifidus dan menghambat bakteri
berbahaya dengan cara fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga
menyebabkan suasana lambung menjadi asam dan menghambat pertumbuhan
bakteri berbahaya.

3. Protein
ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu mamalia lainnya,
baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI mengandung asam amino seimbang
yang cocok untuk bayi. Dalam 100 ml ASI terdapat 0,9 gr protein, jumlah ini
lebih sedikit dibandingkan protein pada mamalia lainnya. Kelebihan protein dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal bayi (WHO, 2009). ASI mengandung protein
khusus yang dirancang untuk tumbuh kembang bayi manusia.

ASI mengandung protein whey dan casein. Whey adalah protein yang halus,
lembut dan mudah dicerna sedangkan kasein adalah protein yang bentuknya
kasar, menggumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara whey dan casein
dalam ASI adalah 60:40 Sedangkan pada susu sapi 20:80. ASI mengandung alfa
lactalbumin sedangkan susu sapi mengandung beta lactoglobulin yang sering
menyebabkan alergi (WHO, 2010)

Selain alfa lactalbumin , protein unik yang dimiliki ASI dan tidak terdapat
dalam susu formula adalah taurin, lactoferin dan lysosom. Taurin diperlukan
untuk perkembangan otak, susunan saraf, dan pertumbuhan retina. Selain Taurin,
protein unik yang adala dalam ASI adalah lactoferin. Lactoferin membiarkan
bakteri usus baik yang menghasilkan vitamin untuk tumbuh dan menghancurkan
bakteri yag jahat. Lisosom merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat
menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000)

10
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


4. Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Walaupun ibunya
mengalami defisiensi vitamin. Mineral berupa besi (Fe) dan Zinc terdapat di ASI
dalam jumlah sedikit, tetapi dengan bioavailibilitas dan penyerapan tinggi.

5. Faktor Pelindung dalam ASI


Faktor Pelindung dalam ASI adalah sel darah Putih dan Immunoglobulin. Sel
Darah Putih Sel ini berguna untuk kekebalan tubuh bayi dan membentuk antibody
yang protektif dalam jumlah yang cukup banyak. Jumlah sel ini secara berangsur-
angsur berkurang setelah bayi memiliki sistem kekebalan bayi yang cukup. Selain
itu, sel-sel ini juga mampu menyalurkan dan menyimpan zat-zat yang penting
seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan immunoglobulin (WHO, 2010).

Immunoglobulin adalah protein yang beredar dan bertugas memerangi infeksi


yang masuk dalam tubuh bayi. Saat antibodi dari ibu turun, antibodi dari ASI akan
meneruskan tugas melindungi bayi sampai sistem antibodi bayi matang (WHO,
2010).

2.1.3 Stadium Laktasi


Stadium Laktasi menurut Roesli (2000) adalah sebagai berikut :

1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan khusus yang disekresikan pada hari prtama
sampai ketiga kelahiran bayi. Cairan ini encer dan berwarna kuning-putih dan
seringkali menyerupai darah daripada susu. Kolostrum mengandung sel hidup
yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit.
Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berguna untuk membersihkan
zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bayi.
Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang.
Kolostrum mengandung 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI yang
matang. Kolostrum memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan ASI biasa
dengan volume 150-300 ml/24 jam .

11
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


2. ASI Transisi
ASI peralihan adalah ASi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi ASI matang. Pada tahap ini, kadar protein makin merendah
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Pada masa ini, volume
ASI semakin meningkat.

3. ASI Matang (mature)


ASI yang keluar pada hari ke-1 dan seterusnya disebut ASI matang. Pada
tahapan ini, volume ASI mulai normal. ASI merupakan makanan terbaik bayi
sampai bayi berumur 6 bulan.

2.1.4 Manfaat ASI


2.1.4.1 Manfaat ASI Bagi Anak
a. Gizi terbaik untuk anak

Air Susu Ibu secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan bayinya. Komposisi
ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi premature berbeda dengan komposisi
ASI pada ibu yang melahirkan secara normal. Komposisi ASI juga disesuaikan
dengan tumbuh kembang bayi. ASI memiiki komposisi yang berbeda di tiap tahap
perkembangan. Hal ini merupakan bentuk adaptasi zat-zat gizi yang dibutuhkan di
awal kehidupan.

ASI yang keluar saat pertama kelahiran sampai hari ke 4-7 berbeda
komposisinya dengan ASI transisi yang keluar di hari ke 4 atau 7 sampai hai ke-
14. Komposisi ini juga berbeda dengan ASI matang setelah hari ke-14. Bahkan
ASI mengalami perubahan komposisi dari menit ke menit. ASI yang keluar pada
menit pertama disebut foremilk sedangkan ASI yang keluar saat aktif menyusui
disebut hindmilk.

ASI memiliki zat gizi ideal yang komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan
bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna baik secara kuantitas maupun
kualitas. Kebutuhan bayi selama 6 bulan sudah tercukupi dengan hanya
mengonsusi ASI. Setelah 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, namun
pemberian ASI dapat diteruskan sampai umur 2 tahun.

12
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


b. Meningkatkan Daya tahan tubuh

Kemampuan bayi untuk membentuk zat antibodi yang banyak ada


umur 9-12 bulan. Saat baru lahir, kekebalan bayi belum mencukupi.
Untuk itu, bayi perlu diberikan ASI untuk mengatasi kesenjangan
antibodi. ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.

Pada awal kelahiran, kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17


kali lebih tinggi dari susu matang. Zat ini melindungi bayi dari penyakit
diare ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi
telinga, batuk dan alergi. Hal inilah yang menyebabkan bayi yang
diberikan ASI eksklusif lebih sehat dibandingkan bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif ( Sears, 2007)

c. Meningkatkan kecerdasan

Pada awal masa perkembangan, bayi membutuhkan zat gizi yang


dibutuhkan untuk optimalisasi fungsi jaringan otak. Bila bayi menderita
kurang gizi kronis pada masa pertumbuhan otak di awal kelahiran, maka
akan terjadi pengurangan jumlah sel otak sebanyak 15-20%.

ASI dilengkapi dengan zat-zat gizi yang berguna unuk


pertumbuhan otak dan tidak didapatkan pada susu formula, yaitu taurin,
laktosa dan asam lemak ikatan panjang. Selain itu, ASI juga mengandung
400 zat gizi yang tidak ada dalam susu formula. ASI merupakan susu
terbaik untuk pertumbuhan otak anak. Sebuah studi pada bayi prematur di
Inggris menunjukkan bahwa bayi premature yang diberikan ASI memiliki
Intelectual Quetion (IQ) lebih tinggi 8,3 poin dibandingkan bayi yang
tidak diberikan ASI ( Sears, 2007). ASI juga dapat meningkatkan
kecerdasan emosional. Pada saat menyusui, terjadi transfer emosi dan
kasih sayang dari ibu ke bayi. Hal ini akan menyebabkan bayi merasa
aman dan nyaman karena merasa dilindungi. Hal ini akan menstimulasi
anak untuk menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki stabilitas emosi.
ASI juga melatih bayi untuk berhubungan dengan manusia lainnya lewat

13
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


peristiwa menyusu. Ha ini akan membuat bayi terbiasa berhubugan
dengan manusia lain dan mendorong bayi adaptif terhadap lingkungan
ketika dewasa (Roeli, 2000).

d. Mencegah Penyakit Degeneratif


Penelitian yang dilakukan di United State pada remaja berusia 9-14
tahun menunjukan bahwa remaja yang kecilnya diberikan ASI eksklusif
memiliki risiko obesitas 22% lebih rendah dibandingkan bayi yang tidak
diberikan ASI eksklusif ( Gilman , NW, et al 2001) . Obesitas akan
meningatkan risiko terkena penyakit tidak menular seperti jantung,
diabetes dan stroke.
e. Manfaat Kesehatan Lainnya

Menurut Sears (2007) pemberian ASI memberikan manfaat untuk


stimulasi penglihatan yang baik, pencegahan infeksi telinga, memiliki
barisan gigi yang kuat, jantung menjadi lebih sehat, proses pencernaan
yang baik, jarang mengalami infeksi usus dan sembelit, memiliki tubuh
yang lebih ramping, terhindar dari diabetes, memiliki kulit yang lebih
sehat, meningkatkan kekebalan tubuh dan memiliki pertumbuhan yang
lebih sehat.

2.1.4.2 Manfaat ASI Bagi Ibu


1. Mengurangi Pendarahan Setelah Melahirkan
Pada ibu yang menyusui, terjadi peningkatan hormon oksitosin yang
berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga pendarahan akan cepat
berhenti. Sebagian besar kematian post natal pada ibu terjadi karena
pendarahan. Oleh karena itu, menyusui dapat menurunkan angka kematian ibu
yang melahirkan.

2. Mengurangi risiko terjadinya anemia


Aktivitas menyusui menyebabkan kontraksi pada otot polos yang
menyebabkan uterus mengecil dan kembli ke bentuk normal. Gerakan
mengecilnya uterus akan mengurangi risiko pendarahan. Pendarahan secara
terus menerus dapat menyebabkan anemia (Garwati, 2010).

14
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


3. Menjarangkan kehamilan
Menyusui secara intensif dan benar dapat menjadi alternatif kontrasepsi
alami bagi ibu karena masa subur ibu dapat tertunda. Selama ibu memberi ASI
dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan ( Roesli,
2000).

4. Mengecilkan Rahim
Proses menyusui membuat hormon oksitosin meningkat sehingga dapat
mempercepat proses pengecilan uterus.

5. Lebih Cepat Ramping


Tubuh mengubah lemak yang tertimbun selama hamil menjadi energi. Saat
menyusui dibutuhkan energi yang cukup. Dengan demikian berat badan ibu
yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil. (Roesli
2000).

6. Mengurangi risiko Kanker


Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Angka kejadian kanker akan
berkurang 25% jika memberikan ASI eksklusif dan menjalankannya sampai
umur 2 tahun. Menyusui juga dapat melindungi ibu dari risiko kanker indung
telur sebesar 20-25%. (Roesli, 2000). Menyusui juga mengurangi risiko kanker
payudara. Penelitian di 6 negara berkembang menunjukan bahwa minimal 20%
ibu yang menyusui terhindar dar kanker payudara. Menyusui dapat mengurangi
risiko kanker payudara dan ovarium pada wanita pra-menopause ( Heining &
Dewey 1997).

7. Lebih Ekonomis
Memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,
perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula yang menguras
uang.

8.

15
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


2.1.4.3 Manfaat ASI Bagi Negara
Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM). Gizi
merupakan faktor yang menentukan kualitas SDM. Zat gizi yang cukup pada
masa bayi dan perkembangan anak sangat dibutuhkan untuk memastikan tumbuh
kembang anak sehingga potensi anak dapat berkembang dan dapat menjadi
sumber daya manusia strategis bagi pembangunan bangsa. Zat gizi pada awal
kehidupan menyebabkan efek jangka panjang pada status kesehatan bayi.
Malnutrisi pada 2 tahun kehidupan bayi menyebabkan stunting, penurunan IQ dan
kapasitas kerja (WHO, 2009) Oleh karena itu, untuk membentuk SDM yang
sehat, pada masa awal pertumbuhan bayi sangat membutuhkan ASI eksklusif
sebagai asupan gizi yang paling baik.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi produksi ASI


1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna,
dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Siregar, 2004) .

Ibu membutuhkan kalori tambahan yang 300-500 kalori per hari untuk
memproduksi ASI. Ibu yang menyusui diajurkan makan dalam porsi yang lebih
banyak dari biasanya. Ibu juga dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan
yang berlemak tinggi dan mengandung gula dan minuman bersoda ( Sears, 2007) ,

Untuk mendapatkan asupan gizi seimbang ibu dapat mengonsumsi kelompok


makanan berikut :

1. Kelompok nasi , roti gandum dan sereal enam porsi sehari


2. Kelompok sayuran 3-5porsi sehari

16
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


3. Kelompok buah 2-4 porsi perhari
4. Kelompok ikan daging, unggas, kacang 2-3 porsi sehari
5. Kelompok susu, yoghurt dan keju 2-3 porsi sehari .

Mengonsumsi makanan dari masing-masing kelompok berarti mengonsumsi


makanan yang mendandung zat-zat gizi seimbang sebagai berikut

1. Karbohidrat; porsi untuk karbohidrat sebesar 50-55% dari total kalori


harian . Porsi utama sumber karbohidrat ini dalam bentuk gula sehat
yang memberikan pelepasan energi secara tetap, terutama dalam
bentuk biji-bijian dan buah.
2. Lemak ; Otak yag sedang tumbuh membutuhkan lemak secara tepat
dan benar. lemak dibutuhkan 30% dari total kalori harian. Otak bayi
tumbuh lebih cepat di tahun pertama. Otak menggunakan 60% dari
total energi yang dikonsumsi bayi dan 60% dai otak adalah lemak.
Lemak didapatkan bayi dari ASI. Protein ( Sears, 2007)
3. Kalsium ; Kalsium diperlukan pada saat kehamilan dan menyusui.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menyusui dapat melindungi
ibu dari osteoporosis . Kalsium yang diambil dari tulang ibu selama
menyusui akan digantikan dengan kepadatan tulang yang lebih baik
setelah masa penyapihan. Ibu bisa mendapatkan kalsium dari keju,
yoghurt, susu, kedelai, ikan, buncis dan brokoli.
4. Zat besi Asupan makanan yang mengandung zat besi penting bagi
ibu, terutama setelah melahirkan. Untuk memperbaiki penyerapan zat
besi dalam makanan , ibu dianjurkan untuk mengonsumsi sumber
vitamin C.

2. Kondisi psikologis Ibu


Faktor Kejiwaan sangat berpengaruh dalam produksi ASI. Perasaan gelisah,
kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional
dapat menyebabkan kegagalan dalam menyusui bayinya. Keadaan ini
mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin (Roesli, 2000)

17
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


3. Pengaruh persalinan dan Klinik bersalin

Banyak Rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar
persalinan dapat berlangsung dengan baik dan menyampingkan Masalah
pemberian ASI. Seringkali makanan pertama yang diberikan justru susu formula.
Hal mempengaruhi persepsi ibu bahwa susu sapi lebih baik dari ASI. Pengaruh
itu akan semakin buruk apabila di sekeliling kamar bersalin dipasang gambar-
gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Siregar, 2004).

4. Penggunaan Alat Kontrasepsi Mengandung Etrogen dan progesteron


Kontrasepsi pil tidak dianjurkan digunakan untuk ibu yang melakukan
program ASI eksklusif. Hal ini karena kontrasepsi pil mengandung hormon
estrogen yang dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat
menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Kontrasepsi yang dianjurkan
adalah kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. AKDR dapat
merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar
hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI ( Siregar,
2004).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif


2.2.1 Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang (Notoadmodjo 2003). Pengetahuan merupakan penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya.

2.2.1.1 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain kognitif yang memiliki 6 tingkatan


(Notoadmodjo, 2003) :

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dalam tahapan ini
seseorang mengingat materi yang telah dipelajari. Materi tersebut mungkin secara
keseluruhan ataupun sesuatu yang spesifik.

18
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang


objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Seseorang yang telah memahami dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari.

d. Analisis (analysis)

Indikator dari anaisis adalah seseorang dapat melakukan pembedaan atau


pengelompokan dari suatu materi.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-


formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Dalam tahapan ini seseorang mampu melakukan penilaian terhadap suatu materi.
Kriteria penilaian dapat diambil dari yang ada sebelumnya atau dibuat sendiri.

2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


(Notoadmodjo, 2003) yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.


Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang.


seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.

19
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


c. Keyakinan

Keyakinan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu


sifatnya positif maupun negatif. Keyakinan berkaitan dengan kepercayaan yang
dianut.

d. Fasilitas

Fasilitas berupa media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Media dapat


berupa media cetak maupun media elektronik.

e. Penghasilan

Penghasilan berpengaruh tidak langsung terhadap pengetahuan seseorang. Bila


seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan
atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial Budaya

Budaya dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan,


persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.2.2 Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu berhubungan dengan
pola pemberian ASI eksklusif (Yuliandarin, 2009). Hal yang sama disampaikan
Wardah (2003) bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif.
2.2.3 Pekerjaan Ibu
Pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu
yang tidak bekerja berpeluang memberikan ASI eksklusif 16,4 kali dibandingkan
ibu yang bekerja (Yuliandarin, 2009). Dunia kerja akan mengubah peran ibu
dalam mengasuh anak. Sedikitnya lama cuti pasca melahirkan dan jam kerja
yang panjang menjadi faktor beralihnya ibu ke susu formula dan ibu menyapih
anak (Andini, 2006).
2.2.4 Usia Ibu
Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui bayinya
dengan ASI yang cukup sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara usia

20
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


ibu dengan pemberian ASI eksklusif (Lestarie, 2004). Proporsi pemberian ASI
eksklusif paling banyak pada ibu berusia muda lebih besar dari proporsi
pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia tua (Yuliandarin, 2009).

2.2.5 Kondisi kesehatan Ibu dan bayi


Hampir semua ibu dapat menyusui bayinya sejak awal kelahiran bayi
hingga 6 bulan dan meneruskan menyusui hingga usia 2 tahun (WHO, 2009).
Namun, sejumlah kecil kondisi kesehatan ibu dan bayi dapat membenarkan alasan
ibu tidak menyusui secara permanen atau sementara. Berdasarkan Peraturan
pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang ASI, Setiap ibu harus memberikan ASI
eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya terkecuali jika Ibu tersebut mengalami
indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi. Indikasi medis yang tidak
memungkinkan pemberian ASI eksklusif antara lain :

a. Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus, yaitu Bayi
dengan kriteria:
1. Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula khusus bebas
galaktosa;
2. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple (maple syrup urine
disease), diperlukan formula khusus bebas leusin, isoleusin, dan valin;
dan/atau
3. Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus bebas fenilalanin,
dan dimungkinkan beberapa kali menyusui, di bawah pengawasan.
b. Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama jangka waktu
terbatas, yaitu:
1. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu lima ratus) gram
(berat lahir sangat rendah);
2. Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia kehamilan yang
sangat prematur; dan/atau
3. Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia berdasarkan gangguan adaptasi
metabolisme atau peningkatan kebutuhan glukosa seperti pada Bayi
prematur, kecil untuk umur kehamilan atau yang mengalami stress
iskemik/intrapartum hipoksia yang signifikan, Bayi yang sakit dan Bayi

21
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


yang memiliki ibu pengidap diabetes, jika gula darahnya gagal merespon
pemberian ASI baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI Eksklusif karena harus
mendapat pengobatan sesuai dengan standar. Kondisi ibu tersebut antara lain:
a. ibu yang dapat dibenarkan alasan tidak menyusui secara permanen karena
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus.
b. ibu yang dapat dibenarkan alasan menghentikan menyusui sementara waktu
karena:
1. penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat Bayi, misalnya sepsis
(infeksi demam tinggi hingga tidak sadarkan diri);
2. infeksi Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) di payudara; kontak langsung
antara luka pada payudara ibu dan mulut Bayi sebaiknya dihindari sampai
semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas;
3. pengobatan ibu:
a) obat-obatan psikoterapi jenis penenang, obat anti–epilepsi dan opioid dan
kombinasinya dapat menyebabkan efek samping seperti mengantuk dan depresi
pernapasan dan lebih baik dihindari jika alternatif yang lebih aman tersedia;
b) radioaktif iodine–131 lebih baik dihindari mengingat bahwa alternatif yang
lebih aman tersedia, seorang ibu dapat melanjutkan menyusui sekitar 2
(dua) bulan setelah menerima zat ini;
c) penggunaan yodium atau yodofor topikal misalnya povidone–iodine secara
berlebihan, terutama pada luka terbuka atau membran mukosa, dapat
menyebabkan penekanan hormon tiroid atau kelainan elektrolit pada Bayi yang
mendapat ASI dan harus dihindari; dan
d) sitotoksik kemoterapi yang mensyaratkan seorang ibu harus berhenti menyusui
selama terapi.
2.2.6 Manajeman Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui ( Siregar, 2004). Kegiatan ini dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Menurut Siregar (2004), upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

22
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


2.2.3.1 Pada masa Kehamilan (antenatal)

Mendapatkan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,


manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian
susu botol.

a. Memeriksakan kesehatan, kehamilan dan payudara apakah ada kelainan


atau tidak. Disamping itu perlu pemantauan terhadap kenaikan berat
badan ibu Hamil penting dilakukan
b. Merawat payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
c. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Diperlukan
dukungan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

2.2.3.2 Pada masa Prenatal

a. Petugas kesehatan memberikan kesempatan ibu untuk menyusui 1 jam


setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar,
yakni mengenai posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
b. Petugas kesehatan membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu
selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S1) dalam
waktu dua minggu setelah melahirkan.

2.2.3.3 Pada masa Post natal

a. Ibu memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi. Ibu memerlukan


makanan 1½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas
sehari.
b. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
c. Dukungan suami dan keluarga penting untuk meningkatkan kepercayaan
diri ibu

23
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


d. Ibu segera merujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan
apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai
demam.

e. Ibu menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta


pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.

2.2.7 Promosi Susu Formula


2.2.4.1 Definisi promosi Susu Formula

Promosi merupakan bentuk dari komunikasi pemasaran dalam bentuk


serangkaian aktivitas-aktivitas yang menyeluruh untuk memasarkan sesuatu baik
untuk tujuan finansial maupun finansial (Shimp, 2003). Tujuan Promosi menurut
Kotler (2005) adalah mengkomunikasikan manfaat dari produksnya, membujuk
dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut.

Susu formula adalah susu yang dibuat khusus untuk bayi yang kandungannya
menyerupai dengan kandungan Air Susu Ibu (ASI), tetapi tidak seluruh zat gizi
yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh bayi. Susu formula dibuat dengan
menggunakan ASI sebagai patokan nutrisi bergizi dan diproduksi secara
komersial ( Sears, 2007)

Susu Formula adalah susu pengganti ASI yang diformulasikan secara


industri sesuai dengan standar CODEX Alimentarius yang berlaku, untuk
memenuhi persyaratan nutrisi normal bayi sampai berumur antara empat dan
enam bulan dan disesuaikan dengan karakteristik fisiologis mereka (WHO,
1981)

Promosi Susu formula adalah bentuk komunikasi penjualan, penggunaan


produk susu formula yang diperoleh ibu melalui iklan, sampel yang diberikan
kepada bayi, gambar atau komunikasi verbal yang diterima ( Shimp, T.A, 2003)

2.2.4.2 Bentuk promosi Susu Formula

Strategi yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya


disebut strategi bauran promosi (Promotion Mix) . Strategi bauran promosi terdiri

24
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


dari 5 komponen utama yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat , penjualan perorangan dan pemasaran langsung (Priyadi, 2008).

Tabel 2.1 : Sarana Komunikasi Bauran Promosi

Iklan Promosi Hubungan Penjualan Pemasaran


penjualan masyarakat pribadi Langsug
 Iklan  Kontes  Peralatan pers  Presentasi  Katalog
cetak dan Permainan  Ceramah pemasaran  Surat
siaran  Undian,  Seminar  Pertemuan  Telemarketing
 Kemasan Lotere  Laporan penjualan  Belanja
luar  Cenderamata tahunan  Contoh elektronik
 Sisispan dan hadiah  Sumbangan produk  Belanja TV
kemasan  Contoh amal  Pekan raya  Surat teks
film produk  Peran sebagai dan  Email
 Brosur  Pekan Raya sponsor pameran  Voice mail
dan dan Pameran  Pemberitahuan dagang
booklet dagang  Hubugan
 Poster  Peragaan lingkungan
dan  Kupon tetangga
leaflet  Diskon  Lobi
 Brosur  Pembiayaan  Majalah
dan bunga rendah perusahaan
booklet  Hiburan  Acara-acara
 Direktori  Potongan
 Cetak harga tukar
langsung tambah
iklan  Program
 Reklame berkelanjutan
 Bahan  Promosi
audiovisu bersama
al
 Simbol
dan logo
 Video
Sumber: Philips Kotler 2005. Manajemen Pemasaran Jilid Satu. Edisi Kesebelas. Jakarta :
Gramedia

2.4.2.3 Peraturan mengenai susu formula

Peraturan mengenai promosi susu formula diatur dalam peraturan pemerintah


nomor 32 tahun 2012 tentang ASI eksklusif menetapkan bahwa produsen atau
distributor susu formula Bayi dan dilarang melakukan kegiatan yang dapat
menghambat program pemberian ASI Eksklusif berupa:

25
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


a. pemberian contoh produk Susu Formula Bayi secara cuma-cuma atau bentuk
apapun kepada penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tenaga
Kesehatan, ibu hamil, atau ibu yang baru melahirkan;

b. penawaran atau penjualan langsung Susu Formula Bayi ke rumah-rumah;

c. pemberian potongan harga atau tambahan atau sesuatu dalam bentuk apapun
atas pembelian Susu Formula Bayi sebagai daya tarik dari penjual;

d. penggunaan Tenaga Kesehatan untuk memberikan informasi tentang Susu


Formula Bayi kepada masyarakat; dan/atau
e. pengiklanan Susu Formula Bayi yang dimuat dalam media massa, baik cetak
maupun elektronik, dan media luar ruang.
2.2.8 Status Ekonomi dan Demografi
Berdasarkan RISKESDAS 2010, terdapat hubungan antara tingkat
pengeluaran per kapita rumah tangga dengan pemberian ASI eksklusif di
kelompok bayi 0-1 bulan, 2-3 bulan maupun 4-5 bulan. Semakin tinggi tingkat
pengeluaran seseorang maka semakin sedikit presentase pemberian ASI.

Menurut RIKESDAS 2010, Cakupan ASI juga lebih tinggi di daerah


pedesaan dibandingkan daerah perkotaan. Presentase pemberian ASI di daerah
perkotaan pada usia 0-1 bulan sebanyak 41,7% dan semakin menurun pada bayi
berusia 2-3 bulan (34,8%) dan umur 4-5 bulan (26,9%).
2.2.9 Kebijakan Nasional dan Internasional
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan pemerintah Nomor 33
tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini bertujuan untuk
menjamin pemenuhan hak bayi mendapatkan ASI ekklusif sejak dilahrkan hingga
berusia 6 bulan dan untuk meningkatkan peran dan dukungan keluarga,
masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif.

Secara international WHO telah mengeluarkan International Code of


Marketing of Breastmilk Subtitudes pada tahun 1981 yang mengatur mengenai
penggunaan makanan pengganti ASI.

26
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


2.2.10 Dukungan Keluarga
Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Menurut Effendy (1998) keluarga memiiki tugas di bidang kesehatan


sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Perubahan sekecil apapun yang dalami keluarga, secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua. Masalah kesehatan yang
tidak ditangani dengan segera dapat menguras dana keluarga.
2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat diatasi
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Keluarga dapat mengambil peran merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan keehatan. Namun jika gangguan kesehatan
semakin parah, perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga.

Dukungan keluarga merupakan salah satu unsur penting menyukseskan


ASI eksklusif. Dukungan keluarga akan menambah rasa percaya diri dan
meningkatkan motivasi. Interaksi positif dengan keluarga akan menghasilkan
kasih sayang dan dukungan moril.

27
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Hasil penelitian Abdul (2010) membuktikan bahwa dukungan keluarga
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif oleh ibu. Senada dengan hal
tersebut, penelitian Simbolon (2011) juga menguatkan bukti bahwa dukungan
keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Dukungan keluarga,
terbukti berpengaruh secara emosional. Dukungan merupakan bagian dari
membangun kepercayaan . Selain meningkatkan kepercayaan diri, dukungan juga
meningkatkan kepercayaan atas hubungan diantara pasangan.
2.2.10.1 Dukungan suami
Dukungan suami merupakan faktor penting terhadap keberhasilan ASI
eksklusif. Dukungan suami dibutuhkan mulai dari hamil sampai menyusi.
Kepercayaan suami aka keberhasilan ibu dalam menyusui serta kemampuan
suami memberikan informasi mengenai ASI dapat menghilangkan kendala yang
ada dan merubah keadaan psikologis ibu. Keadaan psikologis ibu berpengaruh
besar terhadap keberhasilan ibu menyusui secara eksklusif (NMAA, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliandarin (2009) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif. Ibu yang mendapat dukungan suami yang baik berpeluang 12,98 kali
lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang memiliki dukungan
suami yang rendah.
2.2.10.2 Dukungan Keluarga Ibu
Penelitian yang dilakukan Dykes (2003) di North West of England
menyatakan bahwa terdapat dukungan keluarga ibu berpengaruh positif terhadap
perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu membutuhkan dukungan emosional,
informasi dan bantuan dari keluarganya. Senada dengan hal tersebut, penelitian
yang dilakukan oleh Ingram (2004) di South Bristol, , United Kingdom
menyatakan bahwa dukungan keluarga ibu penting untuk mendukung pemberian
ASI eksklusif. Keluarga ibu berperan dalam pemberian informasi dan bantuan
praktis dalam menyusui .
2.2.10.3 Dukungan Mertua
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ida (2012) di Kelurahan Kemiri
Muka, Depok, terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu
dan mertua dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh

28
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Ingram (2004) dengan metode kualitatif berupa focus group discussion dan
wawancara dengan 10 orang mertua di South Bristol, ,United Kingdom
menyatakan bahwa dukungan mertua berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif.
2.2.11 Pelayanan Kesehatan
Dukungan dari pelayanan kesehatan diperlukan untuk mendukung ibu
memberikan ASI eksklusif.. Dukungan dari pelayanan kesehatan berupa informasi
mengenai menyusui selama kehamilan dan setelah bayi lahir. Pemerintah telah
mengeluarkan “Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui” dalam
Kepmenkes RI No. 450 tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara
sksklusif pada Bayi di Indonesia. Langkah-langkah tersebut adalah
1. Memiliki kebijakan tertulis mengenai menyusui yang disampaikan dan
diketahui oleh semua staf pelayanan kesehatan.
2. Melatih stad pelayanan kesehatan agar mematuhi kebijakan tersebut.
3. Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil mengenai manfaat dan tata
laksana menyusui.
4. Membantu ibu yang melahirkan untuk melakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD).
5. Memberi informasi kepada ibu mengenai cara menyusui dan cara tetap
menyusi meskipun ibu terpisah dari bayinya.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI pada bayi
yang baru lahir, kecuali bila diperlukan (ada indikasi medis).
7. Melaksanakan rawat gabung untuk memungkinkan ibu dan bayi tetapi
bersama selama 24 jam.
8. Medukung ibu agar memberikan ASI kepada bayinya sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan bayinya.
9. Menghindari pemberian dot kepada bayi.
10. Bekerja sama dengan kelompok pendukung menyusui (KP-ASI) dan
menganjurkan ibu yang pulang sehabis melahirkan untuk berhubungan
dengan KP-ASI tersbut.

29
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


30
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori


Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pad model PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and
Evaluation) yang dikembangkan oleh Green (1980). Teori PRECEDE
menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan ada 3 faktor
yaitu predisposing, enabling, dan reinforcing. Setiap faktor tersebut memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap perilaku.
a. Predisposing factors atau faktor predisposisi merupakan faktor yang
memberikan motivasi terhadap perilaku. Faktor predisposisi
diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai. Umur, status
ekonomi, jenis kelamin, dan besarnya keluarga yang merupakan
variabel demografi juga merupakan faktor predisposisi, namun
variabel tersebut diluar pengaruh langsung terhadap program
pendidikan kesehatan.
b. Enabling factors atau faktor pendukung merupakan faktor yang
memungkinkan motivasi atau aspirasi untuk diarealisasikan. Faktor ini
termasuk di dalamnya adalah skil personal dan sumber-sumber seperti
halnya sumber dari komunitas. Beberapa sumber-sumberyang
termasuk dalam faktor pendukung ini adalah fasilitas pelayanan
kesehatan, sekolah, klinik, dan lain-lain. Akses terhadap sumber
tersebut juga merupakan bagian dari faktor pendukung.
c. Reinforcing factors atau faktor pendorong merupakan faktor yang
memberikan dukungan untuk perilaku yang dilakukan. Dukungan yang
diberikan dapat berupa dukungan positif atau negatif tergantung pada
perilaku setiap orang, beberapa orang bisa lebih mempengaruhi yang
lainnya. Faktor ini termasuk di dalamnya adalah sosial.

31
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Berdasarkan modifikasi Green dalam WHO 2003, faktor yang mempengaruhi
pilihan ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan ibu, kondisi
kesehatan Ibu dan bayi, dukungan selama kehamilan persalinan dan setelah
bersalin, dukungan keluarga dan teman dan faktor pelayanan kesehatan.
Sedangkan faktor keluarga, sikap, budaya dan norma kebijakan internasional dan
nasional serta promosi susu formua menjadi determinan pokok pemberian ASI
eksklusif.

Faktor Predisposisi

- Pengetahuan
- Usia
- Pekerjaan
- Pendidikan
- Demografi
- Kesehatan Ibu dan anak

Faktor Pemungkin

- Ketersediaan pelayanan
kesehatan Pemberian ASI
- Promosi Susu Formula
- Ketrampilan yang berkaitan
Eksklusif
dengan kesehatan (Manajeman
laktasi

Faktor Penguat
- Dukungan suami
- Dukungan keluarga ibu
- Dukungan mertua
- Dukungan tenaga
kesehatan
- Kebijakan nasional
- Kebijakan internasional

- Majikan
- Petugas kesehatan
Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Green lawrence dan Marshall W. Kreuter, 1980
32
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


3.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori dari teori PRECEDE (Green dan Kreuter,
1980), maka didapatkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut.

Faktor Predisposisi

- Pengetahuan ibu mengenai


ASI eksklusif
- Tingkat pendidikan ibu
- Usiaibu
- Pekerjaan Ibu

Faktor Pendukung
Pemberian ASI eksklusif
- Promosi susu formula

Faktor Penguat

- Dukungan suami
- Dukungan keluarga ibu
- Dukungan mertua
-

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian


Variabel dependent dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif ,
sedangkan variabel independent terdiri dari 3 faktor yang mempengaruhi ASI
yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat. Faktor
predisposisi dalam penelitian ini adalah pengethauan ibuu, Pendidikan ibu, usia
ibu dan pekerjaan ibu. Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah promosi susu
formula dan faktor penguat dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga yang
terdiri dari dukungan suami, dukungan keluarga ibu dan dukungan mertua.

33
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


3.3 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini variabel dependen yang akan diteliti adalah pemberian ASI eksklusif sedang variabel independen yang akan
diteliti adalah sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah pengetahauan ibu, Pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu, promosi susu
formula , dukungan suami, dukungan keluarga ibu dan dukungan mertua.

No. Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Referensi
ukur
1. Pemberian Pemberian ASI saja selama enam bulan Wawancara kuesioner Ordinal (WHO,
pertama kehidupan tanpa memberikan 0 : ibu tidak memberikan ASI
ASI eksklusif 2006)
cairan lain berupa makanan padat atau eksklusif sampai dengan 6 bulan
air kecuali vitamin, mineral dan
suplemen obat yang diizinkan 1 : ibu memberikan ASI eksklusif
sampai dengan 6 bulan.

2. Pengetahuan Hal hal yang diketahui atau tidak Wawancara Kuesioner Dari semua pertanyaan yang ada Ordinal Khomsan,
diketahui ibu terkait lama pemberian di variabel pengetahuan akan
Ibu 2000
ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI, dijumlahkan nilai jawaban
hal yang menyebabkan banyak responden. Jumlah nilai komponen
sedikitnya ASI, zat gizi ASI, kolostrum pengetahuan tentang ASI eksklusif
dan manfaatnya, susu formula ini adalah 35. Kemudian nilai
dibandingkan dengan ASI, seberapa keseluruhan pengetahuan masing-
sering seorang bayi disusui, tanda-tanda masing dikelompokkan menjadi 3
anak telah cukup minum ASI dan cara kategori yaitu pengetahuan baik,
terbaik memperbanyak ASI. sedang dan kurang

35
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


0 = Kurang, Jika jumlah jawaban
benar kurang dari 60% ( kurang
dari 21 pertanyaan dijawab benar).

1 = Sedang : Jika jumlah jawaban


benar antara 60%-80% ( 21-28
pertanyaan dijawab benar).

2 = Baik : Jika jumlah jawaban


benar lebih dari 80% ( 28
pertanyaan dijawab benar).
3. Umur Ibu Umur ibu pada saat penelitian yang Wawancara Kuesioner Ordinal Jajuli
dinyatakan dalam tahun menurut 0 =: Jika umur ibu kurang dari 20
(2007)
pengakuan ibu. Kemudian selanjutnya tahun atau lebih dari 35 tahun.
uur tersebut dikelompokkan. dalam Ida
1 = jika umur ibu antara 20-35
(2012)
tahun
4. Pendidikan Tingkat sekolah formal yang pernah Wawancara Kuesioner Pendidikan tersebut Ordinal Kemen
diselesaikan ibu menurut pengakuan ibu dikelompokkan menjadi tinggi dan
Ibu dikbud
rendah.

0 = Rendah : Jika pendidikan


kurang dari sama dengan SMP

1 = Tinggi : jika pendidikan lebih


atau sama dengan SMA

36
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


5. Pekerjaan Ibu Kegiatan yang dilakuakn atau tidak Wawancara Kuesioner 0 = Tidak bekerja Ordinal
dilakukan untuk memperoleh 1 = Bekerja
penghasilan/ uang menurut pengakuan
ibu
6. Dukungan Pengaruh positif yang diberikan oleh Wawancara Kuesioner Dari semua pertanyaan yang ada di Ordinal
suami berupa anjuran dan bantuan variabel dukugan suami akan
Suami
praktis kepada ibu dalam hal pemberian dijumlahkan nilai jawaban
ASI menurut pengakuan ibu. Bentuk responden. Jumlah nilai komponen
dukungan yang ditanyakan adalah dukungan suami ini adalah 9.
dorongan untuk menyusui sesegera Kemudian nilai keseluruhan
mungkin, mencari informasi mengenai dukungan suami masing-masing
menyusui, mengurangi kelelahan, dikelompokkan menjadi 3 kategori
memberikan minuman lain kepada bayi yaitu dukungan baik, sedang dan
sebelum berumur 6 bulan pertama, kurang .
membantu ibu menggantikan popok
bayi, membantu ibu mengerjakan 0 = Kurang, Jika jumlah jawaban
pekerjaan rumah tangga, terbangun di benar kurang dari 60% ( kurang
malam hari dan saran untuk dari 5 pertanyaan dijawab benar).
memberikan ASI eksklusif.
1= Sedang, Jika jumlah jawaban
benar antara 60%-80% ( 4-5
pertanyaan dijawab benar).

2= Baik, Jika jumlah jawaban


benar lebih dari 80% (lebih dari 5
pertanyaan dijawab benar).
7. Dukungan Pengaruh positif yang diberikan oleh Wawancara Kuesioner Dari semua pertanyaan yang ada di
keluarga ibu berupa anjuran dan variabel dukungan keluarga ibu

37
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Keluarga Ibu bantuan praktis kepada ibu dalam hal akan dijumlahkan nilai jawaban
pemberian ASI menurut pengakuan ibu. responden. Jumlah nilai komponen
Bentuk dukungan yang ditanyakan dukungan keluarga ibu ini adalah
adalah dorongan untuk menyusui 9. Kemudian nilai keseluruhan
sesegera mungkin, mencari informasi dukungan keluarga ibu masing-
mengenai menyusui, mengurangi masing dikelompokkan menjadi 3
kelelahan, memberikan minuman lain kategori yaitu dukungan baik,
kepada bayi sebelum berumur 6 bulan sedang dan kurang .
pertama, membantu ibu menggantikan
popok bayi, membantu ibu mengerjakan 0 = Kurang, Jika jumlah jawaban
pekerjaan rumah tangga, terbangun di benar kurang dari 60% ( kurang
malam hari dan saran untuk dari 5 pertanyaan dijawab benar).
memberikan ASI eksklusif.
1= Sedang, Jika jumlah jawaban
benar antara 60%-80% ( 4-5
pertanyaan dijawab benar).

2= Baik, Jika jumlah jawaban


benar lebih dari 80% (lebih dari 5
pertanyaan dijawab benar).
8. Dukungan Pengaruh positif yang diberikan oleh Wawancara Kuesioner Dari semua pertanyaan yang ada di
mertua berupa anjuran dan bantuan variabel dukungan mertua akan
Mertua
praktis kepada ibu dalam hal pemberian dijumlahkan nilai jawaban
ASI menurut pengakuan ibu. Bentuk responden. Jumlah nilai komponen
dukungan yang ditanyakan adalah dukungan mertua ini adalah 9.
dorongan untuk menyusui sesegera Kemudian nilai keseluruhan
mungkin, mencari informasi mengenai dukungan mertua masing-masing
menyusui, mengurangi kelelahan, dikelompokkan menjadi 3 kategori

38
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


memberikan minuman lain kepada bayi yaitu dukungan baik, sedang dan
sebelum berumur 6 bulan pertama, kurang .
membantu ibu menggantikan popok
bayi, membantu ibu mengerjakan 0 = Kurang, Jika jumlah jawaban
pekerjaan rumah tangga, terbangun di benar kurang dari 60% ( kurang
malam hari dan saran untuk dari 5 pertanyaan dijawab benar).
memberikan ASI eksklusif.
1= Sedang, Jika jumlah jawaban
benar antara 60%-80% ( 4-5
pertanyaan dijawab benar).

2= Baik, Jika jumlah jawaban


benar lebih dari 80% (lebih dari 5
pertanyaan dijawab benar).
9. Promosi Susu Pernah atau tidak pernah ibu Wawancara Kuesioner 0 = Ada promosi susu formula Ordinal
mendapatkan promosi susu formula 1 = Tidak ada promosi susu
Formula
berupa sampel dan infomasi baik saat formula
hamil ataupun sebelum bayi berusia 6
bulan ataupun tindakan memberikan
susu formula kepada bayi di tempat
persalinan

39
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


3.4 Hipotesis

1. Adanya hubungan antara pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI


Eksklusif di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
2. Adanya hubungan antara usia Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
3. Adanya hubungan antara pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
4. Adanya hubungan antara pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
5. Adanya hubungan antara dukungan suami dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
6. Adanya hubungan antara dukungan keluarga ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
7. Adanya hubungan antara dukungan mertua dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.
8. Adanya hubungan antara promosi susu formula dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Semanan, kecamatan kalideres pada tahun 2012.

40
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Disain Penelitian


Penelitian ini menggunakan Disain penelitian kuantitatif dengan metode cross
sectional untuk mengetahui hubungan pendidikan, usia, pekerjaan, pengetahuan,
dukungan keluarga dan promosi susu formula terhadap pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Semanan, Jakarta Barat pada tahun 2012. Pengumpulan data
variabel independen dan dependen dilakukan melalui wawancara langsung dengan
responden menggunakan alat bantu kuesioner.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kelurahan Semanan Kecamatan
Kalideres Jakarta Barat dengan waktu penelitian pada bulan April 2012 sampai
Mei 2012.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
usia 7-12 bulan di Kelurahan Semanan tahun 2012.

4.3.2 Sampel
Pada penelitian ini yang akan dijadikan sampel adalah ibu yang memiliki
anak usia 7 bulan sampai 12 bulan yang berdomisili di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres jakarta Barat yang memenuhi kriteria inklusi sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan .
Kriteria yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
a. Ibu yang memiliki anak berusia 6-12 bulan yang melahirkan di sarana
pelayanan kesehatan
b. Ibu Berdomisili di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
c. Bayi yang dimiliki ibu saat lahir dalam kondisi sehat, tidak ada kesulitan
menghisap akibat kelainan pada rongga mulut, tidak prematur.
d. Ibu saat postpartum sehat, tidak mengalami sepsis.

41
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


e. Responden tidak mengalami gangguan komunikasi dan bersedia
diwawancarai.

Kriteria eksklusi responden dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu yang memiliki bayi yang mengalami kesulitan menghisap akibat


kelainan pada rongga mulut, lahir prematur.

b. Ibu yang mengalami penyakit parah yang menghalangi merawat Bayi,


misalnya sepsis.
4.3.3 Besar Sampel
Penentuan besar sampel penelitian ini menggunakan hasil uji hipotesis
penelitian lain. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis beda proporsi pengajuan
dua sisi ( Lemeshow , et al, 1997).

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini

Z1- : Nilai gambaran normal baku pada derajat kepercayaan 95% (1,96)

Z1-β : Nilai gambaran normal baku pada kekuatan uji β = 80%

P0 : Proporsi ibu dengan variabel yang dinilai positif yang memberikan ASI
eksklusif

P1 : Proporsi ibu dengan variabel yang dinilai negatif yang memberikan ASI
eksklusif

Dari penelitian sebelumnya digunakan software sample size WHO


Hipothesis test for two population proportion dengan kekuatan uji β = 80%
didapatkan hasil hitung jumlah sampel seperti tabel dibawah ini:

42
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Tabel 4.1

Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Variabel P1 P2 n Sumber


1. Pengetahuan Ibu 73,7 51,5 75 Heninglarasati, 2011
2. Dukungan 33,3 10,3 64 Aritonang, 2011
keluarga
3. Promosi Susu 18,8 54,5 27 Ihsani , 2011
Formula

Berdasarkan hasi perhitungan jumlah sampel diatas,didapatkan jumlah


sampel sebanyak 75 orang. Untuk mengantisipasi kekurangan sampel akibat
kendala yang terjadi di lapangan, peneliti menambah sampel sebanyak 10%
sehingga jumlah sampel menjadi 81,5 dan dibulatkan menjadi 82 sampel.
4.3.4 Teknik penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Simple random sampling
menggunakan data ibu yang mengunjungi posyandu pada 3 bulan terakhir. Data
tersebut memuat informasi mengenai nama bayi, umur bayi, nama orang tua dan
alamat. Dari data tersebut, peneliti mengambil data ibu yang memiliki anak usia
6-12 bulan. Setelah itu, peneliti melakukan pengocokan untuk menentukan 82
orang ibu yang menjadi responden.

Data ibu terpilih dikonfirmasi kepada kader poyandu di lokasi penelitian


untuk mengetahui lokasi rumah responden Untuk pengambilan data, peneliti
mendatangi rumah responden. Apabila pengambilan data bersamaan dengan
jadwal kegiatan posyandu, peneliti menemui responden di posyandu.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Sumber Data
Penelitian ini meggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
didapat dari hasil wawancara dengan responden mengenai tingkat pengetahuan,
dukungan keluarga dan promosi susu formula dan ASI eksklusif. Sedangkan data
sekunder yang dikumpulkan berupa data cakupan ASI eksklusif dan gambaran

43
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


umum kesehatan di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres yang diambil dari
profil kesehatan Kelurahan Semanan tahun 2011.
4.4.2 Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner untuk mengumpulkan
data pemberian ASI eksklusif, umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan
ibu,tingkat pengetahuan ibu, dukungan suami, dukungan keluarga ibu, dukungan
mertua dan promosi susu formula .

Kuesioner yang akan digunakan merupakan kuesioner yang sudah di


modifikasi dari kuesioner penelitian Aritonang (2011), Ihsani (2011) dan Ida
(2012)
4.4.3 Cara pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan peneliti bersama dengan 3 mahasiswa gizi
FKM UI dan kader Posyandu setempat yang sebelumnya telah dijelaskan tentang
petunjuk pengisian kuesioner.
4.5 Manajeman Data
Proses pengolahan dan Analisis data melalui dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :

1. Editing ; Tahapan pertama dari pengolahan dan analisis data adalah


penyuntingan (editing ) . Editing diperlukan untuk memastikan kebersihan
data , artinya data tersebut telah terisi, konsisten, relevan dan dapat dibaca
dengan baik. Dalam penelitian ini, editing dilakukan dengan mengecek
kelegkapan jawaban kuesioner.
2. Coding ; dilakukan agar data mentah dapat tersusun sistematis dan
mempermudah pengolahan data selanjutnya dengan merubah data
berbentuk huruf menjadi berbentuk angka atau dengan klasifikasi
pemberian kode pada jawaban. Berikut ini pengkodean kuesioer.
 ASI eksklusif

0 : ibu tidak memberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan


1 : ibu memberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.

44
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


 Pengetahuan Ibu

0 = pengetahuan Kurang

1 = pengetahuan Sedang

2 = pengetahuan Baik

 Umur Ibu

0 = Jika umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

1 = jika umur ibu antara 20-35 tahun

 Pendidikan Ibu

0 = Rendah : Jika pendidikan kurang dari sama dengan SMP

1 = Tinggi : jika pendidikan lebih atau sama dengan SMA

 Status Pekerjaan Ibu

0 = Tidak bekerja

1 = Bekerja

 Dukungan Suami

0 = Kurang

1= Sedang

2= Baik

 Dukungan Keluarga Ibu

0 = Kurang

1= Sedang

2= Baik

45
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


 Dukungan Mertua

0 = Kurang

1= Sedang

2= Baik

 Promosi Susu Formula

0 = Ada promosi susu formula

1 = Tidak ada promosi susu formula

3. Data entry; memasukkan data hasil wawancara ke dalam sofware statistik


untuk dianalisis.

4. Data Cleaning; pembersihan data dilakukan dengan cara melihat


gambaran frekuensi dari variabel-variabel dan menilai kelogisannya.

4.6 Analisis Data


Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis Univariat
dan Bivariat.

1. Analisis Univariat
Analisis dilakukan terhadap variabel dependen dan independen .
hasil analisis berupa gambaran dan presentase dari tiap-tiap variabel.
2. Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan
antar variabel independen dengan dependen berdasarkan batas nilai
kemaknaan alpha 5%, artinya, bila p-value < alpha 5%, maka disimulkan
hipotesis ditolak atau ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
variabel independen dan dependen . Selain itu, analisis ini dapat melihat
tingkat risiko variaabel independen terhadap variabel independen dengan
melihat nilai OR nya. Rumus chi square yang digunakan adalah sebagai
berikut :

46
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Keterangan :

X2 : Nilai Chi-Kuadrat

f0 : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh : Frekuensi yang diharapkan

Ʃ : Jumlah (Sabri dan Hastono, 2009)

47
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Kelurahan Semanan merupakan satu dari 56 kelurahan yang ada di
Jakarta Barat dan merupakan bagian dari Kecamatan Kalideres. Kelurahan ini
memiliki luas wilayah 598 hektar dengan jumlah penduduk 58.847 jiwa.
Kelurahan ini memiliki 11 Rukun Warga (RW) dengan 116 Rukun Tetangga (RT)
dan 14.957 kepala keluarga. Batas-batas geografis Kelurahan Semanan adalah
sebagai berikut.
 Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Moukervart dan Kelurahan
Kalideres
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Duri Kosambi dan Kota
Tangerang
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tangerang dan Kelurahan
Poris Gaga
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Duri Kosambi

Gambar 5.1
Peta Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat
Sumber : Profil Kelurahan Semanan

48
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Kelurahan Semanan memiliki 2 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yaitu Puskesmas Semanan 1 yang berlokasi di RW 03 dan
Puskesmas Semanan 2 yang berlokasi di RW 07. Puskesmas Semanan 1
membawahi RW 01, RW 02, Rw 05, RW 06, RW 07 dan RW 10, sedangkan
puskesmas Semanan 2 membawahi RW 03, RW 04, RW 08, RW 09 dan RW 11.
Kelurahan Semanan Memiliki 19 Posyandu.

Tabel 5.1 Jadwal Pelayanan Posyandu di Kelurahan Semanan


RW Nama Posyandu Jadwal Pelayanan
01 Anyelir I Selasa pekan ke-2
Anyeir II Rabu pekan ke-4
02 Kenanga Selasa pekan ke-2
03 Melati I Selasa pekan ke-4
Melati II Rabu Pekan ke-4
Melati III Kamis pekan ke-4
04 Aster Tangga 16 tiap bulan
05 Cempaka I Kamis pekan ke-2
Cempaka II Kamis pekan ke-4
06 Delima Tanggal 14 tiap bulan
07 Mawar Selasa pekan ke-4
08 Anggrek I Selasa pekan ke-4
Anggrek II Rabu pekan ke-4
09 Kemuning I Selasa pekan ke-3
Kemuning II Kamis pekan ke-3
10 Lili I Rabu pekan ke-2
Lili II Selasa pekan ke-2
11 Sedap Malam I Selasa pekan ke-2
Sedap Malam II Kamis pekan ke-2

5.2 Analisis Univariat


Untuk menggambarkan Variabel-Variabel dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisis Univariat. Analisis univariat (descriptive analysis)
bertujuan untuk mendeskripsikan karakter masing-masing variabel yang diteliti.

49
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Analisis ini juga digunakan untuk menyederhanakan atau meringkas kumpulan
data hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut menjadi informasi yang
berguna ( Hastono, 2006).
Data univariat dalam penelitian ini terdiri dari pemberian ASI eksklusif,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia ibu, pengetahuan ibu, promosi susu formula
dan dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan suami, dukungan keluarga ibu
dan dukungan mertua. Menurut Hastono (2006), analisis univariat berupa
peringkasan data hanya menggunakan gambaran frekuensi dengan ukuran
presentase atau proporsi.

5.2.1 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif


Pemberian ASI eksklusif dibagi menjadi dua kategori yaitu memberikan
ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif. Distribusi responden
berdasarkan pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2
Distribusi Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Semanan
Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi Presentase
(n) (%)
Memberikan ASI Eksklusif 29 35,4
Tidak memberikan ASI Eksklusif 53 64,6
Total 82 100

Berdasarkan hasil distribusi pada tabel 5.2, terlihat bahwa responden


yang memberikan ASI eksklusif sebesar 35,4%. dan responden yang tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 64,6%. Pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Semanan diatas presentase pemberian ASI eksklusif secara nasional
dalam Riskesdas 2010 yang hanya 32%. Namun, presentase pemberian ASI di
Kelurahan Semanan lebih rendah jika dibandingkan dengan presentase pemberian
ASI di Kota Semarang pada tahun 2007 yaitu sebesar 38,44% (Utaminingrum,
2010).

50
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


5.2.2 Gambaran Umur Ibu
Rata-rata umur ibu dalam penelitian ini adalah 30,89 tahun dengan nilai
umur tengah 30 tahun. Umur terbanyak responden adalah 29 dan 30 tahun. Umur
termuda responden adalah 20 tahun sedangkan umur tertua responden adalah 47
tahun.
Tabel 5.3
Gambaran Responden Berdasarkan Umur Ibu
Umur Ibu Frekuensi Presentase
(n) (%)
20-35 tahun 68 82,9
< 20 tahun atau > 35 tahun 14 17,1

Total 82 100

Usia responden dibedakan menjadi 2 kategori yaitu usia 20 sampai 35


tahun dan kelompok umur < 20 tahun atau > 35 tahun. Sebagian besar responden
berumur 20-35 tahun (82,9%) sedangkan hanya 17,1% responden yang berumur <
20 tahun atau > 35 tahun. Dari tabel diketahui bahwa responden besusia 20-35
tahun lebih banyak daripada responden dengan kelompok umur < 20 tahun atau >
35 tahun.

5.2.3 Pendidikan Ibu


Pada tabel 5.4 ditampilkan gambaran responden berdasarkan pendidikan.
Tabel 5.4
Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan
Pendidikan Ibu Frekuensi Presentase
(n) (%)
Tidak Tamat SD 4 4,9
Tamat SD 4 4,9
Tidak tamat SMP 1 1,2
Tamat SMP 23 28
Tidak Tamat SMA 8 9,8

51
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Tamat SMA 33 40,2
Perguruan Tinggi 9 11
TOTAL 82 100

Hasil penelitian menunjukkan masih ada responden yang tidak tamat SD


(4,9%). Pendidikan yang terbanyak ditamatkan adalah SMA (40,2%).
Sedangkan responden yang menamatkan perguruan Tinggi sebesar 11%.
Pendidikan Ibu dikategorikan menjadi pendidikan rendah dan pendidikan
tinggi. Pada tabel 5.5 ditampilkan gambaran pendidikan ibu berdasarkan kategori
pendidikan tinggi dan pendidikan rendah.

Tabel 5.5
Gambaran Responden Berdasarkan Kategori
Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu Frekuensi Presentase
(n) (%)
Tinggi 42 51,2
Rendah 40 48,8
TOTAL 82 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa jumlah responden yang


berpendidikan rendah sebesar 48,8% dan responden yang berpendidikan tinggi
sebesar 51,2%. Terlihat bahwa jumlah ibu yang berpendidikan tinggi lebih besar
daripada ibu yang berpendidikan rendah.

5.2.4 Status Pekerjaan


Status pekerjaan ibu dibedakan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Tabel
5.6 menggambarkan status pekerjaan responden.
Tabel 5.6 Gambaran Status Pekerjaan Responden
Status pekerjaan Ibu Frekuensi Presentase
(n) (%)
Tidak Bekerja 69 84,1

52
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Bekerja 13 15,9
TOTAL 82 100

Dari data yang terdapat pada tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak bekerja (84,1%)
5.2.5 Pengetahuan Ibu Mengenai ASI Eksklusif
Pengetahuan dalam penelitian ini didasarkan pada 8 pertanyaan mengenai
ASI eksklusif yang diajukan kepada responden. Hasil yang didapatkan akan
dikategorikan menjadi kurang bila jawaban benar ≤ 60% dikatakan sedang jika
jumlah jawaban benar 60-80% dan pengetahuan tinggi jika jawaban benar ≥ 80%
(Khomsan, 2003). Distribusi tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada
Tabel 5.7
Tabel 5.7
Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(n) (%)
Tinggi 14 17,1
Sedang 17 20,7
Kurang 51 62,2
82 100
TOTAL

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 82 responden, ternyata masih banyak


responden yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai ASI eksklusif. Hal
ini terlihat dari tabel Tabel 5.7 dimana responden dengan pengetahuan yang
kurang (62,2%) lebih banyak daripada responden dengan pengetahuan sedang
(20,7%) dan responden yang berpengetahuan tinggi (17,1%).
Distribusi jumlah responden yang dapat menjawab pertanyaan dalam
penelitian dengan benar dapat dilihat pada tabel 5.8
Tabel 5.8
Distribusi Responden yang Menjawab Benar Setiap Pertanyaan

No. Pertanyaan Disebutkan


Frekuensi Presentase
(n) (%)
1. Lama pemberian ASI ekslusif
6 bulan 59 72

53
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


4 bulan 4 4,9
2 tahun 18 22
2. Manfaat pemberian ASI
1. Mengurangi pendarahan setelah 25 30,5
melahirkan
2. KB sementara 23 28
3. Mempererat kasih sayang antara ibu dan 41 50
anak
4. Zat gizi berkualitas 47 57,3
5. Mudah dicerna bayi 35 42,7
6. Bayi terhindar dari diare dan alergi 35 42,7
7. Bayi terhindar dari penyakit infeksi 35 42,7
8. Ekonomis 64 78
9. Untuk kecerdasan bayi 24 29,3
3. Hal yang mempengaruhi volume ASI
1. Kesehatan dan gizi ibu 78 95,1
2. Isapan bayi 21 25,6
3. Kemauan ibu menyusui 20 24,4
4. Keadaan psikologis/perasaan ibu 26 31,7
4. Zat gizi yang terkandung dalam ASI
1. Protein 24 29,3
2. Karbohidrat 17 20,7
3. Lemak 14 17,1
4. Zat kecerdasan 32 39
5. Zat penangkal penyait (antibodi) 42 51,2
6. Vitamin 18 22
5. Pengetahuan Mengenai Kolostrum
1. Definisi kolostrum 67 81,7
2. Manfaat kolostrum 67 81,7
3. Tidak tahu 15 18,3
6. Frekuensi Menyusui
1. Berdasarkan permintaan anak 61 84,1
( setidaknya 8x sehari )
2. Sesering mungkin 59 72
7. Tanda bayi Cukup Minum ASI
1. Kenyang setelah disusui 64 78
2. Melepas puting susu 60 73,2
3. Tidur pulas minimal 1-2 jam 43 52,4
4. Meningkat berat badannya setiap 35 42,7
bulan
8. ASI lebih baik dari susu formula 82 100

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling sedikit


dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan mengenai zat gizi yang
terkandung dalam ASI. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab benar
oleh responden yang ada adalah pertanyaan mengenai ASI lebih baik dari susu
formula, yaitu sebanyak 100% (82 orang).

54
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


5.2.6 Dukungan Suami
Dukungan suami dalam penelitian ini didasarkan pada 9 pertanyaan yang
diajukan kepada responden. Hasil yang didapatkan akan dikategorikan menjadi
kurang bila jawaban benar ≤ 60% dikatakan sedang jika jumlah jawaban benar
60-80% dan memiliki dukungan suami yang tinggi jika jawaban benar ≥ 80%
(Khomsan, 2003). Distribusi dukungan suami responden dapat dilihat pada Tabel
5.9
Tabel 5.9
Distribusi Dukungan Suami Responden
Dukungan Suami Frekuensi Persentase
(n) (%)
Tinggi 36 43,9
Sedang 9,8
8
Kurang 38 46,3
TOTAL 82 100

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 82 responden yang ada,


ternyata jumlah responden yang memiliki dukungan suami yang kurang dan
dukungan suami yang baik tidak jauh berbeda, namun jumlah responden yang
memiliki dukungan suami yang kurang lebih banyak (46,3%) dibandingkan
responden yang memiliki dukungan suami yang tinggi (43,95) dan responden
yang memiliki dukungan suami yang sedang (9,8%). Distribusi jumlah responden
yang dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian dengan benar dapat dilihat
pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10

Distribusi Responden yang Menjawab Benar Setiap Pertanyaan Mengenai Dukungan


Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan Keluarga mengenai ASI ekslusif Disebutkan


Frekuensi Persentase
(n) (%)
Dukungan Suami
1. Suami mendorong ibu untuk menyusui bayi 59 72
sesegera mungkin (30-60 menit) setelah bayi

55
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


dilahirkan
2. Suami pernah mencari informasi atau 40 48,8
berdiskusi tentang menyusui dan makanan
bayi untuk bayi
3. Suami selalu mengurangi kelelahan ibu pada 63 76,8
saat mengurus dan menyusui bayi dengan
menghibur atau membantu ibu
4. Suami tidak memberikan makanan (susu 55 67,1
formula/makanan/minuman lain ) kepada
bayi selama 6 bulan pertama
5. Suami membantu ibu menggantikan popok 60 73,2
bayi
6. Suami membantu ibu dalam pekerjaan rumah 52 63,4
tangga
7. Suami pernah mencari informasi tentang 34 41,5
kesehatan anak dan menyusui
8. Suami selalu bangun malam hari saat bayi 53 64,6
menangis
9. suami pernah menyarankan ibu untuk 50 61
memberikan ASI saja pada bayi

Berdasarkan Tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan yang


paling sedikit dijawab dengan benar oleh responden yang ada adalah pertanyaan
mengenai suami pernah mencari informasi tentang kesehatan anak dan menyusui,
yaitu hanya sebanyak 41,5% (34 orang) responden. Sedangkan pertanyaan yang
paling banyak dijawab benar oleh responden yang ada adalah pertanyaan
mengenai suami selalu mengurangi kelelahan ibu pada saat mengurus dan
menyusui bayi , yaitu sebanyak 76,8% (63 orang).

5.2.7 Dukungan Keluarga Ibu


Dukungan keluarga ibu dalam penelitian ini didasarkan pada 9 pertanyaan
yang diajukan kepada responden. Hasil dari jawaban pertanyaan tersebut
dikategorikan menjadi dukungan kurang, sedang dan tinggi. Distribusi dukungan
keluarga ibu dari responden dapat dilihat pada Tabel 5.11
Tabel 5.11
Distribusi Dukungan Keluarga Ibu Responden
Dukungan Frekuensi Persentase
keluarga Ibu (n) (%)
Tinggi 44 53,7

56
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Sedang 11 13,4
Kurang 27 32,9
TOTAL 82 100

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 82 responden yang ada,


ternyata jumlah responden yang memiliki dukungan keluarga ibu yang tinggi
lebih besar (53,7%) dibandingkan responden yang memiliki dukungan keluarga
ibu yang sedang (11%) dan dukungan keluarga ibu yang kurang (27%). Distribusi
jumlah responden yang dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian dengan
benar dapat dilihat pada Tabel 5.12
Tabel 5.12

Distribusi Responden yang Menjawab Benar Setiap Pertanyaan Mengenai Dukungan


Keluarga Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan Keluarga mengenai ASI ekslusif Disebutkan


Frekuensi Persentase
(n) (%)
Dukungan Keluarga Ibu
1. Keluarga ibu mendorong ibu untuk 56 68,3
menyusui bayi sesegera mungkin (30-60
menit) setelah bayi dilahirkan
2. Keluarga ibu pernah mencari informasi atau 48 58,5
berdiskusi tentang menyusui dan makanan
bayi untuk (nama bayi)
3. Keluarga ibu selalu mengurangi kelelahan 61 74,4
ibu pada saat mengurus dan menyusui bayi
dengan menghibur atau membantu ibu
4. Keluarga ibu tidak memberikan makanan 56 68,3
(susu formula/makanan/minuman lain )
kepada bayi selama 6 bulan pertama
5. Keluarga ibu membantu ibu menggantikan 60 73,2
popok bayi
6. Keluarga ibu membantu ibu dalam pekerjaan 60 73,2
rumah tangga
7. Keluarga ibu pernah mencari informasi 45 54,9
tentang kesehatan anak dan menyusui
8. Keluarga ibu selalu bangun malam hari saat 58 70,7
bayi menangis
9. Keluarga ibu pernah menyarankan ibu 56 68,3
untuk memberikan ASI saja pada bayi

57
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Berdasarkan Tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan yang
paling sedikit dijawab dengan benar oleh responden yang ada adalah pertanyaan
mengenai keluarga ibu pernah mencari informasi tentang kesehatan anak dan
menyusui, yaitu hanya sebanyak 54,9% (45 orang) responden. Sedangkan
pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh responden yang ada adalah
pertanyaan mengenai keluarga ibu selalu mengurangi kelelahan ibu pada saat
mengurus dan menyusui bayi, yaitu sebanyak 74,4% (61 orang).

5.2.8 Dukungan Mertua


Dukungan mertua dalam penelitian ini didasarkan pada 9 pertanyaan yang
diajukan kepada responden. Distribusi dukungan mertua responden dapat dilihat
pada Tabel 5.13
Tabel 5.13
Distribusi Dukungan Mertua Responden
Dukungan Frekuensi Persentase
Mertua (n) (%)
Tinggi 33 40,2
Sedang 3 3,7
Kurang 46 56,1
TOTAL 82 100

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 82 responden yang ada,


ternyata jumlah responden yang memiliki dukungan mertua yang kurang lebih
besar (56,1%) dibandingkan responden yang memiliki dukungan mertua yang
sedang (3,7%) dan dukungan keluarga ibu yang tinggi (40,2%). Distribusi jumlah
responden yang dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian dengan benar dapat
dilihat pada Tabel 5.14
Tabel 5.14

Distribusi Responden yang Menjawab Benar Setiap Pertanyaan Mengenai Dukungan


Mertua terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan Mertua mengenai ASI ekslusif Disebutkan


Frekuensi Persentase
(n) (%)

58
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Dukungan Mertua
1. Mertua mendorong ibu untuk menyusui bayi 51 62,2
sesegera mungkin (30-60 menit) setelah bayi
dilahirkan
2. Mertua pernah mencari informasi atau 37 45,1
berdiskusi tentang menyusui dan makanan
bayi untuk (nama bayi)
3. Mertua selalu mengurangi kelelahan ibu 43 52,4
pada saat mengurus dan menyusui bayi
dengan menghibur atau membantu ibu
4. Mertua tidak memberikan makanan (susu 45 54,9
formula/makanan/minuman lain ) kepada
bayi selama 6 bulan pertama
5. Mertua membantu ibu menggantikan popok 51 62,2
bayi
6. Mertua membantu ibu dalam pekerjaan 43 52,4
rumah tangga
7. Mertua pernah mencari informasi tentang 32 39
kesehatan anak dan menyusui
8. Mertua selalu bangun malam hari saat bayi 38 46,3
menangis
9. Mertua pernah menyarankan ibu untuk 46 56,1
memberikan ASI saja pada bayi

Berdasarkan Tabel 5.14 di atas menunjukkan bahwa pertanyaan yang


paling sedikit dijawab dengan benar oleh responden yang ada adalah pertanyaan
mengenai mertua pernah mencari informasi tentang kesehatan anak dan menyusui,
yaitu hanya sebanyak 39% (32 orang) responden. Sedangkan pertanyaan yang
paling banyak dijawab oleh responden yang ada adalah pertanyaan mengenai
mertua membantu ibu menggantikan popok bayi dan mertua mendorong ibu
untuk menyusui bayi sesegera mungkin (30-60 menit) setelah bayi dilahirkan,
yaitu sebanyak 62,2% (51 orang)

5.2.9 Promosi Susu Formula


Promosi susu dinilai dari jawaban responden terhadap 4 pernyataan
mengenai promosi susu formula. Jawaban tersebut diakumulasikan dan dilakukan
uji distribusi normal. Kemudian penilaian akan dilakukan dengan menggunakan
nilai mean dikarenakan data yang dihasilkan terdistribusi normal. Hasil penilaian
ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tidak ada promosi susu formula

59
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


dan ada promosi susu formula. Distribusi promosi susu formula dapat dilihat
Pada tabel 5.15
Tabel 5.15
Gambaran Responden Berdasarkan Kategorisasi Promosi Susu Formula
Promosi Susu Formula Frekuensi Persentase
(n) (%)
Tidak 31 37,8
Ada 51 62,2
TOTAL 82 100

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mendapatkan


promosi susu formula (62,2%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
tidak mendapatkan promosi susu formula (37,8%)

5.2.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat


Berikut ini ditampilkan rekapitulasi hasil analisis univariat masing-masing
variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 5.16
Rekapitulasi Hasil Analisis Univariat

Variabel n %
Pemberian ASI Eksklusif (n = 82)
Memberikan ASI Eksklusif 29 35,4
Tidak memberikan ASI Eksklusif 53 64,6
Umur ( n = 82)
20-35 tahun 68 82,9
<20 tahun atau > 35 tahun 14 17,1
Tingkat Pendidikan (n = 82)
Tinggi 42 51,2
Rendah 40 48,8
Status Pekerjaan (n = 82)
Tidak bekerja 69 84,1
Bekerja 13 15,9
Tingkat Pengetahuan (n = 188)
Tinggi 23 28
Sedang 21 25,6
Kurang 38 46,3

60
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Dukungan Suami
Tinggi 36 43,9
Sedang 8 9,8
Kurang 38 46,3
Dukungan keluarga Ibu
Tinggi 44 53,7
Sedang 11 13,4
Kurang 27 32,9
Dukungan Mertua
Tinggi 33 40,2
Sedang 3 3,7
Kurang 46 56,1
Promosi Susu Formula (n = 82)
Tidak Ada promosi 31 37,8

Ada Promosi 51 62,2

5.3 Analisis Bivariat


Analisis bivariat merupakan analisis untuk melihat hubungan variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis ini digunakan untuk mengukur
sejauh mana hubungan kemaknaan secara statistik (Sutanto, 2009).

5.3.1 Hubungan Antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


Umur ibu dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu kelompok umur
<20 tahun atau > 35 dan kelompok umur 20-35 tahun. Hubungan antara umur ibu
dengan Pemberian ASI eksklusf ditunjukan tabel 5.17

Tabel 5.17
Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR (95%
Umur Ibu Ya Tidak CI)
n % n %
AEksklusif n %
20-35 tahun 24 29,3 44 53,66 68 82,93 0,09
<20 tahun atau > 35 5 6,09 9 10,97 14 17,07 1
Jumlah 29 35,36 53 64,63 82 100 0,3-3,3
tahun

Sebanyak 29,3% responden yang berumur 20-35 tahun memberikan ASI


eksklusif. Sedangkan hanya 6,09% responden berusia <20 tahun atau > 35 yang
memberikan ASI eksklusif.

61
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Berdasarkan hasil uji chi square, tidak terdapat hubungan antara variabel
umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif. P-value hubungan umur ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif sebesar 1, lebih besar dari 0,05 sehingga berdasarkan uji
statistik kedua variabel tidak berhubungan.

5.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Pendidikan ibu dikategorikan menjadi pendidikan tinggi dan pendidikan
rendah. Hubungan pendidikan ibu dan pemberian ASI eksklusif digambarkan
dalam tabel 5.18
Tabel 5.18
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR (95%
Pendidikan Ya Tidak CI)
n % N
AEksklusif
% n %
Tinggi 21 25,7 21 25,6 42 51,2 0,009 4
Rendah 8 9,7 32 39 40 48,8
1,5-10,7
Jumlah 29 35,4 53 64,6 82 100

Responden yang berpendidikan tinggi lebih banyak dibanding responden


yang berpendidikan rendah. Sebanyak 25,7% responden berpendidikan tinggi
memberikan ASI eksklusif. Sedangkan hanya 9,7 % responden berpendidikan
rendah yang memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. P-value hubungan umur
pendidikan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif sebesar 0,009 lebih kecil dari
0,05 sehingga berdasarkan uji statistik kedua variabel berhubungan. Ibu dengan
pendidikan tinggi berpeluang 4 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu berpendidikan rendah.

5.3.3 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


Status pekerjaan ibu dikategorikan menjadi bekerja dan tidak bekerja.
Tabel 5.19 menggambarkan hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif.

62
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Tabel 5.19
Hubungan Antara Status pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif Total p-value OR (95%
Status Pekerjaan Ya Tidak CI)
n % n %
AEksklusif n %
Tidak Bekerja 29 35,4 40 48,7 69 100
Bekerja 0 0 13 15,9 13 0,003
Jumlah 29 35,4 53 64,6 82 100

Semua responden yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif kepada


bayi. Sebanyak 35,4% responden yang tidak bekerja memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel status
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. P-value hubungan status
pekerjaan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif sebesar 0,003 kurang dari 0,05
sehingga berdasarkan uji statistik kedua variabel berhubungan.

5.3.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


Pengetahuan ibu dikategorikan menjadi pengetahuan baik, sedang dan
rendah. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
digambarkan dalam tabel 5.20.
Tabel 5.20

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian ASI eksklusif

di Kelurahan Semanan

Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Total P-value OR 95% CI


Ibu Ya Tidak
N % N % n %

Tinggi 13 15,9 1 1,2 14 17 < 0,001 81,71 9,2-726,9


Sedang 9 10,9 8 9,7 17 20,7 0,003 11,56 1,23-109

Kurang 7 8,6 44 53,7 51 62,3

TOTAL 29 35,4 53 64,6 82 100

Sebanyak 15,9% ibu yang berpengetahuan tinggi memberikan ASI


eksklusif Hanya 8,6% Ibu yang berpengetahuan rendah memberikan ASI
eksklusif. Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki Nilai

63
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


p-value < 0,001 dan 0,003, berarti p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji
statistik kedua variabel berhubungan. Ibu yang berpengetahuan sedang
berpeluang 11,56 (95% CI 1,23-109) kali lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang. Ibu yang berpengetahuan tinggi
berpeluang 81,71 kali (95% CI 9,2-726,9) lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang berpengetahuan rendah.

5.3.5 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif


Dukungan suami dikategorikan menjadi 3, yaitu dukungan kurang sedang
dan tinggi. Tabel 5.21 menggambarkan hubungan dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif
Tabel 5.21
Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Semanan
Dukungan Pemberian ASI Eksklusif Total P-value OR 95% CI
Suami Ya Tidak
n % N % N %
Tinggi 19 23,1 17 20,7 36 43,9 0,008 4,95 1,73-14,1
Sedang 3 3,7 5 6 8 9,7 0,003 1,8 0,4-8,9
Kurang 7 8,6 31 37,7 38 46,4
TOTAL 29 35,4 53 64,6 82 100

Responden yang mendapat dukungan suami yang tinggi lebih banyak


memberikan ASI eksklusif (23,1%) dibandingkan responden yang mendapatkan
dukungan suami sedang (3,7%) dan dukungan suami rendah (8,6%). Berdasarkan
hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki p-value 0,008 dan 0,003berarti
p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji statistik kedua variabel berhubungan.
Ibu dengan dukungan suami sedang berpeluang 1,8 kali lebih besar dibandingkan
ibu dengan dukungan suami rendah. Ibu yang memiliki dukungan suami baik
berpeluang 4,95 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu berdukungan
suami rendah.

5.3.5.1 Hubungan Dukungan Keluarga Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

64
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Dukungan keluarga ibu dikategorikan menjadi 3, yaitu dukungan kurang
sedang dan tinggi. Tabel 5.23 menggambarkan hubungan dukungan keluarga ibu
dengan pemberian ASI eksklusif
Tabel 5.23
Hubungan Dukungan Keluarga Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Semanan
Dukungan Pemberian ASI Eksklusif Total P-value OR 95 % CI
Keluarga Ibu Ya Tidak
n % N % N %
Tinggi 23 28,2 21 25,6 44 53,7 0,002 8,7 2,3-33,4
Sedang 3 3,6 8 9,7 11 13,4 0,001 2,9 0,7-12,7
Rendah 3 3,6 24 29,3 27 32,9
TOTAL 29 35,4 53 64,6 82 100

Responden yang mendapat dukungan keluarga ibu yang tinggi lebih


banyak memberikan ASI eksklusif (28,2%) dibandingkan responden yang
mendapatkan dukungan keluarga sedang (3,6%) dan dukungan keluarga rendah
(3,6%). Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki
Nilai p-value 0,002 dan 0,001, berarti nilai p-value <0,05 sehingga berdasarkan
uji statistik kedua variabel berhubungan. Responden yang memiliki dukungan
keluarga ibu sedang berpeluang 2,9 kali (95% CI 0,7-12,7) lebih besar
memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang memiliki dukungan
keluarga ibu rendah. Responden yang memiliki dukungan keluarga ibu tinggi
berpeluang 8,7 kali (95% CI 2,3-33,4) lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang memiliki dukungan keluarga rendah.

5.3.5.2 Hubungan Dukungan Mertua dengan Pemberian ASI Ekskusif


Dukungan mertua dikategorikan menjadi 3, yaitu dukungan kurang
sedang dan tinggi. Tabel 5.24 menggambarkan hubungan dukungan mertua
dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.24
Hubungan Dukungan Mertua dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Semanan
Dukungan Pemberian ASI Eksklusif Total P-value OR 95% CI
Mertua Ya Tidak
n % n % N %
Tinggi 21 25,6 12 14,6 33 40,2 < 0,001 8,3 2,9-23,5
Sedang 0 0 3 3,7 3 3,6

65
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Kurang 8 9,8 38 46,3 46 56,2
TOTAL 29 35,4 53 64,6 82 100

Responden yang mendapat dukungan keluarga mertua yang tinggi lebih


banyak memberikan ASI eksklusif (25,6%) dibandingkan responden yang
mendapatkan dukungan mertua sedang (0%) dan dukungan mertua kurang
(9,8%). Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
dukungan mertua dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki p-
value < 001, berarti p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji statistik kedua
variabel berhubungan. Responden yang memiliki dukungan mertua tinggi
berpeluang 8,3 kali (95% CI 2,9-23,5) lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan responden yang memiliki dukungan mertua rendah.

5.3.6 Hubungan Promosi Susu Formula dengan Pemberian ASI Eksklusif


Promosi susu formula dikategorikan menjadi ada promosi susu formula
dan tidak ada promosi susu formula. Hubungan promosi susu formula dengan
pemberian ASI eksklusif digambarkan dalam tabel 5.25
Tabel 5.25

Hubungan promosi Susu Formula dengan pemberian ASI Eksklusif

di Kelurahan Semanan

Promosi Susu Pemberian ASI Eksklusif Total P- OR


Formula Ya Tidak value (95% CI)
n % n % n %

Tidak ada promosi 24 29,3 7 8,7 31 37,8 31,54


<0,001 9,044-110,014
Ada promosi 5 6,1 46 56,9 51 62,2
TOTAL 29 35,4 53 64,6 82 100

Sebanyak 29,3% responden yang tidak pernah mendapatkan promosi susu


formula memberikan ASI eksklusif. Sedangkan hanya 6,1% responden yang
mendapatkan promosi susu formula memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil
uji chi square, terdapat hubungan antara variabel promosi susu formula dengan
pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki p-value <0,001, berarti p-value
<0,05 sehingga berdasarkan uji statistik kedua variabel berhubungan. Ibu yang
tidak mendapatkan promosi susu formula berpeluang 31,54 kali (95% CI 9,044-

66
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


110,014) lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang pernah
mendapat promosi susu formula .

67
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Disain
ini hanya bersifat menggambarkan adanya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, tetapi tidak dapat melihat arah sebab akibat sehingga
tidak dapat dipastikan variabel yang menjadi penyebab dan variabel yang menjadi
akibat.
Responden dalam penelitan ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur
6 sampai 12 bulan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui
wawancara menggunakan kuesioner. Kualitas data yang dikumpulkan sangat
tergantung dari kemampuan pewawancara serta kemampuan responden mengingat
kembali peristiwa atau apa yang dilakukan saat melahirkan dan menyusui. Untuk
memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi, peneliti membatasi umur bayi
responden yaitu 6 sampai 12 bulan. Petugas pengumpul data adalah peneliti.
Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam jumlah variabel yang
diteliti. Secara teori, banyak sekali variabel yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif. Namun karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka
peneliti hanya meneliti beberapa variabel yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif, yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, status pekerjaan),
tingkat pengetahuan, dukungan keluarga (dukungan suami, dukungan keluarga ibu
dan dukungan suami), dan promosi susu formula.

6.2 Pembahasan
6.2.1 Pemberian ASI eksklusif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 35,4% ibu yang
memberikan ASI eksklusif di Kelurahan Semanan. Presentase pemberian ASI di
daerah ini meningkat 2,5% dibandingkan cakupan ASI eksklusif di tempat
tersebut pada tahun 2010.
Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Semanan diatas presentase
pemberian ASI eksklusif secara nasional dalam Riskesdas 2010 yang hanya 32%.

68
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Berdasarkan penelitian Yuliandarin (2009), presentase pemberian ASI di
Kelurahan Semanan ini juga lebih banyak daripada presentase pemberian ASI di
daerah Kelurahan Kota Baru Bekasi Barat dengan responden sebanyak 187 ibu.
Berdasarkan Hasil penelitian Yuliandarin, sebanyak 29,7% ibu memberikan ASI
eksklusif. Namun, presentase pemberian ASI di Kelurahan Semanan lebih rendah
jika dibandingkan dengan presentase pemberian ASI di Kota Semarang pada
tahun 2007 yaitu sebesar 38,44% (Utaminingrum, 2010).
Tingginya presentase pemberian ASI di Kelurahan Semanan
dimungkinkan karena sejak tahun 2011, Rumah Sakit Cengkareng yang
merupakan rumah sakit rujukan di Kelurahan Semanan rutin melakukan
sosialisasi kepada ibu hamil yang melakukan anteanatal care di RS tersebut. RS
tersebut juga melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), tidak memperkenankan
ibu yang baru lahir memberikan susu formula tanpa ada alasan medis dan
melakukan edukasi mengenai pentingnya ASI eksklusif kepada ibu yang baru
lahir. Selain itu, Perbedaan persentase ini bisa terjadi dikarenakan oleh beberapa
hal yaitu waktu, lokasi dan jumlah sampel yang digunakan di dalam penelitian
tersebut berbeda-beda.

6.2.2 Hubungan variabel Independen dengan variabel dependen


6.2.2.1 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil uji chi square, tidak terdapat hubungan bermakna antara
variabel umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p-value=0,976). Sehingga
berdasarkan uji statistik kedua variabel tidak berhubungan. Meskipun tidak
bermakna secara statistik, tetapi terlihat bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif
pada ibu dengan rentang umur 20-35 tahun (29,3%) lebih besar dibandingkan ibu
yang mempunyai umur dibawah 20 tahun ataupun diatas 35 tahun (6,09%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ida (2012) di wilayah
kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok dengan jumlah sampel 172 ibu yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Hal ini juga sama dengan penelitian Yuliandarin (2009) di wilayah
kerja Puskesmas Bekasi Barat dengan jumlah sampel 187 ibu dan menyatakan
bahwa umur ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil

69
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Setiawati (2007) pada anak
berusia 6-24 bulan di Wado, SuMedang juga menunjukkan bahwa umur ibu tidak
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Sejalan dengan hal tersebut,
Penelitian yang dilakukan Nurpelita (2007) dengan jumlah sampel sebanyak 109
ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Buatan II Siak juga menunjukkan tidak
adanya hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Berbeda dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan Setiawati (2003)
dengan Disain penelitian cohort di daerah Semarang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p-value= 0,042).
Menurut Husna (2006), umur ibu mempengaruhi produksi ASI. Secara
teori, ibu yang berumur lebih muda dapat lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan ibu yang lebih tua. Usia 20-35 tahun merupakan rentang usia yang
aman untuk bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia tersebut memiliki
kemampuan laktasi yang lebih baik dibandingkan ibu yang berumur lebih dari 35
tahun (Roesli, 2000). Ketidakbermaknaan faktor umur dalam penelitian ini
dimungkinkan karena tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif dan
manfaatnya bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak mash rendah.

6.2.2.2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. P-value hubungan umur
pendidikan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif sebesar 0,009 lebih kecil dari
0,05 sehingga berdasarkan uji statistik kedua variabel berhubungan. Ibu dengan
pendidikan tinggi berpeluang 4 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu berpendidikan rendah.
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu berhubungan dengan
pola pemberian ASI eksklusif (Yuliandarin, 2009). Hal yang sama disampaikan
Wardah (2003) bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif. Bayi dari ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar
mempunya peluang mendapatkan ASI eksklusif 2 kali lebih besar dibandingkan
bayi dari ibu yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar (Venancio, 2005).

70
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susilawati
(2005) di Puskesmas Padang Bulan, Medan bahwa Tingkat pendidikan Ibu
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan
Nurpelita (2007) dengan Disain penelitian cross sectional di wilayah kerja
Puskesmas Buatan SIAK juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan ibu dengan ASI eksklusif. Penelitian ini juga bersesuain
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardah (2002) di 8 kabupaten Jawa Barat
dan Jawa Timur.
Berbeda dengan penelitian ini, hasil Ida (2012) di wilayah kerja
Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok dengan jumlah sampel 172 ibu yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif. Hal ini juga senada dengan penelitian Husna (2006) di Medan
dengan jumlah sampel 1184 responden yang mengatakan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan Pemberian ASI ekskusif.

Secara teori, menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan berdampak pada


peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang. Seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
berpendidikan tinggi lebih menyadari keuntungan psikologis dan fisiologis
sehingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk memberikan ASI
eksklusif .

6.2.2.3 Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. P-value hubungan status
pekerjaan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif sebesar 0,003 kurang dari 0,05
sehingga berdasarkan uji statistik kedua variabel berhubungan.
Pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu
yang tidak bekerja berpeluang memberikan ASI eksklusif 16,4 kali dibandingkan
ibu yang bekerja (Yuliandarin, 2009). Dunia kerja akan mengubah peran ibu
dalam mengasuh anak. Sedikitnya lama cuti pasca melahirkan dan jam kerja

71
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


yang panjang menjadi faktor beralihnya ibu ke susu formula dan ibu menyapih
anak (Andini, 2006). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ida (2012) yang
mengatakan bahwa status pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif. Hasil penelitian sejenis juga berasal dari penelitian Wijaya (2002) yang
mengatakan bahwa jumlah bayi yang masih disusui pada kelompok ibu bekerja
lebih banyak dibandingkan pada kelompok ibu bekerja. Pada kelompok ibu
bekerja, hampir seluruh bayi diberikan makanan sebelum berusia 6 bulan.
Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak relevan dengan beberapa penelitian
lainnya. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Rojanasrirat (2004)
menunjukkan tidak ada hubungan antara status ibu bekerja dengan pemberian ASI
eksklusif. Walaupun masa cuti yang diberikan hanya 3 bulan, tetapi dukungan
perusahaan berupa penyediaan ruangan menyusui (nursery room) dan waktu
bekerja yang fleksibel menyebabkan ibu tetap memberikan ASI eksklusif
walaupun bekerja. Penelitian Novita (2008) yang dilakukan di Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas, Depok dengan responden sebanyak 466 ibu yang
memiliki anak berusia 6-23 bulan menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
bermakna antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif antara ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja.
Secara teori, Khomsan (2004) menyatakan bahwa kesibukan akibat
bekerja di luar rumah menghambat ibu untuk menyusui anaknya dengan baik.
Sedangkan menurut Azwar (2003), terbatasnya waktu cuti hamil dan melahirkan
bagi ibu-ibu bekerja menyebabkan masa pemberian ASI eksklusif tidak dapat
berlangsung lama karena ibu harus kembali bekerja. Hal ini mengakibatkan
terhambatnya upaya untuk memberikan ASI secara eksklusif.

6.2.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki Nilai
p-value < 0,001 dan 0,003, berarti p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji
statistik kedua variabel berhubungan. Ibu yang berpengetahuan sedang
berpeluang 11,56 (95% CI 1,23-109) kali lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang. Ibu yang berpengetahuan tinggi

72
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


berpeluang 81,71 kali (95% CI 9,2-726,9) lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang berpengetahuan rendah.
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan ibu yang
memadai mengenai ASI eksklusif akan mempengaruhi dan memotivasi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif. Ibu yang berpengetahuan baik mengetahui lama
pemberian ASI tanpa makanan apapun, manfaat pemberian ASI, hal yang
mempengaruhi volume ASI, zat gizi yang terkandung dalam ASI, pengetahuan
mengenai kolostrum, frekuensi menyusui dan tanda bayi cukup ASI.
Hal ini sesuai dengan penelitian di Wilayah Puskesmas Kotabaru Bekasi
Barat yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan
pemberian ASI esklkusif. Ibu yang memiliki pengetahuan baik akan memberikan
ASI eksklusif 5,47 kali dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang
(Yuliandarin, 2009) . Senada dengan hal tersebut, penelitian di Puskesmas Garuda
Kota Pekanbaru yang dilakukan oleh Husna (2006) mengatakan bahwa 46,9%
ibu yang berpengetahuan baik memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan Chezem (2002)
menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI.
Pengetahuan yang tinggi meningkatkan lama menyusui sampai 3 bulan sebanyak
6,5 kali dan sampai dengan 6 bulan sebanyak 1,97 kali. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurpelita ( 2007) dan Ibrahim (2002)
Berbeda dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan Utaminingrum
(2010) di Kelurahan Muktiharjo dengan jumlah responden 62 ibu yang memiliki
bayi berusia 6-12 bulan menunjukkan bahwa tidak terbukti adanya hubungan
antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang
dilakukan Setiawati (2003) di daerah Semarang dengan 117 responden
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif (p-value= 0,43).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior) yang berasal dari hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
orang lain (Notoadmodjo, 2003). Pemberian ASI eksklusif dapat berhasil salah

73
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


satunya karena pengetahuan responden mengenai manfaat dan pentingnya
memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan.

6.2.2.5 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki nilai
p-value 0,008 dan 0,003berarti p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji statistik
kedua variabel berhubungan. Ibu dengan dukungan suami sedang berpeluang 1,8
kali lebih besar dibandingkan ibu dengan dukungan suami rendah. Ibu yang
memiliki dukungan suami baik berpeluang 4,95 kali memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu berdukungan suami rendah.
Beberapa peelitian menyatakan hasil yang sejalan. Penelitian yang
dilakukan oleh Yuliandarin (2009) di wilayah kerja Puskesmas Bekasi Barat
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapat dukungan suami yang baik
berpeluang 12,98 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang memiliki dukungan suami yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh
Mulyaningsih (2010) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu di Kelurahan
Karadenan. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2012) di
Puskesmas Air Tawar Kota Padang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara dukungan suami dengan Pemberian ASI eksklusif. Ibu yang memiliki
dukungan suami yang baik berpeluang memberikan ASI eksklusif 2 kali daripada
ibu yang memiliki dukungan suami yang rendah.
Namun, beberapa penelitian menyatakan hal yang berbeda. Penelitian
yang dilakukan Utaminingrum (2010) yang dilakukan di Kelurahan Muktiharjo
Kidul, Semarang dengan jumlah responden 158 orang. Dalam penelitiannya,
Utaminingrum menyatakan tidak terdapat hubungan antara dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif di kelurahan Muktiharjo. Senada dengan
penelitian tersebut, Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2011) dengan 41
responden di kelurahan Telogosari Kulon menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif.

74
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Menurut Dykes (2003) ibu membutuhkan dukungan emosional,
informasi dan bantuan dari suami. Dukungan ini akan efektif jika terjadi
hubungan saling mendukung antara ibu dan suami. Menurut Roesli (2000) dari
semua dukungan terhadap ibu menyusui, dukungan suami merupakan dukungan
yang paling berarti bagi ibu. Keterlibatan dan dukungan suami sangat dibutuhkan
untuk memotivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Ibu
cenderung ingin menyusui dan mersa percaya diri jika mendapat dukungan dari
suami. Suami mempunyai peranan yang sangat menentukan kelancaran refleks
pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh emosi atau
perasaan ibu. Rutinitas pekerjaan rumah tangga membuat ibu kelelahan dan stress
sehingga membutuhkan dukungan dari suami. Dukungan berupa bantuan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga membuat ibu dapat tenang dan santai
sehingga ibu dapat memproduksi ASI yang cukup bagi bayi. (Nurliawati, 2010).
Menurut Roesli (2008), suami memegang peranan yang sangat besar bagi
jalannya peroses menyusui secara ekskusif. Bahkan di negara bagian Amerika
dan Australia ada cuti bagi ayah yang mempunyai bayi baru lahir selama 2-4
minggu.
Hubungan tidak bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif dimungkinkan jika suami tidak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai ASI eksklusif, suami acuh terhadap ibu dan bayi dan suami memiliki
kesibukan yang padat sehingga tidak bisa memberikan perhatian yang cukup
kepada ibu dan bayi.

6.2.2.6 Hubungan Dukungan Keluarga Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki
Nilai p-value 0,002 dan 0,001, berarti p-value <0,05 sehingga berdasarkan uji
statistik kedua variabel berhubungan. Responden yang memiliki dukungan
keluarga ibu sedang berpeluang 2,9 kali (95% CI 0,7-12,7) lebih besar
memberikan ASI eksklusif dibandingkan responden yang memiliki dukungan
keluarga ibu rendah. Responden yang memiliki dukungan keluarga ibu tinggi
berpeluang 8,7 kali (95% CI 2,3-33,4) lebih besar memberikan ASI eksklusif

75
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


dibandingkan ibu yang memiliki dukungan keluarga rendah. Penelitian yang
dilakukan Dykes (2003) di North West of England menyatakan bahwa terdapat
dukungan keluarga ibu berpengaruh positif terhadap perilaku pemberian ASI
eksklusif. Ibu membutuhkan dukungan emosional, informasi dan bantuan dari
keluarganya. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Ingram
(2004) di South Bristol, , United Kingdom menyatakan bahwa dukungan keluarga
ibu penting untuk mendukung pemberian ASI eksklusif. Keluarga ibu berperan
dalam pemberian informasi dan bantuan praktis dalam menyusui .
Beberapa penelitian di Indonesia juga menunjukkan hasil yang sama.
Penelitian yang dilakukan Ida (2012) wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keluarga ibu
dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapatkan dukungan keluarga yang
baik dari keluarga ibu berpeluang 4,11 kali memberikan ASI eksklusif
dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan rendah dari keluarga ibunya. Hal
tersebut juga sama dengan penelitian Yamin (2007) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif di wilayah Kecamatan Metro Timur.
Keluarga yang mendukung ASI eksklusif membantu ibu membuat
keputusan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Selain itu, hubungan
keluarga yang harmonis dan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI
eksklusif. Keluarga ibu dianggap berpengalaman dalam pengasuhan anak,
termasuk dalam hal menyusui, sehingga menjadi acuan dalam pemberian ASI ke
bayi (Ida, 2012)

6.2.2.7 Hubungan Dukungan Mertua dengan Pemberian ASI Eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
dukungan mertua dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki Nilai
p-value < 001, berarti p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji statistik kedua
variabel berhubungan. Responden yang memiliki dukungan mertua baik
berpeluang 0,19 kali (95% CI 0,51-0,714) lebih besar memberikan ASI eksklusif
dibandingkan responden yang memiliki dukungan keluarga ibu rendah.

76
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ida (2012) di Kelurahan Kemiri
Muka, Depok, terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu
dan mertua dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh
Ingram (2004) dengan metode kualitatif berupa focus group discussion dan
wawancara dengan 10 orang mertua di South Bristol, ,United Kingdom
menyatakan bahwa dukungan mertua berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif.
Nasehat dari mertua mengenai ASI eksklusif dan perawatan bayi
berpengaruh pada sikap dan perilaku pemberian Asi yang dilakukan ibu.
Penelitian yang dilakukan Ingram (2004) juga menyatakan bahwa angka
keberhasilan menyusui bayi meningkat pada kelompok studi yang
mengikutsertakan mertua dan suami dalam konseling ASI. Dalam kehidupan
rumah tangga di Indonesia keikutsertaan pengambilan keputusan dalam rumah
tangga dalam berbagai hal tidak saja melibatkan suami dan isteri tetapi kadang
juga melibatkan pendapat dari masing-masing keluarga besar isteri dan suami,
salah satunya adalah mertua. Ibu mertua yang dianggap sudah berpengalaman
dalam mendidik dan memberikan ASI sehingga hal tersebut djadikan ibu sebagai
pedoman dan informasi penting (Ida, 2012). Dukungan dan bimbingan praktis
mengenai kesehatan anak biasa diberikan ibu mertua sesaat setelah ibu
melahirkan.

6.2.2.8 Hubungan Promosi Susu Formula dengan Pemberian ASI eksklusif


Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara variabel
promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan ini memiliki
Nilai p-value < 0,001, berarti p-value < 0,05 sehingga berdasarkan uji statistik
kedua variabel berhubungan. Ibu yang tidak mendapatkan promosi susu formula
berpeluang 31,54 kali (95% CI 9,044-110,014) lebih besar memberikan ASI
eksklusif dibandingkan ibu yang pernah mendapat promosi susu formula .
Promosi susu formula berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dimana
Ibu yang tidak terpapar promosi susu formula berpeluang 31,54 kali memberikan
ASI eksklusif dibandingkan ibu yang terpapar promosi susu formula. Tujuan
Promosi menurut Kotler (2005) adalah mengkomunikasikan manfaat dari

77
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


produknya, membujuk dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli
produk tersebut. Promosi susu formula yang gencar dilakukan di pelayanan
kesehatan. Modus yang kerap digunakan adalah pemberian sampel susu formula
pada wanita hamil dan ibu yang baru lahir (Zahir, 2007) .

Promosi susu formula berupa pemberian susu formula sesaat setelah ibu
melahirkan menyebabkan ibu tidak bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayi.
Hal ini memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena
merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah akan memberikan bayinya
ASI saja selama 6 bulan atau memberikan susu formula. Studi yang dilakukan
oleh Howard (2007) menemukan bahwa 38% ibu terpapar susu formula sejak
mengandung dan 90% ibu mendapatkan promosi susu formula dari petugas
kesehatan sesaat setelah melahirkan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Riza (2010) bahwa 69,4% ibu yang terpapar
promosi susu formula tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Hal ini juga
sesuai dengan penelitian Ihsani (2011) yang menyatakan bahwa promosi susu
formula berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di kota Solok.

78
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada 82 orang ibu yang memiliki anak usia 7-12 bulan di Kelurahan
Semanan adalah sebagai berikut :
1. Proporsi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Semanan sebesar 35,4%.
2. Sebanyak 82,93% responen beruia 20-35 tahun dengan 29,3% memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya.
3. Pendidikan yang terbanyak ditamatkan adalah SMA (40,2%). Responden
berpendidikan tinggi sebanyak 51,2% dan separuh (50%) responden
berpendidikan tinggi memberikan ASI eksklusif.
4. Semua respoden yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif. Sebanyak
42% ibu yang tidak bekerja memberikan ASI ekskklusif.
5. Sebanyak 46,3% responden memiliki pengetahuan rendah mengenai ASI
eksklusif , 25% dari keseluruhan responden memiliki pengetahuan sedang
dan lebih dari seperempat responden (28%) memiliki pengetahuan
mengenai ASI eksklusif.
6. Gambaran dukungan keluarga responden terhadap ASI eksklusif adalah
43,9% responden mendapatkan dukungan yang baik dari suami, 53,7%
responden memiliki dukungan yang baik dari keluarga ibu dan 40,2%
responden memiliki dukungan yang baik dari mertua.
7. Lebih dari separuh responden (62,2%) pernah terpapar promosi susu
formula dan sebanyak 46% responden yang terpapar promosi susu formula
tidak memberikan ASI eksklusif.
8. Terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan (OR=1,7),
pengetahuan ibu (OR=0,041), dukungan keluarga ibu (OR=0,8), dukungan
mertua (OR=0,19)dan promosi susu formula (OR=31,54) dengan
pemberian Asi eksklusif.
9. Tidak ada hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu, dan dukngan suami
dengan pemberian ASI eksklusif.

79
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


7.2 Saran
7.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Jakarta Barat
1. Adanya pengawasan dari dinas kesehatan agar seluruh rumah
sakit/rumah bersalin/klinik/praktek/puskesmas/praktek tenaga kesehatan
di Kotamadya Jakarta Barat menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan
Menyusui.
2. Memasukkan program 10 langkah menuju keberhasilan menyusui
sebagai salah satu penilaian dalam izin mendirikan pelayanan kesehatan
3. Melakukan sosialisasi dan pengawasan terhadap Peraturan Pemerintah
No. 33 tahun 2012 tentang ASI eksklusif pada tenaga kesehatan di
pelayanan kesehatan.
4. Memfasilitasi pelatihan tenaga konselor ASI sebagai pemberi informasi
mengenai ASI dan menyusui, sehingga diharapkan semua Puskesmas/
sarana kesehatan di tingkat kelurahan mempunyai konselor ASI
5. Membuat kebijakan agar semua Puskesmas/ sarana kesehatan
mempunyai klinik menyusui

7.2.2 Bagi Puskesmas Kelurahan Semanan


1. Menambah dan mengaktifkan kembali jumlah kelompok pendukung ASI
(KP ASI) di semua posyandu yang ada dan tetap memberdayakan kader
kesehatan dalam kelompok Pendukung ASI di Kelurahan Semanan.
2. Meningkatkan pengetahuan keluarga ibu dan mertua mengenai ASI
eksklusif melalui program-program informal seperti pengajian bulanan
dan arisan sehingga diharapkan meningkatkan dukungan keluarga
mengenai ASI eksklusif.
3. Menyediakan informasi ASI eksklusif bagi ibu hamil dan menyusui baik
berupa layanan konseling maupun media promosi kesehatan.

7.2.3 Untuk Penelitian Sejenis


Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan Disain cross sectional
sehingga perlu diadakan penelitian dengan metode kohort untuk mengetahui
hubungan kausalitas dan nilai yang lebih tepat dari masing-masing variabel.

80
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Obyek dalam penelitian ini adalah ibu, untuk penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada petugas penolong persalinan dan klinik bersalin yang
berhubungan dengan promosi susu formula pelayanan kesehatan. Disarankan juga
penelitian lain mengkaji faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI
eksklusif seperti pengaruh media massa dan regulasi tempat kerja.

81
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


DAFTAR REFERENSI

Abdul, Yaziz (2010). Analisis pemanfaatan Bidan Desa Oleh Ibu Hamil dan Ibu
bersalin di kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen Tahun 2008. Tesis.
Medan : FKM USU.
A.Jajuli. (2007). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap kelangsungan
pemberian ASI Eksklusif di Tiga Kabupaten ( Cirebon, Cianjur dan
Ciamis ) Provinsi Jawa Barat tahun 2003 ( Analisis survey data Dasar
Asuh -KAP 2). Tesis. Depok: FKM UI.
Andini, Djuwita (2006) Pola Pemberian Susu Formula dan Konsumsi Zat Gizi
Anak Usia Bawah dua Tahun pada keluarga Ibu bekerja dan Tidak
Bekerja. Skripsi. Bogor : FEMA IPB .
Aritonang, Ctra BR (2011) Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan
Dukungan Keluarga Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Bandar Huluan Kabupaten Simalungun provinsi Sumatera
Utara Tahun 201. Skripsi. Depok : FKM UI .

Aritonang, Irianton dan Endah Priharsiwi (2006) BUSUNG LAPAR: Potret Buram
Anak Indonesia di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta : Media Pressindo
Awaludin, Tory Maulana, (2011) Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja UPF PUSKESMAS Citeurep
Kabupaten Bogor Tahun 2011. Skripsi. Depok : FKM UI .
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Laporan Perkembangan
Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007. Jakarta :
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bachrach VR, Schwarz E, Bachrach LR.(2003) Breastfeeding and the risk of


hospitalization for respiratory diseases in infancy: a meta-analysis.
Archivesof Pediatrics and Adolescent Medicine, Vol 157:237–243.
Balitbangkes (2007) Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia .Jakarta.
Kemenkes.
Balitbangkes (2010) Riset kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kemenkes
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. (2008). Buku Saku Obstetri & Ginekologi (9 ed.).
(S. Wijaya, Penerj.) Jakarta: EGC.

Cholil, Abdullah (2007) A to Z 26 Kiat Menata Keluarga. Elex media


Komputindo: Jakarta.
Database, U. G. (2009, Juni). Dipetik Juni 26, 2012, darihttp://www.childinfo.org:
http://www.childinfo.org/breastfeeding_overview.html

82
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Departemen Kesehatan (2004) Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004.
Jakarta: Depkes.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dougherty, Yves, Michael S Kramer. (1983). Do Infant Formula Samples Shorten
The Duration of breastfeeding?. The Lancet 321, Issue (8334): 1148-1151.
Effendy, Nasrul (1998) Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyrakat.
Jakarta: EGC.
Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq (2010) Kajian Imlementasi dan Kebijakan
Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi menyusui Dini di Indonesia. Makara
kesehatan UI, Vol 14 No.1 hal 17-24.
Garwati, Aneu dan Ika Wijayanti. 2010. Good bye lemak, 3 langkah Membentuk
Tubuh Ideal. Jogja great publisher: Yogyakarta.
Green, Lawrence, et al. 1980. Health Education Planning : A Diagnostic
Approach. The John Hopkins University. Mayfield Publishing Company.
Hastono, Priyo Sutanto. 2006. Modul Analisis Data . Depok. FKM UI

Heining, M,J., & Dewey, K. G. (1997). Health Effects of breastfeeding for


mothers : A critical Review. Nutrition Research Reviews, 9, 89-110
Heninglarasati, Paramitha (2011) Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu pengunjung
Puskesmas kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2010.Skripsi.
Depok: FKM UI.
Howward, R Cynthia, Fred M. Howard M and Michael L Weitzman (2007) Infant
Formula Distribution and Advertising in pregnancy : A hospital Survey.
Birth Journal Volume 21 : 14-19

Husna, Asma’ul (2006) Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu


terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Garuda kecamatan
Marpoyan Damai Pekanbaru Tahun 2006. Tesis. Medan : FKM USU
Ibrahim. (2002). Determinan Pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten Tahun 2002. Tesis. Depok: FKM UI.

Ida. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6


Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011.
Depok: FKM UI.
Juherman, Yulia Novika (2008) pengetahuan, Sikap dan peranan Ayah terhadap
Pemberian ASI Eksklusif . Skripsi. Bogor : IPB
Khomsan, Ali (2000) Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat Departemen
Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga. Bogor : IPB

83
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Kotler, P ( 2005) Manajemen Pemasaran Jilid Dua. Edisi Kesebelas. Jakarta :
Gramedia
Kotler, P (2005) Manajemen Pemasaran Jilid Satu. Edisi Kesebelas. Jakarta :
Gramedia.
Lestarie, E. (2004). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI Ekskusif
pada Perawat RSAB harapan Kta. . Depok: FKM UI.
Notoadmodjo, S., (2003) Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip
Dasar.Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan
Pertama. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurliawati, E. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Produksi Air
Susu Ibu Pasca seksio serarea di Wilayah Kota dan Kabupaten
tasikmalaya. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Nurpelita. (2007). faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Buatan II Siak Tahun 2007.
Tesis.Depok: FKM UI.

Priyadi, Eko Rachmat (2008). Analisis Strategi promosi Susu Formula Lanjutan (
Follow u Infant ) Morinaga Chilmil Pada PT Sanghiang Perkasa.
Skripsi.Bogor: FEMA IPB

Riordan J (2004). The biological specificity of breast milk. In: Breastfeeding and
human lactation. Boston, USA : Jones and Bartlett.

Riza, a. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI eksklusif di


Puskesmas kebasan Desa Adisana, Jawa Tengah . Purwokerto: FKM
Unsoed
Sabri, L., Hastono, SP (2009). Statistik Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta
Sardjunani, Nina (2012), Presentasi Launching gerakan SUN Movement : Inisiatif
Global Scalling Up Nutrition di Gedung DPR RI, 11 Januari 2012.
Sears, William dan Martha (2003): The Baby Book, Everything You Need to Know
About Your Baby From Birth to Age Two, New York, Little Brown and
company. Dialihbahasakan oleh Dwi Karyani dkk (2007) Jakarta : serambi
Ilmu Semesta.
Setiawati. (2007). faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada anak Umur 6-24 Bulan di Kecamatan ado Kabupaten
SuMedang Tahun 2007. Depok: FKM UI.

Shimp, Terence (2003). Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga


Simbolon, Pomarida (2011) . Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Gurilla Pematangsiantar.
Skripsi.Medan : FKM USU .

84
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Siagian, A. (2010). Epidemiologi Gizi. (R. Astikawati, Penyunt.) Jakarta: Penerbit
Airlangga.
Siregar, Arifin. Pemberian ASI eksklusif dan Fakor-faktor yang mempengaruhiya;
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin4.pdf. 3 maret 2012.
Soetjiningsih (1997) ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Statistics Indonesia. (December 2008). Indonesia Demographic Health Survey
2007. Calverton, Maryland USA: Macro International.

Supariasa, I. D., Fajar, I., & Bakri, B. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG.
Tamher dan Noorkasini (2009) Kesehatan Usia lanjut dengan Pendekatan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Tien Ihsani (2011). Promosi Susu formula dan Faktor lain yang berhubungan
Dengan ASI Ekskusif di Kota Solok 2011. Skripsi. Depok : Universitas
Indonesia.
Traveras, Elsie,M, Angela M Capra, Paua A Braveman. breastfed as infants. J Am
Med Assoc 285:2461-7 (Editorial by WH Dietz, 2506-7)
Umniyati, H, (2005) Penerapan ASI eksklusif 6 bulan Versus Pemberian makanan
Pendamping ASI Dini di Indonesia. Jurnal kedokteran Yarsi, Vol 13 No.
1, hal 131-137.
UNICEF (2006) 1990-2005 celebrating The Innocenti Declaration on The
Protection , Promotion and support of Breastfeeding. Italy : UNICEF
Innocenti research center .
United Nations. (2011). The Millennium Development Goals Report. New York:
United Nations.
Utaminingrum, H. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan
Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif di kelurahan
Muktiharjo Kidul Kota Semarang . Semarang: Universitas Diponegoro.
Venancio, I. (2005). 2005. Publich Health Nutrition Journal , Individual and
contextual Determinants of Exclusive Breastfeeding.
Wardah. (2003). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASi
eksklusif di Delapan Kabupaten di Jawa Barat dan Jawa TImur Tahun
2002 Analisis Data Dasar ASUH 2002. Depok: FKM UI.
World Health Organization, (1981) International Code of Marketing of Breast-
Milk Subtitutes. Geneva ; WHO.
World Health Organization, (2003) Community- Based Strategies for
Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Geneva:
WHO.

85
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


WHO. (2007). Maternal Mortality in 2005 : Estimates developed by WHO,
UNICEF, UNFPA, and the World Bank. Geneva: WHO.
WHO (2009) Infant and Young Child Feeding : Model Chapter for textbooks for
medical Students and allied health professionals. Geneva : World Health
Organization.
World Health Organization, (2009), Infant and young child feeding. Geneva:
WHO
World Health Organization, (2009). Alasan Medis yang Dapat Diterima Sebagai
Dasar Penggunaan Pengganti ASI. Geneva: WHO
World Health Organization (2010) Infant and Young Child feeding. Geneva.
WHO.
World Health Organization,(2011). Global Health Observatory. Geneva; WHO
Yuliandarin, E. (2009). Faktor-Faktor yang mempengaruhi ASI eksklusif di
Wilayah Puskesmas Kota Baru Kecamatan Bekasi Barat. Depok: FKM UI.

Yusria. (2011). Pengaruh Dukungan keluarga Pada Ibu dalam meningkatan


Durasi menyusui sampai 6 bulan di Kota Langsa. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Zahir, H. (2007, Mei 21). scribd.com. Dipetik Juni 2012, 2012, dari Kompas
Cyber media : http://www.scribd.com/priyo_ke2/d/88060770/23-
Waspadai-Promosi-Susu-Formula

86
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


UMUR

Statistics

Usia :
N Valid 82
Missing 0
Mean 30,89
Median 30,00
Mode 29(a)
Minimum 20
Maximum 47
a Multiple modes exist. The smallest value is shown

Usia :

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 5 6,1 6,1 6,1
22 1 1,2 1,2 7,3
23 3 3,7 3,7 11,0
24 2 2,4 2,4 13,4
25 5 6,1 6,1 19,5
26 1 1,2 1,2 20,7
27 3 3,7 3,7 24,4
28 7 8,5 8,5 32,9
29 10 12,2 12,2 45,1
30 6 7,3 7,3 52,4
31 4 4,9 4,9 57,3
32 10 12,2 12,2 69,5
33 1 1,2 1,2 70,7
34 8 9,8 9,8 80,5
35 2 2,4 2,4 82,9
36 1 1,2 1,2 84,1
38 3 3,7 3,7 87,8
39 2 2,4 2,4 90,2
42 5 6,1 6,1 96,3
45 1 1,2 1,2 97,6
47 2 2,4 2,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

USIA IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK MENDUKUNG 14 17,1 17,1 17,1
MENDUKUNG 68 82,9 82,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

87
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


PENDIDIKAN

Pendidikan :

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tdktmtSD 4 4,9 4,9 4,9
tmtSD 4 4,9 4,9 9,8
tdktmtSMP 1 1,2 1,2 11,0
tmtSMP 23 28,0 28,0 39,0
tdktmtSMA 8 9,8 9,8 48,8
tmtSMA 33 40,2 40,2 89,0
PT 9 11,0 11,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

PEKERJAAN

Pekerjaan :

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 69 84,1 84,1 84,1
Swasta 9 11,0 11,0 95,1
Pedagang 4 4,9 4,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BEKERJA 13 15,9 15,9 15,9
TIDAK BEKERJA 69 84,1 84,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

PENGETAHUAN

Mengurangi pendarahan setelah melahirkan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 57 69,5 69,5 69,5
1 25 30,5 30,5 100,0
Total 82 100,0 100,0

KB sementara

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 59 72,0 72,0 72,0
1 23 28,0 28,0 100,0

88
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Total 82 100,0 100,0

Mempererat kasih sayang antara ibu dan anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 41 50,0 50,0 50,0
1 41 50,0 50,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Zat gizi berkualitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 35 42,7 42,7 42,7
1 47 57,3 57,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

Mudah dicerna bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 47 57,3 57,3 57,3
1 35 42,7 42,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Bayi terhindar dari diare dan alergi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 47 57,3 57,3 57,3
1 35 42,7 42,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Bayi terhindar dari penyakit infeksi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 47 57,3 57,3 57,3
1 35 42,7 42,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Ekonomis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 18 22,0 22,0 22,0
1 64 78,0 78,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

89
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Untuk kecerdasan bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 58 70,7 70,7 70,7
1 24 29,3 29,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

Kesehatan dan gizi ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 4 4,9 4,9 4,9
1 78 95,1 95,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

Isapan bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 61 74,4 74,4 74,4
1 21 25,6 25,6 100,0
Total 82 100,0 100,0

Kemauan ibu menyusui

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 62 75,6 75,6 75,6
1 20 24,4 24,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

Keadaan psikologis/perasaan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 56 68,3 68,3 68,3
1 26 31,7 31,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 58 70,7 70,7 70,7
1 24 29,3 29,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

90
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Karbohidrat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 65 79,3 79,3 79,3
1 17 20,7 20,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Lemak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 68 82,9 82,9 82,9
1 14 17,1 17,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

Zat kecerdasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 50 61,0 61,0 61,0
1 32 39,0 39,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Zat penangkal penyait (antibodi)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 40 48,8 48,8 48,8
1 42 51,2 51,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Vitamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 64 78,0 78,0 78,0
1 18 22,0 22,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Meningkatkan sistem kekebalan bayi sehingga anak jarang sakit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 15 18,3 18,3 18,3
1 67 81,7 81,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Menurut ibu, apakah susu formula sama baiknya dengan ASI?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

91
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Valid tdksama 81 98,8 100,0 100,0
Missing System 1 1,2
Total 82 100,0

Berdasarkan permintaan anak ( setidaknya 8x sehari )

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 13 15,9 15,9 15,9
1 69 84,1 84,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

Sesering mungkin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 23 28,0 28,0 28,0
1 59 72,0 72,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Sampai berapa umur bayi seharusnya hanya diberikan ASI eksklusif (A

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6bln 59 72,0 72,0 72,0
4bln 4 4,9 4,9 76,8
2thn 18 22,0 22,0 98,8
tdktahu 1 1,2 1,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Kenyang setelah disusui

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 18 22,0 22,0 22,0
1 64 78,0 78,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Melepas puting susu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 22 26,8 26,8 26,8
1 60 73,2 73,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Tidur pulas minimal 1-2 jam

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 39 47,6 47,6 47,6
1 43 52,4 52,4 100,0

92
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Total 82 100,0 100,0

Meningkat berat badannya setiap bulan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 47 57,3 57,3 57,3
1 35 42,7 42,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Menyusui lebih sering

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 40 48,8 48,8 48,8
1 42 51,2 51,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Membiarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 46 56,1 56,1 56,1
1 36 43,9 43,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

Posisi bayi benar (mulut atau badan)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 55 67,1 67,1 67,1
1 27 32,9 32,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

Ibu mengonsumsi makanan/minuman khusus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 29 35,4 35,4 35,4
1 53 64,6 64,6 100,0
Total 82 100,0 100,0

Ibu cukup makan dan minum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 37 45,1 45,1 45,1
1 45 54,9 54,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

KATEGORISASI PENGETAHUAN IBU

93
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


KATEGORISASI PENGETAHUAN IBU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 51 62,2 62,2 62,2
SEDANG 17 20,7 20,7 82,9
TINGGI 14 17,1 17,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

DUKUNGAN KELUARGA

Apakah suami ibu mendorong ibu untuk menyusui bayi sesegera mungkin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 23 28,0 28,0 28,0
1 59 72,0 72,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah suami ibu pernah mencari informasi atau berdiskusi tentang me

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 42 51,2 51,2 51,2
1 40 48,8 48,8 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah suami ibu selalu mengurangi kelelahan ibu pada saat mengurus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 19 23,2 23,2 23,2
1 63 76,8 76,8 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah suami ibu tidak memberikan makanan (susu formula/makanan/minu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 27 32,9 32,9 32,9
1 55 67,1 67,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

94
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Apakah suami ibu membantu ibu menggantikan popok bayi ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 22 26,8 26,8 26,8
1 60 73,2 73,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah suami ibu membantu ibu dalam pekerjaan rumah tangga?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 30 36,6 36,6 36,6
1 52 63,4 63,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah suami ibu membantu ibu dalam pekerjaan rumah tangga?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 30 36,6 36,6 36,6
1 52 63,4 63,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah suami ibu pernah menyarankan ibu untuk memberikan ASI saja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 32 39,0 39,0 39,0
1 50 61,0 61,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

95
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Apakah keluarga ibu mendorong ibu untuk menyusui bayi sesegera mungk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 26 31,7 31,7 31,7
1 56 68,3 68,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu pernah mencari informasi atau berdiskusi tentang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 34 41,5 41,5 41,5
1 48 58,5 58,5 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu tidak memberikan makanan (susu formula/makanan/m

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 26 31,7 31,7 31,7
1 56 68,3 68,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu membantu ibu menggantikan popok bayi ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 22 26,8 26,8 26,8
1 60 73,2 73,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu membantu ibu dalam pekerjaan rumah tangga?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 22 26,8 26,8 26,8
1 60 73,2 73,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu pernah mencari informasi tentang kesehatan anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 37 45,1 45,1 45,1
1 45 54,9 54,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu selalu bangun malam hari saat bayi menangis?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

96
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Valid 0 24 29,3 29,3 29,3
1 58 70,7 70,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah keluarga ibu pernah menyarankan ibu untuk memberikan ASI sa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 26 31,7 31,7 31,7
1 56 68,3 68,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu mendorong ibu untuk menyusui bayi sesegera mungkin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 31 37,8 37,8 37,8
1 51 62,2 62,2 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu pernah mencari informasi atau berdiskusi tentang m

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 45 54,9 54,9 54,9
1 37 45,1 45,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu selalu mengurangi kelelahan ibu pada saat mengurus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 39 47,6 47,6 47,6
1 43 52,4 52,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu tidak memberikan makanan (susu formula/makanan/min

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 37 45,1 45,1 45,1
1 45 54,9 54,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu membantu ibu menggantikan popok bayi ?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 31 37,8 37,8 37,8
1 51 62,2 62,2 100,0

97
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu membantu ibu dalam pekerjaan rumah tangga?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 39 47,6 47,6 47,6
1 43 52,4 52,4 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu pernah mencari informasi tentang kesehatan anak da

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 50 61,0 61,0 61,0
1 32 39,0 39,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu selalu bangun malam hari saat bayi menangis?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 44 53,7 53,7 53,7
1 38 46,3 46,3 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah mertua ibu pernah menyarankan ibu untuk memberikan ASI saja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 36 43,9 43,9 43,9
1 46 56,1 56,1 100,0
Total 82 100,0 100,0

KATEGORISASI DUKUNGAN KELUARGA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 38 46,3 46,3 46,3
SEDANG 21 25,6 25,6 72,0
BAIK 23 28,0 28,0 100,0
Total 82 100,0 100,0

PROMOSI SUSU FORMULA

Pernahkah ibu mendapatkan sampel susu formula untuk bayi saat hamil

98
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 55 67,1 67,1 67,1
tidak 27 32,9 32,9 100,0
Total 82 100,0 100,0

Pernahkah ibu mendapatkan sampel susu formula untuk bayi saat hamil

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid dokter 7 8,5 8,8 8,8
bidan 49 59,8 61,3 70,0
perawat 7 8,5 8,8 78,8
teman 14 17,1 17,5 96,3
keluarga 3 3,7 3,8 100,0
Total 80 97,6 100,0
Missing System 2 2,4
Total 82 100,0

Apakah ibu pernah ditawari susu formula oleh bidan atau dokter di te

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 51 62,2 62,2 62,2
tidak 31 37,8 37,8 100,0
Total 82 100,0 100,0

Apakah penolong atau perawat persalinan ibu pernah memberikan susu formula

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pernah 47 57,3 57,3 57,3
tidak 35 42,7 42,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

Statistics

PROMOSI SUFOR
N Valid 82
Missing 0
Mean 1,87
Median 3,00
Mode 3
Minimum 0
Maximum 3

PROMOSI SUFOR

99
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 24 29,3 29,3 29,3
1 7 8,5 8,5 37,8
2 7 8,5 8,5 46,3
3 44 53,7 53,7 100,0
Total 82 100,0 100,0

VARIABEL.UMUR * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI
EKSKLUSIF ASI EKS EKSKLUSIF
BERPELUANG 24 44 68
VARIABEL.UMU TIDAK
R 5 9 14
BERPULANG
Total 29 53 82

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,001(b) 1 ,976
Continuity
,000 1 1,000
Correction(a)
Likelihood Ratio ,001 1 ,976
Fisher's Exact Test 1,000 ,601
Linear-by-Linear
Association ,001 1 ,976
N of Valid Cases 82
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,95.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
VARIABEL.UMUR
,982 ,295 3,263
(BERPELUANG / TIDAK
BERPULANG)
For cohort VARIABEL.ASI
= ASI EKSKLUSIF ,988 ,456 2,141
For cohort VARIABEL.ASI
= TIDAK ASI EKS 1,007 ,656 1,544
N of Valid Cases 82

Chi-Square Tests

100
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,067(b) 1 ,005
Continuity
6,808 1 ,009
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,291 1 ,004
Fisher's Exact Test ,006 ,004
Linear-by-Linear
Association 7,968 1 ,005
N of Valid Cases 82
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,15.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
PENDIDIKAN (TINGGI 4,000 1,497 10,689
/ RENDAH)
For cohort
VARIABEL.ASI = ASI 2,500 1,254 4,983
EKSKLUSIF
For cohort
VARIABEL.ASI = ,625 ,445 ,878
TIDAK ASI EKS
N of Valid Cases 82

VARIABEL.BEKERJA * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI ASI
EKSKLUSIF EKS EKSKLUSIF
VARIABEL.BEKERJA BERPELUANG (TIDAK
BEKERJA) 29 40 69
TIDAK BERPELUANG
(BEKERJA) 0 13 13
Total 29 53 82

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,453(b) 1 ,004
Continuity
6,715 1 ,010
Correction(a)
Likelihood Ratio 12,655 1 ,000
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear
Association 8,350 1 ,004
N of Valid Cases 82
a Computed only for a 2x2 table

101
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,60.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
VARIABEL.PENDIDIKAN 8,000 1,635 39,142
(TINGGI / RENDAH)
For cohort
VARIABEL.ASI = ASI 3,333 1,539 7,221
EKSKLUSIF
For cohort
VARIABEL.ASI = TIDAK ,417 ,163 1,063
ASI EKS
N of Valid Cases 49

VARIABEL.PROMOSI * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI ASI
EKSKLUSIF EKS EKSKLUSIF
VARIABEL.PROMOSI BERPELUANG (TIDAK
ADA PROMOSI) 24 7 31
TIDAK BERPELUANG
(ADA PROMOSI) 5 46 51
Total 29 53 82

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 38,562(b) 1 ,000
Continuity
35,661 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 40,713 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 38,092 1 ,000
N of Valid Cases 82
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,96.

102
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
VARIABEL.PROMOSI
(BERPELUANG (TIDAK
ADA PROMOSI) / TIDAK 31,543 9,044 110,014
BERPELUANG (ADA
PROMOSI))

For cohort
VARIABEL.ASI = ASI 7,897 3,362 18,547
EKSKLUSIF
For cohort
VARIABEL.ASI = TIDAK ,250 ,130 ,483
ASI EKS
N of Valid Cases 82

VARIABEL.PENGETAHUAN * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI ASI
EKSKLUSIF EKS EKSKLUSIF
VARIABEL.PENG BAIK 13 1 14
ETAHUAN SEDANG 9 8 17
BURUK 7 44 51
Total 29 53 82

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 32,989(a) 2 ,000
Likelihood Ratio 35,040 2 ,000
Linear-by-Linear
32,586 1 ,000
Association
N of Valid Cases
82
a 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,95.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,


Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lo
Step VARIABEL.PENGET
1(a) AHUAN 20,543 2 ,000
VARIABEL.PENGET
AHUAN(1) 2,447 1,146 4,561 1 ,033 11,556

103
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


VARIABEL.PENGET
AHUAN(2) 4,403 1,115 15,604 1 ,000 81,714
Constant -2,565 1,038 6,109 1 ,013 ,077
a Variable(s) entered on step 1: VARIABEL.PENGETAHUAN.

VARIABEL.SUAMI * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI ASI
EKSKLUSIF EKS EKSKLUSIF
VARIABEL.SUAMI BAIK 19 17 36
SEDANG 3 5 8
BURUK 7 31 38
Total 29 53 82

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 9,564(a) 2 ,008
Likelihood Ratio 9,861 2 ,007
Linear-by-Linear
9,436 1 ,002
Association
N of Valid Cases
82
a 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,83.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,0


Lower Upper Lower Upper Lower Upper Low
Step VARIABEL.SUAMI 8,925 2 ,012
1(a) VARIABEL.SUAMI(1) ,622 ,803 ,600 1 ,439 1,863
VARIABEL.SUAMI(2) 1,599 ,535 8,925 1 ,003 4,950
Constant -,111 ,334 ,111 1 ,739 ,895
a Variable(s) entered on step 1: VARIABEL.SUAMI.

VARIABEL.KELUARGA * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI ASI
EKSKLUSIF EKS EKSKLUSIF
VARIABEL.KELUARGA BAIK 23 21 44
SEDANG 3 8 11
BURUK 3 24 27
Total 29 53 82

104
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 12,766(a) 2 ,002
Likelihood Ratio 13,914 2 ,001
Linear-by-Linear
12,531 1 ,000
Association
N of Valid Cases
82
a 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,89.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,0% C.I


Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower
Step VARIABEL.KELUARGA 10,896 2 ,004
1(a) VARIABEL.KELUARGA(1) 1,072 ,741 2,091 1 ,148 2,921 ,683
VARIABEL.KELUARGA(2) 2,170 ,683 10,107 1 ,001 8,762 2,299
Constant -,091 ,302 ,091 1 ,763 ,913
a Variable(s) entered on step 1: VARIABEL.KELUARGA.

VARIABEL.MERTUA * VARIABEL.ASI Crosstabulation

Count

VARIABEL.ASI Total
ASI TIDAK ASI ASI
EKSKLUSIF EKS EKSKLUSIF
VARIABEL.MERTUA BAIK 21 12 33
SEDANG 0 3 3
BURUK 8 38 46
Total 29 53 82

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 19,681(a) 2 ,000
Likelihood Ratio 20,779 2 ,000
Linear-by-Linear
17,393 1 ,000
Association
N of Valid Cases
82
a 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,06.

105
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95,0% C.I.fo


Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower
Step VARIABEL.MERTUA 15,889 2 ,000
1(a) VARIABEL.MERTUA(1) 28270810
21,763 23205,422 ,000 1 ,999 ,000
15,192
VARIABEL.MERTUA(2) 2,118 ,531 15,889 1 ,000 8,312 2,934
Constant -,560 ,362 2,391 1 ,122 ,571
a Variable(s) entered on step 1: VARIABEL.MERTUA.

106
Universitas Indonesia

Faktor-faktor..., Zakiyah, FKM UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai