Anda di halaman 1dari 23

MITIGASI BENCANA BERBASIS

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BADUY


Suparmini, SriadiFISUniversitasSetyawti,NegeriDyah RespatiYogyakartaSuryo Sumunar
email: suparmini@uny.ac.id

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kearifan lokal masyarakatBaduy


Abstrak: M tigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal Masyar .
yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi

Banten, dan (2) kearifan lokal yang berkaitan dengan mitigasi bencana alam gempa
bumi, banjir, tanah longsor, dan kebakaran. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi,
dan wawancara. Analisis data secara kualitatif, melalui reduksi data, penyajian
data, hingga pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat Baduy, tetap memegang kuat kepercayaan dan adat istiadatnya serta
meniti hari demi hari dengan penuh kearifan. Kepercayaan dan adat istiadat itu
menjadi (aturan) yang senantiasa menjadi falsafah hidup dan keseharian
masya ra kat Baduy. Kear ifan lokal masyarakat Baduy berka itan dengan piku kuh mitigasi

bencana gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran tercermin dalam

(1) tradisi perladangan, yakni dengan aturan pemilihan lokasi ladang (huma),
waktu berladang, tata cara membuka dan membakar lahan, hingga peralatan
yang diperbolehkan untuk digunakan. Tradisi perladangan menghindarkan dari
bahaya longsor, dan kebakaran. (2) Aturan dan dalam membuat bangun
dan
bangunan rumah, jembatan, lumbung, dan sebagai nya dengan bahan bambu, ijuk, piku kuh

tanpa paku. Bangunan didirikan di atas tanah menyesuaikan kontur

ki ey
tanah, didirikan di atas , tidak diperboleh kan mengubah kontur tanah. Hal

itu merupakan mitigasi umpterhadapk bencana gempa, longsor, banjir, dan kebakaran.
(3) Pembagian zona hutan dalam tiga wilayah sebagai wujud nyata pelestarian
ekosistem dan merupakan mitigasi terhadap bencana longsor, banjir, erosi, dan
bencana lainnya.
Kata kunci: mitigasi bencana, masyarakat Baduy, kearifan lokal

studyAbstract:aimsDisastertoknowMitigation(1)indigenousBaedBaduyLocalcommunityWisdom

BaduywholiveCommunityintheKanekes.This village, Leuwidamar sub district, Lebak Banten, and (2)

local knowledge relating to the mitigation of natural disasters as earthquakes, floods, landslides, and fire.

This study used a qualitative descriptive method. Data was collected by observation, documentation, and

interviews. Data were analyzed qualitatively, through data reduction, data presentation, to a conclusion.

The results showed that Baduy community, still hold strong beliefs and customs as well as day by day

with great wisdom. Beliefs and customs that become pikukuh (rules) which has always been the

philosophy of life and daily Baduy. Local knowledge related to mitigation Baduy earthquakes, landslides,

floods , and fires reflected in (1) farming tradition, namely the rules of the site selection fields (huma),

time farming, and open burning ordinances lands, until equipment is allowed for use . Cultivation

tradition of avoiding the danger of landslides, and fires. (2) Rules and pikukuh in making the wake of

houses, bridges, barns, and so forth with bamboo materials, fibers, and Kirey without nails. Buildings

erected on the land contour adjust, founded on pedestals, are not allowed to changed the contour of the

land . It was a mitigation

47
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
of the earthquake, landslides , floods, and fires. (3) The division of the forest zone

in the three regions as a tangible manifestation of the conservation of ecosystems


and a mitigation of the landslide, flooding, erosion, and other disasters.
Keywords: disaster mitigation, Baduy, local wisdom

PENDAHULUAN dijadikan lahan ladang (Suparmini, dkk,

Masyarakat Baduy berada di Desa 2012:53)


Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabu- Masyarakat Baduy merupakan ma-
paten Lebak Provinsi Banten merupakan syarakat tradisional bersahaja dan kaya
salah satu suku di Indonesia yang sampai sumber kearifan yang dapat menjadi
sekarang masih mempertahankan nilai- teladan dan panutan kita. Hingga saat
nilai budaya dasar yang dimiliki dan ini masyarakat Baduy masih terikat
diyakininya, di tengah-tengah kemajuan pada pikukuh (adat yang kuat) yang
peradaban di sekitarnya. Wilayah Kanekes diturunkan dari generasi ke generasi.
secara geografis terletak pada koordinat Salah satu pikukuh itu berbunyi lojor teu
6°27’27”-6°30’0” LS dan 108°3’9”- meunang dipotong, pondok teu meunang
106°4’55” BT, ditinggali oleh masyarakat disambungan, yang berarti panjang tidak
(suku) Baduy secara turun temurun boleh dipotong, pendek tidak boleh
hingga sekarang. Wilayah yang merupakan disambung. Makna pikukuh itu antar lain
bagian dari Pegunungan Keundeng dengan tidak mengubah sesuatu, atau dapat juga
ketinggian 300-600m di atas permukaan berarti menerima apa yang sudah ada.
laut (dpl) tersebut mempunyai topografi Insan Baduy yang melanggar pikukuh
berbukit dan bergelombang dengan akan memperoleh ganjaran adat dari puun
kemiringan tanah rata-rata mencapai (pimpinan adat tertinggi).
45%, yang merupakan tanah vulkanik (di Masyarakat Baduy yang tinggal di
bagian utara), tanah endapan (di bagian Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,
tengah), dan tanah campuran (di bagian Kabupaten Lebak merupakan daerah yang
selatan) suhu rata-rata 20°C. tidak luput dari bencana, terutama bencana
Masyarakat Baduy mendiami kawasan alam. Sejalan dengan perkembangan
Pegunungan Keundeng, memiliki tanah waktu, masyarakat umumnya memiliki
adat kurang lebih sekitar 5.108hektar, pengetahuan dan kearifan dalam mem-
mereka memiliki prinsip hidup cinta damai, prediksi dan melakukan mitigasi bencana
tidak mau berkonflik dan taat pada tradisi di wilayahnya. Pengetahuan dan teknologi
lama mereka, serta hukum adat, dan tentu lokal biasanya diperoleh dati pengalaman
saja memiliki kearifan lokal tradisional empiris yang kaya akibat dari interaksi
sendiri yang dianggap unik dan menarik dengan lingkungannya. Hal itupun terjadi
bagi orang luar Baduy. Masyarakat Baduy pada masyarakat Baduy, dimana mereka
secara umum telah memiliki konsep dan memiliki cara-cara tertentu untuk melaku-
memperhatikan
mempraktekkan pencagaran alam (sangat
. Misal nya mereka

keselamatan
ture

hutan.
kan mitigasi terhadap bencana yang
potensial terjadi di wil ayah nya.

Secara umum, mitigasi bencana diarti-

conservation) kan sebagai sebuah upaya perencanaan


Hal ini mereka lakukan karena mereka

sangat menyadari bahwa dengan menjaga yang tepat untuk meminimalisir dampak
hutan maka akan menjaga keterlanjutan negatif bencana terhadap manusia.
ladangnya juga. Lahan hutan yang berada Mitigasi bencana merupakan salah satu
di luar wilayah permukiman, biasa mereka dari kegiatan manajemen bencana,
buka setiap tahun secara bergilir untuk yang meliputi: (1) kegiatan prabencana,

48
yakni kegiatan pencegahan, Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
mitigasi, prinsipnya bernilai baik dan merupakan

kesiapsiagaan, serta peringatan dini; (2) keunggulan budaya masyarakat setempat


kegiatan saat terjadi bencana, meliputi yang berkaitan dengan kondisi geografis
kegiatan tanggap darurat, kegiatan SAR secara luas.
( ), bantuan darurat, Kearifan lokal juga dapat diartikan
pascabencana yang mencakup kegiatan serta berbagai strategi kehidupan yang
dan search and resque pengungsian, serta (3) kegiat an seba ga i pandangan hidup dan pengetahuan

pemilihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. berwujud aktivitas yang dilakukan oleh


(UU No 24 Tahun 2007). mengkaji masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
Penelitian ini mencoba masalah dalam pemenuhan kebutuhan
tentang kearifan lokal tradisional ma- mereka, meliputi seluruh unsur kehidupan;
syarakat Baduy yang berkaitan dengan agama, ilmu penetahuan, ekonomi,
mitigasi bencana, khususnya, gempa bumi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan
banjir, tanah longsor, dan kebakaran. komunikasi, serta kesenian. Mereka mem-
Kearifan atau kolektif, merupakan
suatu pemahaman pengetahun,
punyai pemahaman, program, kegiatan,
pelaks anaan terka it untuk mempertahankan,

dan kebijaksanaan memperbaiki, dan mengembangkan unsur


wisdom

yang mempengaruhi

keputusan penyelesaian atau penang- kebutuhan dan cara pemenuhannya, dengan


gulangan suatu masalah kehidupan. mem-perhatikan sumber daya manusia dan
Kearifan dalam hal ini merupakan sumber daya alam di sekitarnya.
perwujudan seperangkat pemahaman Kearifan lokal dipandang sangat bernilai
dan pengetahuan yang mengalami proses dan mempunyai manfaat tersendiri dalam
perkembangan oleh suatu kelompok kehidupan masyarakat. Sistem tersebut
masyarakat setempat atau komunitas yang dikembangkan karena adanya kebutuhan
terhimpun dari proses dan pengalaman untuk menghayati, mempertahankan,
panjang dalam berinteraksi dalam satu dan melangsungkan hidup sesuai dengan
sistem dan dalam satu ikatan hubungan situasi, kondisi, kemampuan, dan tata nilai
yang saling menguntungkan (Purba, yang dihayati di dalam masyarakat yang
2002 dalam Marfai, 2012:33). Indonesia bersangkutan. Dengan kata lain, kearifan
memiliki banyak etnik dan suku bangsa, lokal tersebut kemudian menjadi bagian
dimana setiap etnik dan suku bangsa dari cara hidup mereka yang arif untuk
mempunyai sistem dan pendekatannya memecahkan segala permasalahan hidup
sendiri dalam memahami dan bersikap yang mereka hadapi. Berkat kearifan
terhadap pengelolaan sumberdaya alam. lokal mereka dapat melangsungkan
Hampir setiap suku atau kelompok kehidupannya, bahkan dapat berkembang
etnis mempunyai sistem pengetahuan
tradis ional

lahirkan inovasi pengelolaan lingkungan


tersendir i bahkan telah me-
secara berkelanjutan ( ) (Perman a, 2010: 3).

sustainable develop-

Dalam keseharian, terdapat berbagai

dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ment


pandangan dan pendapat tentang bencana

unik berbasis adat dan budaya setempat. yang tumbuh dan berkembang dalam
Menurut Sartini (2009:11), kearifan masyarakat. Pandangan dan pendapat
lokal disimpulkan sebagai kepribadian, tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan
identitas kultural masyarakat yang dan pemahaman personal atau kelompok
berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, tentang bencana. Beberapa pandangan
adat istiadat, dan aturan khusus yang dan pendapat masyarakat tentang bencana
diterima oleh masyarakatnya dan teruji adalah sebagai berikut. pandangan yang
kemampuannya sehingga dapat bertahan , yakni
F talisme
seca ra terus menerus. Kear ifan lokal pada men gang ga p bahwa bencana merupakan

49
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
kutukan atau murka Tuhan akibat ulah gempabumi, erupsi gunungapi, kekeringan,

manusia yang tidak sesuai dengan angin ribut dan tsunami. (b) Bencana
kehendak-Nya. Dengan demikian kejadian nonalam adalah adalah bencana yang
bencana tidak dapat ditanggulangi tau diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
dilawan karena smua adalah suratan peristiwa nonalam yang antara lain
takdir. , adalah pandang- berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. (c) Bencana
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
an yang berang ga pan bahwa bencana Anth ropose trisme sosial, adalah bencana yang diakibatkan

merupakan fenomena alam yang di-

sebabkan oleh ulah manusia yang yang diakibatkan oleh manusia yang
mengesploitasi alam sedemikian rupa meliputi konflik sosial antarkelompok
sehingga menyebabkan terjadinya ke- atau antarkomunitas masyarakat, dan
tidakseimbangan unsur semesta, yang teror.
pada akhirnya menimbulkan bencana. Penanggulangan bencana merupakan
yang ,
suatu pandangan beran ggap an bahwa bencana
serangkaian upaya yang meliputi pe-netapan
kebij akan pembangunan yang berisiko

timbulnya bencana, kegiatan pencegahan


Kosmosentrisme

merupakan fenomena alam yang terjadi

secara alamiah, sesuatu yang wajar bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
terjadi. Jika memang telah tiba saatnya, Tujuan dari penanggulangan bencana ada-
alam berobah menyesuaikan komposisi lah (a) memberikan perlindungan kepada
alamiahnya. Dalam hal ini campur tangan masyarakat dari ancaman bencana; (b)
manusia untuk mengesploitasi alam menyelaraskan peraturan perundang-
tidak terlalu signifikan mempengaruhi undangan yang sudah ada; (c) menjamin
terjadinya bencana. pandangan yang terselenggaranya penanggulangan bencana
, yakni secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
(e) membangun partisipasi dan kemitraan
beran ggap an bahwa bencana merupakan Inklusivism e menyeluruh; (d) mengha rgai budaya lokal;

fenomena alam yang terjadi karena keter-

kaitan antara unsur alam dan manusia publik serta swasta; (f) mendorong sema-
yang tidak terpisahkan satu sama lain. ngat gotong royong, kesetiakawanan, dan
(Priambodo, 2009:21). kedermawanan; dan (g) menciptakan
Menurut Undang-undang Nomor 24 perdamaian dalam kehidupan berma-
Tahun 2007, bencana dapat didefinisikan syarakat, berbangsa, dan bernegara. Penye-
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa lenggaraan penanggulangan bencana
yang mengancam dan mengganggu terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: (a)
kehidupan dan penghidupan masyarakat prabencana; (b) saat tanggap darurat; dan
yang disebabkan, baik oleh faktor alam (c) pascabencana.
dan/atau faktor nonalam maupun Masyarakattradisionalpadaumumnya
faktor manusia sehingga mengakibatkan telah lama hidup berdampingan dengan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan alam secara harmonis, sehingga mengenal
lingkungan, kerugian harta benda, dan berbagai cara memanfaatkan sumberdaya
dampak psikologis. alam secara berkelanjutan. Dalam kearifan
Berdasarkan sumber dan penyebab- lingkungan juga terwujud konservasi yang
nya, bencana dapat dikelompokkan dilakukan oleh masyarakat. diwujudkan
menjadi: (a)Bencana alam adalah segala Kearifan lokal yang
jenis bencana yang sumber, perilaku, dan dalam bentuk perilaku adaptif terhadap
faktor penyebab atau pengaruhnya berasal lingkungan mempunyai peranan penting
dari alam, seperti: banjir, tanah longsor, dalam pengurangan resiko bencana.

50
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
Kearifan lokal yang berlaku di suatu sosial (harmonis), ekonomi ( rofitable),

masyarakat memberikan dampak positif dan ekologi (lestari). Ketiga aspek dalam
bagi masyarakat dalam menghadapi dan pengelolaan dan pelestarian lingkungan
mensikapi bencana yang datang. Kearifan yang berkelanjutan tersebut menunjukkan
lokal merupakan ekstraksi dari berbagai kesaling-hubungan satu sama lain.
pengalaman yang bersifat turun temurun Kearifan lokal berupa pengetahuan,
dari nenek moyang atau orang-orang keyakinan, pemahaman, wawasan, serta
terdahulu yang telah mengalami kejadian adat kebiasaan atau etika yang menuntun
bencana (Marfai, 2012:50). perilaku manusia dalam kehidupan
Menurut Marfai dan Khasanah (2008) sangat terkait dengan kondisi wilayah dan
dalam Marfai (2012:52), adaptasi yang komunitas yang diwariskan secara turun
dilakukan manusia terhadap lingkungannya temurun, sehingga bentuk kearifan lokal
termasuk di dalamnya lingkungan fisik dan dapat dilihat melalui pendekatan kultural,
proses alam seperti terjadinya bencana yang terdiri dari pengetahuan lokal,
menunjukkan adanya interelasi antara budaya lokal, keterampilan lokal, sumber
manusia dan lingkungan. Dalam hubungan lokal, dan proses sosial lokal. Kearifan lokal
yang saling terkait ini perubahan pada suatu masyarakat Baduy tercermin pula dalam
komponen akan menyebabkan perubahan kaitannya dengan upaya mitigasi bencana.
lain dan sebaliknya. Dalam konteks ini Atau dengan kata lain, pengetahuan dan
pendekatan menekankan kearifan lokal dalam mitigasi bencana
aktivitas masyarakat Baduy yang meliputi
atau menunjukkan h man ecology adanya hubungan dapat di gal i dari dokumentasi bentuk

saling terkait ( ) antara lingkungan

bentuk dan struktur dan tata letak bangun


dan proses- proses fisik yang berlangsung interplay antara lain aktiv itas tebang- bakar lahan,

di dalamnya dan sistem-sistem sosial/

budaya. Dalam proses interaksinya dengan bangunan, pengelolaan dan pemanfaatan


lingkungan sekitar kemudian tercipta sumber air, hutan, dan gunung.
budaya dan kearifan lokal. METODE

Penelitian ini didesain sebagai


Kem ampuan adaptasi dapat diilus-

trasikan dalam bentuk setting budaya yang


tidak mudah mengalami perubahan dan penelitian deskriptif kualitatif, dimana
pergeseran tanpa adanya transisi kultural hasil dari penelitian ini berusaha untuk
yang dalam hal ini memerlukan waktu yang menjelaskan secara rinci mengenai
lama. Selain dipengaruhi oleh karakteristik keadaan yang ada di lapangan. Dalam
masyarakat, kemampuan adaptasi juga penelitian kualitatif, teori dan sumber
dipengaruhi oleh keberadaan dan ancaman data dapat berkembang di lapangan.
bencana dan ketersediaan sumber daya Dalam penelitian ini, variabel yang
lokal. Kemampuan masyarakat dalam diamati adalah (a) Alam dan lingkungan
melakukan mitigasi bencana tidak terlepas masyarakat Baduy; (b) Kearifan lokal
dari kajian-kajian terhadap budaya dan masyarakat Baduy; (c) Pola mitigasi
kearifan lokal serta kemampuan adaptasi bencana masyarakat Baduy. Penduduk
masyarakat. Adaptasi adalah suatu strategi Kampung (Masyarakat) Baduy pada
penyesuaian diri yang digunakan manusia umumnya menjadi subjek dalam penelitian
selama hidupnya untuk merespon ini. Beberapa narasumber atau key
terhadap perubahan lingkungan dan sosial informan diperlukan dalam pemerolehan
(Marfai, 2012:53). masyarakat Baduy data dan informasi.
Kearifan lokal Dalam pengumpulan data penelitian,
dalam upaya konservasi dan pelestarian digunakan teknik observasi, dokumentasi,
lingkunganakanmencakuptigaunsur,yaitu dan wawancara. Teknik observasi yang

51
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
dilakukan yaitu observasi terstruktur untuk memasuki wilayah Baduy. Di tengah

dimana peneliti telah menyiapkan terminal Kampung Ciboleger terdapat tugu


pedoman observasi. Instrumen observasi dengan patung yang menggambarkan satu
menggunakan daftar isian atau .
keluarga Baduy yang seolah mengucapkan
yang mendaki, sekitar 100 meter dari
Metode dokumentasi digunakan ch ek list untuk “selam at datang di Baduy”. Di ujung jalan

melengkapi data dan informasi lain yang

diperoleh instansi terkait atau sumber terminal adalah batas kawasan Baduy.
referensi lain, termasuk studi pustaka. Terdapat penanda dan peta sederhana
Lembar dokumentasi digunakan sebagai kawasan Baduy, dipahat pada marmer
instrumen dalam penelitian ini. Proses penanda batas wilayah Baduy. Kampung
wawancara dilakukan dengan bertatap Kaduketug Baduy Luar sebagai kampung
muka secara langsung ( ) terdepan. Kampung Kaduketug adalah
mencakup 57 kampung di seluruh
dengan nara sumber atau key informan. fa ce to fa ce pusat administrasi Desa Kanekes yang

Pedoman wawancara digunakan sebagai

instrumen untuk memudahkan dalam kawasan Baduy. Masyarakat Baduy tinggal


proses wawancara dengan nara sumber secara mengelompok pada suatu kampung
atau .
Analisi s data dilaku kan mengguna kan
dan menyebar di wilayah Kanekes. Ada dua
kelompok besar pemukiman masyarakat

Baduy, yaitu kelompok Baduy Dalam


ke y info rman

tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu reduksi data, penyajian dan Kelompok Baduy Luar. Kelompok
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. yang berada di Baduy Luar disebut
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat “panamping” yang artinya
Secara geografis wilayah Baduy adalah pendamping, karena mereka
bermukim di bagian luar wilayah Baduy
terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” dan mendampingi masyarakat Baduy
LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT, dan secara Dalam. Kelompok Baduy Luar ini tersebar
administratif wilayah Baduy termasuk di 54 kampung. Sementara kelompok
dalam wilayah Desa kanekes, Kecamatan Baduy Dalam disebut dengan masyarakat
Leuwidamar, Kabupaten lebak, Provinsi “Kajeroan” yang artinya dalam atau “Girang”
Banten, dengan batas-batas wilayah yang artinya hulu. Mereka bermukim di
sebagai berikut. dengan bagian dalam atau daerah hulu dari Sungai
Sebelah utara, berbatasan Ciujung. Ada tiga kampung yang mereka
desa Bojongmenteng Kecamatan Leuwi- tinggali, yaitu Cikeusik, Cikartawana,
damar, Desa Cisemeut Kecamatan dan Cibeo. Kelompok Baduy Dalam tidak
Leuwidamar, dan Desa Nyagati Kecamatan pernah menambah jumlah kampung yang
Leuwidamar. Sebelah barat, berbatasan ada, wilayahnya hanya ada di tiga kampung
dengan Desa Parakanbeusi, Kecamatan tersebut. Sementara untuk Baduy Luar
Bojongmanik Kecamatan Bojongmanik, dari tahun ketahun jumlah kampungnya
Desa keboncau Kecamatan Bojongmanik, bertambah seiring dengan pertambahan
dan Desa Karangnunggal Kecamatan populasi disana. Jika populasi di Baduy
Bojongmanik. Sebelah selatan, berbatasan Dalam bertambah dan tidak sesuai dengan
dengan Desa Cikate Kecamatan Cijaku. kapasitas kampungnya, maka sebagian
Sebelah timur, berbatasan dengan Desa dari mereka akan keluar untuk tinggal di
Karangcombong Kecamatan Muncang, wilayah Baduy Luar dan menjadi kelompok
Desa Cilebang Kecamatan Muncang. Baduy Luar.
Kampung Ciboleger, Kelurahan Kampung-kampung Baduy Tangtu
Bojongmenteng adalah “gerbang utama” berada pada wilayah sebelah selatan,

52
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
sedangkan kampung-kampung Baduy permukiman, dan mencangkul tanah

Panamping terletak di sebelah timur, barat, untuk pertanian; (3) Dilarang masuk hutan
dan utara. Kampung-kampung tersebut titipan ( ) untuk menebang
Jarak antar kampung bervariasi antara 0,5
umumnya berada di tepi atau dekat sungai. pohon, membuka ladang, atau menga mbil leuwe ng titipan

hasil hutan. Masyarakat Baduy membagi

km dan 1 km yang dihubungkan dengan tata guna lahannya menjadi kawasan


jalan-jalan setapak yang penuh dengan larangan, kawasan perlindungan, dan
tanjakan atau turunan mengikuti kontur kawasan budidaya. Kawasan larangan dan
perbukitan. perlindungan tidak dapat dialihfungsikan
Ketentuan Adat Masyarakat Baduy untuk kegiatan apapun; (4) Dilarang
sebagai Kearifan Lokal yang Diterapkan menggunakan teknologi kimia, misalnya
pada r kat menggunakan pupuk, obat pemberantas
Masyarakat Baduy percaya bahwa hama, mandi menggunakan sabun, pasta
gigi, mencuci menggunakan detergen,
mereka adalah orang yang pertama kali atau meracun ikan; (5) Dilarang menanam
diciptakan sebagai pengisi dunia dan tanamanbudidayaperkebunan,sepertikopi,
bertempat tinggal di pusat bumi. Segala kakao, cengkeh, kelapa sawit; (6) Dilarang
gerak laku masyarakat Baduy berpedoman memelihara binatang ternak berkaki
kepada buyut karuhun (ketentuan adat). empat, seperti sapi, kambing, kerbau;
Seseorang tidak berhak dan tidak boleh (7) Dilarang berladang sembarangan.
melanggar dan mengubah tatanan Berladang harus sesuai dengan ketentuan
kehidupan yang telah ada dan sudah adat; 8) Dilarang menggunakan sembarang
berlaku turun temurun. tertinggi pakaian. Ditentukan adanya keseragaman
Puun adalah pimpinan dalam berpakaian. Baduy Dalam ber-
masyarakat Baduy. Dalam kehidupannya, pakaian putih-putih dengan ikat kepala
puun adalah pimpinan tertinggi adat putih, Baduy Luar berpakaian hitam atau
Baduy, merupakan keturunan batara serta biru gelap dengan ikat kepala hitam atau
dianggap sebagai penguasa agama Sunda biru gelap. dan di-
yang harus ditaati segala perintah
dan perkataan nya. Rukun agama sunda
Buyut
lafa lkan
sunda dengan bahasa kolot

ngukus (rukun , Baduy) yang terdiri dari


Wiwitan piku kuh karuhun

dalam bentuk ujaran yang disampaikan

ngapund, yan ngareksakeun,, sasaka, pada saat upacara-upacara adat atau


wiwitan , dan akan diceriterakan oleh orang tua kepada
pusaka
anaknya. Ujaran-ujaran tersebut dinggap
ngawalu muja ngalaksa ngalanja k

, harus ditaati oleh seluruh masyarakat

Baduy (Senoaji, 2011:17). sebagai prinsip hidup masyarakat Baduy.


masyarakat Baduy harus ditaati oleh dan masyarakat
Menurut Djoewisno, 1987 dalam
Senoaji (2011:18), orang Baduy berpe gang

teguh pada pedoman hidup yang dikenal


Piku uh karuhun

luar yang sedang berkunjung ke Baduy.

Ketentuan-ketentuan itu di antaranya


seba ga i berikut: (1) Dila ran g mengubah

jalan air, misalnya membuat kolam


dengan dasa sila, yaitu: (1)
lain); (2)
moal (tidak membunuh orang

moal megatkeun

ikan, mengatur drainase, dan membuat nyawa nu lian barang milik (tidak mengambil

irigasi. Oleh karena itu, sistem pertanian orang lain); (3) mibanda pangaboga u bohong

padinya adalah padi ladang. Pertanian lian


(tidak ingkar dan tidak bohong); (4)

padi sawah dilarang di komunitas moal linyok moal mabok


Baduy; (2) Dilarang mengubah bentuk (tidak minum minuman keras dan mabuk-
moal
tanah, misalnya menggali tanah untuk rucaan kana nu matak
mabukan); (5)

moal midua ati ka u sejen


membuat sumur, meratakan tanah untuk (tidak menduakan hari kepada orang lain/
53
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
poligami); (6) moal (tidak makan di dalam Upaya Mitigasi Benca

moal barang dahar dina Kearifan Lokal Masyarakat Baduy


malam hari); (7)
w ktu nu kung kung peting

moal (tidak memakai


Masyarakat Baduy
ini hidup
saat dan menjalani kehidupan

wewangian); (8) make eke bangan secara bersahaja, tetap memegang kuat
jeung seuseungitan (tidak melelapkan diri dalam
kepercayaan dan adat istiadatnya, serta
tidur); (9) ngageunah-geunah ,
meniti hari demi hari dengan penuh
geusan sare , atawa tembang (tidak ,
kearifan. Salah satu bentuk kearifan lokal
moal nyuk keun ati ku igel
menyenangkan hari dengan tarian, musik,
masyarakat Baduy yang cukup menonjol
gamelan kawih (10) adalah berkaitan dengan pencegahan
atau nyanyian);
(tidak memaka i emas atau te rhadap bencana atau mitigasi bencana.

Fakta dalam masyarakat Baduy me-


moal make em s

permata). Dasar inilah yang melekat pada

atawa salaka nunjukkan bahwa (1) masyarakat Baduy


diri orang Baduy, menyatu dalam jiwa dan

menjelma dalam perbuatan, tidak pernah melakukan tebang-bakar hutan untuk


tergoyahkan dengan kemajuan jaman. membuat ladang (huma), tetapi tidak
Hubungan dengan alam, hubungan antar pernah terjadi bencana kebakaran hutan;
masyarakat, hubungan antara laki-laki dan (2) di wilayah Baduy banyak hunian
perempuan diatur dengan jelas dan tegas penduduk berdekatan dengan sungai,
dan dipahami oleh semua masyarakat namun tidak pernah terjadi bencana banjir
Baduy. Pesan itu tidak hanya merupakan melanda permukiman; (3) walaupun
nasihat yang berupa perintah karuhun saja, rumah dan bangunan masyarakat Baduy
tetapi seolah-olah berupa suatu ketentuan terbuat dari bahan yang mudah terbakar
yang menjadi pedoman bagi kehidupan (kayu, bambu, rumbia, dan ijuk), jarang
sosial, karena itu apa yang dilarang adalah terjadi bencana kebakaran hebat; dan
buyut (terlarang) untuk dilakukan oleh (4) wilayah Baduy yang termasuk dalam
siapapun juga, seperti diungkapkan oleh daerah rawan gempa Jawa bagian Barat,
pernyataan bahwa
larangan
.
teu meunang dirempak

gunung teu meunang


tidak pernah terjadi kerusakan bangunan
akibat bencana gempa.

. buyut

dilebur lebak teu meunang diruksak


dirobah. disambung Bencana Lainnya
dipotong. pondok

teu meunang lojo r teu meuna Keari fa n Lokal Tradisi Pe rladangan sebagai

Mitiga Bencana Longsor, Kebakaran, an


(gunung tak boleh dihancurkan lembah

teu meu dilarang


tak boleh dirusak apa yang jangan Sistem pertanian masyarakat Baduy

dilakukan buyut janganlah diubah yang yaitu dengan sistem pertanian berladang.
panjang janganlah dipotong yang pendek Meskipun dalam bidang pertanian
janganlah disambung) (Somantri, 1988). mereka tidak mengenal sarana dan
Membuang sampah sembarangan bagi prasarana pertanian yang modern serta
orang Baduy adalah suatu pekerjaan yang hanya mengenal sistem perladangan,
bertentangan dengan
hidup
(peraturan seca ra adat). Sebab hal itu akan
dimana sistem
sistem
perladangan adalah pertanian yang paling purba,

namun mereka memiliki kearifan lokal


pitutur

membuat “kagetrak kagetruk” (tercemar)-

nya guriang bumi, yang menurut pitutur yang sangat mengagumkan. Mereka
orang Baduy ditabukan. Dalam ungkapan sangat menghormati lingkungannya
bahasa yang modern, dengan tetap menjaga keseimbangan
jika keseimbangan tak terjaga, maka
ialah merusak lin gkun gan hidup, sesuatu kaget rak kagetruk ekosis tem nya. Mereka berprinsip bahwa

yang oleh masyarakat Baduy sangat dicegah

dan diharamkan (Hamidimadja, 1997). malapetaka akan datang dan akan menimpa
54
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
mereka pula. Sebuah prinsip yang saat ini dengan integrated pest management atau

semakin terlepas pada diri kita yang sering pemberantasan hama terpadu yang dalam
menyebut “manusia modern” ini. pertanian modern sekarang ini sangat
Beberapa aktivitas bertaninya yang dianjurkan.
menunjukkan nilai-nilai kearifan lokal Sementara itu, jenis tanaman padi
diantaranya adalah mereka mempunyai yang ditanam adalah jenis padi lokal yang
pengetahuan yang handal tentang ilmu merupakan hasil seleksi sendiri. Meskipun
perbintangan. Ilmu perbintangan ini sangat masa tanamnya lebih lama namun jenis
penting artinya dalam dunia pertanian padi lokal mempunyai kualitas lebih baik,
Baduy. Dengan melihat posisi bintang rasa dan aroma lebih enak, lebih tahan
tertentu (bintang kidang dan bintang lama jika disimpan, lebih tahan terhadap
waluku), mereka bisa membaca cuaca hama penyakit, dan adaptif terhadap
atau musim beserta dengan perubahan- berbagai kondisi. Ini juga suatu bentuk
perubahannya sehingga kerugian bertani kemandirian mereka lainnya dalam bidang
akibat perubahan cuaca dapat dihindari. pertanian. yang diterapkan di
Sementara itu, pada saat memulai Perladangan
penanaman padi di ladang, mereka tidak Baduy berpindah-pindah. Setiap tahun
lupa menancapkan batang atau cabang panen padi hanya satu kali saja. Lamanya
daun pelah yang mempunyai bau khas. masa tanam padi lima sampai enam
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk bulan.Tanah yang ditinggal pergi oleh
mencegah serangan hama penyakit dan seorang peladang harus didiamkan dulu
hewan pengerat tikus. Batang atau cabang sebelum dijadikan lahan oleh warga lain
yang ditancapkan tersebut merupakan agar kesuburannya terjaga. Jeda waktu
tempat yang sangat disukai capung dan sebelum tanah bisa ditanam lagi semakin
capung-capung ini merupakan predator singkat. Sekitar 10 tahun lalu tanah
dan penghalau hama-hama tanaman padi. diistirahatkan sekitar 10 tahun, sekarang
Burung-burung hantu juga sangat senang hanya didiamkan tiga sampai lima tahun.
bertengger di cabang-cabang tersebut. Siklus yang semakin cepat ini dipicu oleh
Burung-burung hantu inilah yang pertambahan jumlah penduduk Baduy
menjadi predator bagi tikus-tikus ladang yang berefek pada kualitas dan kuantitas
yang seringkali merusak tanaman padi. produksi padi. ladang umumnya
Setidaknya dengan keberadaan burung- Perpindahan
burung hantu ini keseimbangan alam dilakukan setelah satu sampai dua kali
atau lebih khususnya populasi tikus dapat panen, meskipun ada juga warga yang
dikendalikan. penggunaan baru pindah ladang setelah empat kali
Demikian juga dengan panen. Hasil panen di tanah yang sama
penyubur tanaman dan pencegahan akan terus menurun setiap tahun.
tanaman dari serangan hama penyakit. Setiap kali membuka ladang baru, ada
Penyubur dan pestisida terbuat dari tiga pekerjaan yang dilakukan, yaitu
campuran berbagai dedaunan yang memangkas tumbuhan yang ada di tempat,
ditumbuk halus dan dicampur dengan membakar tumbuhan, dan membersihkan
abu dapur. Semua bahan-bahan ini tanah dari benda-benda yang mengganggu
sangat ramah lingkungan dan bahannya perladangan. Tanah tidak dibajak demi
tersedia di lingkungan mereka sendiri. menjaga kekuatan tanah di tanah Baduy.
Ini menunjukkan kemandirian mereka Setelah tanah siap, dimulailah tanam padi
dalam bertani sekaligus kearifannya atau yang dikenal dengan nama ngaseuk.
terhadap alam. Mereka telah mengenal Sebelum mulai menanam padi, suku Baduy
dan menerapkan konsep yang disebut mengadakan upacara untuk memuji Dewi

55
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64 tersalur sebanyak
Sri, yang dikenal sebagai dewi padi, agar yang dilepaskan

melindungi tanah mereka. Dalam upacara mungkin ke dalam tanaman penghasil


ini, ada mantra-mantra yang diiringi pangan yang sudah dipilih. Proporsi yang
alunan angklung dan kendang kecil cukup besar dari energi mineral yang
(dog-dog). Pemain angklung bertugas menghidupi tanaman ladang itu khususnya
membacakan mantra. Upacara ini wajib padi-padian, lebih banyak berasal dari abu
diadakan di setiap kampung. Warga yang hutan yang dibakar, sehingga sempurnanya
mampu juga boleh mengadakan upacara pembakaran itu merupakan faktor penting
ini bagi mereka masing-masing. Upacara untuk menentukan hasil panen kelak,
yang diadakan setiap keluarga sifatnya suatu kenyataan yang barangkali memang
tidak wajib sebab untuk upacara ini tuan disadari oleh semua peladang.
rumah harus menyediakan makan dan , setelah areal hutan dibakar
Masa tanam padi di kampung- waktu lamanya
kebutuhan lain. biasa nya tidak langsung digarap, tetapi Keempat

dibiarkan beberapa

kampung Baduy dimulai ketika puun sehingga tanah menjadi dingin. Ketiga,
sudah menanam padi. Setelah puun, tahap berikutnya adalah penanaman benih
warga mulai menanam. Beberapa warga berupa padi-padiandan biji-bijian lainnya.
memiliki hari baik yang mereka jadikan Kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki dan
pegangan untuk mulai menanam padi. wanita, pekerjaan ini disebut
mengurus huma mereka secara teratur. benih dengan
Setelah masa tanam warga Baduy tidak lagi yaitu melobangi tanah untuk menanam ngaseuk,

(tongkat kayu dengan

dari tumbuhan-tumbuhan yang dapat


Mereka hanya membersihkan ladang panjang kira- kira satu seten gah meter aseuk

yang ujungnya dibuat agak runcing).

mengurangi produksi padi. Pengairan Selain padi, di tanah huma ditanam pula
ladang dilakukan tanpa irigasi dan hanya kacang-kacangan dan biji-bijian, misalnya
mengandalkan hujan. jagung, bahkan di daerah Banten orang
Secara umum dan garis besar, tahapan mulai menanam tanaman keras, seperti
kerja bercocok tanam di ladang pada kelapa dan buah-buahan. Keempat, selama
masyarakat suku Baduy adalah sebagai
berikut.
menunggu masa panen (3-4 bulan),
perlu dibersihkan dari rumput-rumputan

, suatu areal hutan yang


h ma

yang tumbuh. Keempat, selama menunggu


akan dibuka te rleb ih dahulu dibersihkan masa panen (3-4 bulan), perlu

dibersihkan dari rumput-rumputan yang


Pertama

semak belukarnya, yang disebut dengan

nyacar dan biasanya dilakukan oleh laki- huma


tumbuh di sekitar tanaman. Pekerjaan ini

laki dewasa dengan menggunakan alat


antara lain golok dan parang. Pekerj aan
disebut
bangan selanjutnya,dal am
(menyiangi). Pada perkem- pekerja an

itu adakalanya dibantu pula oleh wanita digunakan peralatan


ngoyos

dan
dewas a. berupa cangkul dan kored (sejenis cangkul

setelah hutan dibersihkan,


ngaseuk ngoyos

,
kecil). ,
tahap kelima adalah masa
kemudian dilaku kan peneban gan pohon-

panen. Pekerjaan panen biasanya


Kedua

pohon besar dengan menggunakan kapak,

patik atau baliung (sejenis kapak besar). Kelima


dilakukan oleh wanita secara gotong-

, selanjutnya ranting-ranting royong, sedangkan laki-laki bertugas


masing. Pada setiap tahap dari kegiatan
kayu dibaka r, pembaka ran hutan yang Ket ga men gangkut hasil panen ke rumah masing-

sudah ditebang pada dasarnya adalah cara

untuk mempercepat proses pembusukan tersebut di atas, terutama kegiatan panen


dan sekaligus mengarahkan proses itu selalu disertai dengan upacara selamatan
sedemikian rupa sehingga zat makanan agar usaha pertanian itu tidak mengalami

56
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
ganggguan atau diserang hama. Upacara ketahanan pangan masyarakat Baduy.

itu merupakan perwujudan dari Dalam adat Baduy, padi yang dihasilkan
kepercayaan terhadap alam gaib dalam terutama untuk keperluan upacara adat
kehidupan manusia, sebagai bagian dari dan keperluan sehari-hari, serta tidak
budaya animisme dan dinamisme. boleh diperjualbelikan. untuk
Dalam hubungan ini masyarakat
Baduy tetap mempertahankan mata
Hasil padi dari adat Baduy
kepe rluan upacara Tangtu

pencaharian ngahuma, karena hingga kini


huma serang

dan keseluruhan Baduy, sedangkan padi

mereka masih tetap tabu/pamali (dilarang


seca ra adat) untuk mengolah tanah
dari
di wilayah
panampinguntuk upacara adat . Jika terjadi ga ga l

pertanian mereka dengan pola pertanian


huma

panen di dari
sawah. Bila dianalis a lebih jauh, hal diambil
huma , maka padi upacara . Jika

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.


huma serang

keduanya gagal panen, maka padi diambil

Pertama, tanah pertanian masyarakat dari dan p namping .


itu
Baduy te rl etak diperbukitan sehing ga Stra te gi merupakan antisipasi

sulit dibuatkan irigasi. Kedua, dibalik tabu


huma tangtu huma panamping

kegagalan panen misalnya akibat cuaca

itu terkandung makna, bahwa mereka yang tidak menentu dan serangan hama.
mungkin secara tidak disadari sebenarnya Dengan membuka ladang yang tidak
telah merasakan manfaat ekosistem. Itulah bersamaan dan pada tempat yang berbeda,
sebabnya
pula
di daerah Baduy ditanami dengan tanaman kera s seba ga i
maka kegagalan panen dapat dihindari
(Perman a, 2010:54-55).

Kearifan lokal masyarakat Baduy dalam


huma

pelindung tanah, sehingga tanah pertanian

mereka tetap subur. Ketiga, mereka sangat tradisi perladangan yang berdampak pada
percaya terhadap alam/kekuatan gaib. mitigasi bencana terlihat dalam tradisi
Suatu areal biasanya diolah selama
satu sampai tiga tahun. Setelah itu

huma
pemilihan dan pembakaran lahan ladang
(

berkaitan dengan mitigasi bencana tanah


). Trad isi pemilihan lahan ladang

Menurut tradisi masyarakat huma


dibiarkan menjadi hutan kembali.

huma sedangkan tradisi pembakaran


Baduy longsor,

dikenal lima macam yakni: (a) huma


serang, ladang adat kepunya an bersama
lahan ladang berkaitan dengan mitigasi
kebakaran hutan.

Menurut pengetahuan yang turun-


huma,

yang hanya terdapat di Baduy Tangtu

(awam menyebutnya Baduy Dalam), yaitu temurun dari sejumlah informan dan
di Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo, (b) narasumber diketahui bahwa pemilihan
sebagai pu , ladang dinas selama menjabat yang letaknya tidak jauh di
lahan didasarkan atas jenis tanah,
kandungan humus, dan kemiringan lereng.

, (c) Dari segi jenis tanahnya dapat dilihat


huma puun huma

belakang rumah
ladang untuk keperluan penduduk Baduy berdasarkan warna, kandungan air dan
pu h ma tangtu,
huma

Tangtu, (d) udara, serta kandungan batu. Berdasarkan


, ladang untuk
kepe rluan upaca ra (seperti ) warna nya dikenal (tanah

hitam), (tanah putih), dan


tuladan

di Baduy Panamping (Baduy Luar), dan (e)

h ma serang , ladang untuk keperluan


taneuh hideung (tanah merah). Tanah

penduduk Baduy Panamping (Permana, taneuh bodas


hitam merupakan prioritas karena tanah

huma panamping aneuh be reum mengandung


2010:52-54). dibuka dan ditanam tersebut banyak air
Huma serang (humus). Berda sa rkan kandungan

terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan dan udaranya dikenal


surubuk

(tanah
, , lalu len gket) dan (tanah gembur).

dan . Jenis- Untuk memperoleh


taneuh liket

huma puun huma tangtu


lahan yang

huma taneuh be r
taneuh

huma
jenis tersebut merupakan strategi baik, maka sebaiknya dipilih

tuladan huma panamping


huma bear
57
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64 bekas potongan/tebasan
karena pada tanah ini selain terdapat rerumputan

air, juga longgar dan terdapat banyak harus dikeringkan dan dionggokkan
udara sehingga akar tanaman bisa bebas untuk dibakar. Kegiatan pengonggokan
bergerak dan bernapas. Sementara itu, ’sampah’ tersebut disebut nyampurai
yang baik adalah jangan (Baduy Tangtu). Kegiatan yang dilakukan
berdas arkan kandungan batunya, lahan (Baduy Panampin g) atau angdang

(tanah yang tidak ada batunya) dan tu adalah membuat onggokan besar di
memilih taneuh teu aya b tengah-tengah ladang yang diperoleh
(tanah yang
banyak te rdapat batu). dari ’sampah’ di sekel ilin gnya. Kemudian

tidak begitu jauh dari onggokan besar


taneuh ka rang

Dari segi kandungan humusnya dapat

dilihat dari banyak tidaknya surubuk di tengah tersebut dibuat onggokan-


dan koleang. Surubuk merupakan istilah onggokan lebih kecil mengitarinya. Di
Baduy untuk menyebut humus sebagai antara onggokan-onggokan tersebut tidak
kandungan dalam tanah yang dapat boleh ada ’sampah’ yang tersisa agar
menyuburkan tanaman, sedangkan ketika pembakaran api tidak menjalar
koleang berupa daun-daun kering yang ke mana-mana. Demikian pula, antara
jatuh atau terdapat pada permukaan anggokan-onggokan kecil ’sampah’ dan
tanah. Kedua unsur ini sangat penting batas ladang juga harus dibuat bersih,
bagi masyarakat Baduy sebagai pupuk agar api tidak menjalar ke luar ladang yang
organik. Berbeda dengan jenis tanah dapat menyebabkan kebakaran hutan atau
dan kandungan humus, segi kemiringan ladang milik warga lain. atau
lereng lebih berkaitan langsung dengan Awal kegiatan
dari segi kemiringan lereng orang Baduy
miti gas i bencana. Menurut para informan, ini harus berpatokan pada pertanggal an ngahuru ngaduruk

bintang. Dalam ungkapan yang diutarakan

membedakannya menjadi lahan


(lahan yang miring atau curam) dan lahan

cepak (lahan di tempat


gedeng
oleh Sangsang (48 tahun), informan dari
kampung Cibeo (Baduy Tangtu), “

”, yang
datar). Pilihan

terbaik untuk lahan ladang adalah lahan gek


artinya lebih kurang adalah “jika melihat

cepak. Secara praktis lahan tersebut lebih kidang ngarangs kudu ngahuru pada
bintang kidang ( ) seperti

lahan. Tetapi dalam kenyataan di lapangan


mudah dalam pembukaan dan pengelola an posisi matahari pagi, maka waktunya mulai walu u

membakar sisa-sisa tebangan di ladang”.

didapati bahwa bentukan permukaan Daerah Baduy saat membakar onggokan-


lahan di wilayah Baduy jarang sekali onggokan ’sampah’ ladang tersebut seolah-
ditemukan tanah yang datar sehingga olah sedang terjadi kebakaran hutan,
banyak ladang ditemukan pada lahan karena asap mengepul di mana-mana.
gedeng. Oleh karena itu, upaya mitigasi Walaupun demikian, pada saat kegiatan
longsor yang dilakukan adalah dengan ini tidak pernah terjadi kebakaran hutan.
tidak menebang pohon-pohon besar yang Selama pembakaran selalu dijaga agar api
terdapat di lahan tersebut. Selain itu, untuk tidak merambat kemana-mana. Bila akan
menjaga agar humus tanah tidak terbawa ditinggalkan harus dipastikan bahwa api
air hujan, maka pada lereng tersebut dan bara telah benar-benar padam. Abu
biasanya dibuat teras-teras penahan yang sisa pembakaran ini dibiarkan tertinggal
terbuat dari potongan-potongan kayu. pada lapisan atas tanah sebagai pupuk
Kearifan lokal dalam kaitannya dengan sambil menunggu hujan tiba. mengajarkan
mitigasi kebakaran hutan terlihat dalam Tradisi Baduy juga
tradisi
ladang.
atau
membakar teban gan sehabis
, yakni ngahuru ngaduruk
membuka
bahwa dalam perladangan dilarang
(

apalagi bajak. Alat-alat tersebut dapat


) mengguna kan pera latan pacul

Dahan, ranting, dedaunan dan

buyut

58
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
menyebabkan tanah menjadi terbolak- dari kelembapan. (b) Tiang terbuat

balik dan permukaan tanah berubah. dari kayu mahoni, karena kayu mahoni
Terbolak-balik dan berubahnya permukaan termasuk kayu yang paling kuat sehingga
tanah diyakini akan berdampak pada mengantisipasi agar rumah tidak cepat
ketidakstabilan permukaan tanah dan roboh dan tahan terhadap bencana alam
dapat mengakibatkan tanah longsor. Oleh seperti angin, air hujan, dan gempa. (c)
karena itu, dalam tradisi menanam benih Dinding rumah terbuat dari bambu (dalam
padi di ladang hanya menggunakan tongkat bentuk anyaman). Bambu termasuk
kayu ( ) yang disebut . Kegiatan
menugal atau membuat lubang- lubang kecil
tumbuhan yang elastis sehingga mudah
dijadikan penutup rumah. Fungsi nya

tahan terhadap angin dan memberikan


tugal aseuk

untuk memasukkan benih padi tersebut

disebut . efek sejuk di dalam rumah.


ngaseuk Baduy rata-rata memiliki bentuk yang
Keari fa n Lokal dan Aturan Adat pada Sela in itu bentuk bagunan masya ra kat

Syarat Bangun Bangunan Tradisional

sebagai Bentuk Mitigasi Bencana Gempa sama, hal ini menunjukkan kesederhanaan
Bumi, Kebakaran, Banjir, dan Bencana di dalam lingkungan masyarakat. Bentuk
Lainnya permukiman dari tiap-tiap rumah saling
berkelompok sesuai dengan topografi
Permukiman di masyarakat badui
yang ada. Letak permukimannya berada di
ditentukan oleh puun, bangunan yang pinggir sungai.
akan didirikan harus sesuai dengan Teknologi yang dimiliki oleh masya-
struktur tanah dan letak topografi daerah rakat Baduy dalam mendirikan bangunan
tersebut. Kondisi rumah, bentuk rumah, masih tergolong sederhana, namun
susunan ruangan sudah disesuaikan menjunjung tinggi kearifan lingkungan.
dengan ketentuan adat. Walaupun Bangunan rumah Baduy umumnya ber-
mereka memiliki tanah tetapi mereka bentuk sama berupa rumah panggung
tidak boleh mendirikan bangunan secara sederhana dari bahan kayu, bambu,
sembarangan tanpa ada perijinan dari ijuk dan rumbia. Rumah panggung ini
ketua adat terlebih dahulu. Sebelum mempunyai ukuran yang hampir sama.
mereka mendirikan rumah lahan yang Menurut Sarpin (42 tahun) warga
akan digunakan harus diterawang oleh kampung Balimbing (Baduy Panamping)
ketua adat, apakah lokasi tersebut sudah tentang rumah yang sama dan sederhana
cocok atau tidak untuk mendirikan
rumah. Bentuk

masyarakat Badui rata-rata


bangunan

memiliki
permukiman
tersebut: “... rahana ...” (yang sama

kudu sarua ula h aya anu luhur

maksudnya: harus tidak boleh ada

handapan hirup
bentuk yang sama yaitu ruangan rumah yang tinggi atau rendah dan hidup dalam

dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) Teras kesederhanaan). Pernyataan tersebut juga
(
Dapur (
); (b) Ruang tengah (
s
); (c)
so o
). depas
bermakna kesetaraan setiap warga Baduy
selam a hidup di dunia. Menurut keyakinan

orang Baduy, mereka akan berbeda jika


Bentuk arsitektur bangunan rumah

imah sudah berada di alam setelah meninggal


dan bangunan lainnya dikaitkan dengan

kondisi lingkungan seperti: (a) Atap bergantung pada amal kebajikannya di


terbuat dari daun aren ( ) dan ijuk, dunia.
gung secara umum berkaitan erat dengan
berfungsi untuk kire y menghindar i ruangan Rumah Baduy yang berbentuk pang-

dalam rumah saat hujan turun agar air

tidak masuk kedalam rumah dan dapat kepercayaan bahwa rumah sebagai
langsung terkena sinar terik matahari pusat yang memiliki kekuatan netral
sehingga ruangan dari rumah terhindar yang terletak di antara dunia bawah dan

59
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
dunia atas. Rumah tidak boleh didirikan rumah menggunakan bahan berasal dari

langsung menyentuh tanah (sebagai lingkungan mereka sendiri seperti kayu dan
bagian dari dunia bawah). Oleh karena bambu. Struktur bangunan didirikan atas
itu, rumah dibuat dengan cara memasang sistem rangka yang terbuat dari kayu berupa
tiang-tiang kolong yang ditegakkan di balok dan tiang persegi empat. Struktur
atas batu umpak. Secara khusus, rumah penutup dinding terbuat anyaman bambu
Baduy berdasarkan susunan vertikalnya
merupakan cerminan pembagian jagat
(bilik/ ) yang dibiarkan warna dan
ka rakter asli nya. Bambu-bambu yang

raya. Kaki atau tiang melambangkan


geribig

dibelah juga digunakan untuk menjadi

dunia bawah (dunia kegelapan, neraka), struktur penutup pada pengakhiran


tubuh atau dinding dan ruang di dalamnya anyaman bambu. Semua rincian
melambangkan dunia tengah (dunia konstruksi diselesaikan dengan prinsip-
kehidupan alam semesta), dan kepala prinsip ikatan, tumpuan, pasak, tumpuan
atau atap melambangkan dunia atas berpaut dan sambungan berkait. Orang
(dunia abadi, kahyangan). Jika rumah Baduy Tangtu dilarang menggunakan paku
tanpa kaki dianggapnya sama saja dengan dalam pembuatan rumah. Untuk pengikat
hidup di dunia bawah, atau jika rumah umumnya digunakan rotan dan bambu,
menggunakan atap genting, sama artinya atau dengan teknik pasak. Struktur lantai
dengan dikubur hidup-hidup (karena rumah umumnya digunakan bambu
genting terbuat dari tanah) (Permana, yang yang dibuat berbentuk lembaran-
2010:82-83). pada masyarakat Baduy lembaran disebut . struktur utama
Tangtu bila mendirikan rumah pada tanah kiray atap rumbia
Khusus Sementara itu, untuk

(atap) digunakan
palup h

yang miring, maka tidak boleh meratakan ( ) dengan bambu dan rotan sebagai
tanah tersebut. Meratakan tanah berarti hateup
pengikat . Jika terjadi gempa, maka

akan merusak dan membolak-balik tanah. struktur rumah akan bergerak dinamis
Membolak-balik tanah berarti melanggar sehingga terhindar dari kerusakan atau
pikukuh. Untuk memperoleh lantai kehancuran. Selain itu, baik rumah
rumah yang rata, maka (tiang) masyarakat Baduy Tangtu maupun Baduy
umpak batu ( ). Hal itu menurut
rumah diatur ketinggi annya. Tanah yang tihang Panampin g, semuanya didirikan di atas

merendah dibuatkan tiang yang lebih


tinggi dibandingkan tiang pada tanah penjelas an dari para narasumber

yang meninggi. Dengan demikian, jika kita


dedel

bermakna filosofis bahwa rumah Baduy

memasuki permukiman Baduy Tangtu sebagai pusat antara dunia bawah dan
akan terlihat jelas bentuk kontur atau dunia atas. Dalam kaitan ini, umpak batu
permukaan tanah aslinya. Air hujan akan menjadikan rumah tidak menyentuh
mengalir mengikuti jalan alamiahnya. tanah yang melambangkan dunia bawah.
Karena tidak ada rekayasa yang Secara praktis, umpak batu juga berfungsi
bertentangan dengan apa adanya, maka mencegah rayap atau pelapukan tiang
tidak pernah terjadi erosi, tanah longsor, rumah akibat udara basah atau lembab
atau banjir di permukiman-permukiman pegunungan. Secara teknis, struktur dan
Baduy tersebut. masyarakat Baduy sambungannyalah yang menunjukkan
Kearifan lokal adanya kearifan lokal yang terkait dengan
dalam tradisi bangunan tradisional mitigasi bencana. Sedangkan secara sim-
yang berkaitan dengan mitigasi bencana bolis, umpak menunjukkan kepercayaan
gempa ( ) terdapat pada konstruksi, yang terkait dengan alam, yaitu dipandang
. Konstruksi bangunan dan dunia bawah.
teknik sambung dan ikat bangunan, serta lini seba ga i perantara antara dunia ten gah

penggunaan
umpak

60
Adanya Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
hawu dan parako di dalam memiliki geuleubeug adalah lumbung yang

rumah juga merupakan kearifan lokal pada bagian atas kaki bangunan terdapat
tersendiri. bila berdiri sendiri semacam piringan bulat dari kayu dengan
cm di bawah lantai lumbung. Fungsi dari
berfungsi sebagai perapian berupa bidang Hawu diame ter 30-50 cm yang terletak sekitar 30

segi empat yang sisi-sisinya terbuat dari

kayu/papan yang diisi tanah (bawah) dan piringan ini adalah untuk mencegah agar
abu (atas). Namun bila bersama hawu tikus atau binatang pengerat lainnya tidak
Bagian badan dari lumbung ini agak
(tungku dari tanah liat), maka parako dapat naik dan masuk ke dalam lumbung.

berfungsi sebagai dasar tungku. Dengan

adanya
kebakaran

hawu
, maka berfungsi mencegah karena api atau bara pada

lantai palupuh
mengecil ke arah bagian bawah. Lumbung
tanpa

Bagian badan lumbung memiliki ukuran


berukuran lebih pendek.

tidak membakar

yang ada di bawahnya. geuleubeug


yang sama dari bagian atas hingga bawah.

p rako Bentuk lumbung seperti ini banyak


Selain rumah tinggal, ada satu

bangunan penting bagimasyarakat Baduy, dijumpai dan dibuat saat ini. peletakan
yakni lumbung ( ). Seperti halnya Pengetahuan tentang
mukiman merupakan kearifan lokal
bangunan rumah, lumbung juga le it dibuat lumbung-lumbung terpis ah dari per-

dengan menggunakan bahan alami seperti

kayu dan bambu, serta atap dari rumbia masyarakat Baduy yang khas sebagai
atau ijuk. Lumbung-lumbung ini terletak mitigasi bencana kebakaran rumah atau
berkelompok di luar permukiman. Biasa– kampung. Tidak ada pola khusus peletakan
nya tiap keluarga memiliki satu hingga tiga lumbung, ada yang berada di seberang
buah lumbung. Bangunan ini umumnya sungai, di balik hutan kampung, di lereng
berukuran 1,5 x 1,5m sampai 2 x 2m. bukit, atau pada jarak 10-20 meter dari
Bangunan lumbung juga memiliki kolong rumah terakhir. Selain itu, seperti halnya
dengan tinggi kaki sekitar 1 sampai 1,5 bangunan rumah, lumbung ini juga
meter. Secara umum terdapat dua jenis didirikan di atas tiang yang dilandasi oleh
bangunan lumbung, yakni lumbung yang umpak batu kali. Selain secara teknis untuk
memiliki . dan lumbung tanpa geuleubeug
Bangunan lumbung yang
mencegah pelapukan kaki bangunan,
cara ini juga dapat menja ga kelenturan

geuleubeug

Gambar 1. Hawu dan Parako di dalam Rumah Adat Baduy

61
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
bangunan jika terjadi goncangan gempa masyarakat Baduy tapi untuk masyarakat

hingga bangunan tidak roboh. luas. Masyarakat Baduy menganggap


Kearifan Lokal tentang Pengelolaan Hutan alam bukanlah sumber daya yang harus

dan Air sebagai Wujud Mitigasi Bencana dieksploitasi untuk mendapatkan keun-
Banjir dan Longsor tungan sebesar-besarnya, akan tetapi
Bagi masyarakat yang hidup dan dijaga manusia agar dimanfaatkan oleh
alam merupakan titipan dari Tuhan untuk

tinggal di sektar hutan, keberadaan generasi yang akan datang.


hutan dengan seluruh potensi sumber Masyarakat Baduy berpendapat bahwa
daya alam yang terkandung di dalamnya dirinya diciptakan untuk menjaga tanah
sangat penting bagi kelangsungan hidup larangan yang merupakan pusat bumi
komunitas masyarakat tersebut, tak ter- Mereka dituntut untuk menyelamatkan
kecuali masyarakat Baduy. Hutan dimaknai hutan titipan dengan menerapkan pola
sebagai sumber makanan, minuman, obat- hidup seadanya yang diatur oleh norma
obatan, pemenuhan kelengkapan hidup, adat. Oleh karena itu, kegiatan utama
perlindungan, dan kenyamanan, tempat masyarakat Baduy pada hakikatnya terdiri
ritual dan pranata kepercayaan, serta tempat atas pengelolaan lahan untuk kegiatan
untuk mengembangkan kesetiakawanan
sosial anggota masya ra kat setempat.
pertanian ( ) dan pengelolaan
serta pemeliha ra an hutan untuk perl in-

Mengingat pentingnya fungsi hutan


ngahuma

dungan lingkungan. Pekerjaan ngahuma

bagi kelangsungan hidup komunitas bukan mata pencaharian, tetapi juga


masyarakat tersebut, maka terbentuk merupakan ibadah yang merupakan bagi-
dan berkembanglah kearifan lokal yang an dari rukun Baduy. Kegiatan berladang
ditujukan untuk menjaga kelestarian dianggap sebagai kegiatan yang suci,
fungsi lingkungan hidup. Terbentuknya karena mengawinkan dewi padi atau Nyi
kearifan lokal sebagai hasil dari pola Pohaci Sanghyang Asri. Kegiatan berladang
adaptasi atau bentuk-bentuk hubungan akan selalu diikuti dengan upacara-
yang dikembangkan masyarakat denga upacara yang dipimpin oleh ketau adat.
lingkungan hidupnya. Kearifan lokal masyarakat Baduy
Di antara kearifan lokal yang dihasil-kan pada hutan dan air dalam kaitannya
daripengalamanadaptasimasyarakatdengan dengan mitigasi bencana banjir dan longor
lingkungannya, khususnya hu-tan adalah tercermin dalam fungsi dan letak hutan
konsep “hutan larangan” yang bersumber dan air. Berdasarkan pemaparan dari Jaro
pada pandangan dan pengetahuan masya- Daenah (58 tahun) yang juga Kepala Desa
rakat ( lingkungan ) dalam upaya Kanekes ( ), fungsi hutan
pengelolaan secara tradisional. terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hutan
tr ditio al owledge Jaro Pamarentah ,
Melalui konsep hutan larangan, masyarakat
menerapkan norma pengendali sikap
larangan, hutan atau
dan hutan ga rap an. Hutan larangan adalah

dan perilaku hidup dalam pengelolaan


dungusan dudungusan

hutan lindung yang tidak boleh dimasuki

hutan dengan cara melakukan penataan, oleh sembarang orang yang di dalamnya,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliha- bahkan orang Baduy atau pimpinan adat
raan, pemulihan, pengawasan,
pengendali an hutan.
dan sekalipun. Hutan adalah
hutan yang dilestarikan ka rena berada di

Pandangan hidup masyarakat


dudungus n

hulu sungai, atau di dalamnya dianggap

Baduy terhadap hutan yaitu mereka terdapat keramat atau diyakini sebagai
menganggap gunung dan hutan adalah tempat leluhur Baduy. Sementara itu,
sumber penghidupan masyarakat Baduy, hutan garapan adalah hutan yang dapat
alam tidak hanya untuk menghidupi digarap untuk dijadikan ladang (hum )
a
62
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
oleh masyarakat Baduy secara umum. lokal pada prinsipnya bernilai baik dan

Hutan larangan terdapat di wilayah hutan merupakan keunggulan budaya masyarakat


lindung di selatan Baduy tangtu. setempat yang berkaitan dengan kondisi
Hutan atau geografis secara luas.
Hutan kini hidup dan menjalani kehidupannya
berfungsi untuk melindungi hulu sunga i. Pada masyarakat Baduy yang hin g ga
d ngusan dudungus n

ini terdapat di hulu-


hulu sungai antara lain Ciha- seca ra bersahaj a, tetap memegan g kuat

kepercayaan dan adat istiadatnya serta


dudungusan

dungusan
lang (terletak antara kampung Gajeboh dan

Cicatang), dudungusan Cikondang (antara meniti hari demi hari dengan penuh

kampung Gajeboh dan Cicakal), Balimbing), kearifan. Kepercayaan dan adat istiadat itu
Cigaru (dekat falsafah hidup dan keseharian masyarakat
Cimambiru (dekat kampung dudungusan menjadi pikukuh yang senantiasa menjadi

Gajeboh), kampung
Jambu (dekat kam- Baduy. Nenek moyang atau leluhur Baduy

Cikuya (dekat melalui nya mengajarkan bahwa


dudungusan

kampung dudungusan dan


pung Cicakal),

Marengo),
berpikir, berkata, dan berbuat haruslah
Kalagian dudungusan Cibeo). Para pikukuh-
dudungusan
(dekat kampung sesuai dengan aturan dan ketentuan yang

informan mengungkapkan telah ditetapkan. Aturan-aturan tersebut


bahwa hutan

dudungusan itu dilindungi untuk menjaga tidak boleh dikurangi atau ditambahi
keberlanjutan air dan sungai untuk semaunya. Pikukuh itu juga mengajarkan
kebutuhan vital masyarakat sehari-hari. kejujuran dan selalu menjaga kebenaran
Hutan-hutan di sekitar atau sepanjang dan kebaikan untuk kemaslahatan dan
daerah aliran sungai (DAS) juga berfungsi keselamatan.
untuk menahan erosi atau kikisan tepi Salah satu bentuk kearifan lokal
sungai yang dapat menyebabkan banjir masyarakat Baduy itu adalah berkaitan
atau air sungai menjadi keruh atau dengan pencegahan terjadinya bencana
kotor. Hutan garapan merupakan lahan atau mitigasi bencana. Masyarakat Baduy
tempat orang Baduy dapat membuka dan melalui kearifan lokalnya terbukti mampu
mengerjakan ladangnya. melakukan pencegahan atau mitigasi
SIMPULAN bencana, baik bencana gempa bumi, banjir,

Hampir setiap masyarakat memiliki


tanah longsor, maupun kebaka ran melalui

tradisi yang tercermin dalam:


kearifan lokal yang khas sebagai strategi
adaptasi

kearifan
terhad ap

tersebut suatu
lin gkun gan.

masyarakat
Dengan aturan- aturan
. Tradisi perladangan, yakni
Pertama
atau yang harus

diikuti dan ditaati mulai dari pemilihan

dapat bertahan dan berhasil menjalani pikukuh


lokasi untuk perladangan, waktu untuk

kehidupannya dengan baik.


untuk kebe rhas ilan dalam
Strategi kehidupan
mulai berladang ( ), tanaman
yang boleh ditanam, tata cara membuka

suatu masyarakat itu tidak terlepas


ng huma

dan membakar hutan, hingga peralatan

dari kepercayaan dan adat istiadat yang yang diperbolehkan untuk digunakan
diajarkan dan dipraktikkan secara turun dalam berladang. Kearifan lokal dalam
temurun dari generasi ke generasi. tradisi perladangan masyarakat Baduy
Kearifan lokal disimpulkan sebagai merupakan salah satu bentuk mitigasi
kepribadian, identitas kultural masyarakat bencana, terutama bencana longsor, banjir,
yang berupa nilai, norma, etika, dan kebakaran.
kepercayaan, adat istiadat, dan aturan
khusus yang diterima oleh masya ra kat nya
dalam . Aturan adat atau pikukuh tradis i membangun bangunan

dan teruji kemampuannya sehingga dapat


Kedua

tradisional dengan larangan dan aturan

bertahan secara terus menerus. Kearifan terhadap bahan dan peralatan bangunan

63
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
merupakan salah satu bentuk mitigasi ekosistem alam tetap lestari dan menjadi

terhadap bahaya atau bencana gempa penyangga bagi seluruh kehidupan


bumi, banjir, dan kebakaran. Bahan masyarakat Baduy dan sekitarnya.
bangunan dari bambu, ijuk, dan
bangunan rumah merupakan bahan yang
untuk DAFTAR PUSTAKA
Hamidimadja, N. (1998). “Baduy Tanah
ki ray

lentur dan tidak mudah rusak. Bangunan

yang didirikan di atas umpak, tidak boleh


langsung menyentuh

bangunan tidak akan


tanah

mudah roboh
membuat

Marfai,
Karuhun Menusuk Kalbu”. Etika M.A.
50/1998.

(2012).
Pengantar

Bulletin

sekalipun terjadi bencana gempa bumi KAWIT . Yogya-

yang hebat. Aturan pembuatan kolom- karta: Gadjah Mada Univ ers ity Press.

kolom bangunan dan sambungan tidak


Lingkungan dan Keari fa n Lokal

Permana, C.E. (2010).


boleh mengguna kan paku, hanya pasak Benc na Keari fa n Lokal

dan tali ijuk merupakan mitigasi terhadap . Jakarta: Wedatama Widya

bencana gempa bumi. Bangun bangunan Masyarakat Baduy dalam Mitigasi


Sastra. Panduan Pr i
s
didirikan dengan tidak boleh merobah Priambodo, S.A. (2009). Yogyakarta:
atau merusak kontur tanah, merupakan Kanisius. .
banjir. Adanya dan sebagai
bentuk miti ga si terhadap longsor dan Bencana

Sartini. (2009) .
Me gatasi

Yogyakarta:
peralatan rumah tangga untuk memasak Kepel. Lokal Muti
merupakan awu parako wujud antisipasi terhadap Senoaji, G. (2010). “Kearifan
Kearifan
bahaya kebakaran. Nusantara. Baduy dalam Mengelola
lokal masyarakat Masyarakat

Baduy berupa pikukuh dan aturan adat

Ketiga
.
Kearifan Hutan dan Lingkungannya”. Februari 2011 hal 14-25.
Volume 23, 1

Maja l h

dalam pengelolaan lahan, hutan, dan air, Komunitas A

dengan membagi wilayah hutan dalam Humaniora. (1988).


Somantri, R.A.

tiga zonasi, yaitu zona , . Bandung: Departemen Kebuda-


zona
huma reuma , serta zona lemb yaan dan Pariwisata, Balai
Pelestarian
dukuhdan banjir,
dan leuweung kolot B duy
merupakan wujud
miti gas i bencana alam longsor, dan Suparmini, Setyawat i, S., Sumunar, D.R.S.
Sejarah dan Nilai Tradisional.
(2012). “Pelestarian Lingkungan
lembur

dan bencana lainnya. Pembagian wilayah

hutan atau zonasi tersebut telah menjaga


64

Anda mungkin juga menyukai