Banten, dan (2) kearifan lokal yang berkaitan dengan mitigasi bencana alam gempa
bumi, banjir, tanah longsor, dan kebakaran. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi,
dan wawancara. Analisis data secara kualitatif, melalui reduksi data, penyajian
data, hingga pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat Baduy, tetap memegang kuat kepercayaan dan adat istiadatnya serta
meniti hari demi hari dengan penuh kearifan. Kepercayaan dan adat istiadat itu
menjadi (aturan) yang senantiasa menjadi falsafah hidup dan keseharian
masya ra kat Baduy. Kear ifan lokal masyarakat Baduy berka itan dengan piku kuh mitigasi
bencana gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran tercermin dalam
(1) tradisi perladangan, yakni dengan aturan pemilihan lokasi ladang (huma),
waktu berladang, tata cara membuka dan membakar lahan, hingga peralatan
yang diperbolehkan untuk digunakan. Tradisi perladangan menghindarkan dari
bahaya longsor, dan kebakaran. (2) Aturan dan dalam membuat bangun
dan
bangunan rumah, jembatan, lumbung, dan sebagai nya dengan bahan bambu, ijuk, piku kuh
ki ey
tanah, didirikan di atas , tidak diperboleh kan mengubah kontur tanah. Hal
itu merupakan mitigasi umpterhadapk bencana gempa, longsor, banjir, dan kebakaran.
(3) Pembagian zona hutan dalam tiga wilayah sebagai wujud nyata pelestarian
ekosistem dan merupakan mitigasi terhadap bencana longsor, banjir, erosi, dan
bencana lainnya.
Kata kunci: mitigasi bencana, masyarakat Baduy, kearifan lokal
studyAbstract:aimsDisastertoknowMitigation(1)indigenousBaedBaduyLocalcommunityWisdom
local knowledge relating to the mitigation of natural disasters as earthquakes, floods, landslides, and fire.
This study used a qualitative descriptive method. Data was collected by observation, documentation, and
interviews. Data were analyzed qualitatively, through data reduction, data presentation, to a conclusion.
The results showed that Baduy community, still hold strong beliefs and customs as well as day by day
with great wisdom. Beliefs and customs that become pikukuh (rules) which has always been the
philosophy of life and daily Baduy. Local knowledge related to mitigation Baduy earthquakes, landslides,
floods , and fires reflected in (1) farming tradition, namely the rules of the site selection fields (huma),
time farming, and open burning ordinances lands, until equipment is allowed for use . Cultivation
tradition of avoiding the danger of landslides, and fires. (2) Rules and pikukuh in making the wake of
houses, bridges, barns, and so forth with bamboo materials, fibers, and Kirey without nails. Buildings
erected on the land contour adjust, founded on pedestals, are not allowed to changed the contour of the
47
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
of the earthquake, landslides , floods, and fires. (3) The division of the forest zone
keselamatan
ture
hutan.
kan mitigasi terhadap bencana yang
potensial terjadi di wil ayah nya.
sangat menyadari bahwa dengan menjaga yang tepat untuk meminimalisir dampak
hutan maka akan menjaga keterlanjutan negatif bencana terhadap manusia.
ladangnya juga. Lahan hutan yang berada Mitigasi bencana merupakan salah satu
di luar wilayah permukiman, biasa mereka dari kegiatan manajemen bencana,
buka setiap tahun secara bergilir untuk yang meliputi: (1) kegiatan prabencana,
48
yakni kegiatan pencegahan, Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
mitigasi, prinsipnya bernilai baik dan merupakan
yang mempengaruhi
sustainable develop-
unik berbasis adat dan budaya setempat. yang tumbuh dan berkembang dalam
Menurut Sartini (2009:11), kearifan masyarakat. Pandangan dan pendapat
lokal disimpulkan sebagai kepribadian, tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan
identitas kultural masyarakat yang dan pemahaman personal atau kelompok
berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, tentang bencana. Beberapa pandangan
adat istiadat, dan aturan khusus yang dan pendapat masyarakat tentang bencana
diterima oleh masyarakatnya dan teruji adalah sebagai berikut. pandangan yang
kemampuannya sehingga dapat bertahan , yakni
F talisme
seca ra terus menerus. Kear ifan lokal pada men gang ga p bahwa bencana merupakan
49
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
kutukan atau murka Tuhan akibat ulah gempabumi, erupsi gunungapi, kekeringan,
manusia yang tidak sesuai dengan angin ribut dan tsunami. (b) Bencana
kehendak-Nya. Dengan demikian kejadian nonalam adalah adalah bencana yang
bencana tidak dapat ditanggulangi tau diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
dilawan karena smua adalah suratan peristiwa nonalam yang antara lain
takdir. , adalah pandang- berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. (c) Bencana
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
an yang berang ga pan bahwa bencana Anth ropose trisme sosial, adalah bencana yang diakibatkan
sebabkan oleh ulah manusia yang yang diakibatkan oleh manusia yang
mengesploitasi alam sedemikian rupa meliputi konflik sosial antarkelompok
sehingga menyebabkan terjadinya ke- atau antarkomunitas masyarakat, dan
tidakseimbangan unsur semesta, yang teror.
pada akhirnya menimbulkan bencana. Penanggulangan bencana merupakan
yang ,
suatu pandangan beran ggap an bahwa bencana
serangkaian upaya yang meliputi pe-netapan
kebij akan pembangunan yang berisiko
secara alamiah, sesuatu yang wajar bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
terjadi. Jika memang telah tiba saatnya, Tujuan dari penanggulangan bencana ada-
alam berobah menyesuaikan komposisi lah (a) memberikan perlindungan kepada
alamiahnya. Dalam hal ini campur tangan masyarakat dari ancaman bencana; (b)
manusia untuk mengesploitasi alam menyelaraskan peraturan perundang-
tidak terlalu signifikan mempengaruhi undangan yang sudah ada; (c) menjamin
terjadinya bencana. pandangan yang terselenggaranya penanggulangan bencana
, yakni secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
(e) membangun partisipasi dan kemitraan
beran ggap an bahwa bencana merupakan Inklusivism e menyeluruh; (d) mengha rgai budaya lokal;
kaitan antara unsur alam dan manusia publik serta swasta; (f) mendorong sema-
yang tidak terpisahkan satu sama lain. ngat gotong royong, kesetiakawanan, dan
(Priambodo, 2009:21). kedermawanan; dan (g) menciptakan
Menurut Undang-undang Nomor 24 perdamaian dalam kehidupan berma-
Tahun 2007, bencana dapat didefinisikan syarakat, berbangsa, dan bernegara. Penye-
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa lenggaraan penanggulangan bencana
yang mengancam dan mengganggu terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: (a)
kehidupan dan penghidupan masyarakat prabencana; (b) saat tanggap darurat; dan
yang disebabkan, baik oleh faktor alam (c) pascabencana.
dan/atau faktor nonalam maupun Masyarakattradisionalpadaumumnya
faktor manusia sehingga mengakibatkan telah lama hidup berdampingan dengan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan alam secara harmonis, sehingga mengenal
lingkungan, kerugian harta benda, dan berbagai cara memanfaatkan sumberdaya
dampak psikologis. alam secara berkelanjutan. Dalam kearifan
Berdasarkan sumber dan penyebab- lingkungan juga terwujud konservasi yang
nya, bencana dapat dikelompokkan dilakukan oleh masyarakat. diwujudkan
menjadi: (a)Bencana alam adalah segala Kearifan lokal yang
jenis bencana yang sumber, perilaku, dan dalam bentuk perilaku adaptif terhadap
faktor penyebab atau pengaruhnya berasal lingkungan mempunyai peranan penting
dari alam, seperti: banjir, tanah longsor, dalam pengurangan resiko bencana.
50
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
Kearifan lokal yang berlaku di suatu sosial (harmonis), ekonomi ( rofitable),
masyarakat memberikan dampak positif dan ekologi (lestari). Ketiga aspek dalam
bagi masyarakat dalam menghadapi dan pengelolaan dan pelestarian lingkungan
mensikapi bencana yang datang. Kearifan yang berkelanjutan tersebut menunjukkan
lokal merupakan ekstraksi dari berbagai kesaling-hubungan satu sama lain.
pengalaman yang bersifat turun temurun Kearifan lokal berupa pengetahuan,
dari nenek moyang atau orang-orang keyakinan, pemahaman, wawasan, serta
terdahulu yang telah mengalami kejadian adat kebiasaan atau etika yang menuntun
bencana (Marfai, 2012:50). perilaku manusia dalam kehidupan
Menurut Marfai dan Khasanah (2008) sangat terkait dengan kondisi wilayah dan
dalam Marfai (2012:52), adaptasi yang komunitas yang diwariskan secara turun
dilakukan manusia terhadap lingkungannya temurun, sehingga bentuk kearifan lokal
termasuk di dalamnya lingkungan fisik dan dapat dilihat melalui pendekatan kultural,
proses alam seperti terjadinya bencana yang terdiri dari pengetahuan lokal,
menunjukkan adanya interelasi antara budaya lokal, keterampilan lokal, sumber
manusia dan lingkungan. Dalam hubungan lokal, dan proses sosial lokal. Kearifan lokal
yang saling terkait ini perubahan pada suatu masyarakat Baduy tercermin pula dalam
komponen akan menyebabkan perubahan kaitannya dengan upaya mitigasi bencana.
lain dan sebaliknya. Dalam konteks ini Atau dengan kata lain, pengetahuan dan
pendekatan menekankan kearifan lokal dalam mitigasi bencana
aktivitas masyarakat Baduy yang meliputi
atau menunjukkan h man ecology adanya hubungan dapat di gal i dari dokumentasi bentuk
51
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
dilakukan yaitu observasi terstruktur untuk memasuki wilayah Baduy. Di tengah
diperoleh instansi terkait atau sumber terminal adalah batas kawasan Baduy.
referensi lain, termasuk studi pustaka. Terdapat penanda dan peta sederhana
Lembar dokumentasi digunakan sebagai kawasan Baduy, dipahat pada marmer
instrumen dalam penelitian ini. Proses penanda batas wilayah Baduy. Kampung
wawancara dilakukan dengan bertatap Kaduketug Baduy Luar sebagai kampung
muka secara langsung ( ) terdepan. Kampung Kaduketug adalah
mencakup 57 kampung di seluruh
dengan nara sumber atau key informan. fa ce to fa ce pusat administrasi Desa Kanekes yang
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian dan Kelompok Baduy Luar. Kelompok
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. yang berada di Baduy Luar disebut
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat “panamping” yang artinya
Secara geografis wilayah Baduy adalah pendamping, karena mereka
bermukim di bagian luar wilayah Baduy
terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” dan mendampingi masyarakat Baduy
LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT, dan secara Dalam. Kelompok Baduy Luar ini tersebar
administratif wilayah Baduy termasuk di 54 kampung. Sementara kelompok
dalam wilayah Desa kanekes, Kecamatan Baduy Dalam disebut dengan masyarakat
Leuwidamar, Kabupaten lebak, Provinsi “Kajeroan” yang artinya dalam atau “Girang”
Banten, dengan batas-batas wilayah yang artinya hulu. Mereka bermukim di
sebagai berikut. dengan bagian dalam atau daerah hulu dari Sungai
Sebelah utara, berbatasan Ciujung. Ada tiga kampung yang mereka
desa Bojongmenteng Kecamatan Leuwi- tinggali, yaitu Cikeusik, Cikartawana,
damar, Desa Cisemeut Kecamatan dan Cibeo. Kelompok Baduy Dalam tidak
Leuwidamar, dan Desa Nyagati Kecamatan pernah menambah jumlah kampung yang
Leuwidamar. Sebelah barat, berbatasan ada, wilayahnya hanya ada di tiga kampung
dengan Desa Parakanbeusi, Kecamatan tersebut. Sementara untuk Baduy Luar
Bojongmanik Kecamatan Bojongmanik, dari tahun ketahun jumlah kampungnya
Desa keboncau Kecamatan Bojongmanik, bertambah seiring dengan pertambahan
dan Desa Karangnunggal Kecamatan populasi disana. Jika populasi di Baduy
Bojongmanik. Sebelah selatan, berbatasan Dalam bertambah dan tidak sesuai dengan
dengan Desa Cikate Kecamatan Cijaku. kapasitas kampungnya, maka sebagian
Sebelah timur, berbatasan dengan Desa dari mereka akan keluar untuk tinggal di
Karangcombong Kecamatan Muncang, wilayah Baduy Luar dan menjadi kelompok
Desa Cilebang Kecamatan Muncang. Baduy Luar.
Kampung Ciboleger, Kelurahan Kampung-kampung Baduy Tangtu
Bojongmenteng adalah “gerbang utama” berada pada wilayah sebelah selatan,
52
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
sedangkan kampung-kampung Baduy permukiman, dan mencangkul tanah
Panamping terletak di sebelah timur, barat, untuk pertanian; (3) Dilarang masuk hutan
dan utara. Kampung-kampung tersebut titipan ( ) untuk menebang
Jarak antar kampung bervariasi antara 0,5
umumnya berada di tepi atau dekat sungai. pohon, membuka ladang, atau menga mbil leuwe ng titipan
moal megatkeun
ikan, mengatur drainase, dan membuat nyawa nu lian barang milik (tidak mengambil
irigasi. Oleh karena itu, sistem pertanian orang lain); (3) mibanda pangaboga u bohong
wewangian); (8) make eke bangan secara bersahaja, tetap memegang kuat
jeung seuseungitan (tidak melelapkan diri dalam
kepercayaan dan adat istiadatnya, serta
tidur); (9) ngageunah-geunah ,
meniti hari demi hari dengan penuh
geusan sare , atawa tembang (tidak ,
kearifan. Salah satu bentuk kearifan lokal
moal nyuk keun ati ku igel
menyenangkan hari dengan tarian, musik,
masyarakat Baduy yang cukup menonjol
gamelan kawih (10) adalah berkaitan dengan pencegahan
atau nyanyian);
(tidak memaka i emas atau te rhadap bencana atau mitigasi bencana.
. buyut
teu meunang lojo r teu meuna Keari fa n Lokal Tradisi Pe rladangan sebagai
dilakukan buyut janganlah diubah yang yaitu dengan sistem pertanian berladang.
panjang janganlah dipotong yang pendek Meskipun dalam bidang pertanian
janganlah disambung) (Somantri, 1988). mereka tidak mengenal sarana dan
Membuang sampah sembarangan bagi prasarana pertanian yang modern serta
orang Baduy adalah suatu pekerjaan yang hanya mengenal sistem perladangan,
bertentangan dengan
hidup
(peraturan seca ra adat). Sebab hal itu akan
dimana sistem
sistem
perladangan adalah pertanian yang paling purba,
nya guriang bumi, yang menurut pitutur yang sangat mengagumkan. Mereka
orang Baduy ditabukan. Dalam ungkapan sangat menghormati lingkungannya
bahasa yang modern, dengan tetap menjaga keseimbangan
jika keseimbangan tak terjaga, maka
ialah merusak lin gkun gan hidup, sesuatu kaget rak kagetruk ekosis tem nya. Mereka berprinsip bahwa
dan diharamkan (Hamidimadja, 1997). malapetaka akan datang dan akan menimpa
54
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
mereka pula. Sebuah prinsip yang saat ini dengan integrated pest management atau
semakin terlepas pada diri kita yang sering pemberantasan hama terpadu yang dalam
menyebut “manusia modern” ini. pertanian modern sekarang ini sangat
Beberapa aktivitas bertaninya yang dianjurkan.
menunjukkan nilai-nilai kearifan lokal Sementara itu, jenis tanaman padi
diantaranya adalah mereka mempunyai yang ditanam adalah jenis padi lokal yang
pengetahuan yang handal tentang ilmu merupakan hasil seleksi sendiri. Meskipun
perbintangan. Ilmu perbintangan ini sangat masa tanamnya lebih lama namun jenis
penting artinya dalam dunia pertanian padi lokal mempunyai kualitas lebih baik,
Baduy. Dengan melihat posisi bintang rasa dan aroma lebih enak, lebih tahan
tertentu (bintang kidang dan bintang lama jika disimpan, lebih tahan terhadap
waluku), mereka bisa membaca cuaca hama penyakit, dan adaptif terhadap
atau musim beserta dengan perubahan- berbagai kondisi. Ini juga suatu bentuk
perubahannya sehingga kerugian bertani kemandirian mereka lainnya dalam bidang
akibat perubahan cuaca dapat dihindari. pertanian. yang diterapkan di
Sementara itu, pada saat memulai Perladangan
penanaman padi di ladang, mereka tidak Baduy berpindah-pindah. Setiap tahun
lupa menancapkan batang atau cabang panen padi hanya satu kali saja. Lamanya
daun pelah yang mempunyai bau khas. masa tanam padi lima sampai enam
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk bulan.Tanah yang ditinggal pergi oleh
mencegah serangan hama penyakit dan seorang peladang harus didiamkan dulu
hewan pengerat tikus. Batang atau cabang sebelum dijadikan lahan oleh warga lain
yang ditancapkan tersebut merupakan agar kesuburannya terjaga. Jeda waktu
tempat yang sangat disukai capung dan sebelum tanah bisa ditanam lagi semakin
capung-capung ini merupakan predator singkat. Sekitar 10 tahun lalu tanah
dan penghalau hama-hama tanaman padi. diistirahatkan sekitar 10 tahun, sekarang
Burung-burung hantu juga sangat senang hanya didiamkan tiga sampai lima tahun.
bertengger di cabang-cabang tersebut. Siklus yang semakin cepat ini dipicu oleh
Burung-burung hantu inilah yang pertambahan jumlah penduduk Baduy
menjadi predator bagi tikus-tikus ladang yang berefek pada kualitas dan kuantitas
yang seringkali merusak tanaman padi. produksi padi. ladang umumnya
Setidaknya dengan keberadaan burung- Perpindahan
burung hantu ini keseimbangan alam dilakukan setelah satu sampai dua kali
atau lebih khususnya populasi tikus dapat panen, meskipun ada juga warga yang
dikendalikan. penggunaan baru pindah ladang setelah empat kali
Demikian juga dengan panen. Hasil panen di tanah yang sama
penyubur tanaman dan pencegahan akan terus menurun setiap tahun.
tanaman dari serangan hama penyakit. Setiap kali membuka ladang baru, ada
Penyubur dan pestisida terbuat dari tiga pekerjaan yang dilakukan, yaitu
campuran berbagai dedaunan yang memangkas tumbuhan yang ada di tempat,
ditumbuk halus dan dicampur dengan membakar tumbuhan, dan membersihkan
abu dapur. Semua bahan-bahan ini tanah dari benda-benda yang mengganggu
sangat ramah lingkungan dan bahannya perladangan. Tanah tidak dibajak demi
tersedia di lingkungan mereka sendiri. menjaga kekuatan tanah di tanah Baduy.
Ini menunjukkan kemandirian mereka Setelah tanah siap, dimulailah tanam padi
dalam bertani sekaligus kearifannya atau yang dikenal dengan nama ngaseuk.
terhadap alam. Mereka telah mengenal Sebelum mulai menanam padi, suku Baduy
dan menerapkan konsep yang disebut mengadakan upacara untuk memuji Dewi
55
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64 tersalur sebanyak
Sri, yang dikenal sebagai dewi padi, agar yang dilepaskan
dibiarkan beberapa
kampung Baduy dimulai ketika puun sehingga tanah menjadi dingin. Ketiga,
sudah menanam padi. Setelah puun, tahap berikutnya adalah penanaman benih
warga mulai menanam. Beberapa warga berupa padi-padiandan biji-bijian lainnya.
memiliki hari baik yang mereka jadikan Kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki dan
pegangan untuk mulai menanam padi. wanita, pekerjaan ini disebut
mengurus huma mereka secara teratur. benih dengan
Setelah masa tanam warga Baduy tidak lagi yaitu melobangi tanah untuk menanam ngaseuk,
mengurangi produksi padi. Pengairan Selain padi, di tanah huma ditanam pula
ladang dilakukan tanpa irigasi dan hanya kacang-kacangan dan biji-bijian, misalnya
mengandalkan hujan. jagung, bahkan di daerah Banten orang
Secara umum dan garis besar, tahapan mulai menanam tanaman keras, seperti
kerja bercocok tanam di ladang pada kelapa dan buah-buahan. Keempat, selama
masyarakat suku Baduy adalah sebagai
berikut.
menunggu masa panen (3-4 bulan),
perlu dibersihkan dari rumput-rumputan
dan
dewas a. berupa cangkul dan kored (sejenis cangkul
,
kecil). ,
tahap kelima adalah masa
kemudian dilaku kan peneban gan pohon-
56
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
ganggguan atau diserang hama. Upacara ketahanan pangan masyarakat Baduy.
itu merupakan perwujudan dari Dalam adat Baduy, padi yang dihasilkan
kepercayaan terhadap alam gaib dalam terutama untuk keperluan upacara adat
kehidupan manusia, sebagai bagian dari dan keperluan sehari-hari, serta tidak
budaya animisme dan dinamisme. boleh diperjualbelikan. untuk
Dalam hubungan ini masyarakat
Baduy tetap mempertahankan mata
Hasil padi dari adat Baduy
kepe rluan upacara Tangtu
panen di dari
sawah. Bila dianalis a lebih jauh, hal diambil
huma , maka padi upacara . Jika
itu terkandung makna, bahwa mereka yang tidak menentu dan serangan hama.
mungkin secara tidak disadari sebenarnya Dengan membuka ladang yang tidak
telah merasakan manfaat ekosistem. Itulah bersamaan dan pada tempat yang berbeda,
sebabnya
pula
di daerah Baduy ditanami dengan tanaman kera s seba ga i
maka kegagalan panen dapat dihindari
(Perman a, 2010:54-55).
mereka tetap subur. Ketiga, mereka sangat tradisi perladangan yang berdampak pada
percaya terhadap alam/kekuatan gaib. mitigasi bencana terlihat dalam tradisi
Suatu areal biasanya diolah selama
satu sampai tiga tahun. Setelah itu
huma
pemilihan dan pembakaran lahan ladang
(
(awam menyebutnya Baduy Dalam), yaitu temurun dari sejumlah informan dan
di Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo, (b) narasumber diketahui bahwa pemilihan
sebagai pu , ladang dinas selama menjabat yang letaknya tidak jauh di
lahan didasarkan atas jenis tanah,
kandungan humus, dan kemiringan lereng.
belakang rumah
ladang untuk keperluan penduduk Baduy berdasarkan warna, kandungan air dan
pu h ma tangtu,
huma
(tanah
, , lalu len gket) dan (tanah gembur).
huma taneuh be r
taneuh
huma
jenis tersebut merupakan strategi baik, maka sebaiknya dipilih
air, juga longgar dan terdapat banyak harus dikeringkan dan dionggokkan
udara sehingga akar tanaman bisa bebas untuk dibakar. Kegiatan pengonggokan
bergerak dan bernapas. Sementara itu, ’sampah’ tersebut disebut nyampurai
yang baik adalah jangan (Baduy Tangtu). Kegiatan yang dilakukan
berdas arkan kandungan batunya, lahan (Baduy Panampin g) atau angdang
(tanah yang tidak ada batunya) dan tu adalah membuat onggokan besar di
memilih taneuh teu aya b tengah-tengah ladang yang diperoleh
(tanah yang
banyak te rdapat batu). dari ’sampah’ di sekel ilin gnya. Kemudian
”, yang
datar). Pilihan
cepak. Secara praktis lahan tersebut lebih kidang ngarangs kudu ngahuru pada
bintang kidang ( ) seperti
buyut
58
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
menyebabkan tanah menjadi terbolak- dari kelembapan. (b) Tiang terbuat
balik dan permukaan tanah berubah. dari kayu mahoni, karena kayu mahoni
Terbolak-balik dan berubahnya permukaan termasuk kayu yang paling kuat sehingga
tanah diyakini akan berdampak pada mengantisipasi agar rumah tidak cepat
ketidakstabilan permukaan tanah dan roboh dan tahan terhadap bencana alam
dapat mengakibatkan tanah longsor. Oleh seperti angin, air hujan, dan gempa. (c)
karena itu, dalam tradisi menanam benih Dinding rumah terbuat dari bambu (dalam
padi di ladang hanya menggunakan tongkat bentuk anyaman). Bambu termasuk
kayu ( ) yang disebut . Kegiatan
menugal atau membuat lubang- lubang kecil
tumbuhan yang elastis sehingga mudah
dijadikan penutup rumah. Fungsi nya
sebagai Bentuk Mitigasi Bencana Gempa sama, hal ini menunjukkan kesederhanaan
Bumi, Kebakaran, Banjir, dan Bencana di dalam lingkungan masyarakat. Bentuk
Lainnya permukiman dari tiap-tiap rumah saling
berkelompok sesuai dengan topografi
Permukiman di masyarakat badui
yang ada. Letak permukimannya berada di
ditentukan oleh puun, bangunan yang pinggir sungai.
akan didirikan harus sesuai dengan Teknologi yang dimiliki oleh masya-
struktur tanah dan letak topografi daerah rakat Baduy dalam mendirikan bangunan
tersebut. Kondisi rumah, bentuk rumah, masih tergolong sederhana, namun
susunan ruangan sudah disesuaikan menjunjung tinggi kearifan lingkungan.
dengan ketentuan adat. Walaupun Bangunan rumah Baduy umumnya ber-
mereka memiliki tanah tetapi mereka bentuk sama berupa rumah panggung
tidak boleh mendirikan bangunan secara sederhana dari bahan kayu, bambu,
sembarangan tanpa ada perijinan dari ijuk dan rumbia. Rumah panggung ini
ketua adat terlebih dahulu. Sebelum mempunyai ukuran yang hampir sama.
mereka mendirikan rumah lahan yang Menurut Sarpin (42 tahun) warga
akan digunakan harus diterawang oleh kampung Balimbing (Baduy Panamping)
ketua adat, apakah lokasi tersebut sudah tentang rumah yang sama dan sederhana
cocok atau tidak untuk mendirikan
rumah. Bentuk
memiliki
permukiman
tersebut: “... rahana ...” (yang sama
handapan hirup
bentuk yang sama yaitu ruangan rumah yang tinggi atau rendah dan hidup dalam
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) Teras kesederhanaan). Pernyataan tersebut juga
(
Dapur (
); (b) Ruang tengah (
s
); (c)
so o
). depas
bermakna kesetaraan setiap warga Baduy
selam a hidup di dunia. Menurut keyakinan
tidak masuk kedalam rumah dan dapat kepercayaan bahwa rumah sebagai
langsung terkena sinar terik matahari pusat yang memiliki kekuatan netral
sehingga ruangan dari rumah terhindar yang terletak di antara dunia bawah dan
59
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
dunia atas. Rumah tidak boleh didirikan rumah menggunakan bahan berasal dari
langsung menyentuh tanah (sebagai lingkungan mereka sendiri seperti kayu dan
bagian dari dunia bawah). Oleh karena bambu. Struktur bangunan didirikan atas
itu, rumah dibuat dengan cara memasang sistem rangka yang terbuat dari kayu berupa
tiang-tiang kolong yang ditegakkan di balok dan tiang persegi empat. Struktur
atas batu umpak. Secara khusus, rumah penutup dinding terbuat anyaman bambu
Baduy berdasarkan susunan vertikalnya
merupakan cerminan pembagian jagat
(bilik/ ) yang dibiarkan warna dan
ka rakter asli nya. Bambu-bambu yang
(atap) digunakan
palup h
yang miring, maka tidak boleh meratakan ( ) dengan bambu dan rotan sebagai
tanah tersebut. Meratakan tanah berarti hateup
pengikat . Jika terjadi gempa, maka
akan merusak dan membolak-balik tanah. struktur rumah akan bergerak dinamis
Membolak-balik tanah berarti melanggar sehingga terhindar dari kerusakan atau
pikukuh. Untuk memperoleh lantai kehancuran. Selain itu, baik rumah
rumah yang rata, maka (tiang) masyarakat Baduy Tangtu maupun Baduy
umpak batu ( ). Hal itu menurut
rumah diatur ketinggi annya. Tanah yang tihang Panampin g, semuanya didirikan di atas
memasuki permukiman Baduy Tangtu sebagai pusat antara dunia bawah dan
akan terlihat jelas bentuk kontur atau dunia atas. Dalam kaitan ini, umpak batu
permukaan tanah aslinya. Air hujan akan menjadikan rumah tidak menyentuh
mengalir mengikuti jalan alamiahnya. tanah yang melambangkan dunia bawah.
Karena tidak ada rekayasa yang Secara praktis, umpak batu juga berfungsi
bertentangan dengan apa adanya, maka mencegah rayap atau pelapukan tiang
tidak pernah terjadi erosi, tanah longsor, rumah akibat udara basah atau lembab
atau banjir di permukiman-permukiman pegunungan. Secara teknis, struktur dan
Baduy tersebut. masyarakat Baduy sambungannyalah yang menunjukkan
Kearifan lokal adanya kearifan lokal yang terkait dengan
dalam tradisi bangunan tradisional mitigasi bencana. Sedangkan secara sim-
yang berkaitan dengan mitigasi bencana bolis, umpak menunjukkan kepercayaan
gempa ( ) terdapat pada konstruksi, yang terkait dengan alam, yaitu dipandang
. Konstruksi bangunan dan dunia bawah.
teknik sambung dan ikat bangunan, serta lini seba ga i perantara antara dunia ten gah
penggunaan
umpak
60
Adanya Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
hawu dan parako di dalam memiliki geuleubeug adalah lumbung yang
rumah juga merupakan kearifan lokal pada bagian atas kaki bangunan terdapat
tersendiri. bila berdiri sendiri semacam piringan bulat dari kayu dengan
cm di bawah lantai lumbung. Fungsi dari
berfungsi sebagai perapian berupa bidang Hawu diame ter 30-50 cm yang terletak sekitar 30
kayu/papan yang diisi tanah (bawah) dan piringan ini adalah untuk mencegah agar
abu (atas). Namun bila bersama hawu tikus atau binatang pengerat lainnya tidak
Bagian badan dari lumbung ini agak
(tungku dari tanah liat), maka parako dapat naik dan masuk ke dalam lumbung.
adanya
kebakaran
hawu
, maka berfungsi mencegah karena api atau bara pada
lantai palupuh
mengecil ke arah bagian bawah. Lumbung
tanpa
tidak membakar
bangunan penting bagimasyarakat Baduy, dijumpai dan dibuat saat ini. peletakan
yakni lumbung ( ). Seperti halnya Pengetahuan tentang
mukiman merupakan kearifan lokal
bangunan rumah, lumbung juga le it dibuat lumbung-lumbung terpis ah dari per-
kayu dan bambu, serta atap dari rumbia masyarakat Baduy yang khas sebagai
atau ijuk. Lumbung-lumbung ini terletak mitigasi bencana kebakaran rumah atau
berkelompok di luar permukiman. Biasa– kampung. Tidak ada pola khusus peletakan
nya tiap keluarga memiliki satu hingga tiga lumbung, ada yang berada di seberang
buah lumbung. Bangunan ini umumnya sungai, di balik hutan kampung, di lereng
berukuran 1,5 x 1,5m sampai 2 x 2m. bukit, atau pada jarak 10-20 meter dari
Bangunan lumbung juga memiliki kolong rumah terakhir. Selain itu, seperti halnya
dengan tinggi kaki sekitar 1 sampai 1,5 bangunan rumah, lumbung ini juga
meter. Secara umum terdapat dua jenis didirikan di atas tiang yang dilandasi oleh
bangunan lumbung, yakni lumbung yang umpak batu kali. Selain secara teknis untuk
memiliki . dan lumbung tanpa geuleubeug
Bangunan lumbung yang
mencegah pelapukan kaki bangunan,
cara ini juga dapat menja ga kelenturan
geuleubeug
61
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
bangunan jika terjadi goncangan gempa masyarakat Baduy tapi untuk masyarakat
dan Air sebagai Wujud Mitigasi Bencana dieksploitasi untuk mendapatkan keun-
Banjir dan Longsor tungan sebesar-besarnya, akan tetapi
Bagi masyarakat yang hidup dan dijaga manusia agar dimanfaatkan oleh
alam merupakan titipan dari Tuhan untuk
hutan dengan cara melakukan penataan, oleh sembarang orang yang di dalamnya,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliha- bahkan orang Baduy atau pimpinan adat
raan, pemulihan, pengawasan,
pengendali an hutan.
dan sekalipun. Hutan adalah
hutan yang dilestarikan ka rena berada di
Baduy terhadap hutan yaitu mereka terdapat keramat atau diyakini sebagai
menganggap gunung dan hutan adalah tempat leluhur Baduy. Sementara itu,
sumber penghidupan masyarakat Baduy, hutan garapan adalah hutan yang dapat
alam tidak hanya untuk menghidupi digarap untuk dijadikan ladang (hum )
a
62
Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan...(Suparmini, dkk)
oleh masyarakat Baduy secara umum. lokal pada prinsipnya bernilai baik dan
dungusan
lang (terletak antara kampung Gajeboh dan
Cicatang), dudungusan Cikondang (antara meniti hari demi hari dengan penuh
kampung Gajeboh dan Cicakal), Balimbing), kearifan. Kepercayaan dan adat istiadat itu
Cigaru (dekat falsafah hidup dan keseharian masyarakat
Cimambiru (dekat kampung dudungusan menjadi pikukuh yang senantiasa menjadi
Gajeboh), kampung
Jambu (dekat kam- Baduy. Nenek moyang atau leluhur Baduy
Marengo),
berpikir, berkata, dan berbuat haruslah
Kalagian dudungusan Cibeo). Para pikukuh-
dudungusan
(dekat kampung sesuai dengan aturan dan ketentuan yang
dudungusan itu dilindungi untuk menjaga tidak boleh dikurangi atau ditambahi
keberlanjutan air dan sungai untuk semaunya. Pikukuh itu juga mengajarkan
kebutuhan vital masyarakat sehari-hari. kejujuran dan selalu menjaga kebenaran
Hutan-hutan di sekitar atau sepanjang dan kebaikan untuk kemaslahatan dan
daerah aliran sungai (DAS) juga berfungsi keselamatan.
untuk menahan erosi atau kikisan tepi Salah satu bentuk kearifan lokal
sungai yang dapat menyebabkan banjir masyarakat Baduy itu adalah berkaitan
atau air sungai menjadi keruh atau dengan pencegahan terjadinya bencana
kotor. Hutan garapan merupakan lahan atau mitigasi bencana. Masyarakat Baduy
tempat orang Baduy dapat membuka dan melalui kearifan lokalnya terbukti mampu
mengerjakan ladangnya. melakukan pencegahan atau mitigasi
SIMPULAN bencana, baik bencana gempa bumi, banjir,
kearifan
terhad ap
tersebut suatu
lin gkun gan.
masyarakat
Dengan aturan- aturan
. Tradisi perladangan, yakni
Pertama
atau yang harus
dari kepercayaan dan adat istiadat yang yang diperbolehkan untuk digunakan
diajarkan dan dipraktikkan secara turun dalam berladang. Kearifan lokal dalam
temurun dari generasi ke generasi. tradisi perladangan masyarakat Baduy
Kearifan lokal disimpulkan sebagai merupakan salah satu bentuk mitigasi
kepribadian, identitas kultural masyarakat bencana, terutama bencana longsor, banjir,
yang berupa nilai, norma, etika, dan kebakaran.
kepercayaan, adat istiadat, dan aturan
khusus yang diterima oleh masya ra kat nya
dalam . Aturan adat atau pikukuh tradis i membangun bangunan
bertahan secara terus menerus. Kearifan terhadap bahan dan peralatan bangunan
63
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 47-64
merupakan salah satu bentuk mitigasi ekosistem alam tetap lestari dan menjadi
mudah roboh
membuat
Marfai,
Karuhun Menusuk Kalbu”. Etika M.A.
50/1998.
(2012).
Pengantar
Bulletin
yang hebat. Aturan pembuatan kolom- karta: Gadjah Mada Univ ers ity Press.
Sartini. (2009) .
Me gatasi
Yogyakarta:
peralatan rumah tangga untuk memasak Kepel. Lokal Muti
merupakan awu parako wujud antisipasi terhadap Senoaji, G. (2010). “Kearifan
Kearifan
bahaya kebakaran. Nusantara. Baduy dalam Mengelola
lokal masyarakat Masyarakat
Ketiga
.
Kearifan Hutan dan Lingkungannya”. Februari 2011 hal 14-25.
Volume 23, 1
Maja l h